Makalah Aliran Filsafat Pendidikan KEL 9
Makalah Aliran Filsafat Pendidikan KEL 9
Makalah Aliran Filsafat Pendidikan KEL 9
PENDAHULUAN
Waktu terus berjalan, pendidikan pun terus berkembang bersama hiruk pikuk
hidup dan kehidupan insan. Problem-problem pendidikan pun bermunculan begitu
cepat secepat cendawan tumbuh di musim hujan. Ilmu pendidikan bertanggungjawab
untuk memecahkan problem-problem tersebut, untuk itu tidaklah ringan tanggung
jawab yang diembannya karena begitu kompleks problem-problem yang ada di dunia
pendidikan. Tak jarang ilmu pendidikan pun meminta pertolongan pada pihak lain,
pihak filsafat pendidikan karena problem yang dihadapi berada di luar kaplingnya dan
sudah memasuki wilayah atau lingkaran hakikat. Manakala problem pendidikan
memasuki lingkaran yang substansial atau filosofis kiranya ilmu pendidikan
menyerahkan garapan itu pada filsafat pendidikan.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Lebih lanjut, Harold H. Titus mencoba mencari sifat umum eksistensialisme, yang
antara lain tampak pada klasifikasi berikut:
2. Eksistensialisme percaya bahwa tak ada pengetahuan yang terpisah dari subjek
yang mengetahui. Kita mengalami kebenaran dalam diri kita sendiri. Kebenaran
tidak dapat dicapai secara abstrak. Oleh sebab itu, kaum eksistensialis
menggunakan bentuk-bentuk sastra dan seni untuk mengekspresikan perasaan
dan hati.
1. Realitas
2. Pengetahuan
3. Nilai
4. Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan
b. Kurikulum
Kaum eksistensialis menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hali itu
berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu tingkatan
kepekaan personal disebut Greene “kebangkitan yang luas”. Kurikulum ideal adalah
kurikulum yang memberikan para siswa kebebasan individual yang luas dan
mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melaksanakan
pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik kesimpulan-kesimpulan mereka
sendiri.
Menurut pandangan eksistensialisme, tidak ada satu mata pelajaran tertentu yang
lebih penting daripada yang lainnya. Mata pelajaran merupakan materi dimana
individu akan dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya.
c. Proses belajar-mengajar
d. Peranan guru
1. Tujuan pendidikan
Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan.
2. Status siswa
3. Kurikulum
4. Peranan guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, di mana mungkin guru
pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid.
5. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun
yang dipakai harus merujuk pada tata cara untuk mencapai kebehagiaan dan
karakter yang baik. (Uyoh, 2014:140)
Anak akan tumbuh apabila berhubungan dengan yang lainnya. Anak harus
mempelajari hidup dalam komunitas individu-individu, bekerjasama dengan mereka,
dan menyesuaikan dirinya secara cerdas terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
c. Relativitas nilai
2. Pengetahuan
Menurut james (Harun Hadiwijono. 1980) dalam Sadulloh (2003) tidak ada
kebenaran mutlak berlaku umum,bersifat tetap,berdiri sendiri,lepas dari akal pikiran
yang mengetahui. Pragmatisme juga berpandangan bahwa metode intelegen
merupakan cara ideal untuk memperoleh pengetahuan.
Menurut Dewey yang benar adalah apa yang pada akhirnya disetujui oleh semua
orang yang menyelidikinya.Selanjutnya pada bagian lain Dewey mengatakan bahwa
pengalaman merupakan suatu interaksi antara lingkungan dengan organisme
biologis.kegiatan berpikir timbul disebabkan karena adanya gangguan terhadap
situasi yang menimbulkan masalah bagi manusia.untuk memecahkan masalah
tersebut disusun hipotesis sebagai bimbingan bagi tindakan berikutnya,Dewey
menegaskan bahwa berpikir khususnya berpikir ilmiah merupakan alat untuk
memecahkan masalah itulah yang disebut metode intelegen ataumetode ilmiah.
John Dewey mengembangkan sebuah teori pengetahuan dari sudut peranan biologis
dan psikologis.konsep-konsepnya merupakan bimbingan untuk mengarahkan
kegiatan intelektual manusia kearah masalah social yang timbul pada waktu
itu.Menurut Dewey,tugas filsafat adalah memberikan garis-garis pengarahan bagi
perbuatan dalam kenyataan hidup.
3. Nilai
4. Pendidikan
a) Konsep pendidikan
Menurut Dewey terdapat dua teori pendidikan yang saling bertentangan antara
yang satu dengan yang lainnya.kedua teori pendidikan tersebut adalah paham
konservtif dan “unfolding theory” (teori pemerkahan). Teori konservatif
mengemukakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu pembentukan terhadap
pribadi anak tanpa memperhatikan kekuatan-kekuatan atau potensi-potensi yang ada
dalam diri anak. “unfolding theory”berpandangan bahwa anak akan berkembang
dengan sendirinya, Karena ia telah memiliki kekuatan-kekuatan laten, dimana
perkembangan sianak telah memiliki tujuan yang pasti. Menurut pragmatisme
pendidikan bukan merupakan suatu proses pembentukan dari luar,dan juga bukan
merupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya.
Pendidikan menurut pragmatisme merupakan suatu proses organisasi dan
rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman-pengalaman
tersebut bukan terdiri atas materi intem maupun materi yang diungkapkan,melainkan
materi yang berasal dari aktivitas yang asli dari lingkungan. Selanjutnya John Dewey
mengemukakan perlunya atau pentingnya pendidikan karena berdasarkan atas tiga
pokok pemikiran yaitu :
Menciptakan suatu lingkungan yang lebih luas dan lebih baik daripada yang
diciptakan anak tersebut dan menjadi milik mereka untuk dikembangkan.
c) Tujuan pendidikan
Guru tidak boleh memaksakan suatu idea tau pekerjaan yang tidak sesuai
dengan minat dan Kemampuan siswa.
Tujuan pendidikan
Memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosial dan
pribadi.
Kedudukan siswa
Suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks
untuk tumbuh
Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah,minat dan kebutuhan siswa
yang dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum
Metode
Peran guru
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Alwashilah, A. Chaedar. 2014. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya.
Assegaf, Abd. Rahman. 2014. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: RajaWali Pers.