Anda di halaman 1dari 8

TUMOR MEDULA SPINALIS

Pendahuluan.
Dalam menghadapi seorang penderita dengan keluhan kelemahan
atau gangguan gerak pada kedua anggota gerak bawah, maka yang
terlintas dalam pemikiran kita yaitu apakah gangguan ini bersifat
neurogenik, atau yang lain. Bila bersifat neurogenik maka kita harus
berpikir kemungkinan lesinya bisa berada pada susunan saraf pusat atau
perifer, sehingga diperlukan pemeriksaan sifat-sifat atau jenis kelumpuhan
apakah bersifat UMN atau LMN. Seandainya kelainan berada pada susunan
saraf pusat maka perlu dipisahkan apakah kelainan berada pada medula
spinalis atau di otak ( intrakranial).
Jika kita sudah memastikan suatu kelainan medula spinalis, maka
kita teringat dengan medula spinalis yang berada dalam kanalis spinalis
yang memanjang mulai dari daerah servikal sampai setinggi kurang lebih
lumbal 1 - 2 korpus vertebra. Sehingga kita perlu menentukan lokasi dari
kerusakan medula spinalis.
Dalam menentukan letak lesi pada medula spinalis ditentukan
dengan menilai adanya gangguan sensiblitas sesuai dermatom dan
kekuatan otot sesuai dengan miotom. Pada kelainan medula spinalis akan
ditemukan adanya beberapa kelainan secara bersamaan yaitu kelainan
motorik, sensibilitas, dan otonom.

Tumor medula spinalis.


Proses neoplastik di susunan saraf pusat mencapai neoplasma
primer dan sekunder ( metastatik ). Kira-kira 10 % dari semua neoplasma
dari seluruh tubuh ditemukan pada susunan saraf pusat dan selaputnya, 8
% berlokasi di ruang intrakranial dan 2 % di ruang kanalis spinalis. Urutan
proses neoplastik pada kanalis spinalis adalah neurelimoma, meningioma,
glioma, sarkoma, hemangioma dan kordoma.
Tumor medula spinalis dibagi menurut lokasi tumornya yaitu :
Tumor primer dan sekunder. Tumor primer dibagi menjadi.
1. Tumor intramedular yaitu tumor yang berasal dari sel-sel dalam medula
spinalis antara lain ependimoma, astrositoma, dan lain-lain.
2. Tumor ekstrameduler yaitu ektradural misalnya tumor primer tulang
belakang seperti osteosarkoma, spondilitis tuberculosis dan tumor
intradural ektramedular antara lain meningioma, schwanoma
hemangioma.
Tumor sekunder yaitu tumor yang bermetastase ke tulang belakang antara
lain bisa berasal dari paru, mamae, prostat, kolon dan hepar. Metastase
intramedullar tidak sejarang yang dipikirkan. Pada suatu retrospektif studi
dari 627 kanker sistemik, Costigan dan Winkelman menemukan 152 kasus
metastase ke susunan saraf pusat, 13 metastase berlokasi dalam medula
spinalis. 9 dari 13 kasus metastase ke bagian dalam medula spinalis, tanpa
adanya lepto meningeal karsinomatosis. Sedang 4 kasus terlihat meluas
mulai dari piamater. Bronkogenik karsinoma menjadi sumber utama.

Gambaran klinis
Gambaran klinis tergantung dari daerah adanya penekanan pada
medula spinalis dan radik spinalis. Tempat lesi dalam medula spinalis akan
meluas ke arah luar sehingga menimbulkan sign dan simptom radiks
secara segmental dari yang rusak. Pada radik akan terlihat adanya tanda
LMN dan gangguan sensorik yang sesuai radik. Sedang pada segmental
medula spinalis adanya tanda LMN dan gangguan sensibilitas sesuai
dermatom, pada bawah lesi terdapat gangguan sensibilitas dan gangguan
motorik berupa UMN.

Secara ringkas dibedakan tumor intrameduler dan ekstrameduler.

GEJALA INTRAMEDULER EKSTRAMEDULER


1.Defisit sensorik -Mulai pd tingkat lesi, -Ggn nyeri & suhu sisi
menyebar kebawah. kontralateral.
-Batas atas ada -Ggn propioseptif sisi
disosiasi sensibilitas. kontralteral.
2. Nyeri radikuler -Lokasi tdk jelas -Timbul dini
-Rasa seperti terbakar -Tanda yg penting
3. Tanda piramidal / -Timbul lambat -Timbul dini
UMN -Minimal -Jelas
4. LMN -Jelas & meluas -Tdk jelas
-Ada atropi -Sifat segmental
5. Nyeri lokal vertebra -Jarang -Sering & umum
6. Perubahan trofik -Jelas & sering -Tdk jelas
7. Ggn nyeri & suhu di -Tdk jelas -Jelas
saddle area
8. GGN vegetatif -Terjadi dini -Terjadi akhir
9. Mioklonik&fasikulasi -Jarang -Sering
10. LCS blok & -Lambat -Jelas
peningkata protein -Sedikit  STD dini -Meningkat STD dini

Diagnosa.
1. Anamnesis dan pemeriksaan neurologis sesuai dengan tanda dan gejala
klinik.
2. Pemeriksan darah rutin sesuai dengan keperluan misalnya dalam
mencari tumor primer.
3. Pemeriksaan radiologi.
- X foto tulang belakang.
- Myelographi dan atau myelo - CT.
- M R I spinal

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S.
Umur : 32 tahun.
Alamat : Clereng RT 01 / 05 Keling, Jepara.
Pekerjaan : Wiraswasta
No CM : 713493.
Masuk RS : 5 Februari 2003.

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lemah kedua anggota gerak bawah.
Riwayat Peny. Sekarang : Sejak  1 tahun SMRS penderita mengeluh
lemah kedua anggota gerak bawah. Rasa lemah yang dirasakan pada
kedua anggota gerak bawah, penderita masih bisa berjalan tapi harus
dengan rambatan tapi makin lemah sehingga tidak bisa berjalan, penderita
merasa nyeri pada daerah infraklavikula kanan. Penderita berobat ke RS
Pati dirawat selama 12 hari, rasa lemah ada perbaikan dan pulang ke
rumah bisa jalan rambatan. 1 minggu setelah pulang rasa lemah makin
bertambah berat dan terasa panas dibadan mulai dari dada sampai ke kaki
dan buang air kecil tanpa disadari. 3 bulan SMRS penderita mengeluh
tidak bisa berjalan sama sekali sehingga penderita hanya tiduran. 1 bulan
SMRS penderita mengeluh kencing dan buang air besar susah, sehingga
penderita berobat ke RS Panti Rahayu Jepara dan pasang kateter dan
penderita dirujuk ke RSDK. Luka pada pinggang bawah.

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat trauma, demam, batuk lama dan


batuk darah serta penurunan berat badan disangkal penderita.
Riwayat peny. keluarga : Tidak ada keluarga yang sakit seperti
penderita.
Sosial ekonomi : Penderita dan suami berdagang mebel di
Jepara dengan penghasilan yang mencukupi untuk keluarga dengan
seorang anak masih sekolah di SMP
Kesan : Sosial ekonomi mampu.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum: Vital sign:TD 130 / 80 mmH; HR 88 x/I;
T 37 C; RR 24 x/i.
Status internus : Jantung, paru dan Abdomen normal.

Status neurologis :
 Kesadaran : E 4 M 6 V 5 = 15
 Kepala : Mata pupil isokor ø 3 mm / 3 mm R C + / +
 Leher : Kaku kuduk, pembesaran kelenjar lymph (+)
leher kanan 2 buah, nyeri tekan (-), bisa bergerak.
 Nn Kranialis : normal.
 Motorik Superior Inferior
Gerak +/ + -/-
Kekuatan 5-5-5-5 / 5-5-5-5 0/0
Tropi N/N disuse atropi
Tonus N/N  / 
RF N/N  / 
RP -/- +/+
Klonus -/- -/-
 Sensibilitas : Hipastesia sampai setinggi dermatom MS
segmen thorakal IV.
 Vegetatif : Retensio urin et alvi.
 Tlg belakang : Gibbus (+) pada korpus vertebtra 2- 3, nyeri
tekan (+),
 Dekubitus : Grade III pada daerah lumbal 4 - 5
 Spastisitas : anggota gerak bawah, grade 3 Ashworth.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Darah rutin : Hb 12,9 gr%; Ht 40,6 %: L 11.800 /mm3;
Trombosit 380.000 / mm3; LED I 21 ; II 40
 Alkali fosfatase : 113 mg/dl: Asam urat 3,8 mg/dl: Alb 3,2 ;
Glob 4,30; Protein bence jones (-).
 X-foto vertebra : Destruksi korpus vertebra Th 2 - 3.
 X-foto thorak : Cor dan pulmo tenang, tanda metastase (-).
 MRI Spinal : Massa ekstradural di daerah thorak atas 1- 3.
Ada penekanan pada medula spinalis, dan
destruksi korpus vertebra Th 1 - 3.
Kesan: Spondilitis tbc & abses paravertebra

V. ASSESMENT.
Diagnosa klinik : Paraplegi inf spastik.
Hipastesi sampai setinggi seg. MS Th IV.
Retensio urin et alvi.
Diagnosa topik : Medula spinalis segmen Th IV.
Diagnosa etiologik : Suspek spondilitis Tuberkulosis
Dekubitus : Grade III pada daerah lumbal 4 - 5
Spastisitas : Anggota gerak bawah, grade 3 Ashworth.

VI. TERAPI
1. Medikamentosa.
2. Operatif.
3. Rehabilitasi medik.

1. FISIOTERAPI.
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
Paraplegi inf spastik, kekuatan nol.
Spastisitas (+), LGS terbatas, dekubitus grade 3 (+)
Kesulitan mobilitas ditempat tidur, ok spastisitas
Belum bisa duduk, sehingga belum dapat melakukan aktifitas duduk.
Program :
Fisioterapi pasif, latihan LGS pasif, alih baring tiap 2 jam.
Stretching kedua ektremitas bawah, latihan penguatan otot ekstremitas
atas, breathing exercise.

2. OKUPASI TERAPI.
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
Paraplegi inf spastik, kekuatan nol.
Spastisitas (+), LGS terbatas, dekubitus grade 3 (+).
Kesulitan mobilitas ditempat tidur, ok spastisitas
Belum dapat melakukan aktifitas duduk.
Program :
Penguatan ekstremitas superior
Prevokasional training.

3. ORTOTIK-PROSTETIK
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik, paraplegi inf spastik, kekuatan
nol, Spastisitas (+), LGS terbatas, dekubitus grade 3 (+).
Kesulitan mobilitas ditempat tidur, ok spastisitas.
Belum dilakukan tindakan operasi.
Program :
Thorakolumbosakral Ortosis ( TLSO )

4. SOSIAL- MEDIK
Assesment :
Penderita dengan suami pedagang mebel, dan seorang anak masih
sekolah SMP dengan penghasilan cukup. Biaya berobat dengan di
tanggung sendiri. Kesan : Sosial ekonomi mampu.
Dinding rumah tembok, listrik PLN, tidak ada tangga, kloset duduk,
rumah tidak ada tangga.
Program :
Edukasi kepada penderita dan keluarga tentang perlunya bantuan
dalam AKS.
Kloset duduk sebaiknya diganti kloset duduk atau modifikasi.
Motivasi keluarga dan bimbingan untuk berperan dalam program
rehabilitasi.

5. PSIKOLOGI
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
Penderita menyadari penyakitnya membutuhkan rehabilitasi yang
bertahap dan program ini harus dilanjutkan dirumah.
Penderita mempunyai motivasi sembuh.
Hubungan dengan keluarga cukup baik dan mendapat dukungan
keluarga dalam hal pengobatan penyakitnya.
Emosi stabil.
Program :
Support mental dari dokter, perawat dan keluarga.
Motivasi untuk berobat rutin, serta latihan bertahap.
Penjelasan kepada keluarga tentang penyakit penderita dan keikut
sertaan keluarga dalam hal pengobatan.
Memberi dukungan dalam AKS.

6. TERAPI WICARA.
Assesment :
Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
Program :
Tidak ada program

Anda mungkin juga menyukai