Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM GERAKAN PEDULI SISWA (GPS) KOTA BENGKULU

Oleh : Donny Osmond, S.Sos

PENDAHULUAN
Banyaknya persoalan yang mengitari dunia pendidikan telah berakar kuat dan seakan sulit
untuk dapat dipecahkan penyebabnya. Kurangnya Pendidikan merupakan masalah global, dan
keterbatasan anggaran masih menjadi alasan klasik yang menyebabkan dunia pendidikan
belum dapat keluar dari berbagai permasalahannya. Pada masa sekarang ini pendidikan
merupakan suatu kebutuhan primer, pendidikan memegang peranan yang sangat penting.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan mendapatkan manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi seni dan budaya, untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Secara nasional, tujuan pendidikan diletakkan pada tiga pilar, yaitu (1) pemerataan kesempatan
dan perluasan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; (3) penguatan tata
kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Pilar Pemerataan kesempatan dan perluasan akses
merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penciptaan
dan peningkatan layanan pendidikan. Pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental
bagi anak. Dengan adanya pendidikan maka Sumber daya manusia di negara ini semakin
meningkat. Dalam hal pendidikan tidak luput dari proses belajar.
Di Indonesia ini pemerintah mempunyai program Wajib Belajar 9 tahun Program ini
didasari konsep “pendidikan dasar untuk semua” (universal basic education), yang pada
hakikatnya berarti penyediaan akses yang sama untuk semua anak (7-15 tahun) Melalui
program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal
untuk dapat hidup dengan layak di masyarakat dan dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat
yang lebih tinggi baik ke lembaga pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
Dengan wajib belajar, mereka akan dapat menjalani hidup dan menghadapi kehidupan
dalam masyarakat. Untuk itu, target penyelenggaraan W-9-T bukan semata-mata untuk
mencapai target angka partisipasi secara maksimal, namun perhatian yang sama ditujukan juga
untuk memperbaiki kualitas pendidikan dasar yang sekarang ini masih jauh dari standar
nasional.
Dewasa ini penggalakan program pemerintah terus dilaksanakan bahkan menjadi
amanah Undang-Undang Dasar. Kucuran dana melalui anggaran pembangunan bidang
pendidikan, membuat program-program untuk meringankan beban dengan pemberian bantuan
beasiswa.
Pada saat orang–orang berlomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin,
tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara
layak, baik dari tingkat dasar maupun sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Pergantian
pemimpin pada level pusat maupun daerah pun sudah terjadi silih-berganti, juga belum mampu
menghilangkan permasalahan yang menjadi hak dasar warga negara ini. Meskipun dasar
hukum untuk peningkatan pendidikan sangat kuat, namun pendidikan masih merupakan
persoalan yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun pada kenyataannya belum
berimplikasi secara maksimal terhadap penurunan jumlah anak putus sekolah.
Hak wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga
pendidikan dan pemerintah. Anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan
program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan
program belajarnya. Masyarakat dan lingkungan yang juga menjadi faktor penting bagi anak
putus sekolah. Dengan lingkungan merupakan faktor dan alasan bagaimana tumbuh dan
berkembangnya seorang anak.
Pendanaan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat, sampai saat ini kenyataannya ditanggung oleh orang tua siswa akibatnya sekolah
memungut berbagai iuran dan sumbangan kepada orang tua siswa, sehingga pendidikan
menjadi mahal dan hanya menyentuh kelompok masyarakat menengah ke atas.
Anak–anak dari kelompok keluarga tidak mampu tidak sanggup membiayai sekolah anaknya,
Oleh karena itu langkah pemerintah dengan membebankan pembiayaan pendidikan kepada
orang tua siswa tidaklah tepat mereka yang tidak mampu lebih memilih untuk tidak meneruskan
sekolah anaknya dan lebih diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari –hari.
Banyak keluarga yang tidak mampu untuk membiayai segala proses yang dibutuhkan selama
menempuh pendidikan.
Kemudian rendahnya perhatian orangtua yang lebih memperhatikan upaya pemenuhan
kebutuhan keluarga daripada pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anaknya akibat kondisi
ekonomi yang rendah. anak putus sekolah adalah murid yang tidak dapat menyelesaikan
program belajarnya sebelum waktunya selesai atau murid yang tidak tamat menyelesaikan
program belajarnya.
Banyak anak-anak lebih memilih membantu orang tuanya mencari nafkah, dikarenakan
ketidakmampuan mereka dalam hal membiayai sekolah. Masyarakat dan
Memang ada banyak faktor yang menyebabkan masalah pendidikan, akan tetapi dalam
pembahasan kali ini penulis lebih menekankan pada persoalan ekonomi (finansial).
Kemiskinan karena tingkat pendidikan orang tua rendah merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak dalam bidang pendidikan formal sehingga
anak mengalami putus sekolah.
Dengan lingkungan merupakan faktor dan alasan bagaimana tumbuh dan
berkembangnya seorang anak. Banyak sekali Faktor yang menjadi penyebab anak mengalami
putus sekolah, diantaranya yang berasal dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan karena
malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan
sekolahnya, sering diremehkan karena tidak mampu membayar kewajiban biaya sekolah.
Ketidakmampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan yang berdampak
terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik dalam
pergaulan dengan teman sekolahnya selain itu adalah karena pengaruh teman sehingga ikut-
ikutan diajak bermain seperti playstation sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik
kelas, prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah. Anak yang kena sanksi
karena mangkir sekolah sehingga kena Drop Out. Keadaan status ekonomi keluarga.Dalam
keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup
anak, sehingga anak sering dilibatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga
sehingga merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan
belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran. Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan
menimbulkan berbagai masalah. Makin besar anak maka perhatian orang tua makin diperlukan,
dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu
penyebabnya adalah kurangnya perhatian orang tua. Hubungan keluarga tidak harmonis dapat
berupa perceraian orang tua, hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini
merupakan dasar anak mengalami permasalahan yang serius dan hambatan dalam
pendidikannya sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah. Walaupun Pemerintah
telah mencanangkan wajib belajar 9 tahun, namun belum berimplikasi secara maksimal
terhadap penurunan jumlah anak yang tidak dan putus sekolah. Selain itu, program pendidikan
gratis yang telah dilaksanakan belum tersosialisasi hingga kelevel bawah.
Konsep gratis belum jelas sasaran pembiayaannya oleh sekolah sehingga masih
dianggap sebagai beban bagi keluarga yang kurang mampu. Sebab, selain biaya yang
dikeluarkan selama sekolah anak harus mengeluarkan biaya untuk pakaian sekolah, uang
daftar, buku dan alat tulis lainnya, serta biaya transportasi atau akomodasi bagi siswa yang jauh
dari sekolah. Hal-hal tersebut masih dianggap sebagai beban oleh orang tua sehingga
membuat mereka enggan untuk menyekolahkan anaknya. Selain itu, mata pencaharian orang
tua anak tidak dan putus sekolah sebagian besar petani, sebagian kecil nelayan, buruh, serta
terdapat orang tua anak yang tidak memiliki pekerjaan (tetap). Perlu dikemukakan bahwa
terdapat sejumlah anak yang tidak dan putus sekolah disebabkan oleh ketiadaan orang tua atau
meninggal dunia. Jadi, anak tersebut putus sekolah karena tidak adanya orang tua atau pihak
yang mau membiayai sekolah si anak. Jumlah anak yang tidak dan putus sekolah karena orang
tuanya meninggal dunia.
Masyarakat dan lingkungan yang juga menjadi faktor penting bagi anak putus sekolah.
Pengertian Anak Putus Sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena
sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses
tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan pendidikan
yang layak.Masa anak anak merupakan tahapan penting dalam pembentukan dasar–dasar
kepribadian di kemudian hari. Masa untuk berkreatifitas secara konkrit, di mana anak-anak
mengembangkan kemampuan menganalisa dan mengelola pola relasi sosial dalam
hubungannya dengan kemampuan memecahkan berbagai jenis masalah yang dihadapi.
Kemampuan tersebut akan berguna bagi hidupnya di kemudian hari.
Akibat putus sekolah dalam kehidupan sosial adalah semakin banyaknya jumlah kaum
pengangguran dan mereka merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Sedangkan masalah
pengangguran ini di negara kita merupakan masalah yang sudah sedemikian hebatnya, hingga
merupakan suatu hal yang harus ditangani lebih serius. Anak-anak yang putus sekolah dapat
pula mengganggu keamanan. Karena tidak ada kegiatan yang menentu, sehingga kadang-
kadang dapat menimbulkan kelompok-kelompok pemuda liar. Anak-anak nakal dengan
kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri, memakai narkoba, mabuk mabukan,
menipu, menodong, dan sebagainya. Fenomena yang sudah lama dan menjadi masalah sosial
ini tak juga berakhir, seakan sulit dicarikan jalan keluarnya.
Sebagai masalah sosial seharusnya diselesaikan dengan sosial juga, melibatkan
berbagai unsur lapisan masyarakat.
Selama ini, yang bertanggung jawab pada masalah ini adalah pemerintah.
Semua pengelolaan program dilakukan oleh pemerintah. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai monitoring dan evaluasi.Pendanaan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama
antara pemerintah dan masyarakat, sampai saat ini kenyataannya ditanggung oleh orang tua
siswa akibatnya sekolah berbagai iuran dan sumbangan kepada orang tua siswa, sehingga
pendidikan menjadi mahal dan hanya menyentuh kelompok masyarakat menengah ke
atas.Anak–anak dari kelompok keluarga tidak mampu tidaksanggup membiayai sekolah
anaknya, Oleh karena itu langkah pemerintah dengan membebankan pembiayaan pendidikan
kepada wali murid adalah kurang tepat. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua
komponen yaitu orang tua, lembaga masyarakat, pendidikan dan pemerintah bersedia
menunjang jalannya pendidikan. Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan
hanya tanggung jawab sekolah. Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban
moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang tidak
bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat yang kaya atau tergolong
sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan sekolah
anak yang putus sekolah pada tahun ini mencapai puluhan juta anak di seluruh Indonesia.
Diantaranya adalah, Pertama, sering kali program yang dilakukan kurang tepat sasaran
baik dari bentuk program maupun target sasaran yang dituju. Ini dikarenakan masyarakat sama
sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan dan pemilihan sasaran sama sekali pada program
yang ada. Kedua kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat rasa handarbeni
terhadap hasil-hasil yang dicapai program.
Masyarakat tinggal terima beres sebagai penerima manfaat. Padahal masyarakat lah yang akan
merasakan dampak dari program yang dilakukan.Bukannya kebodohan yang hilang, malah isu-
isu ketimpangan sosial dalam dunia pendidikan yang justru muncul kepermukaan tak
memandang itu di perkotaan maupun di pedesaan.
Dalam beberapa review dan evaluasi yang dilakukan oleh beberapa kalangan, ada
beberapa kritik dari pola lama yang dilakukan dalam menjalankan program pembangunan
selama ini. Maka sekarang pendekatan program telah diubah dengan menggunakan
pendekatan bottom up di mana seluruh program pembangunan diusahakan berangkat dari
bawah. Artinya masyarakat akan dilibatkan sejak awal dalam perencanaan dan tahapan-
tahapan selanjutnya. Pendekatan ini menjadi sebuah kecenderungan yang telah dilakukan oleh
berbagai instansi / lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah. Bahkan mungkin hampir
seluruhnya lembaga sekarang ini menggunakan pola-pola semacam ini yang secara partisipatif
melibatkan masyarakat dalam setiap program pembangunan yang ada untuk mengurai
lingkaran setan dalam dunia pendidikan ini.
Disamping pendekatan yang berubah , Program dengan pendekatan partisipatoris
dalam rangka pemberdayaan masyarakat ini mencoba untuk mendudukkan masyarakat
menjadi pelaku sentral dari program. Pendekatan ini mencoba untuk memperbaiki pola-pola
lama yang berlaku pada program pembangunan pada era dulu dimana masyarakat hanya
menjadi objek semata. Pada pola lama, semua program masih bersifat top down, dengan
menggunakan pendekatan bottom up di mana seluruh program pembangunan diusahakan
berangkat dari bawah. Artinya masyarakat akan dilibatkan sejak awal dalam perencanaan dan
tahapan-tahapan selanjutnya. Pendekatan ini menjadi sebuah kecenderungan yang telah
dilakukan oleh berbagai instansi / lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah. Bahkan
mungkin hampir seluruhnya lembaga sekarang ini menggunakan pola-pola semacam ini yang
secara partisipatif melibatkan masyarakat dalam setiap program pembangunan yang ada.
Inilah peran stakeholder dalam mengatasi kasus putus sekolah. Perhatian orang tua,
Pemerintah, masyarakat dan lingkungan serta lembaga-lembaga kemasyarakatan dan sosial
harus bekerja sama demi mengentaskan masalah ini. Peran dari masyarakat dan lingkungan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial seseorang sehingga penting lingkungan dalam
memberikan perhatian terhadap anak demi memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, kebijakan-kebijakan dari pemerintah juga menjadi syarat penting dalam
menyukseskan di bidang pendidikan ini. Pengeluaran peraturan-peraturan dan program-
program harus diimplementasikan secara nyata dan menyeluruh karena sering kali realisasi
berbeda dengan yang telah direncanakan.
Pendidikan dasar wajib 9 tahun yaitu pendidikan SD dan SMP, apabila dilihat dari
tanggung jawab penyelenggaraannya ada pada pemerintahan kabupaten/kota. Dalam UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, disebutkan pemerintah daerah bertanggung
jawab terhadap pendidikan setingkat SD/SM. Upaya Pemerintah Kota Bengkulu dalam rangka
meningkatkan jumlah partisipasi sekolah dan menekan angka anak putus sekolah terus
diperjuangkan, selain pemberian bantuan beasiswa, alat sekolah, dan juga sarana pendidikan
lainnya. Angka partisipasi Sekolah (APS), ratio penduduk yang bersekolah berdasarkan
kelompok usia sekolah masih belum sesuai yang diharapkan. Angka Partisipasi Murni (APM),
untuk usia 7 hingga 12 tahun atau Sekolah Dasar (SD) dari 10 kabupaten/kota di Bengkulu
mencapai 97,30 persen (2013). Data tersebut didapat dalam SUSENAS 2013.Meskipun
Berdasarkan data jumlah anak-anak yang putus sekolah di Kota Bengkulu mengalami
penurunan. APM usia 13 hingga 15 tahun atau setara SMP turun menjadi 72,44 persen.
Persoalan putus sekolah merupakan tantangan tersendiri.
Pemerintah Kota Bengkulu (Diknas), terus melakukan pendataan dan pendampingan
terhadap anak-anak putus sekolah. program jemput bola tersebut tidak ada lagi anak-anak di
Kota Bengkulu yang tidak memiliki ijazah Sekolah Dasar (SD), ijazah Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK). Diknas sudah menyampaikan
kepada seluruh SKPD di Kecamatan maupun Kelurahan untuk menginformasikan, apabila ada
anak-anak yang putus sekolah terlebih karena faktor biaya maka Pemerintah Kota akan
melakukan pendampingan dan memberikan bantuan.
Diknas dengan turun langsung kelapangan, membujuk, dekati orang tua dan memang
tidak mau melanjutkan. Meski demikian Diknas mengupayakan mereka mengikuti ujian paket
Penanggulangan Anak Putus Sekolah Pemerintah kota harus merealisasikan target untuk tidak
ada lagi anak putus sekolah atau nol persen angka putus sekolah kedepannya.
Data dari susenas menyebutkan ratusan ribu pelajar terancam putus sekolah, mereka
berasal dari keluarga miskin. Anak usia sekolah dari keluarga miskin inilah yang potensial
keluar dari bangku sekolah sebelum mengantongi ijazah. Solusi untuk menolong anak putus
sekolah yang tidak mampu yang selama ini ada diantaranya yaitu, penyediakan pendidikan
alternatif untuk mereka yang kurang beruntung tersebut. Namanya, pendidikan kesetaraan yang
disediakan oleh Depertemen Pendidikan Nasional. Pendidikan kesetaraan yang ditujukan untuk
menunjang penuntasan wajar diknas sembilan tahun serta memperluas akses pendidikan
menengah yang menekankan pada keterampilan fungsional dan kepribadian profesional.
Pendidikan kesetaraan menjadi salah satu program pada jalur pendidikan nonformal yang
mengadakan pendidikan umum setara SD/MI, dan SMP/MTs, melalui program Paket A, dan
Paket B oleh Dinas Pendidikan Kota Bengkulu. Di lapangan, program tersebut sering
mengkombinasikan pendidikan aksara dan pembekalan keterampilan. Untuk Paket A,
pesertanya dibekali keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hak memperoleh perlindungan dan pendidikan juga harus diberikan kepada tahanan Lapas
untuk dapat mengikuti ujian paket. Anak-anak ini ketika lulus harus diberikan fasilitasi untuk naik
ke jenjang berikutnya.
Di kota Bengkulu, keterbatasan dana dan kurangnya fasilitas pendidikan yang dimiliki.
Data Susenas mengungkapkan bahwa faktor ekonomi merupakan alasan utama anak putus
sekolah tidak melanjutkan pendidikan (75,7%),.
Bersamaan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (2 Mei 2019), bertempat di
ruang hidayah Kantor Walikota program Gerakan Perduli Siswa (GPS) diseluruh sekolah yang
berada dibawah Dinas Pendidikan dan kebudayaan kota Bengkulu telah dilaunching. Gerakan
Peduli Siswa (GPS) adalah program gerakan Sedekah atau sumbangan infaq seribu rupiah dari
siswa yang bertujuan untuk membantu siswa-siswi yang kurang mampu. GPS adalah program
gerakan moral untuk saling membantu sesama siswa.
Sedekah yaitu berupa perbuatan pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang
berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan
pemberi. Pengertian secara umum shadaqah atau sedekah adalah mengamalkan harta di jalan
Allah dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan, dan semata-mata mengharapkan ridha-Nya
sebagai bukti kebenaran iman seseorang. Istilah lain sedekah adalah derma dan donasi.
Memberikan wadah dan pendidikan kepada anak-anak sedari dini untuk mengamankan ajaran
agama.
Gerakan sedekah siswa ini sangat bersesuaian dengan apa yang menjadi visi besar
Pemkot saai ini, yaitu mewujudkan masyarakat kota Bengkulu yang bahagia dan religius.
Melalui GPS ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai objek program tetapi menjadi subjek
program.Metode GPS ini adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan dan
membentuk karakter pada siswa. Suatu program yang direncanakan untuk menanamkan hal
yang positif pada siswa dalam lingkungan pendidikan (sekolah), suatu pembelajaran baik
secara langsung atau tidak langsung yang bertujuan untuk membentuk karakter yang sesuai
dengan norma , dan kaidah moral dalam lingkungan bermasyarakat.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Melalui program GPS ini siswa mendapatkan banyak pembelajaran berupa penanaman
karakter religius/spiritual, kedisiplinan, tanggung jawab, jujur, saling tolong menolong, gotong
royong, solidaritas dan lain sebagainya. Dalam satu kelas selisih usia antara siswa satu dengan
siswa yang lain tentu relative kecil atau hampir sama, sehingga siswa satu dengan siswa yang
lain lebih banyak berinteraksi dalam pergaulan sehari-hari di sekolah (kelas). Siswa lebih
mengetahui kondisi siswa yang satu dengan yang lainnya. Dalam pergaulan mereka, siswalah
yg lebih mengetahui siapa dari teman mereka yang sedang membutuhkan bantuan dan
pertolongan dana GPS. Siswa dapat melihat dan merasakan langsung manfaat dari sedekah
sehingga memiliki motivasi bersedekah. Melalui GPS ini siswa bukan hanya dijadikan sebagai
objek program tetapi menjadi subjek program, yaitu siswa diajak untuk menjadi ikut
berpartisipasi secara aktif. Dalam sedekah siswa, siswa yang lebih pandai memberikan bantuan
belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan sedekah oleh teman dapat
menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan
teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan
siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya. Sehingga siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima bantuan yang tidak
lain adalah dari teman itu sendiri.
Pada saat melakukan sosialisasi di Masjid Manbaul Ulum SMPN 18 Kota Bengkulu,
Jumat (24/5/2019), Wakil Walikota Bengkulu bersama Dinas Pendidikan turun secara langsung
memberikan penjelasan akan pencanangan program ini. Pengurus GPS dibentuk dari mulai
tingkat kelas dimasing-masing sekolah.
Setiap harinya, sebelum siswa memulai pelajaran pengurus GPS kelas akan meminta
infaq kepada siswa – siswi. Sebagai contoh, SMP 18 memiliki 911 siswa yg terdiri dari 504
Siwa laki-laki, dan 407 siswa perempuan yang dibagi dalam 30 kelas. Katakanlah dalam
satu kelas terdiri dari 30 orang siswa, dan masing-masing siswa bersedekah seribu
rupiah dalam satu hari, maka dari satu kelas akan terkumpul sedekah sejumlah 30.000,-
Rupiah. 30.000,- x 30 (kelas) = 900.000,-
Jika dalam satu Minggu dihitung 5 hari saja maka akan terkumpul 4.500.000,- dalam satu
Minggu. 4.500.000,- x 4 = 18.000.000,-/bulan. 18.000.000,- x 12 bulan = 216.000.000,- /
tahun.
Ini baru dari satu sekolah saja (SMP) dari total 50 SMP (27 Negeri, dan 23 swasta) yang
ada di kota Bengkulu. Belum lagi Sekolah Dasar dikota Bengkulu, yang berjumlah total
118 SD yang terdiri dari 83 SD negeri, dan 35 SD swasta. Bisa kita bayangkan berapa
besar jumlah dana yang akan terkumpul dalam setiap tahunnya.
Dari hasil infaq tersebut setiap bulannya nanti akan ada pihak Bank Bengkulu yang
menjemputnya ke setiap sekolah. Dalam pengelolaan dananya dilakukan secara transparan
oleh siswa-siswi itu sendiri, laporan perolehan dana dan penggunaannya setiap bulannya
secara berjenjang dimulai dari kelas di masing-masing sekolah. Guru berperan sebagai
pembimbing dan pengawasan Memberikan motivasi dan penanaman nilai-nilai Agar gerakan
GPS ini dapat bermanfaat secara lebih besar, dana yang terkumpul dalam satu bulan disetiap
sekolah selanjutnya disatukan di dinas Pendidikan. Alasannya, apabila pengelolaan dana di
masing-masing sekolah maka azas manfaatnya kurang. Misal ada anak sekolahan kebetulan
dari keluarga tidak mampu harus operasi sesuatu misalnya, sakit, biayanya tinggi, katakan
ratusan juta, kalau dia hanya mengandalkan (dana sedekah) dari sekolahnya sendiri mungkin
tabungannya tidak mencapai 100 juta. Atau misalnya sampai pun akan habis untuk hanya satu
anak itu. Tetapi jika disatukan se-Kota Bengkulu akan bisa mengcover hal-hal yang lebih besar
lainnya. Sebagai bentuk transparansi, pengawasan penggunaan dana sedekah itu nantinys bisa
dilihat di webnya pada Dinas Pendidikan yang bisa diakses oleh publik.
Selanjutnya, setelah program ini sudah berjalan, seiring waktu bila saldonya banyak
banyak. Jadi bisa membantu sekolah lain yang kebetulan perlu dibantu. Sebab tidak semua
sekolah memiliki keperluan yang urgent untuk dibantu. Setelah itu uang hasil sedekah ini,
dapat juga akan disalurkan untuk program bedah rumah keluarga pendidikan yang tidak layak
huni atau tidak mampu. Jadi dapat dimanfaatkan untuk apa saja, selagi masih berkaitan
dengan pendidikan (murid, guru, sarana dan tenaga kependidikan.
Kehadiran Pemerintah dengan mengalokasikan anggaran sosialisasi, memberikan reward
sebagai motivasi untuk siswa.
PENUTUP
Tinggal lagi, bagaimana pihak yang terkait (Diknas) dapat menjadikan program
terobosan ini berjalan masif, terstruktur dan terencana di setiap sekolah yang berada dalam
tanggung jawab dan kewenangan pemerintah kota Bengkulu. Sebuah ide atau gagasan yang
baik, akan bermanfaat jika bisa direalisasikan dalam bentuk realisasi di lapangan. Tidak hanya
menjadi solusi bagi siswa yang Putus sekolah karena faktor ekonomi (kemiskinan), tetapi
gerakan sedekah siswa ini dapat juga menjadi solusi bagi kebutuhan sarana dan prasarana
fasilitas belajar yang terpenuhi terpenuhi selama ini di kota Bengkulu.
Hal itu bertujuan akhir akan menuju gerakan kemandirian dalam segala bidang dalam
masyarakat. Sebuah gerakan rakyat yang di dorong kesadaran kolektif untuk berubah. Bukan
karena didorong adanya dana akan tetapi berdasarkan kebutuhan akan perubahan itu sendiri
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki suatu masyarakat.
Inilah arti pemberdayaan yang sebenarnya. Siswa mampu melakukan dengan usahanya sendiri
dengan sedikit mungkin mengandalkan bantuan dari orang / pihak lain.
● Penulis adalah alumni kesejahteraan Sosial fakultas ilmu sosial politik Universitas
Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai