Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISASI MORFOLOGI POLEN TUMBUHAN SOLANACEAE

DI MALANG RAYA

Uni Baroroh Husnudin, Eko Sri Sulasmi dan Murni Saptasari


Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5 Malang 65145, Indonesia
E-mail:uni.baroroh@gmail.com

Abstrak: Solanaceae merupakan familia yang tersebar di daerah beriklim subtropis


dan tropis dengan salah satu persebarannya di Malang Raya. Polen memiliki lapisan
eksin dengan ornamentasi khas yang merupakan salah satu karakter sebagai bukti
taksonomi dalam pengelompokan tumbuhan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
species tumbuhan Solanaceae, mendeskripsikan ciri dan variasi morfologi polen
serta menyediakan kunci identifikasi polen Solanaceae di Malang Raya.
Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, pengambilan data
morfologi polen menggunakan preparat polen semi permanen dengan teknik
asetolisis yang diilihat melalui mikroskop cahaya dan SEM (Scanning Electron
Microscophy). Hasil penelitian menunjukkan tumbuhan Solanaceae di Malang Raya
terdiri dari 23 species, termasuk dalam 12 genus yaitu Capsicum L., Solanum L.,
Lycopersicon Mill., Phaysalis L., Cyphomandra Mart. ex Sendtn., Solandra
P.S.Green., Datura L., Brugmansia Pers., Jaltomata Schlecht., Nicotiana L.,
Cestrum L. dan Nicandra Adanson dengan morfologi polen yang bervariasi. Bentuk
polen oblat-spheroidal sampai perprolate. Ukuran polen kecil hingga sedang. Bentuk
pandangan polar, segitiga cembung, pandangan ekuator elips, belah ketupat dan
sirkular. Tipe apertura 3-zonocolporate sampai 4-zonocolporate. Ornamentasi
berbentuk gundukan bergranula, skabrat, verukat, rugulat, retikulat dan mikroekinat.
Morfologi polen memiliki nilai taksonomi dan dapat digunakan untuk
mengelompokkan tumbuhan Solanaceae pada tingkat species.

Kata Kunci: Karakterisasi, Morfologi, Polen, Solanaceae, Malang Raya.

Abstract: Solanaceae is a familia that found both in subtropic and tropical climates
with one of the distribution placed in Malang Raya, East Java. Pollen morphology is
one of the character to completing plant identification data and become taxonomic
evidence because pollen has exine layer with specific ornamentation. The purpose of
this study is to know species of Solanaceae, describing variety of pollen
morphology and provide for pollen keys identification of Solanaceae in Malang
Raya.The location of sampling done by purposive sampling method. Pollen
morphology was studied by light microscope with acetolysis method and Scanning
Electron Microscophy (SEM). The result of this research is 23 species of Solanaceae
in Malang Raya, representing 12 genus i.e. Capsicum L., Solanum L., Lycopersicon
Mill., Phaysalis L., Cyphomandra Mart. ex Sendtn., Solandra P.S.Green., Datura
L., Brugmansia Pers., Jaltomata Schlecht., Nicotiana L., Cestrum L. dan Nicandra
Adanson. Pollen morphology of Solanaceae is heterogeneus. Pollen grains were
oblat-spheroidal to perprolate. Pollen measurments were minutae to mediae. The
polar view was circular, convex triangle and the equatorial view were ecliptic,
rhombic and circular. The aperture were 3-zonocolporate to 4-zonocolporate. The
pollen sculpture were granulated pile, scabrate, verrucate, rugulate, reticulate and
microechinate. Characteristic of pollen morphology has taxonomy value and very
usefull in classification of Solanaceae in species level.

Keywords: Characterization, Morphology, Pollen, Solanaceae, Malang Raya.

1
2

Solanaceae A.L. de Jussieu (terong-terongan atau nightshade) merupakan


familia yang kosmopolit, tersebar di daerah beriklim subtropis dan tropis dengan
salah satu lokasi sebarannya di Jawa Timur yaitu di Malang Raya. Solanaceae di
dunia terdiri dari 98 genus yang beranggotakan 2.715 species (Singh, 2010), di
Pulau Jawa terdiri dari 18 genus yang meliputi 65 species dan di Jawa Timur
Solanaceae terdiri dari 13 genus yang meliputi 29 species (Backer & Bakhuizen
van den Brink Jr, 1965). Anggota Solanaceae memiliki nilai ekonomi yang tinggi
sebagai buah dan sayur, tanaman hias serta sebagai obat, misalnya tomat, terong,
kentang, cabai sebagai sayur dan buah, Petunia Juss. sebagai tanaman hias dan
Atropa belladonna L. sebagai obat karena mengandung senyawa atropin (Singh,
2010).
Pengelompokan tumbuhan pada tingkatan takson yang lebih rendah dari
familia seperti genus dan species umumnya berdasarkan karakter morfologi organ
vegetatif serta generatif. Salah satu karakter yang digunakan untuk melengkapi
data pengelompokan tumbuhan tersebut adalah dengan karakter morfologi polen
(serbuk sari) yang menjadi salah satu bukti taksonomi (Singh, 2010). Karakter
utama yang bernilai taksonomi dari polen adalah jumlah dan posisi alur, tipe
apertura, bentuk ornamen eksin serta variasi yang ditunjukkan oleh ukuran dan
bentuk polen (Davis & Heywood, 1973).
Polen berada dalam antera tepatnya dalam kantung yang disebut teka.
Polen merupakan perkembangan mikrosporosit (sel induk mikrospora) yang
mengalami meiosis serta sitokenesis menghasilkan sel mikrospora haploid
tersususn tetrad yang dapat terpisah menjadi monad. Inti sel mikrospora akan
mengalami mitosis menghasilkan inti sel generatif dan inti sel vegetatif (Foster
and Gifford, 1973). Polen adalah sel mikrospora yang berisi sel vegetatif dan sel
generatif. Pada umumnya palinologi lebih terfokus pada struktur dinding
(Erdtman, 1952).
Hasil observasi di wilayah Malang Raya pada bulan November 2014
menunjukkan bahwa tumbuhan Solanaceae dapat ditemukan pada semua wilayah,
tetapi ada beberapa species yang hanya ditemukan di Kabupaten Malang atau
Batu saja karena tumbuhan itu hanya cocok tumbuh pada kondisi lingkungan di
daerah tersebut.
Penelitian tentang morfologi polen Solanaceae di Indonesia belum pernah
dilaporkan sehingga perlu dilakukan, khususnya di Malang Raya untuk
mempermudah proses identifikasi tumbuhan Solanaceae berdasarkan polennya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui species tumbuhan Solanaceae,
mendeskripsikan ciri dan variasi morfologi polen serta menyediakan kunci
identifikasi polen Solanaceae di Malang Raya.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Waktu
penelitian pada bulan Desember 2014-April 2015. Lokasi penelitian di daerah
Malang Raya yang ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu Kota
Malang, Kabupaten Malang (Kecamatan Kepanjen, Singosari, Bululawang, Dau,
Bantur, Pakisaji) dan Batu. Pengambilan sampel dilakukan dengan jelajah bebas
pada daerah terpilih. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Malangensis
Universitas Negeri Malang menggunakan kunci identifikasi Flora of Java
karangan Backer & Bakhuizen van den Brink Jr (1965), Flora of China karangan
3

D'arcy dkk. (1994), Flora of Guatemala karangan Gentry & Standley (1974)
maupun menggunakan kunci identifikasi yang didapatkan secara online dari Flora
of Australia. Pengambilan data morfologi polen dari preparat semi permanen
polen dilakukan di Laboratorium Mikroteknik dan Laboratorium Sentral FMIPA
Universitas Negeri Malang untuk pengambilan data morfologi polen
menggunakan SEM. Data dianalisis secara deskriptif dengan menguraikan ciri
morfologi polen tiap species tumbuhan Solanaceae yang ditemukan dan
melakukan karakterisasi morfologi polen berdasarkan pengamatan dengan
mikroskop cahaya serta SEM untuk menyusun kunci identifikasi polen.

HASIL
Hasil identifikasi tumbuhan Solanaceae yang ditemukan di Malang Raya
yaitu ada 23 species yang terkelompok dalam 12 genus. Species dan morfologi
polen dapat dilihat pada Tabel 1.1.

PEMBAHASAN
Species Tumbuhan Solanaceae A.L. de Jussieu yang Ditemukan di Malang
Raya
Hasil identifikasi berdasarkan buku identifikasi Flora of Java karangan
Backer & Bakhuizen van den Brink Jr (1965), Flora of China karangan D'arcy
dkk. (1994), Flora of Guatemala karangan Gentry & Standley (1974) maupun
menggunakan kunci identifikasi online dari Flora of Australia, tumbuhan
Solanaceae yang ditemukan di Malang Raya terdiri dari 12 genus yaitu Capsicum
L., Solanum L., Lycopersicon Mill., Phaysalis L., Cyphomandra Mart. ex Sendtn.,
Solandra P.S.Green., Datura L., Brugmansia Pers., Jaltomata Schlecht.,
Nicotiana L., Cestrum L. dan Nicandra Adanson. Genus yang paling banyak
ditemukan yaitu Solanum L., karena genus Solanum memiliki anggota paling
banyak yaitu hampir setengah dari seluruh species Solanaceae (Knapp dkk.,
2004).
Berdasarkan Backer & Bakhuizen van den Brink Jr (1965), Solanaceae di
Jawa Timur ada 13 genus yang terdiri dari 29 species, pada penelitian ini
ditemukan 12 genus yang terdiri dari 23 species. Jumlah genus dan species
tumbuhan Solanaceae yang ditemukan pada penelitian ini berbeda dengan jumlah
yang disebutkan dalam Flora of Java, hal ini diduga karena adanya tumbuhan
baru yang didatangkan dari luar negeri dan ditanam di Jawa sehingga namanya
belum dimuat dalam Flora of Java, serta sampel tumbuhan diambil hanya pada 8
daerah terpilih dan yang berbunga saja sehingga kemungkinan ada species lain
tersebar di daerah Malang Raya yang belum teridentifikasi.

Variasi Ciri Morfologi Polen Tumbuhan Solanaceae A.L. de Jussieu di


Malang Raya
Berdasarkan deskripsi morfologi polen, karakter morfologi polen
Solanaceae memiliki banyak variasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Erdtman
(1952) yaitu morfologi polen dari familia sangat heterogen. Variasi karakter
morfologi polen yang ditemukan memiliki nilai taksonomi dan dapat digunakan
untuk mengelompokkan tumbuhan Solanaceae hingga tingkat species. Lashin &
Al-Wadi (2007) menyatakan bahwa morfologi polen sangat berguna untuk
mengidentifikasi species pada masing-masing familia.
4

Tabel 1.1 Morfologi Polen Solanaceae yang ditemukan di Malang Raya

Diameter Apertura
Panjang
Spesies ekuator/E Indeks P/E Bentuk Ukuran Ornamen Eksin
polar/P (µm)
(µm) Jumlah Tipe Posisi
Brugmansia
Retikulat dan ada
suaveolens 41,32-43,18 40,35-42,35 1,02-1,06 Prolat-spheroidal Sedang 3 Colporate Zono
duri
Bercht. & Presl.

Capsicum annum Prolat-spheroidal Kecil sampai


23,00-39,00 23,00-30,00 1,00-1,30 3 Colporate Zono Skabrat
L. sampai subprolat sedang

Capsicum Prolat-spheroidal Kecil sampai


22,5-25,00 17,50-20,00 1,13-1,29 3 Colporate Zono Skabrat
frutecens L. sampai subprolat sedang

Cestrum Subprolat sampai


36,45-41,98 27,44-27,85 1,18-1,53 Sedang 3 Colporate Zono Rugulat
calycinum H.B.K prolat
Cestrum elegans Prolat-spheroidal
27,50-32,50 25,00-28,75 1,00-1,17 Sedang 3 Colporate Zono Rugulat
Schlecht. sampai subprolat
Cyphomandra
Gundukan dengan
batacea (Cav.) 27,07-27,10 17,05-17,07 1,59 Prolat Sedang 3 Colporate Zono
granula
Sendtn.
Striat mesocolpium,
Datura metel L. 34,33-37,50 33,09-35,00 1,04-1,07 Prolat-spheroidal Sedang 3 Colporate Zono retikulat-rugulat
apocolpium
Jaltomata
Prolat-spheroidal
procumbens 27,95-33,28 25,11-28,19 1,03-1,32 Sedang 3 Colporate Zono Skabrat
sampai subprolat
(Cav.) J.L.Gentry
Oblat-spheroidal
Lycopersicon Kecil sampai
20,5-28,0 21,0-27,0 0,98-1,04 sampai prolat- 4 Colporate Zono Verukat
esculentum Mill. sedang
spheroidal
Nicandra
physalodes (L.) 27,03-31,52 25,04-29,36 1,01-1,08 Prolat-spheroidal Sedang 3 Colporate Zono Mikroekinat
Gaertn.
5

Nicotiana
29,00-40,00 22,00-30,00 1,21-1,32 Subprolat Sedang 4 Colporate Zono Rugulat, perforat
tabacum L.
Physalis angulata
34,94-39,00 20,61-21,77 1,67-1,86 Prolat Sedang 3 Colporate Zono Skabrat
L.
Physalis minima Subprolat sampai
29,47-32,12 24,03-26,21 1,17-1,34 Sedang 3 Colporate Zono Skabrat
L. prolat

Solanum nigrum Oblat-spheroidal Kecil sampai


14,30-27,70 13,40-28,12 0,92-1,24 3 Colporate Zono Skabrat
L. sampai subprolat sedang

Solandra maxima Striat mesocolpium,


20,73-22,76 20,03-22,56 1,04-1,09 Prolat spheroidal Kecil 3 Colporate Zono
P.S.Green. retikulat apocolpium
Solanum Prolat sampai
34,42-37,75 17,38-20,46 1,89-2,04 Sedang 3 Colporate Zono Verukat
melongena L. perprolat
Solanum Subprolat sampai
20,17-21,44 16,09-17,05 1,18-1,33 Kecil 3 Colporate Zono Verukat
muricatum prolat
Solanum
Subprolat sampai
pseudocapsicum 15,72-17,56 11,88-13,81 1,14-1,48 Kecil 3 Colporate Zono Verukat
prolat
L.
Solanum Mesocolpium
Prolat sampai
superfisciens 16,41-18,90 8,018-9,546 1,79-2,21 Kecil 3 Colporate Zono skabrat, apocolpium
perprolat
Adelb. psilat
Solanum torvum Prolat sampai
30,83-33,95 16,31-17,70 1,82-2,14 Sedang 3 Colporate Zono Verukat
Swartz. perprolat
Solanum Prolat-spheroidal
18,84-21,61 16,35-19,03 1,08-1,15 Kecil 3 Colporate Zono Verukat
tuberosum L. sampai subprolat

Solanum Prolat sampai Kecil sampai


24,01-25,16 11,72-13,82 1,74-2,11 3 Colporate Zono Skabrat
verbascifolium L. perprolat sedang

Solanum wrightii
25,71-28,07 15,04-16,85 1,52-1,77 Prolat Sedang 3 Colporate Zono Rugulat-skabrat
Bth.
6

Ukuran polen berkisar dari 14,30 µm hingga 43,18 µm (kecil hingga


sedang), ukuran paling kecil pada Solanum nigrum L., sedangkan paling besar
yaitu Brugmansia suaveolens Bercht. & Presl. Berdasarkan Erdtman (1952)
ukuran polen Solanaceae kecil hingga besar, perbedaan rentangan ukuran polen
disebabkan karena perbedaan jumlah sampel dan tempat yang digunakan.
Bentuk polen yang paling banyak ditemukan berdasarkan pandangan polar
yaitu sirkular dan pandangan ekuator berbentuk elips, sedangkan lainnya
berbentuk sirkular pada pandangan polar dan ekuator, segitiga pada pandangan
polar dan belah ketupat pada pandangan ekuator. Bentuk polen berdasarkan
pandangan polar dan ekuator dapat dilihat pada Gambar 1.1. Bentuk polen
bedasarkan indeks P/E yaitu oblat-spheroidal sampai perprolat, sedangkan
menurut Erdtman (1952) bentuk polen oblat sampai prolat. Perbedaan bentuk
polen yang ditemukan dapat disebabkan karena jumlah sampel yang ditemukan
dan tempat pengambilan sampel yang dilakukan peneliti berbeda dengan Erdtman
(1952) sehingga ada kemungkinan sampel peneliti yang tidak termasuk dalam
sampel penelitian Erdman. Bentuk polen yang paling banyak ditemukan yaitu
prolat-spheroidal sampai subprolat, sedangkan lainnya berbentuk prolat-
spheroidal, subprolat, prolat, oblat-spheroidal sampai prolat-spheroidal, oblat-
spheroidal sampai subprolat, subprolat sampai prolat dan prolate sampai
perprolate. Bentuk polen yang diamati dengan metode asetolisis dan
menggunakan mikroskop cahaya serta dengan metode SEM hasilnya memiliki
perbedaan yang disebabkan karena polen mengalami proses asetolisis sehingga
komponen eksin dapat mengalami kerusakan akibat kondisi asam dan
menyebabkan bentuk polen berubah, sedangkan pengamatan dengan metode SEM
menggunakan polen yang diambil langsung dari antera tanpa melalui proses
asetolisis, sehingga didapatkan hasil yang lebih baik (Hesse dkk., 2009).
Tipe apertura pada Solanaceae yang ditemukan di Malang Raya 3-
zonocolporate sampai 4-zonocolporate [Nicotianan tabacum L., Lycopersicon
lycopersicum (L.) Karsten.] dan yang paling banyak yaitu 3-zonocolporate. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Erdtman (1952) yaitu polen Solanaceae memiliki
apertura (2-6) –colpate, -colporidate, -colporate dan kadang tidak memiliki
apertura.
Apertura yang ditemukan pada polen Solanaceae ada 2 macam apertura,
yaitu ektokolpus dan endoporus. Ektokolpus merupakan apertura berbentuk
kolpus yang berada pada seksin, sedangkan endoporus merupakan apertura
bernentuk porus yang terdapat pada neksin (Moore & Webb, 1978). Berdasarkan
penelitian Al-Quran (2004) menyatakan bahwa struktur ektoapertura dan
endoapertura memiliki tingkat variasi yang tinggi pada tiap species.
Hasil SEM pada penelitian ini menunjukkan variasi apertura terdapat pada
panjang ektokolpus yaitu 7,98-35,18 µm, kecuali pada Datura metel L.,
Brugmansia suaveolens Bercht. & Presl., Nicandra physaloides (L.) Gaertn.,
Cestrum elegans Schlecht. tidak dapat diukur karena kolpus tidak tampak jelas
pada gambar hasil SEM dan data sekunder dari Capsicum annum L.,
Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten. serta Nicotiana tabacum L. tidak
disertai ukuran ektokolpus. Bentuk ektokolpus yang paling banyak ditemukan
yaitu cekung, sempit, tenggelam atau bergranula sedangkan lainnya ektokolpus
tidak cekung, sempit dan membran kolpus bergranula.
7

Gambar 1.1. Bentuk Polen Berdasarkan Pandangan Polar dan Ekuator. a. Belah
ketupat pada Cypomandra batacea (Cav.) Sendtn. (10.000x), b. Elips pada
Solanum pseudocapsicum L. (15.000x), c. Segitiga pada Cypomandra batacea
(Cav.) Sendtn. (12.500x), d. Sirkular pada Brugmansia suaveolens Bercht. &
Presl. (5000x).

Ukuran apocolpium yang ditemukan berkisar 0,75-34,17 µm. Pada Datura


metel L. tidak dapat diukur apocolpiumnya karena posisi polen hanya
menunjukkan bidang ekuator, sedangkan pada Capsicum annum L., Lycopersicon
lycopersicum (L.) Karsten., Nicotiana tabacum L. data morfologi polennya
berasal dari sumber sekunder yang tidak disertai dengan ukuran apocolpium.
Tipe ornamentasi daerah apocolpium dan mesocolpium ada 2 macam,
yaitu ornamentasi pada kedua daerah sama dan berbeda. Berbagai ornamentasi
eksin, yaitu berbentuk gundukan bergranula, skabrat, verukat, rugulat, retikulat
dan mikroekinat (Gambar 1.2). Ornamentasi yang paling banyak ditemukan
adalah skabrat dan verukat. Ornamentasi tidak terlihat jelas menggunakan
mikroskop cahaya. Hal ini disebabkan ukuran polen yang sangat kecil dan
perbesaran mikroskop cahaya yang terbatas, selain itu teknik pembuatan preparat
menggunakan metode asetolisis dapat menyebabkan kerusakan rincian apertura
serta dinding eksin yang rapuh akan rusak sehingga tidak dapat teramati dengan
jelas (Hesse dkk., 2009). Hasil yang lebih rinci didapatkan menggunakan SEM
(Scanning Electron Microscrophy).

Gambar 1.2. Hasil SEM Ornamentasi Eksin Polen. a. Verukat pada Solanum tuberosum
L. (25.000x), b. Striat pada Brugmansia suaveolens Bercht. & Presl. (25.000x), c.
Gundukan dengan granula pada Cypomandra batacea (Cav.) Sendtn. (20.000x), d.
Skabrat pada Physalis angulata L. (25.000x), e. Retikulat pada Solandra maxima P.S
Green. (10.000x), f. Rugulat pada Cestrum calycinum H.B.K. (25.000x).
8

Kunci identifikasi polen tumbuhan Solanaceae di Malang Raya yaitu


sebagai berikut.
1a. Bentuk polen pada pandangan polar dan ekuator sama ............................ 2
2a. Ornamen pada apocolpium dan mesocolpium retikulat dengan duri
kecil dan dasar vafeolat......... 1. Brugmansia suaveolens Bercht. & Presl.
2b. Ornamen pada apocolpium retikulat dan mesocolpium
striat ..................................................................................................... 3
3a. Apocolpium retikulat dengan rugulat dan ornamen tersusun
rapat .......................................................................... 7. Datura metel L.
3b. Apocolpium retikulat tanpa rugulat dan lumina terlihat
jelas ................................................. 14. Solandra maxima P.S.Green.
1b. Bentuk polen pada pandangan polar dan ekuator berbeda ......................... 4
4a. Ornamentasi eksin skabrat hingga verukat ........................................... 5
5a. Ornamentasi skabrat ....................................................................... 6
6a. Ada bentuk ornamen lain .......................................................... 7
7a. Ornamen lain terdapat pada seluruh permukaan eksin........ 8
8a. Terdapat gundukan atau rugulae pada permukaan
eksin ....................................... ....23. Solanum wrightii Bth.
8b. Terdapat lubang kecil di seluruh permukaan eksin..........
.................... 8.Jaltomata procumbens (Cav.) J.L. Gentry
7b. Polen skabrat pada mesocolpium dan psilat pada
apocolpium........................ 19. Solanum superfisciens Adelb.
6b. Tanpa ada bentuk ornamen lain ............................................... 9
9a. Kolpus cekung .................................................................... 10
10a. Kolpus bergranula ....................................................... 11
11a. Polen berbentuk segitiga cembung pada pandangan
polar dan elips pada ekluatorial .............................
................................................ 2. Capsicum annum L.
11b. Polen berbentuk sirkular dengan 3 lekuk pada
pandangan polar dan elips pada ekluatorial.. ...... 12
12.a. Panjang kolpus 27,64-29,94........................
..................................... 13. Physalis minima L.
12.b. Panjang kolpus 20,43-23,04..........22. Solanum
verbascifolium L.
10b. Kolpus terletak tenggelam .......................................... 13
13a. Bentuk polen prolat-spheroidal sampai subprolat
........................................... 3. Capsicum frutescens L.
13b. Bentuk polen oblat-spheroidal sampai subprolat
.............................................. 17. Solanum nigrum L.
9b. Kolpus tidak cekung............................ 12. Physalis angulata L.
5b. Ornamentasi verukat ...................................................................... 14
14a. Susunan ornamen rapat ........................................................... 15
15a. Ukuran polen > 20 µm, membran kolpus bergranula....... 16
16a. Bentuk polen subprolat sampai prolat......................
.......................................... 16. Solanum muricatum Ait.
16b. Bentuk polen oblat-spheroidal sampai prolat-
Spheroidal..9. Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten
9

15b. Ukuran polen < 20 µm, kolpus tenggelam........................


...................................................... 21. Solanum tuberosum L.
14b. Susunan ornamen tidak rapat ............................................... 17
17a. Apocolpium lebar....................... 15. Solanum melongena L.
17b. Apocolpium kecil ........................................................... 18
18a. Ukuran apocolpium 2,31-2,394 µm..........................
..................................... 18. Solanum pseudocapsicum L.
18b. Ukuran apocolpium 4,30-4,496 µm ........................
.......................................... 20. Solanum torvum Swartz.
4b. Ornamentasi eksin selain skabrat dan verukat ...................................... 19
19a. Ornamentasi eksin rugulat ............................................................. 20
20a. Tipe apertura 3-zonocolporate .............................................. 21
21a. Bentuk subprolat sampai prolat 4.Cestrum calycinum H.B.K
21b. Bentuk prolat-spheroidal sampai subprolat.....................
................................................. 5. Cestrum elegans Schlecht.
20b. Tipe apertura 4-zonocolporate............. 11. Nicotiana tabacum L.
19b. Ornamentasi eksin tersusun dari granula ..................................... 22
22a. Ornamen berbentuk gundukan yang memiliki granula dan
lubang kecil di permukaan eksin dengan kolpus cekung dan
bergranula ................... 6. Cyphomandra batacea (Cav.) Sendtn.
22b. Ornamen tersusun dari granula berbentuk duri kecil
(mikroekinat) dengan kolpus tidak cekung dan tidak
bergranula........................ 10. Nicandra physaloides (L.) Gaertn.

PENUTUP
Berdasarkan penelitian morfologi polen dari 23 species familia Solanaceae
di Malang Raya dapat disimpulkan bahwa ciri morfologi polen tumbuhan
Solanaceae yang ditemukan di Malang Raya memiliki variasi yaitu tipe apertura
3-zonocplporate sampai 4-zonocolporate, bentuk pandangan polar sirkular,
segitiga cembung dan bentuk pandangan ekuator sirkular, elips dan belah ketupat,
bentuk polen oblat-spheroidal sampai perprolat, ukuran polen kecil sampai
sedang, ornamentasi berbentuk gundukan bergranula, skabrat, verukat, rugulat,
retikulat dan mikroekinat serta kunci identifikasi polen dapat disusun berdasarkan
karakter morfologi pada pandangan polar dan ekuator, ukuran apocolpium,
apertura (tipe, bentuk, ornamen, panjang kolpus), ornamentasi dan bentuk polen
berdasarkan indeks P/E. Morfologi polen dapat dilihat dengan jelas menggunakan
SEM. Variasi polen akan lebih banyak diperoleh dengan memperluas lokasi
pengambilan sampel dan memperhatikan waktu berbunga, identifikasi tumbuhan
Solanaceae sebaiknya menggunakan kunci identifikasi yang relevan.

DAFTAR RUJUKAN
Al-Quran, S. 2004. Pollen Morphology of Solanaceae in Jordan. Pakistan Journal
of Biological Researches,7 (9): 1586-1593.
Al-Wadi H.M and Lashin G.M.A. 2007. Palynological and Cytologycal
Characters of Three Species of Genus Solanum (Family: Solanaceae) from
Saudi Arabia. Journal of Biological Science,7 (4): 626-631.
10

Backer C.A. and Bakhuizen van den Brink Jr. R.C. 1965. Flora of Java
(Spermatophyta Only) Volume II. N.V.P Noordhoff. Groningen. The
Nether Land.
D'Arcy W.G, Zhi-yun Z and An-ming L. 1994. Solanaceae. Flora of China, 17:
300-332.
Davis P.H and Heywood V.H. 1973. Principles of Angiosperm Taxonomy. New
York: D. Van Nostrand Company.
Erdtman, G. 1952. Pollen Morphology and Plant Taxonomy Angiosperms (An
Intoduction to Palynology I). USA: The Chonica Botanica Company.
Foster A.S and Gifford E.M. 1973. Comparative Morphology of Vascular Plants
Second Edition. San Fransisco: W.H Freeman And Company.
Gentry J.L and Standley P.C. 1974. Flora of Guatemala Volume 24 Part X No 1
and 2. Fieldiana: Field Museum of Natural History.
George A.S. 1994. Flora of Australia. (online). (http://www.environment.gov.au/
biodiversity/abrs/online-resources/flora/main/). Diakses tanggal 13
Februari 2015.
Hesse M, Halbritter H, Zetter R, Weber M, Buchner R, Frosch-Radivo A dan
Ulrich S. 2009. Pollen Terminology An Ilustrated Handbook. New York:
SpringerWien.
Knapp S, Bohs L, Nee M and Spooner D M. 2004. Solanaceae - A Model for
Linking Genomics With Biodiversity. Comparative and Functional
Genomics Journal 5: 285-291.
Moore P.D and Webb J.A. 1978. An Illustrated Goide to Pollen Analysis. USA:
Halsted Press.
Singh, G. 2010. Plant Systematics An Intregated Approach 3th Edition. USA:
Science Publishers.

Anda mungkin juga menyukai