Disusun Oleh:
Anissa Pratiwi
41191097000075
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Monitoring Efek Samping Obat” dengan lancar. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan Kefarmasian. Penulis
Hidayatullah Jakarta, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu namanya
makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.
Anissa Pratiwi
BAB I
PENDAHULUAN
Infark miokard akut (IMA) adalah suatu keadaan terjadinya kematian sel
Orang awam menyebut IMA sebagai serangan jantung yaitu penyempitan atau
penyumbatan darah koroner (Rendi dan Margaret, 2012). Sumbatan yang terjadi
sebagian besar disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada arteri koroner yang
(Muttaqin, 2012).
IMA di tahun 2006 dan pada tahun 2007 angka ini meningkat menjadi 1096
2010). Tahun 2013 mengalami penurunan pada prevalensi pasien IMA dari 25%
menjadi 40% dari total 478.000 pasien yang didiagnosis SKA di Indonesia
kesehatan, maka dituntut juga kemampuan dan kecakapan para petugas dalam
produk kerja yang memenuhi syarat ilmu pengetahuan kefarmasian, sasaran jenis
pekerjaan yang dilakukan serta hasil kerja akhir yang seragam, tanpa mengurangi
obat atau proses kefarmasian yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan lainnya.
secara universal. Lingkup pekerjaannya meliputi semua aspek tentang obat, mulai
penyediaan bahan baku obat dalam arti luas, membuat sediaan jadinya sampai
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung terdiri atas empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan dan ventrikel kiri. Ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis
jantung dan mempunyai dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke
seluruh tubuh. Fungsi dari atrium kanan sebagai penampung darah rendah oksigen
dari seluruh tubuh. Darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan
darah tersebut ke paru-paru diterima oleh atrium kiri. Ventrikel kanan berfungsi
yang kaya oksigen dipompakan oleh ventrikel kiri ke seluruh tubuh (Lin et al,
2011).
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu epikardium (lapisan paling
disusun oleh mesotelium dan jaringan ikat lunak, sehingga tekstur permukaan luar
jantung terlihat lunak dan licin. Miokardium merupakan jaringan otot jantung
yang menyusun hampir 95% dinding jantung dan bertanggung jawab untuk
pemompaan jantung, meskipun menyerupai otot rangka, otot jantung ini bekerja
involunter seperti otot polos dan seratnya tersusun melingkari jantung. Lapisan
adalah ventrikel (Tortora and Derrickson, 2012). Atrium kanan berada pada
bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar berada di belakang sternum.
Ventrikel kanan yaitu ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian besar sisi
depan jantung. Lubang pulmonalis berada pada ujung atas ventrikel dan
dikelilingi oleh valve pulmonalis, terdiri dari tiga katup semilunaris. Ruang
berdinding tipis yang terletak pada bagian belakang jantung adalah atrium kiri.
Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi, membawa darah dari
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang
jantung, dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan (Guyton
Periode antara awal satu detak jantung dan awal detak jantung lainnya
disebut siklus jantung. Setiap siklus di inisiasi oleh aksi potensial secara spontan
dalam sinus node. Aksi potensial ini kemudian berjalan dengan cepat melalui
kedua atrium dan kemudian masuk ke dalam ventrikel untuk menyediakan tenaga
jantung memiliki periode relaksasi yang disebut diastol, selama jantung terisi
dengan darah, diikuti dengan periode kontraksi yang disebut sistol (Guyton and
Hall, 2006).
jantung selama setiap detak jantung dan suara dapat dibedakan ketika thorax
Sedangkan dua suara lainnya sering tidak dapat didengar. Suara jantung yang
IMA dengan adanya minimal 2 dari 3 kriteria, yaitu keluhan klinis sugestif ke
miokard yang lebih sensitif dan spesifik serta teknik imaging untuk disfungsi
miokard yang iskemik menyebabkan terjadinya perbaikan diagnosis IMA (Rhee
and Sabatine, 2011). The Third Global MI Task Force memberikan informasi
bahwa saat ini pada beberapa kejadian IMA atau nekrosis dapat dideteksi dengan
penanda biokimia dan atau pencitraan. IMA dapat dikenali dari gejala klinis,
APTS (Dipiro et al., 2012). Oklusi arteri koronaria dapat menyebabkan IMA
dan gelombang Q-patologis pada EKG terdapat pada STEMI. ST-segment dan
gelombang Q patologis pada NSTEMI tidak terdapat pada EKG serta oklusi yang
arteri koroner, trauma koroner atau aneurisma, spasme pembuluh darah koroner,
disrupsi plak, lesi luminal ireguler, shear injury, agregasi platelet, pembentukan
trombus yang menyebabkan oklusi lumen parsial atau total, vasospasme arteri,
dan cedera reperfusi akibat radikal oksigen bebas, kalsium, dan neutrofil (Rhee
akibat sumbatan akut arteri koroner disebut IMA (PERKI, 2015). Ketika aliran
darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri koroner, maka terjadi IMA
STEMI karena dalam rentang waktu tersebut dapat terbentuk pembuluh darah
kolateral. Dengan kata lain, STEMI hanya terjadi jika arteri koroner tersumbat
cepat. Tipe IMA tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan obstruksi koroner
akibat erosi dan ruptur plak disebut dengan NSTEMI. Erosi dan ruptur plak
karena penimbunan lemak berupa fatty streak pada endotelium yang mengalami
melitus (DM), adanya senyawa iritan dan sirkulasi amina vasoaktif kompleks
imun atau karena infeksi. Terjadinya rupture plak akan menyebabkan oklusi atau
suboklusi yang memberi manifestasi klinik berupa sindroma koronaria akut atau
besar dari sel mast dan makrofag aktif (Antman et al., 2005). Rupture plak
ateroklerosis akan terjadi adhesi platelet yang dimulai dari interaksi faktor Von
radikal bebas dari oksigen. Aktivasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa pada permukaan
platelet sehingga dapat mengikat fibrinogen dan pada tahap akhir akan menjadi
agregasi platelet yaitu terikatnya fibrinogen atau faktor Von Willebrand pada
miokard. Diperdarahi oleh pembuluh darah yang tersumbat, intensitas, dan durasi
gangguan aliran darah koroner, kebutuhan oksigen dari regio miokard yang
bersangkutan, jumlah pembuluh darah kolateral. Akibatnya aliran darah dari arteri
koroner sekitar yang tidak tersumbat dan tingkat respon jaringan yang
melancarkan kembali aliran darah arteri koroner pasien, penggunaan PCI, atau
stent biasanya digunakan pada pasien STEMI. Pemasangan stent juga bisa
dilakukan dengan ballon angioplasty, metal stent, atau drug-eluting stent. Alasan
penggunaan PCI adalah lebih rendahnya mortalitas dengan penggunaan PCI jika
hemorrhage (ICH) dari PCI juga lebih rendah jika dibandingkan dengan
bypass grafting (CABG) sebagai tindakan awal pada pasien NSTEMI yang
2.4.2.1 Fibrinolitik
diindikasikan pada semua pasien dengan IMA karena manfaat pengobatan yang
paling besar dirasakan oleh pasien dengan perubahan pada hasil EKG berupa
elevasi atau peningkatan STEMI (terutama pada pasien infark anterior) dan pada
2.4.2.2 Aspirin
Penggunaan aspirin harus segera diberikan kepada pasien STEMI setelah sampai
antiplatelet untuk terapi STEMI. Pasien yang menerima terapi aspirin harus
aspirin sebelum menunjukkan adanya diagnosa STEMI. Dosis awal yang harus
Evidence: C). Pemberian dosis aspirin 162 mg atau lebih aspirin akan
menghasilkan efek klinis antitrombotik dengan cepat, hal ini disebabkan oleh
manajemen awal untuk seluruh pasien yang dicurigari STEMI dan harus segera
diberikan dan diberikan dalam 24 jam pertama dengan dosis antara 162 mg – 325
mg dan dilanjutkan dalam jangka waktu tidak terbatas dengan dosis harian
2.4.2.3 Thienopyridine
reseptor adenosine diphosphate (ADP) P2Y12 pada platelet. Efek samping dari
adalah antibodi monoklonal yang terikat pada reseptor glikoprotein IIb/IIIa dan
sebagai terapi tambahan pada heparin dan asetosal untuk mencegah komplikasi
iskemik pada pasien dengan risiko tinggi yang menjalani PCI. Obat ini digunakan
untuk digunakan bersama dengan heparin dan asetosal untuk mencegah IMA dini
pada pasien APTS atau NSTEMI. Absiksimab, eptifibatid, dan tirofiban hanya
2.4.2.5 Antikoagulan
Penggunaan antikoagulan pada pasien STEMI diberikan secara bolus
pasien STEMI adalah UFH, untuk pasien yang pengobatan medis ataupun dalam
pemasangan PCI. Mekanisme kerja dari UFH adalah mengikat antitrombin dan
menghalangi aktivitas dari clotting factor seperti Xa dan IIa (trombin). Sedangkan
berikutnya pada pasien IMA yang akan dilanjutkan dengan terapi warfarin jangka
menyebabkan pendarahan, selain itu antikoagulan seperti UFH juga memiliki efek
IMA, tetapi efek yang paling berpengaruh belum diketahui pasti. Mekanisme
vasodilatasi dan dilatasi arteri maupun arteriol yang akan menurunkan tekanan
oksigen pada miokardial. Aksi langsung nitrat pada sirkulasi koroner berupa
dilatasi arteri koroner intramural, dilatasi arteri koroner, dilatasi aliran kolateral,
12 jam setelah serangan IMA. Tujuan terapi β-blocker adalah untuk mencegah
aktivitas berlebih sistem saraf simpatis yang umumnya akan dialami oleh pasien
serangan IMA secara intravena untuk menurunkan potensi mortalitas pada pasien
ini merupakan yang terkait dengan protein G sehingga disebut G protein coupled
reseptor. Protein reseptor memiliki ujung N (nitrogen) yang berada di luar sel dan
protein G pada reseptor beta adrenergik (Gs) adalah enzim adenil siklase.
Mekanisme kerja obat pada reseptor beta adalah dengan berikatan dengan reseptor
beta. Normalnya reseptor beta akan mengaktifkan protein G. Sub unit α pada
protein G akan melepaskan diri kemudian berikatan dengan enzim adenil siklase.
Ikatan subunit α dengan adenil siklase akan mengaktifkan enzim ini dan
2012).
2012).
dapat menurunkan risiko terjadinya reinfark dan kematian. Dosis yang digunakan
yaitu 120 mg tiga kali sehari. Efek samping penggunaan verapamil yaitu sakit
kepala, flushing, perdarahan saluran cerna, dan konstipasi terutama pada pasien
otot halus di dinding arteriol aferen dari glomerulus ginjal. Sel-sel ini merupakan
bagian dari aparatus juxtaglomerular, berada diantara arteriol aferen dan tubulus
perfusi ginjal, penurunan Na+ atau Cl- ke tubulus distal, serta sebagai
sehingga terjadi kegagalan pompaan jantung sebagai akibat dari dilatasi ventrikel
Gambar 3. Algoritma infark miokard akut (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006)
Terapi untuk mencegah reinfark yaitu menggunakan β-blocker dan CCB.
dapat mengurangi risiko kematian. Pasien dengan gangguan fungsi ventrikel kiri,
inhibitor, akan tetapi penggunaan obat jenis ini juga dapat meningkatkan risiko
Definisi efek samping obat menurut WHO adalah tiap respon terhadap
obat yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi pada dosis yang
Melakukan monitoring efek samping obat. Yaitu memantau baik secara langsung
samping yang timbul dan menghentikan atau penggantian obat jika efek samping
samping obat kepada farmasis di apotek atau rumah sakit agar dilakukan upaya-
Pemantauan dimaksudkan untuk memastikan terapi obat yang tepat (WHO, 2002).
Form Kuning. Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat beredar dan
digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Setiap kejadian yang
dicurigai sebagai efek samping obat perlu dilaporkan,, baik efek samping yang
belum diketahui hubungan kausalnya maupun yang sudah pasti merupakan suatu
Trigger tools adalah suatu metode untuk mendeteksi potensi kejadian tidak
strategi (kebijakan dan prosedur) untuk mencegah berulangnya KTD yang dapat
dicegah atau menurunkan risiko KTD, dan untuk edukasi kepada pasien (Trisna,
2017).
sebenarnya disebabkan oleh obat. Probabilitas diberikan melalui skor yang disebut
pasti, mungkin atau diragukan. Nilai yang diperoleh dari algoritma ini terkadang
KASUS
Contoh Kasus:
Pada kasus diatas, setelah hari kedua masuk rumah sakit pasien
mengalami efek samping berupa mual akibat dari penggunaan aspirin, efek
pasien di rawat di Rumah Sakit “X” di Kota Palembang, dan pada catatan perawat
juga didokumentasikan bahwa pasien mengeluh nyeri pada ulu hati dan merasa
jika sistesis prostatglandin dihambat maka akan terjadi penurunan produksi mukus
pada sel mukus leher mukosa gaster. Mukus akan menghambat difusi balik asam
(Laine, 2008).
BAB IV
1. Istirahat
rasa mual dapat dipicu juga oleh banyaknya gerakan yang dilakukan oleh
pasien.
2. Diet
asam lambung sehingga reaksi mual terjadi. Makanan yang lunak juga
3. Pantang Merokok
Terapi Farmakologi
Pengguna NSAID jangka panjang seperti pada pasien pada kasus yang
dapat menekan produksi asam, PPI juga mempunyai efek mencegah kekambuhan
ulcer.
mengeluarkan asam dari kanal serta pariental ke dalam lumen lambung (Tarigan,
2001). Inhibitor pompa proton memiliki efek yang sangat besar terhadap produksi
KESIMPULAN
Alwi, I. 2009, Infark miokard akut dengan elevasi ST. Dalam: Sudoyo A.W., et
al, (ed). Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi ke-4, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jakarta, Indonesia.
American Heart Association. 2012, Heart disease and stroke statistics 2012
updates, Circulation, 125(22): 1002.
Antman, E.M., Cohen, M., Bernink, P.J., McCabe, C.H., Horacek, T., Papuchis,
G., et al. 2000, The TIMI risk score for angina/non-ST elevation MI, J of
the American Medical Association, 284(7): 835 – 842.
Depkes RI. 2009, Profil kesehatan Indonesia 2008, diakses pada 15 Januari 2018,
<http://depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-
kesehatan.html>.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Martzke, G.R., Wells, B.G., Posey, M., et
al. 2012, Pharmacotherapy a pathophysiologic approach, 8th edition (241 –
269), McGraw – Hill Companies, New York, USA.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006, Pharmaceutical care untuk
pasien penyakit jantung koroner: Fokus sindrom koroner akut, Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta,
Indonesia.
Fuster, V.R., Alexander, R.W., O’ Rourke, R.A., Roberts, R., Nash, I.S.,
Prystowsky, E.N., et al. 2004, Hurt’s the heart, 11th edition, McGraw – Hill
Companies, New York, USA.
Gunawan, G.S. 2008, Farmakologi dan terapi, Balai Penerbit FK UI, Jakarta,
Indonesia.
Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2006, Textbook of medical physiology, 11th edition,
Elsevier Saunders, Philadelphia, USA.
James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Chusman, W.C., Pharm, D., Himmelfarb,
C.D., et al. 2013, Evidence based guideline for the management of high
blood pressure in adults report from the panel members appointed to the
eight joint national comitee (JNC-8), JAMA, 311(5): 507 – 520.
Laine, J., Ahola, S., Turon, X. & Rojas, O.J. 2008, Enzymatic hydrolysis of native
cellulose nanofibrils and other cellulose model films: Effect of surface
structure, Langmuir, 15: 303 – 314.
Lee, D. & Bergman, U. 2012, Studies of drug utilization, John Willey and Sons
Ltd., New York, USA.
Martini, F.H., Timmons, M.J. & Tallitsch, R.B. 2012, Human anatomy, Person
Benjamin Cummings, San Fransisco, USA.
Opie, L.H. & Gersh B.J. 2005, β-blocking agents: Drugs for the Heart, 6th edition,
Elsevier Saunders, Philadelphia, USA.
Poole, W.P.A., Dickenstein, K., Coben, S.A., Filippatos, G., McMurray, J.J.,
Ponikowski, P., et al. 2005, ESC guidelines for the diagnosis and treatment
of acute and chronic heart failure, Eur Heart J, 10(10): 89-90.
Puymirat, E., Aissaoui N., Chaib, A., Mulak, G., Bataille, V., Drouet, E., et al.
2013. Comparisson of bleeding complications and one-year survival of low
molecular weight heparin versus unfractioned heparin for acute myocardinal
infarction in elderly patients, International J of Cardiology, 166(1): 106-
110.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M. & Setiati, S. 2010, Buku
ajar ilmu penyakit dalam jilid II, 5th edition, Interna Publishing, Jakarta,
Indonesia.
Thygesen, K., Alpert, J.S., White, H.D., Jaffe, A.S., Chaitman, B.R., Simoons,
M.L., et al. 2012, Universal definition of myocardial infraction, European
Heart J, 33(20): 67 – 2551.
Tortora, G.J. & Derrickson, B. 2012, Principles of anatomy & physiology, 13th
edition, John Wiley & Sons Inc., New York, USA.
WHO. 2008, The top ten cause of death, diakses pada tanggal 16 Agustus 2017,
<http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf>.