Tumor Medula Spinalis
Tumor Medula Spinalis
Pendahuluan.
Dalam menghadapi seorang penderita dengan keluhan kelemahan
atau gangguan gerak pada kedua anggota gerak bawah, maka yang
terlintas dalam pemikiran kita yaitu apakah gangguan ini bersifat
neurogenik, atau yang lain. Bila bersifat neurogenik maka kita harus
berpikir kemungkinan lesinya bisa berada pada susunan saraf pusat atau
perifer, sehingga diperlukan pemeriksaan sifat-sifat atau jenis kelumpuhan
apakah bersifat UMN atau LMN. Seandainya kelainan berada pada susunan
saraf pusat maka perlu dipisahkan apakah kelainan berada pada medula
spinalis atau di otak ( intrakranial).
Jika kita sudah memastikan suatu kelainan medula spinalis, maka
kita teringat dengan medula spinalis yang berada dalam kanalis spinalis
yang memanjang mulai dari daerah servikal sampai setinggi kurang lebih
lumbal 1 - 2 korpus vertebra. Sehingga kita perlu menentukan lokasi dari
kerusakan medula spinalis.
Dalam menentukan letak lesi pada medula spinalis ditentukan
dengan menilai adanya gangguan sensiblitas sesuai dermatom dan
kekuatan otot sesuai dengan miotom. Pada kelainan medula spinalis akan
ditemukan adanya beberapa kelainan secara bersamaan yaitu kelainan
motorik, sensibilitas, dan otonom.
Gambaran klinis
Gambaran klinis tergantung dari daerah adanya penekanan pada
medula spinalis dan radik spinalis. Tempat lesi dalam medula spinalis akan
meluas ke arah luar sehingga menimbulkan sign dan simptom radiks
secara segmental dari yang rusak. Pada radik akan terlihat adanya tanda
LMN dan gangguan sensorik yang sesuai radik. Sedang pada segmental
medula spinalis adanya tanda LMN dan gangguan sensibilitas sesuai
dermatom, pada bawah lesi terdapat gangguan sensibilitas dan gangguan
motorik berupa UMN.
Diagnosa.
1. Anamnesis dan pemeriksaan neurologis sesuai dengan tanda dan gejala
klinik.
2. Pemeriksan darah rutin sesuai dengan keperluan misalnya dalam
mencari tumor primer.
3. Pemeriksaan radiologi.
- X foto tulang belakang.
- Myelographi dan atau myelo - CT.
- M R I spinal
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S.
Umur : 32 tahun.
Alamat : Clereng RT 01 / 05 Keling, Jepara.
Pekerjaan : Wiraswasta
No CM : 713493.
Masuk RS : 5 Februari 2003.
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lemah kedua anggota gerak bawah.
Riwayat Peny. Sekarang : Sejak 1 tahun SMRS penderita mengeluh
lemah kedua anggota gerak bawah. Rasa lemah yang dirasakan pada
kedua anggota gerak bawah, penderita masih bisa berjalan tapi harus
dengan rambatan tapi makin lemah sehingga tidak bisa berjalan, penderita
merasa nyeri pada daerah infraklavikula kanan. Penderita berobat ke RS
Pati dirawat selama 12 hari, rasa lemah ada perbaikan dan pulang ke
rumah bisa jalan rambatan. 1 minggu setelah pulang rasa lemah makin
bertambah berat dan terasa panas dibadan mulai dari dada sampai ke kaki
dan buang air kecil tanpa disadari. 3 bulan SMRS penderita mengeluh
tidak bisa berjalan sama sekali sehingga penderita hanya tiduran. 1 bulan
SMRS penderita mengeluh kencing dan buang air besar susah, sehingga
penderita berobat ke RS Panti Rahayu Jepara dan pasang kateter dan
penderita dirujuk ke RSDK. Luka pada pinggang bawah.
Status neurologis :
Kesadaran : E 4 M 6 V 5 = 15
Kepala : Mata pupil isokor ø 3 mm / 3 mm R C + / +
Leher : Kaku kuduk, pembesaran kelenjar lymph (+)
leher kanan 2 buah, nyeri tekan (-), bisa bergerak.
Nn Kranialis : normal.
Motorik Superior Inferior
Gerak +/ + -/-
Kekuatan 5-5-5-5 / 5-5-5-5 0/0
Tropi N/N disuse atropi
Tonus N/N /
RF N/N /
RP -/- +/+
Klonus -/- -/-
Sensibilitas : Hipastesia sampai setinggi dermatom MS
segmen thorakal IV.
Vegetatif : Retensio urin et alvi.
Tlg belakang : Gibbus (+) pada korpus vertebtra 2- 3, nyeri
tekan (+),
Dekubitus : Grade III pada daerah lumbal 4 - 5
Spastisitas : anggota gerak bawah, grade 3 Ashworth.
V. ASSESMENT.
Diagnosa klinik : Paraplegi inf spastik.
Hipastesi sampai setinggi seg. MS Th IV.
Retensio urin et alvi.
Diagnosa topik : Medula spinalis segmen Th IV.
Diagnosa etiologik : Suspek spondilitis Tuberkulosis
Dekubitus : Grade III pada daerah lumbal 4 - 5
Spastisitas : Anggota gerak bawah, grade 3 Ashworth.
VI. TERAPI
1. Medikamentosa.
2. Operatif.
3. Rehabilitasi medik.
1. FISIOTERAPI.
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
Paraplegi inf spastik, kekuatan nol.
Spastisitas (+), LGS terbatas, dekubitus grade 3 (+)
Kesulitan mobilitas ditempat tidur, ok spastisitas
Belum bisa duduk, sehingga belum dapat melakukan aktifitas duduk.
Program :
Fisioterapi pasif, latihan LGS pasif, alih baring tiap 2 jam.
Stretching kedua ektremitas bawah, latihan penguatan otot ekstremitas
atas, breathing exercise.
2. OKUPASI TERAPI.
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
Paraplegi inf spastik, kekuatan nol.
Spastisitas (+), LGS terbatas, dekubitus grade 3 (+).
Kesulitan mobilitas ditempat tidur, ok spastisitas
Belum dapat melakukan aktifitas duduk.
Program :
Penguatan ekstremitas superior
Prevokasional training.
3. ORTOTIK-PROSTETIK
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik, paraplegi inf spastik, kekuatan
nol, Spastisitas (+), LGS terbatas, dekubitus grade 3 (+).
Kesulitan mobilitas ditempat tidur, ok spastisitas.
Belum dilakukan tindakan operasi.
Program :
Thorakolumbosakral Ortosis ( TLSO )
4. SOSIAL- MEDIK
Assesment :
Penderita dengan suami pedagang mebel, dan seorang anak masih
sekolah SMP dengan penghasilan cukup. Biaya berobat dengan di
tanggung sendiri. Kesan : Sosial ekonomi mampu.
Dinding rumah tembok, listrik PLN, tidak ada tangga, kloset duduk,
rumah tidak ada tangga.
Program :
Edukasi kepada penderita dan keluarga tentang perlunya bantuan
dalam AKS.
Kloset duduk sebaiknya diganti kloset duduk atau modifikasi.
Motivasi keluarga dan bimbingan untuk berperan dalam program
rehabilitasi.
5. PSIKOLOGI
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
Penderita menyadari penyakitnya membutuhkan rehabilitasi yang
bertahap dan program ini harus dilanjutkan dirumah.
Penderita mempunyai motivasi sembuh.
Hubungan dengan keluarga cukup baik dan mendapat dukungan
keluarga dalam hal pengobatan penyakitnya.
Emosi stabil.
Program :
Support mental dari dokter, perawat dan keluarga.
Motivasi untuk berobat rutin, serta latihan bertahap.
Penjelasan kepada keluarga tentang penyakit penderita dan keikut
sertaan keluarga dalam hal pengobatan.
Memberi dukungan dalam AKS.
6. TERAPI WICARA.
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
Program :
Tidak ada program