Anda di halaman 1dari 50

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Panjaitan, et al. (2015), tanah adalah susunan permukaan bumi

yang asalnya dari batuan. Proses pelapukan batuan akan membentuk partikel

yang lebih kecil. Proses pembentukan lapisan tanah dapat dipengaruhi oleh

jasad hidup, topografi, umur tanah, iklim dan bahan induk. Menurut Mustafa, et

al. (2015), tanah yang memiliki lapisan baik mampu mendukung pengelolaan

yang efektif. Pengelolaan yang efektif dapat meningkatkan produktivitas tanah.

Produktivitas tanah ditentukan oleh beberapa faktor seperti proses fisika, kimia,

dan biologis.

Menurut Mahmud, et al. (2014), tanah memiliki beberapa sifat fisika,

antara lain jumlah, ukuran, susunan, volume, bentuk, komposisi mineral partikel -

partikel tanah, ruang pori tanah, dan rasio udara dan air yang menempati ruang

pori pada suatu waktu. Sifat fisika tanah bergantung pada kesesuaian

penggunaan tanah. Menurut Dewi dan Herawatiningsih (2017), tanah juga

mempunyai beberapa sifat kimia yang terdiri dari keasaman, bahan organik, dan

kation tanah. Indeks keasaman tanah lapisan atas lebih basa daripada lapisan

dibawahnya sebab dipengaruhi oleh adanya proses dekomposisi. Sifat - sifat

kimia tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah.

Menurut Mustafa dan Athira (2014), proses biologi tanah terjadi pada

lapisan tanah di permukaan bumi. Proses biologi tersebut dilakukan oleh

organisme air dan organisme yang dapat mengubah unsur hara dalam tanah.

Proses perubahan unsur hara akan berpengaruh pada kualitas air di atasnya.

Menurut Hendrajat, et al. (2018), lingkungan perairan sangat bergantung pada

kondisi tanah dan air. Air merupakan media langsung untuk budidaya, namun air

akan sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah yang ada di bawahnya. Tanah dasar
tambak berfungsi sebagai penyimpan serta sumber dari beberapa unsur nutrien

dan oksigen terlarut yang diperlukan organisme budidaya. Tanah tambak juga

memiliki peran sebagai buffer (penyangga) dan filterbiologis melalu absorbsi sisa

pakan, eksreta kultiva dan metabolit alga.

Lapuknya batuan induk merupakan tahap awal pemebentukan tanah.

Pembentukan lapisan tanah dipengaruhi iklim, topografi, umur tanah, dan bahan

induk. Tanah memiliki berbagai sifat termasuk sifat fisika dan kimia. Proses

pembentukan tanah secara biologi dilakukan oleh mikrooraganisme. Dimana

organisme dapat merubah unsur hara di dalam tanah. Perubahan unsur hara

akan berpengaruh pada kualitas air di atasnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan praktikum Ilmu Tanah Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, yaitu:

a. Maksud

Maksud dari praktikum Ilmu Tanah Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, yaitu:

- Untuk mendapat pengetahuan tentang cara memperoleh segala data ciri

tanah tanah yang tidak diperoleh pada saat praktikum di lapang.

- Untuk mendapat pengetahuan tentang cara menentukan profil tanah, tekstur

tanah, struktur tanah dan konsistensi tanah.

- Untuk mendapat pengetahuan tentang metode perhitungan bobot isi, bobot

jenis dan ruang pori tanah.

- Untuk mendapat pengetahuan metode pengukuran kadar keasaman (pH)

tanah.

- Untuk mendapat pengetahuan tentang kapasitas tanah dalam menahan air.

- Untuk mendapat pengetahuan kandungan bahan organik dalam tanah.


b. Tujuan

Tujuan dari praktikum Ilmu Tanah Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, yaitu:

- Untuk mendapatkan segala data ciri tanah yang tidak diperoleh dari praktikum

lapang.

- Untuk mendapatkan data profil tanah, tekstur tanah, struktur tanah dan

konsistensi tanah.

- Untuk mendapatkan nilai bobot isi, bobot jenis dan ruang pori tanah.

- Untuk mendapatkan kadar keasaman (pH) tanah.

- Untuk mendapatkan besar kecilnya kapasitas tanah dalam menahan air.

- Untuk mendapatkan data zat organik yang terdapat dalam tanah.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Laboratorium Ilmu Tanah Manajemen Sumberdaya Perairan

dilakukan pada tanggal 21-23 Oktober 2019 berlokasi di Laboratorium Eksplorasi

Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya Malang. Praktikum Lapang Ilmu Tanah Manajemen

Sumberdaya Perairan dillakukan pada tanggal 2-3 November di UPT Perikanan

Air Tawar Sumberpasir, Kabupaten Malang.


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah

Materi pada pembahasan di bab ini adalah pengertian tanah, tanah

diartikan sebagai layer atau lapisan dengan kandungan bahan organik dan

bahan mineral atau bahan organic. Dimana keberadaannya dipengaruhi oleh

sifat-sifat kimia, fisika dan biologi. Materi pada bab ini juga memaparkan bahasan

mengenai proses-proses pembentukan tanah dan jenis atau macam tanah.

2.1.1 PengertianTanah

Menurut Zornoza, et al.(2015), tanah adalah media lingkungan yang

kompleks dengan heterogenitas tinggi. Komponen padat, cair, dan gas dalam

tanah akan berinteraksi secara fisik, kimia, dan biologis. Vegetasi yang berada

diatas tanah berpengaruh terhadap populasi organisme di dalamnya. Menurut Lal

(2016), tanah merupakan komponen yang terletak diantara atmosfer-litosfer

bumi. Tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan untuk mendaur ulang

bahan organik, mendegradasi polutan, menyerap karbon, menyaring air serta

menjadi habitat bagi keanekaragaman hayati. Tanah juga digunakan sebagai

media pertumbuhan tanaman dan mendukung kehidupan makhluk hidup.

Menurut Es (2017), tanah merupakan lapisan pada permukaan bumi yang

mengandung bahan mineral dan dipengaruhi oleh proses fisik, kimia dan biologi.

Tanah umumnya terdiri dari partikel-partikel yang longgar sehingga mendukung

proses pembentukan tanah. Jenis tanah dapat dibedakan berdasarkan asal

bahan penyusunnya. Dimensi multifase dalam tanah memungkinkan terjadinya

fleksibilitas. Menurut Hatermink (2016), tanah adalah komponen alami dalam

kehidupan yang mengandung bahan padatan, air dan udara. Tanah dapat

menyimpan dan mengubah energi. Warna dan usia dari tanah bervariasi

sebagian besar terdiri dari campuran pasir, lanau, dan liat.


Tanah didefiniskan sebagai konstruksi alami permukaan bumi yang

tersusun atas horizon (O, A, E, B, C, R) mengandung bahan organik dan mineral.

Mineral dan bahan organik mempengaruhi warna tanah. Tanah memiliki tebal

bervariasi dan bersifat galir. Tanah sebagai media kehidupan makhluk hidup.

Tanah memiliki kemampuan menyaring air mendegradasi polutan, dan menyerap

karbon.

2.1.2 Proses PembentukanTanah

Menurut Khormali dan Toomanian (2018), faktor dan proses

pembentukan tanah berhubungan dengan genesis tanah. Proses pembentukan

tanah terdiri dari translokasi lempung silikat, redistribusi kalsium karbonat,

akumulasi gypsum, salinasi, hidromorfisme, akumulasi dan humifikasi serta

pembengkakan dan penyusutan. Asal-usul tanah juga ditentukan dari proses

pembentukan tanah. Menurut Cremaschi, et al.(2015), proses pembentukan

tanah pasca pengendapan akan berpengaruh pada endapan loess (endapan-

endapan debu lempung). Endapan tersebut dapat mengubah karakteristik awal

dari stratigrafi lapisan tanah.

Menurut Cornelis dan Delvaux (2016), tanah adalah sistem biogeokimia

(siklus yang melibatkan semua komponen ekosistem baik itu komponen biotik

maupun abiotik).Pelapukan mineral batuan dan proses pembentukan tanah

dipengaruhi oleh faktor pendukung seperti batuan induk, iklim, usia, dan biota.

Fakor pembentuk tanah juga dapat mempengaruhi tingginya keragaman tanah.

Menurut Kalev dan Gurpal (2018), pelapukan adalah salah satu proses

pembentukan tanah. Dimana pelapukan tanah di pengaruhi oleh fisika dan kimia

yang dapat memecah batuan di bumi. Fragmen atau pecahan batuan tersebut

dapat mengubah sifat fisika dan kimia. Yaitu secara fisika batu dapat di bentuk

menjadi partikel yang kecil (pasir dan krikil). Secara kimia dengan reaksi kimia
yaitu hidrasi (pelekatan air dengan mineral), hidrolisis (pemecahan molekul air) ,

disolusi (pelarutan mineral) dan reduksi oksidasi (pengurangan atau

penambahan elektron).

Proses pembentukan tanah menentukan asal-usul tanah. Tanah tercipta

akibat proses pelapukan. Faktor fisika, kimia dan biologi sangat berpengaruh

terhadap pelapukan batuan. Secara fisika batuan lapuk akibat fluktuasi suhu.

Secara kimia batuan lapuk akibat reaksi hidrasi, hidrolisis, disolusi dan reduksi

oksidasi. Secara biologi batuan lapuk akibat peran organisme seperti lumut yang

menempel pada batuan. Proses-proses tersebut terjadi secara terus-menerus

dengan waktu yang lama. Seiring berjalannya waktu proses tersebut mengubah

batuan menjadi partikel yang kecil (pasir dan krikil).

2.1.3 Jenis-Jenis Tanah

Menurut Hardjowigeno (1993), macam macam tanah dapat digolongkan

berdasarkan zona ilkimnya, antara lain alfisol (tanah subur untuk pertanian) ,

andisol (dari tanah vulkanik), aridisol (tanah kering), entisol( tanah berkembang),

histosol (gambut), inceptisol (tanah immature), mollisol (struktur tanah yang

cukup kuat dan terletak diatas permukaan), oxisol (tanah yang kaya akan

mineral), spodosol (tanah pasir putih dan abu – abu), ultisol (tanah yang ada di

atsa suhu 8oC, vertisol (tanah yang berada pada 45oLU dan 45oLS di dunia.

Tanah Alfisol banyak didapati di daerah iklim sedang. Sedangkan andosol dan

vertisol merupakan jenis tanah yang dipengaruhi oleh usia. Menurut Fiantis

(2015), macam tanah yang ada di negara Indonesia meliputi andosol (tanah

berwarnah coklat hingga hitam dengan bahan organik yang tinggi), latosol (

tanah dengan pelapukan lanjutan dan bahan organik), podsolik merah kuning

(tanah yang mengalami pencucian), mediteran merah kuning (perkembangan

tanah dengan bahan kapur dan bahan organik yang rendah), regur (tanah
bewarna hitam hingga kelabu dengan bahan organik yang rendah), podsol

(tamah dengan banyak bahan organik bewarna kelabu terang dengan mengalami

pencucian tanah), tanah sawah (Tanah yang bewarna pucat dan mengandung

Fe serta Mn karena genangan), hydrosol(tanah yang terpengaruhi kadar air),

calcisol(tanah yang kaya akan kalsium), regosol (Tanah muda yang berkembang

bukan dari tanah alluvial) , litosol( tanah yang keras dan berkembang di atas

batuan keras), alluvial(tanah yang berasal dari endapan alluvial), dan tanah

organic( tanah dengan kadar tanah tinggi)

Menurut Rafi’i (1987), macam tanah bisa dikategorikan menurut zona

iklim dan penyebaran nabati. Jenis Ultisol,Vertisol, dan Oxisol pada zona beriklim

basah. Menurut Sanchez (1992), jenis tanah ada tiga yaitu utisol, vertisol, dan

oxisol.Ketiga jenis tanah tersebut memiliki daya serap yang berbeda. Tanah

utisol memiliki daya serap maximum sebesar 23,6 dan minimum7,4 cm/jam

sementara tanah vertisol sebesar minimum 2,3 dan maximum 27,5 cm/jam dan

oxisol sebesar minumum 8,4 dan maximum 15,4 cm/jam. Laju penyerapan paling

rendah didapati pada jenis tanah vertisol. Jenis tanah vertisol memiliki daya

serap rendah karena memiliki tekstur liat dan berlempung.

Jenis tanah dapat digolongkan berdasarkan usia dan zona iklim. Menurut

zona iklim tanah dapat dikelompokkan menjadi tanah aridisol, alfisol, andisol,

entisol, histosol, mollisol, inceptisol, spodosol, vertisol, oxisol, dan ultisol.

Menurut usia verisol dan andosol. Tanah berdaya serap rendah adalah tanah

berjenis vertisol karena memiliki tekstur liat dan berlempung. Nilai darya serap

tertinggi dimiliki oleh tanah jenis utisol sebesar 23,6 cm/jam.

2.2 Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah pada bab ini akan mengaji tentang pengertian

pengambilan contoh tanah, macam-macam pengambilan contoh tanah, serta

faktor-faktor yang mempengaruhi contoh tanah.


2.2.1 Pengertian Pengambilan Contoh Tanah

Menurut Kuswandi (1994), pengambilan sampel tanah merupakan suatu

cara yang dilakukan sebelum melakukan uji keasaman tanah atau uji lainnya.

Pengambilan sampel tanah diperlukan, karena tanah seringkali memiliki variasi

yang berbeda walaupun berada di area yang sama. Pengambilan sampel tanah

dilakukan dengan cara yang baik agar sampel tanah yang diambil dapat

dilakukan pengujian. Menurut Dishongh (2003), ilmu geoteknik mempelajari

tentang pengambilan sampel tanah yang dapat digunakan untuk menentukan

klasifikasi tanah. Selain itu, pengambilan sampel tanah berguna agar mengetahui

kemampuan tanah untuk menahan beban. Tanah sendiri terdiri dari beberapa

struktur, sehingga pengambilan sampel tanah merupakan hal yang penting agar

mengerti struktur tanah tersebut.

Menurut Zaika dan As’ad (2019), pengambilan sampel tanah merupakan

suatu cara untuk mengambil sampel tanah yang akan diuji di laboratorium

dengan tujuan untuk mengetahui kondisi tanah tersebut. Pada dasarnya sampel

tanah yang diambil banyak, maka akan semakin baik. Pengambilan sampel

tanah sendiri dibagi menjadi dua macam sampel yatitu tanah tidak terganggu dan

tanah terganggu. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), pengambilan sampel

tanah harus mewakili suatu area tertentu. Pengambilan contoh tanah dilakukan

untuk mengetahui status hara atau kesuburan dari ta nah tersebut menggunakan

sistem composite sample, yaitu pencampuran contoh yang diambil dari area

yang dikehendaki. Pengambilan contoh tanah meliputi area yang relatif agak

seragam dalam hal jenis tanah bahan induk , kemiringan, dan topografi.

Sampel tanah diartikan sebagai pengambilan sebagian populasi tanah

disuatu tempat untuk dilakukan pengkajian. Semakin banyak titik sampel yang

diambil maka semakin akurat data yang didapat. Kesuburan tanah dapat

diketahui dengan conposite sample. composite sample adalah campuran dari


contoh sampel daerah tertentu. Sampel diambil dari area berkarakteristik relatif

sama. Sampel tanah juga berguna untuk mengetahui klasifikasi tanah dan

kemampuan tanah dalam menahan beban.

2.2.2 Macam Macam Pengambilan Contoh Tanah

Menurut Carter dan Gregorich (2007), pengambilan sampel tanah adalah

metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan sampel tanah yang berada

dilokasi titik sampel. Titik sampling tanah dapat dikelompokkan berdasarkan

tekstur tanah, posisi lahan, taksonomi tanah, dan alur drainase. Penentuan lokasi

sampling biasanya menggunakan tiga cara yaitu hapzhard sampling (satuan

sampling dipilih seadanya), judgement sampling (sampling dipilih berdasarkan

penilaian peneliti), dan probability sampling (pengambilan acak). Pengambilan

sampel dapat memilih satu dari ketiga metode sampling tersebut. Menurut

Prayogo dan Saptowati (2016), pengambilan sampel tanah dibedakan menjadi

dua metode yaitu secara utuh dan tidak utuh. Pengambilan sampel utuh adalah

mengambiltanah secara keseluruhan pada suatu area tersebut. Pengambilan

tidak utuh adalah pengambilan sampel tanah sebagian dari jumlah total.

Menurut Artiola, et al. (2013), pengambilan sample tanah dapat di

aplikasikan secara dua dan tiga dimensi. Pengambilan secara dua dimendi

dimaksudkan mengambil sampel permukaan dengan menggunakan satuan luas

dan pengambilan tiga dimensi dimana pengambilan sampel juga

memperhitungkan kedalaman sampel tanah. Menurut Rosmarkam dan Yuwono

(2002), pengambilan sampel tanah harus mewakili suatu area tertentu.

Pengambilan sampel tanah akan dilakukan agar dapat mengetahui dari status

hara atau kesuburan tanah tersebut yang menggunakan system composite

sample, yaitu pencampuran contoh yang dapat diambil dari area yang

dikehendaki.

Titik lokasi sampel tanah harus ditentukan sesuai kebutuhan sampel yang
ingin diambil. Terdapat tiga cara untuk menetukan lokasi titik sampel yaitu

hapzhard sampling, judgement sampling), dan probability sampling.

Pengambilan sampel tanah juga dapat dilakukan dengan cara dua dimensi dan

tiga dimensi. Sampel dua dimensi diambilnya sampel tanah dengan satuan luas.

Pengambilan sampel tanah tiga dimensi ini juga memperhitungkan kedalaman

dari area sampel tanah yang ingin diambil.

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Contoh Tanah

Menurut Suleman, et al. (2016), pengambilan sampel tanah juga sangat

dipengaruhi oleh kualitas dari tanah yang diambil. Indikator dari kualitas tanah

yang dilihat, meliputi sifat fisik, kimia dan biologi. Terdapat pula prioritas lain,

seperti jenis tanah, jenis penggunaan lahan dan topografi. Menurut Valle dan

Carrasco (2017), hal yang sangat perlu untuk dipertimbangkan ketika

mengevaluasi kualitas dari tanah merupakan variasi temporal dari karakter yang

punyai oleh tanah. Salah satunya adalah perubahan musim merupakan faktor

biologis yang mempengaruhi perubahan kualitas tanah. Dampak perubahan

musim adalah adanya suatu perubahan pada sifat fisika dan kimia pada tanah.

Sifat fisik dan kimia yang paling umum dapat digunakan untuk menilai kualitas

tanah merupakan makropososit, kerapatan partikel, total porositas, bobot isi ,

total air yang tersedia, kejenuhan pada hidrolik, tekstur tanah, pH, total C dan

total N.

Menurut Shao, et al. (2014), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengambilan tanah merupakan letak dari daerah pengambilan sampel tanah

karena pada tiap titik sampel tanah yang berbeda beda memiliki sifat fisik tanah

yang berbeda-beda contohnya adalah perbedaan kelembaban tanah, suhu dan

berat isi tanah. Faktor lainnya yaitu ada atau tidaknya tembaga (Cu), cadmium

(Cd), dan timbal (Pb) dalam sisi atas tanah. Konsentrasi (Cd), timbal (Pb), dan

tembaga (Cu) yang berlebihan pada sampel tanah. Menurut Zoppi dan Lai
(2015), salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan tanah yaitu

berhubungan dengan lokasi pengambilan tanah. Faktor lainnya yaitu

mempertimbangkan rata-rata kedalaman, kemiringan, dan kondisi fisik suatu

tanah. Pengambilan sampel berdasarkan kemiringan mempengaruhi dalam

kondisi fisik dalam suatu tanah meliputi suhu, kelembaban, dan berat isi tanah.

Hasil sampel tanah yang didapat dipengaruhi oleh kelembapan lokasi,

musim, suhu, dan waktu pengambilan tanah. Hal tersebut memiliki efek terhadap

struktur fisika-kimia tanah. Kerapatan partikel, bobot isi, makroposit, konduktivitas

hidrolik adalah acuan umum yang digunakan untuk menentukan kualitas tanah.

Sampel tanah juga dipengaruhi oleh kedalaman, dan kemiringan lokasi. Setiap

area pengambilan sampel mempunyai kualitas tanah berbeda-beda. Faktor

lainnya yang mempengaruhi perbedaan kualitas tanah adalah ada dan tidaknya

kandungan mineral Pb, Cu dan Cd.

2.3 Profil Tanah

Profil tanah dalam bab ini akan membahas mengenai makna profil tanah,

berbagai macam horizon tanah dan juga akan dibahas tentang manfaat dari profil

tanah.

2.3.1 Pengertian ProfilTanah

Menurut Utomo (2016), profil tanah merupakan penampang tegak tanah

sedala\m lebih kurang 1,5 meter. Penampang pada profil tanah diukur dari

permukaan hingga bahan induk. Profil tanah memiliki karakteristik antara lain

tahapan fisik, sifat kimia dan biologi. Karakteristik tersebut meliputi padas, air

tanah, glei, bahan organik, keadaan batuan dan kerikil. Menurut Kurniawan, et al.

(2018), deskripsi profil tanah dapat dijadikan sebagai penggambaran tubuh tanah

untuk mengetahui sifat dan jenis dari suatu horison. Penentuan horison pada

tanah diklasifikasikan dari beberapa sifat pembeda, yaitu warna, tekstur, struktur,

konsistensi dan morfologis lainnya.


Menurut Saibi dan Tolangara (2017), dalam profil tanah yang normal

lapisan tanah atas merupakan sumber unsur-unsur hara makro dan mikro

esensial bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu juga berfungsi sebagai sumber

bahan organik untuk menyokong kehidupan mikroba. Keberadaan mikroba tanah

dapat memainkan peranan sangat penting bagi perkembangan dan

kelangsungan hidup organisme lain. Lapisan tanah atas merupakan lapisan yang

paling subur. Menurut Binarta, et al.(2017), penentuan profil tanah perlu

digambarkan menurut lapisan atau horison tanahnya. Penggambaran lapisan

atau horison digunakan untuk karakterisasi tanah yaitu dengan menunjukkan

sifat dan ciri morfologi tanah yang telah diamati.

Potongan tanah melintang pada badan tanah, dengan cara menggali

tanah disebut profil tanah. Irisan tanah dibuat sedalam lebih dari 1,5 meter.

Lapisan horizon tanah digambarkan untuk menentukan profil pada tanah. Jenis

dan karakteristik tanah dari suatu horison dapat ditentukan dari profil tanah.

Keberadaan bahan organik yang sangat melimpah terdapat di lapisan tanah

paling atas.

2.3.2 Macam-Macam HorizonTanah

Menurut Purba, et al. (2014), horison tanah merupakan

pengklasifikasian tanahyang bersifat sejajar dengan permukaan tanah. Horison

tanah dibedakan satu dengan yang lain atas dasar warna, struktur, tekstur,

konsitensi, sifat-sifat kimia, susunan unsur mineral dan lain-lain. Menurut

Fetrimen (2016), horison pada tanah di klasifikasikan sebagai horison O-A-E-B-

C-R. Lapisan solum tanah terdiri dari horison O-A-E-B. Lapisan tanah atas terdiri

dari horison O-A. Pengklasifikasian tersebut dimaksudkan agar dapat diketahui

batas lapisan solum tanah dan lapisan atas tanah.

Menurut Triadiawarman (2018), secara umum tanah memiliki susunan

kedalaman yang berbeda-beda. Salah satu susunan tanahnya yaitu horison O-A
yang ada di lapisan atas dengan ketebalan <30 cm. Menurut Silalahi, et al.

(2016), penggolongan horison tanah juga didasarkan pada partikel penyusunnya,

seperti banyaknya kandungan pasir dan liat. Horison A memiliki 40-71%

kandungan pasir.Horison B memiliki kandungan 43-67% kandungan pasir.

Horison A mengandung kadar liat 7-27%. Horison B mengandung konsentrasi liat

5-29%.

Horizon tanah dapat dibedakan dari terkstur, warna, struktur, dan lain-

lain. Lapisan tanah terbentuk atas horizon O-A, E-B, C-R. Pengklasifikasian unuk

memudahkan mengetahui batas lapisan solum tanah dan lapisan atas tanah.

Setiap horizon tanah memiliki ketebalan yang bervariasi. Horizon O-A memiliki

ketebalan sekitar <30 cm.

2.3.3 Manfaat ProfilTanah

Menurut Jague, et al.(2015), profil tanah membantu menentukan kondisi

tanahyang mengandung berbagai material salah satunya yaitu karbon. Kadar

karbon dalam tanah mampu menentukan profil tanah. Menurut Groffman, et al.

(2015), pemanfaatan profil tanah juga dapat dipergunakan untuk menentukan

unsur-unsur organik serta faktor biologis yang mempengaruhinya. Salah satu

faktor biologis adalah mikrobakteri yang berperan dalam proses degradasi unsur

hara dalam tanah. Pengurangan mikroba dalam horizon tanah dapat

mempengaruhi kenaikan profil tanah.

Menurut Donatelli, et al. (2014), profil tanah dapat menggambarkan fluks

suhu.Contohnya seperti pada kandungan air dan mineral tanah serta komponen

organik. Menurut Sapriza-Azuri, et al. (2018), pemahaman mengenai profil tanah

juga dapat membantu menghasilkan representasi proses yang lebih akurat dalam

menentukan kondisi iklim. Profil tanah memungkinkan sinyal panas untuk

merambat ke tanah yang lebih dalam. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari

keadaan permukaan dan fluks yang keliru, seperti terlalu panas atau terlalu beku
selama musim panas dan musim dingin, masing-masing.

Kandungan karbon di dalam tanah dapat ditentukan dari profil tanah.

Profil tanah memiliki peran lain seperti penentuan unsur- unsur organik dan faktor

biologis yang mempengaruhi tanah. Degradasi unsur hara dalam tanah oleh

mikrobakteri merupakan faktor biologi. Populasi mikroba dalam tanah berkurang,

maka profil tanah akan mengalami perubahan. Fluks suhu dapat digambarkan

dengan profil tanah.

2.4 Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan antara komponen penyusun

tanah, yakni berupa fraksi debu, pasir juga liat . Pada bagian tekstur tanah

mempelajari pengertian tekstur tanah, jenis-jenis dari tekstur tanah, berbagai

faktor yang mempengaruhi tekstur tanah, dan juga fungsi penentuan tekstur

tanah.

2.4.1 Pengertian Tekstur Tanah

Menurut Tufaila, et al. (2014), persentasi proporsi antara fraksi debu,

pasir juga liat pada satu masa tanah yang disebut tekstur tanah. Salah satu hal

yang dipengaruhi oleh tekstur tanah adalah infiltrasi. Tekstur tanah yang telah

diketahui proporsi pembentuk nya mampu memberitahu kapasitas air dalam

tanah. Kapasitas air tersebut berkaitan dengan permeabilitas pada unsur

pembentuk tanah. Menurut Mutiara dan Rusli (2019), tekstur tanah dapat

diartikan sebagai nilai suatu perbandingan antara liat, pasir dan debu.

Berdasarkan luas permukaaan, ketika tekstur semakin halus maka luas

permukaan semakin besar. Luas permukaan terbesar ada pada liat kemudian

debu dan pasir.

Menurut Virgawati, et al. (2018). Tekstur tanah adalah nilai kuantitas dari

pasir, debu dan lempung. Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap kemampuan
tanah dalam meretensi air, bahan organik, maupun mineral dalam tanah.

Menurut Adekayode dan Akomolafe (2014), kombinasi antara fraksi debu, pasir,

dan juga tanah liat disebut sebagai komponen penyusun tanah. Untuk

menentukan tekstur tanah dapat digunakan beberapa metode, seperti metode

perasaan, pemisahan dengan pengayakan, pemisahan dengan sedimentasi dan

juga metode otomatis. Metode penentuan tekstur tanah ini salah satu nya adalah

metode modern menggunakan analisa pemecahan menggunakan sinar leser.

Tekstur tanah merupakan hasil persentasi dari proporsi tanah, liat dan

debu. Nilai luas permukaan tanah yang besar menandakan semakin halus

tekstur tanah tersebut. Liat merupakan pemilik luas permukaan terbesar. Infiltrasi

sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah. Masing-masing tekstur tanah memiliki

kemampuan penyerapan kapasitas air yang bervariasi.

2.4.2 Macam-Macam Tekstur Tanah

Menurut Purwowidodo (1991), berbagai macam tekstur tanah dibedakan

menjadi 12 kelas tekstur tanah. Penetapan kelas tekstur tanah tersebut tersusun

dalam suatu diagram yang disebut sebagai Segitiga Tekstur Tanah. 12 kelas

tekstur tanah berdasarkan segitiga tekstur tanah yaitu, lempung, geluh lempung,

debu, geluh lempung berdebu, geluh berpasir, lempung berdebu, geluh debu,

pasir berlempung, lempung berpasir, geluh, geluh lempung berpasir dan pasir.

Menurut Yuniwati (2017), partikel pasir adalah partikel tanah yang tidak memiliki

kandungan nutrisi atau disebut mineral kuarsa. Partikel debu memiliki ukuran

partikel lebih kecil daripada pasir. Sedangkan, partikel terkecil dari tanah adalah

tanah liat.

Menurut Mindari, et al. (2018), macam-macam tekstur tanah didasarkan

atas persentase pasir, debu dan liat. Kandungan liat sebesar 20% serta pasir

sebesar 45% dapat diklasifikasikan sebagai lempung. Kemampuan pasir dalam

menahan air dan nutrisi sangat kecil, hal ini disebabkan karena besarnya ruang
pori pada pasir. Menurut Endah dan Mochtar (1993), tanah dapat digolongkan

dalam beberapa fraksi berdasarkan ukuran partikel diameternya. Tanah jenis

pasir memiliki ukuran butiran diameter sebesar 2,0-0,05 mm. Tanah jenis lanau

memiliki ukuran butiran diameter sebesar 0,05-0,002 mm. Tanah jenis lempung

memiliki ukuran butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm.

Tekstur tanah beragam dari sangat kasar hingga sangat halus. Tekstur

pada tanah terdiri dari dua belas kelas. Tanah digolongkan dalam beberapa

fraksi sesuai ukuran diameter partikel. Partikel terkecil dimiliki oleh tanah liat dan

terbesar dimiliki oleh pasir. Daya serap dan penopang air dipengeruhi tekstur

tanah.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah

Menurut Rahman dan Baso (2017), bahwa tekstur suatu tanah

merupakan komposisi susunan pada tanah yang dapat mengindikasikan

proporsi relatif partikelnya. Tekstur tanah juga dapat menunjukan kesuburan

suatu tanah. Bahan-bahan penyusun tanah terdiri dari lempung, debu dan pasir.

Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi tekstur suatu tanah, contoh faktor

yang dapat mempengaruhi tekstur suatu tanah adalah kandungan mineral dan

jenis batuan induk. Selain itu, sifat dan juga lama waktu proses pembentukan

dapat mempengaruhi tekstur tanah yang dihasilkan. Menurut Mamedov, et al.

(2016), aktivitas mikrobiologi juga dapat berpengaruh terhadap keadaan tekstur

suatu tanah . Kebutuhan zat hara dalam tanah dapat terpenuhi apabila aktivitas

mikrobiologi dalam tanah berlangsung baik, aktivitas hewan mikro tersebut dapat

optimal apabila pori-pori pada setiap partikel penyusun tanah mampu menyerap

air untuk kebutuhan mikroorganisme dalam tanah tersebut.

Menurut Rayes (2017), tanah terbentuk sebagai hasil interaksi dari

berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi keberadaan organisme dalam

tanah, relief atau topografi, jenis bahan induk dan juga iklim serta waktu. Bahan
induk dan relief dianggap sebagai keadaan awal untuk pengembangan tekstur

tanah. Iklim dan organisme menentukan laju reaksi kimia dan biologi yang

berlangsung dalam tanah (the pedogenic processes). Sedangkan waktu menjadi

ukuran sejauh mana reaksi dapat berlangsung. Perbedaan topografi menjadi

suatu faktor yang berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah yang dibawa oleh fraksi

pembentuk tanah. Menurut Ahmad, et al. (2015), tekstur tanah dipengaruhi oleh

dispersi partikel dan translokasi yang terjadi disekitar tanah tersebut. Dispersi

dan translokasi air terjadi karena adanya perbedaan struktur pembentuk tanah.

Dispersi partikel ini menyebabkan adanya perbedaan setiap tekstur tanah dalam

menangkap mineral atau zat hara dan bahan induk.

Tekstur tanah terbentuk akibat dari interaksi berbagai macam faktor.

Mineral dan batuan induk merupakan faktor pembentuk tekstur tanah. Terdapat

faktor lain yaitu aktivitas mikroba dan lama waktu pemecahan batuan. Tekstur

tanah bisa dijadikan penentu kesuburan tanah. Dispersi partikel setiap tekstur

tanah memiliki perbedaan dalam menangkap zat hara atau mineral.

2.4.4 Fungsi Penentuan Tekstur Tanah

Menurut Azis, et al. (2017), mengetahui tekstur tanah sangat penting

untuk menentukan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Salah satu sifat fisik yang

dapat diketahui yaitu berupa besaran partikel di tanah yang sangat beragam, ada

yang sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar. Istilah tekstur tanah ini

memiliki artian perbandingan antara pasir, debu dan liat di dalam tanah. Tanah

yang bertekstur pasir berlumpur memiliki pori-pori yang lebih besar sehingga

kemampuan untuk menahan unsur haranya kecil. Menurut Wijayanti (2015),

penentuan tekstur tanah dapat memengaruhi WHC (Water Holding Capasity)

sehingga dapat menentukan lengas tanah tertahan, infiltasi, penahan air dan

dapat menentukan tata air tanah.

Menurut Lengkong, et al. (2015), tekstur tanah turut berperan penting


dalam penentuan erodibilitas tanah. Erodibilitas mempengaruhi kemampuan

tanah untuk mengalami erosi. Tanah berpartikel halus rentan mengalami erosi

karena sifat kohesi tanah yang besar. Sedangkan, tanah berpartikel besar lebih

sulit mengalamai erosi yang mengindikasikan bahwa erodibilitasnya rendah.

Contoh tanah yang memiliki erodibilitas rendah adalah tanah yang banyak

mengandung debu. Menurut Sukirman (2014), tingkat permeabilitas suatu tanah

sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah. Permeabilitas merupakan kemampuan

tanah untuk “meloloskan” air masuk ke dalam tanah. Ukuran dan jumlah pori-pori

tanah serta tingkat kehalusan partikel dan derajat kenejuhan tanah turut

mempengaruhi tekstur tanah. Tekstur tanah secara tidak langsung, dapat

mempengaruhi tingkat permeabilitas tanah. Tanah bertekstur lumpur atau

lempung memiliki derajat kejenuhan yang cukup tinggi, sehingga

permeabilitasnya rendah.

Karakter biologi, fisik, dan kimia tanah diperlukan untuk menetukan

tekstur tanah. Erodibilitas tanah ditentukan oleh tekstur tanah. Erosi mudah

terjadi pada tanah berpatikel kecil, sedangkan tanah yang berpartikel besar lebih

sulit untuk mengalami erosi. Tekstur tanah berkaitan dengan permeabilitas tanah.

Permeabilitas terbesar dimiliki tanah bertekstur pasir.

2.5 Struktur Tanah

Struktur tanah yaitu ciri fisik tanah yang memakai tepatan ruang partikel-

partikel tanah yang tergabung antara satu sama yang lain. Materi struktur tanah

juga menngulas macam-macam struktur tanah dan faktor yang mempengaruhi

struktur tanah.

2.5.1 Pengertian Struktur tanah

Menurut Heradian dan Arman (2015), yang dimaksud dari struktur atau

susunan tanah yaitu sebuah metode untuk mengatahui kestabilan dari tanah.
Terdapat cara untuk mengetahui struktur tanah yaitu metode geolistrik. Cara

tersebut pernah di lakukan di Daerah longsor di gunung Kupang, Banjarbaru.

Menurut Margolang, et al. (2015), partikel seperti debu, pasir dan liat yang

membentuk suatu agregat tanah disebut struktur tanah. Kemantapan tanah dan

agregat tanah berhubungan dengan struktur tanah. Bahan organik juga krusial

bagi agregat tanah, dimana bahan organik merupakan perekat pada tanah

tersebut.

Menurut Jalil dan Fajrina (2016), susunan ruang antar agregat (butir)

dengan agregat pada tanah yang menjadi karakteristik fisik tanah disebut struktur

tanah. Struktur tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah tersebut misalnya kondisi

tanah tersebut sering mengalami longsor maka disana tidak membangun struktur

tanah yang baik. Macam tanah yang mudah untuk ditemukan salah satunya yaitu

tanah lempung yang memiliki karteristik dimana kerangka dasar partikelnya

adalah silikat. Tanah yang terdapat lempung apabila ditambahain kapur dan

akan bereaksi membentuk suatu struktur campuran yang stabil.. Menurut Salle,

et al. (2015), butiran material hasil dari pelapukan massa batuan massive dan

ukurannya berbongkahan (berbentuk besar-besar) berkerikil atau berangkal dan

kontak butirannya tidak tersementasi (terikat secara kimia ) termasuk bahan

organik, disebut struktur tanah. Struktur tanah ini terbentuk karena partikel

mineral terikat secara kimia satu sama lain dan terbentuk akibat pelapukan

batuan.

Kestabilan tanah dapat diketahui dari bentuk struktur tanah. Metode

geolistik digunakan untuk menentukan struktur tanah. Proses kimia berupa

pengikatan partikel mineral dengan mineral lain akan membentuk struktur tanah.

Tanah lempung yang ditambahkan kapur akan membentuk campuran yang

stabil. Struktur tanah terdiri dari bahan organik dan bongkahan kerikil yang tidak
tersementasi.

2.5.2 Macam-Macam Struktur Tanah

Menurut Schoonover and Crim (2015), struktur tanah merupakan

gambaran dari partikel tanah pada jenis tekstur (pasir, lumpur, dan tanah liat)

yang disusun ke dalam tanah agregat dan mengalami pelapukan baik fisika dan

kimia. Struktur tanah paling mudah untuk diamati pada tanah kering. Macam

struktur tanah yaitu bentuk utamanya adalah granular, platy, blocky, prismatic,

dan columnar. Menurut Matziris, et al. (2016), tanah terbagi menjadi bermacam

bentuk atau ukuran yang disebut struktur tanah. Sebagian besar lapisan tanah

memiliki struktur subangular (agak menyudut), sudut, granular (butiran) dan platy

(lempeng). Jenis platy (lempeng) di lapisan permukaan merupakan jenis yang

umum pada struktur tanah.

Menurut Mohammed, et al. (2016), peds (gumpalan) merupakan salah

satu bentuk struktur tanah yang dapat dilihat dengan jelas. Lempeng (platy),

gumpalan membulat (granular), gumpalan menyudut (blocky), dan prisma

(prismatic) merupakan macam – macam penggolongan struktur tanah secara

sederhana berdasarkan bentuk kualitatif. Bentuk ped (gumpalan) menunjukkan

pentingnya proses biologis, fisika, dan kimia seperti perluasan akar tanaman,

resapan air, dan transportasi zat terlarut bagi tanah. Menurut Ghezzehei (2016),

struktur tanah terbagi menjadi dalam beberapa bentuk yaitu platy, prismatik,

columnar, gumpal, dan granular. Platy yaitu struktur tanah berbentuk datar dan

horizontal yang umumnya terjadi pada tanah liat. Prismatik bercirikan memanjang

dengan permukaan datar, serta permukaan sudut vertikal atau subrounded dan

puncak biasanya datar. Columnar bercirikan mirip dengan prismatik, namun

permukaan agak bulat. Gumpal becirikan bentuk polyhedral dengan permukaan

datar atau sedikit membulat. Granular bercirikan mirip dengan gumpal, namun
bentuk lebih bulat.

Struktur tanah dapat diketahui dengan bentuk kualitatif. Variasi struktur

tanah antara lain platy, prismatic, clomnular, granular,dan blocky. Jenis platy

umumnya ditemukan pada permukaan bagian atas. Jenis prismatik memiliki ciri

permukaan datar memanjang dan permukaan sudut subrounded. Jenis columnar

memiliki kesamaan dengan prismatik, bedanya columnar memilki permukaan

yang agak bulat.

2.5.3. Faktor yang Mempengaruhi Struktur Tanah

Menurut Bottinelli, et al. (2015), organisme di dalam tanah adalah salah

satu faktor yang memberi pengaruh struktur tanah. Organisme tanah yang

memiliki peran penting dalam mengendalikan struktur tanah yaitu cacing tanah,

rayap dan semut. Pentingnya organisme tanah bagi fisikawan dan ilmuwan tanah

untuk mengukur dan memperkirakan dinamika struktur tanah. Menurut

Podrazsky, et al. (2015), proses dekomposisi sampah merupakan faktor lain

yang memberi pengaruh terhadap pembentukan stabilitas struktur tanah. Selain

itu aktivitas mikroba dalam jumlah banyak serta bahan organik tanah menjadi

faktor untuk meningkatkan kemampuan agregasi tanah, baik tanah hutan

maupun padang rumput. pH rendah dapat mempengaruhi potensi agregasi tanah

pada lahan hutan dan padang rumput. Semakin tinggi tingkat substrat pelapukan

tanah maka semakin besar potensi pembentukan struktur tanah.

Menurut Khair, et al. (2017) bahan organik berperan pada sifat fisik tanah

yaitu mampu menaikkan kemantapan agregat tanah serta memperbaiki struktur

tanah. Humus yang tebal menandakan tanah banyak mengandung bahan

organik sehingga akan mempunyai sifat fisik yang baik yaitu mempunyai

kemampuan menghisap air hingga beberapa kali berat keringnya dan

porositasnya tinggi. Menurut Mamedov (2014), jenis tanah dan sifat-sifat tanah
mempengaruhi mekanisme fisik dan fisikokimia pada kerusakan agregat tanah.

Perubahan pada sistem pori makro tanah dapat menjadi faktor bagi sifat fisik,

infiltrasi dan menurunnya konduktivitas hidrolik, serta limpasan sepanjang irigasi

dan terjadinya curah hujan. Jika terjadi kerusakan dan menurunnya infiltrasi pada

struktur tanah dapat berpengaruh pada aliran permukaan pada tanah sehingga

permukaan tanah terkontaminasi oleh limbah maupun erosi tanah.

Degradasi bahan organik oleh organisme berpengaruh terhadap struktur

tanah. Komposisi bahan organik yang besar pada tanah akan berpengaruh pada

sifat fisiknya. Bahan organik berpengaruh terhadap kemampuan tanah menyerap

air. Sistem pori makro tanah berkaitan dengan infiltrasi, konduktivitas hidrolik

yang nantinya akan berpengaruh terhadap struktur tanah. Erosi terjadi akibat

rusaknya struktur suatu tanah.

2.6 Penentuan Bobot Isi

Bobot isi diartikan sebagai bobot massa tanah saat kondisi lapang yang

sudah kering dalam satuan volume. Selain definisi, faktor yang mempengaruhi

dan fungsi bobot isi juga dibahas pada Penentuan bobot isi.

2.6.1 Pengertian Bobot Isi

Menurut Hardjowigeno (1993), bulk density didefinisikan berat dari tanah

yang kering dalam satuan volume, termasuk pori-pori tanah yang dinyatakan

dalam satuan g/cc. Penggunaaan Bulk density bisa untuk menghitung ruang pori

total (total porosity) tanah dengan konsep tingkat kerapatan zarah (particle

density) tanah sebesar 2,65 g/cc .

𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
x 100 = % bahan padat tanah
𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑐𝑙𝑒 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦

% total porsity = 100 % - % bahan padat tanah

Menurut Hanafiah (2014), bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per

satuan volume. Kerapatan massa (bobot isi=BI) adalah bobot massa tanah
kondisi lapangan yang dikeringkan persatuan volume. Nilai kerapatan tanah

berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel tanah. Jika tanah semakin

kasar partikel tanah akan semakin berat massanya.

Menurut Schulze (2007), bobot isi didefinisikan sebagai perbandingan dari

massa tanah dengan volume. Volume padatan tanah yang sudah diketahui

besaran nilai bobot isinya dapat dihitung jika sudah ditimbang massa nya terlebih

dahulu. Menurut Juo dan Franzluebbers (2003), bobot isi adalah ukuran

pemadatan tanah kering per satuan volume yang dinyatakan dalam satuan

mg/m3 atau gr/cm3. Alternatif cara dapat digunakan dalam menentukan bobot isi.

Umumnya peningkatan bobot isi tanah dikarenakan faktor kedalaman tanah yang

memiliki kandungan bahan organik.

Perbandingan massa tanah dan volume menghasilkan bobot isi tanah.

Bobot isi dapat digunakan dalam menghitung total porosity. Bulk density

menggunakan konsep tingkat particel density. Bulk density memiliki satuan yaitu

g/cc. Kedalaman tanah berpengaruh dalam meningkatknya bobot isi dalam

tanah.

2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Bobot Isi

Menurut Tian, et al. (2018), perubahan iklim merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi bobot isi tanah. Peningkatan bobot isi tanah

dipengaruhi oleh hujan, irigasi, serta aktvitas perdagangan. Siklus tahunan

mampu merubah bobot isi tanah hingga 40%. Menurut Hanafiah (2014),

kerapatan volume juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi bulk density.

Nilai kerapatan massa tanah dapat berbanding lurus dengan tingkat kekasaran

patikel-partikel tanah. Jadi dapat dikatakan semakin kasar partikel tanah, maka

akan semakin berat bobot isi tanah.

Menurut Sutanto (2005), kandungan yang terdapat di lengas tanah

mempengaruhi variasi dari bobot isi. Oleh karena itu, kadar lengas harus
ditentukan untuk mengukur bobot isi. Bobot isi bergantung juga pada rapatnya

partikel serta ruang pori tanah. Penurunan bobot isi tanah disebabkan dengan

bertambahnya bahan organik. Lapisan bawah tanah yang lebih pejal dan

memiliki kandungan humus yang rendah mempunyai bobot isi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan lapisan permukaan tanah yang memiliki banyak

kandungan organik. Menurut Perdana dan Wawan (2015), Faktor yang

mempengaruhi bobot isi yang pertama adalah kepadatan yang dipilih

berdasarkan kondisi lahannya. Taraf pemadatannya terdiri dari 3 taraf

kepadatan, yaitu lahan yang tidak diberi pemadatan (normal), lahan yang telah

di-stacking (sedang) dan lahan yang di-stacking dengan kondisi kepadatan lebih

besar (tinggi). Sedangkan faktor kedua atau anak petak adalah perbedaan lokasi

yang dilihat berdasarkan profil dengan kematangan yang lebih dominan, dimana

lokasi 1 merupakan lahan yang memiliki profil dengan kematangan hemik yang

lebih dominan dan lokasi 2 merupakan lahan dengan profil gambut yang memiliki

kematangan fibrik yang lebih dominan hingga masing-masing kedalaman muka

air tanah.

Bobot isi suatu tanah dapat dipengaruhi oleh intensitas hujan, aliran air

dan aktivitas manusia. Tanah yang terkena pengaruh hujan akan mengalami

kenaikan bobot isi. Siklus tahunan berpengaruh 40% terhadap bobot isi tanah.

Penambahan bahan organik menurunkan bobot isi tanah. Tanah yang berada

dilapisan atas yang memiliki banyak bahan organik akan lebih rendah bobot

isinya dibanding tanah-tanah bagian bawah yang tidak memiliki banyak bahan

organik.

2.6.3 Fungsi Penentuan Bobot Isi

Rodriguez-Lado, et al. (2015), memaparkan bahwa bobot isi (ρb)

berfungsi untuk memperkirakan fungsi dari hidrolik tanah, yaitu rneteskan air,

konduktivitas hidrolik ataupun limpasan permukaan merupakan salah satu


indikator yang penting. Hal ini dikarenakan bobot isi tanah berkorelasi dengan

pemadatan tanah dan sifat fisik-kimia-biol ogi lainnya. Menurut Al-Shammary, et

al.(2018), nilai Pb tanah sangat penting untuk diketahui dalam mengelola tanah.

Mengamati dinamika Pb tanah dapat menjelaskan dinamika produktivitas tanah

dan fungsi ekosistem serta memungkinkan variabilitas dalam kualitas tanah

dapat diukur.

Menurut Wang, et al. (2017), bobot isi merupakan parameter yang sering

digunakan dalam memperkirakan stok karbon organik tanah (SOC) dan

kapasitas penyerapan. Bobot isi tanah juga digunakan untuk menilai kontribusi

ekosistem terhadap anggaran karbon global dan regional, dan mitigasi emisi gas

rumah kaca pada tanah. Dapat dikatakan bahwa bobot isi dapat digunakan

dalam berbagai pengukuran.untuk keperluan. Dalam penelitian Walter, et al.

(2016), Bobot isi merupakan massa per satuan volume dengan menggunakan

metode inti (core methods) untuk mengukur berat kering oven dari volume

sampel yang diketahui. Meskipun bobot isi adalah parameter dasar dalam ilmu

tanah, diperlukan penentuan yang akurat dan tepat. Hal ini dikarenakan bobot isi

berperan sebagai salah satu sumber terpenting ketika menentukan stok SOC

pada skala lapangan terutama untuk lapisan tanah atas.

Penentuan bobot isi tanah digunakan memperkirakan stok karbon organik

tanah (SOC). Bulk density saling berkaitan dengan kepadatan tanah dan sifat

biologi, fisika maupun kimia. Bobot isi dalam tanah meggunakan core method

dalam satuan massa/volume. Core method berguna untuk menghitung berat

kering oven dari sampel yang diteliti. Dalam menentukan bobot isi tanah haris

menggunakan parameter yang tepat dan akurat.

2.7 Penentuan Bobot Jenis

Pada materi penentuan bobot jenis pada tanah, materi ini akan

memfokuskan ke dalam definisi, faktor-faktor yang dapat mengubah penentuan


bobot jenis pada tanah dan manfaat daripada penentuan bobot jenis

2.7.1 Pengertian Bobot Jenis

Giuseppe, et al. (2016), menerangkan bahwa peran penting dalam proses

pengendapan sedimen dimainkan oleh bobot jenis (ρs). Bobot jenis

mencerminkan kepadatan partikel tunggal yang menyusun sampel tanah dan

juga mengontrol porositas, bobot isi, dan ruang udara. Bobot jenis menurut ilmu

tanah didefinisikan sebagai massa per satuan volume komponen tanah padat,

merupakan sifat fisik penting yang terkait dengan asal-usul tanah. Ditambahkan

oleh Schjonning, et al. (2017), bahwa bobot jenis digunakan dalam perhitungan

porositas dan rasio kekosongan tanah. Biasanya tidak dihitung tetapi dianggap

sebagai sebuah konstanta. Berbagai penelitian telah mencatat bahwa bobot jenis

tanah sebenarnya sangat bervariasi bergantung pada tipe tanah dan wilayah

geografis.

Menurut Chepkorir, et al. (2018), kepadatan bobot jenis atau biasa

disebut dengan partikel tanah merupakan massa suatu tanah dalam volume

partikel tertentu. Kepadatan bahan organik tidak memiliki pengaruh secara

signifikan terhadap bobot jenis tanah atau kepadatan partikel tanah. Dijelaskan

oleh, JR dan Ajibade (2015), keberadaan mineral tanah seperti magnetit, limonit

dan hematit akan membuat kepadatan partikel tanah menjadi lebih tinggi.

Kepadatan partikel sampel tanah akan berkurang dengan adanya peningkatan

bahan organik.

Bobot jenis (ps) memainkan peran penting dalam proses pengendapan

sedimen. Bobot jenis menurut keilmuan merupakan massa per satuan volume

komponen tanah padat, juga merupakan sifat fisik penting yang terkait dengan

asal-usul tanah. Bobot jenis digunakan dalam perhitungan porositas dan rasio

kekosongan. Bobot jenis sangat bervariasi tergantung tipe dan geografis tanah.
Keberadaan mineral tanah akan membuat kepadatan semakin meninngkat.

2.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Bobot Jenis

Menurut Surya, et al. (2017), bahan induk dan tekstur tanah

mempengaruhi berat jenis suatu tanah. Kemampuan penyerapan air yang relatif

besar serta rendahnya kerapatan partikel tanah dikarenakan lebih dominannya

presentase tekstur tanah liat.Komposisi padatan tanah yang relatif stabil tidak

mudah berubah dalam kurun waktu yang relatif lama, hal ini dikarenakan adanya

keterikatan dengan nilai berat jenis tanah tersebut. Perbedaan berat jenis tanah

terjadi jika pada tanah terdapat variasi yang besar pada komposisi mineral tanah.

Menurut Harist, et al. (2017), apabila bobot isi tanah semakin tinggi maka total

ruang porinya semakin rendah tetapi jika bobot isi rendah maka total ruang

porinya semakin tinggi. Porositas tanah juga mempengaruhi kepadatan tanah.

Kepadatan tanah juga akan mempengaruhi porositas tanah. Apabila tanah terlalu

padat maka porositas yang terjadi di tanah akan mengalami pengurangan. Selain

itu, permeabilitas tanah juga dipengaruhi oleh porositas tanah. Hal ini

dikarenakan besarnya ruang pori yang mengakibatkan air masuk dengan mudah

dengan terus mengalir.

Menurut Putinella (2014), partikel padatan tanah yang relatif tetap pada

tiap jenis tanah berpengaruh terhadap penentukan berat jenis butiran tanah,

tingkat pelapukan dengan waktu yang cukup lama menentukan berat ringannya

partikel padatan tanah, sedangkan untuk meningkatkan jenis butiran tanah

dibutuhkan bahan organik dalam bentuk humus. Penambahan humus,

pelapukan dan hilangnya mineral-mineral sebagai penyusun tanah membutuhkan

kurun waktu relatif lama tetapi berat jenis butiran tanahnya relatif tetap. Menurut

Amri, et al. (2014), berat isi tanah dengan perbedaan berat jenis tanah saling

berikatan satu sama lain. Semakin tinggi berat jenis tanah maka berat isi tanah

juga semakin tinggi, hal ini dikarenakan antara berat isi tanah dengan berat jenis
tanah berbanding lurus. Pada umumnya di tanah permukaan (top soil) terdapat

kerapatan sub-soil yang lebih kecil, karena berat benda padat tanah mineral oleh

sub soil lebih besar dibandingkan dengan kerapatan tanah permukaan, berat

jenis tanah rendah diakibatkan banyaknya top-soil yang mengandung bahan

organik. Suatu tetapan dan tidak bervariasinya jumlah partikel merupakan

pengertian dari berat jenis pada setiap tanah.

Bahan induk dan tekstur tanah mempengaruhi bobot jenis tanah.

Komponen padatan tanah yang stabil dan cenderung tidak berubah dikarenakan

adanya keterikatan bobot jenis tanah. Bobot jenis tanah tinggi maka ruang pori

tanah akan semakin tinggi. Jika tanah terlalu padat maka tanah akan mengalami

pengurangan porositas. Berat isi tanah dengan berat jenis tanah memiliki

keterkaitan satu sama lain.

2.7.3 Fungsi Penentuan Bobot Jenis

Menurut Nita, et al. (2015), dalam menentukan berat jenis partikel yang

perlu diperhatikan ialah kerapatan yang berasal dari partikel-partikel tanah pada

seluruh permukaan maupun dalam tanah. Komponen pada padatan tanah ketika

relatif stabil berakibat pada kadar massa jenis tanah yang tidak akan berubah

dalam jangka waktu singkat. Ketika di dalam tanah tersebut memiliki bahan

mineral tanah yang bervariasi, maka berat jenis ini akan memiliki perbedaan

yang sangat terlihat. Menurut Ferdian, et al. (2015), berat jenis merupakan salah

satu penentuan golongan tanah. Perbandingan antara berat/massa tiap butir

tanah dan kadar pasir dengan berat air yang bertambah akan meningkatkan

berat jenis tanah. Kenaikan massa tiap butiran pasir akan meningkatkan berat

jenis tanah, sehingga dapat disimpulkan kenaikan berat jenis berbanding lurus

dengan peningkatan massa butiran pasir.

Menurut Muda (2016), pengujian pada berat jenis tanah memiliki maksud

agar dapat memperoleh kisaran nilai berat jenis pada tanah, sebagai
pendeskripsian parameter- parameter yang lain (umumnya pada sifat tanah).

Penggolongan sifat tanah berdasar berat jenisnya adalah kerikil 2,65-2,68 Gs,

pasir 2,65-2,68 Gs; lanau organik 2,62-2,68 Gs; lempung organik 2,58-2,65 Gs;

lempung anorganik 2,68-2,75; humus 1,37 Gs dan gambut 1,25-1,28 Gs.

Menurut Adeyemi, et al. (2014), berat jenis digunakan sebagai dasar identifikasi

tanah laterit. Selain hal tersebut, berat jenis juga digunakan untuk dasar

identifikasi dan evaluasi indeks agregat laterit. Hal tersebut dapat terjadi

dikarenakan adanya korelasi yang baik dengan kekuatan mekanik tanah.

Kerapatan partikel tanah harus diperhatiikan secara menyeluruh saat

menentukan berat jenis partikel. Variasi komposisi mineral tanah yang besar

akan membuat perdedaan berat jenis yang sangat terlihat. Kenaikan massa

butiran pasir akan meningkatkan berat jenis tanah. Dapat disimpulkan bahwa

massa butiran pasir berbanding lurus dengan berat jenis tanah. Uji berat jenis

sendiri memiliki tujuan untuk menghasilkan angka atau besaran dari berat jenis

tanah yang akan menentukan parameter lainnya.

2.8 Pengertian Ruang Pori

Ruang pori pada tanah merupakan suatu bobot kering tanah ketika

sedang dalam keadaan utuh dan memiliki satuan gr/cm3. Terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi suatu ruang pori pada tanah dan memiliki manfaat

dalam penentuan ruang pori pada tanah.

2.8.1 Pengertian Ruang Pori Tanah

Menurut Foth (1995), ruang pori total tanah adalah jumlah volume dari

tanah yang ditempati oleh air ataupun udara. Terdapat juga istilah porositas

yaitu, persentase volume ruang pori total tanah. Perbedaan struktur berat antara

tanah yang kering dan keadaan jenuh merupakan volume pada ruang pori tanah

secara total keseluruhan. Menurut Parasayu, et al. (2016), total pada ruang pori

di pengaruhi oleh porosistas yang tinggi. Porositas sendiri yaitu ruang pori total
dalam satuan volume yang dapat di tempati oleh udara dan air.

Menurut Ortega, et al. (2015), dalam proses-proses tertentu, proses fisik

dan biologis didalam tanah. Adapun contohnya seperti dinamika spesies

mikroba, siklus nutrisi, difusi, dan massa tanah dipengaruhi oleh struktur pori

tanah. Ruang pori tanah ini memiliki pengaruh dalam proses-proses yang terjadi

di dalam tanah. Menurut Aji, et al. (2015), pori total tanah adalah bagian yang

terisi udara dan air, dimana udara dan air yang berada di dalam tanah keluar dan

masuk melalui ruang pori. Ruang pori ini digolongkan berdasarkan tekstur pori

pada tanah yaitu pori halus dan pori kasar. Bagian pada pori tanah yang memiliki

kandungan udara dan air yang mudah hilang karena adanya gaya gravitasi

merupakan karakteristik dari pori kasar, sedangkan pori halus merupakan bagian

yang berisi udara dan air kapiler. Porositas adalah persentase volume tanah

yang ditempati oleh air dan udara.

Ruang pori tanah juga dapat di artikan sebagai bagian badan tanah yang

tidak terisi bahan padat, melainkan diisi air atau udara. Gaya kapiler bekerja

menyimpan air. Gaya nonkapiler terdapat pada pori besar yang tidak dapat

menahan air. Pori tanah itu sendiri memiliki isi atau besar nya dalam ruang

tersebut yang dimana jumlahnya sesuai dengan struktur dan keadaan yang

berbeda pada tanah tersebut. Selain itu, ruang pori tanah mempunyai peranan

yang berpengaruh terhadap apa yang terjadi di dalam tanah tersebut.

2.8.2 Faktor yang Mempengaruhi Ruang Pori Tanah

Menurut Manger (1963), porositas ditentukan oleh kapasitas cairan dari

pori-pori yang saling berhubungan. Pori-pori yang saling berhubungan tersebut

seperti volume pori (ukuran volume). Menurut Negassa, et al. (2015),

karakteristik pori-pori tanah ditentukan oleh struktur tanah. Hal ini dapat

menyediakan ruang untuk aktivitas mikroba. Kemampuan mikroba untuk

bergerak dan tumbuh terkait dengan karakteristik pori-pori tanah.


Menurut Shah, et al. (2017), faktor yang mempengaruhi ruang pori tanah

yaitu konduktivitas hidrolik di dalam hubungan linier dengan derajat ketersediaan

ruang pori tanah. Semakin tinggi ruang pori tanah, semakin tinggi

konduktivitasnya, sedangkan pemadatan tanah mengurangi ruang pori total,

akibatnya penurunan konduktivitas hidrolik tanah diantara jenis ruang pori tanah.

Air ditahan dalam mikropori daripada makropori, sehingga meskipun ruang pori

sama, ukuran mikropori dan makropori berbeda. Menurut Sandin, et al. (2017),

ruang pori dipengaruhi oleh tekanan eksternal dan biasanya menurun dengan

kejadian setelah hujan. Hujan dapat mempengaruhi struktur keras lunaknya

tanah. Selain itu, penelitian lain juga menemukan bahwa ruang pori tanah

dipengaruhi oleh aktivitas irigasi, aktivitas biologis mikroorganisma, pertumbuhan

akar dan siklus pengeringan.

Perbedaan pada total ruang pori berbagai tanah bergantung pada situasi

yang dapat mempengaruhi ruang pori. Susunan butiran tanah yang menentukkan

jumlah dan sifat pori. Dikarenakan struktur atau tekstur butiran tanah

mempengaruhi karakteristik pori-pori tanah itu sendiri maka sebelum mengolah

tanah diketahui nilai porositas terlebih dahulu. Tanah yang bertekstur halus

memiliki mempunyai porositas yang besar karena memiliki daya untuk menahan

air dan bahan organiknya besar. Tanah yang bertekstur kecil memiliki porositas

yang kecil karena teksturnya kasar dan daya untuk menahan air dan bahan

organiknya kecil.

2.8.3 Fungsi Penentuan Ruang Pori Tanah

Menurut Masria, et al. (2018), pori-pori tanah menjadi faktor penentu

sebagai ruang fungsional yang menghubungkan tubuh tanah dengan lingkungan

di sekitarnya. Ruang pori-pori tanah berperan sangat penting dalam menentukan

sifat fisik. Sifat biologi tanah juga ditentukan oleh ruang pori-pori tanah. Ruang

pori-pori tanah juga berperan sangat penting dalam menentukan sifat kimia.
Karakteristik dari pori tanah juga dapat menggambarkan jumlah, ukuran,

distribusi, kontinuitas dan stabilitas pori tanah. Menurut Margolang, et al. (2015),

karakteristik pori pada tanah juga mempengaruhi pergerakan air di dalam tanah.

Laju infiltrasi tanah dipengaruhi oleh total ruang pori pada tanah. Tinggi

rendahnya permeabelitas suatu tanah dapat ditentukan melalui jumlah total

ruang pori pada tanah. Semakin besar total ruang pori tanah maka semakin

besar pula permeabilitas tanah. Tanah yang memiliki total ruang pori yang tinggi

akan memepercepat kecepatan laju air di dalam pori-pori tanah. Fungsi pori

tanah digunakan untuk memprediksi dan menganalisis respons suhu dan

kelembaban heterotrofik tanah respirasi melintasi batas 0oC. Situs-situs tersebut

termasuk rumput campuran rumput, padang rumput sagebrush dan ketinggian

tinggi hutan jenis konifera dan sistem padang rumput, mencakup rentang

variabilitas ekologi di Wyoming Tenggara. RH akan lebih sensitif terhadap

perubahan suhu di bawah ini 0oC dari di atas 0oC dan respon ini akan berbeda di

antara situs tergantung pada kepadatan tanah, tekstur dan konten C.

Menurut Oktaviana, et al. (2018), salah satu fungsi ruang pori total

(porositas), yaitu dapat mengetahui permeabilitas tanah. Jika ruang pori total

semakin besar, maka nilai koefisen permeabilitas tanah akan semakin kecil. Nilai

permeabilitas ini dipengaruhi juga oleh struktur pembentuk tanah. Struktur

pembentuk tanah ini memiliki nilai porositas yang berbeda beda salah satu

contohnya adalah pasir yang memiliki porositas besar sedangkan liat memiliki

porositas kecil. Menurut Riniarti dan Setiawan (2014), infiltrasi tanah akan rendah

jika kandungan partikel liat semakin tingi dikarenakan menurunnya pori-pori

makro tanah yang sangat berkorelasi terhadap menurunnya limpasan air yang

terjadi diatas pori-pori tanah tersebut. Di dalam tanah, air mengalir ke arah

pinggir, sebagai aliran perantara menuju mata air, danau, dan sungai atau secara

vertikal yang dikenal dengan penyaringan menuju air tanah.


Sifat fisik tanah bergantung pada keadaan pori-pori tanah tersebut. Laju

infiltrasi dipengaruhi total ruang pori. Ruang pori tanah juga dapat menjadi

indikator tinggi atau rendahnya permeabilitas tanah. Tanah yang beruang pori

tinggi akan semakin cepat kecepatan laju air dalam pori tanah tersebut. Pori

tanah pasir tidak mampu menhan air berbeda dengan pori tanah liat.

2.9 Konsistensi Tanah

Pelajaran pada konsistensi tanah mengulas defenisi konsistensi tanah

yakni tingkatan keterikatan dan penyatuan disekitar komponen-komponen tanah

serta resistensi substansi tanah mengenai perubahan wujud. Subjek

pembahasan kali ini akan memaparkan jenis-jenis konsistensi tanah, material

yang memberikan efek kepada konsistensi tanah juga faedah penetapan

konsistensi tanah.

2.9.1 Pengertian Konsistensi Tanah

Dijelaskan oleh Rahayu, et al. (2014), bahwa kestabilan daratan berarti

sesuatu yang memiliki hubungan langsung dengan keteguhan dan tekstur tanah.

Terdapat tanah yang lunak maupun tanah yang padat. Tanah yang padat

biasanya tanah yang kering. Tanah yang berada di bawah lapisan paling atas

memiliki konsistensi lebih teguh dibandingkan dengan lapisan di atas maupun

lapisan di bawahnya. Menurut Eriyanto (2016), tanah memiliki batas-batas

konsistensi yang mempengaruhi bagaimana konsistensi tiap tanah itu bisa

berbeda-beda. Batas-batas konsistensi ini tergantung pada air yang terdapat di

dalam massa tanah yang akan menunjukkan situasi tanah berupa cahar, kelat,

fleksibel, semi elastis dan pekat.

Menurut Prabandiyani, et al. (2015),kadar air yang telah melewati

keadaan yang lain yakni contohnya ke tanah lempung kering disebut dengan

konsestensi tanah. Perubahan sifat seperti tanah lempung kering yang diberi air
akan menjadi plastis dan agak padat. Ketika campuran air tersebut di panaskan

akan menjadi semi solid (agak padat) kemudian bila dilanjutkan akan menjadi

solid. Menurut Norhadi, et al. (2017), penentuan konsistensi tanah dapat

dilakukan dengan uji kadar air untuk menentuan perilaku material dan sifatnya.

Penentuan konsistensi pada tanah kohesif tergantung dari nilai kadar airnya

dimana tingkat tenggat larutan ini bisa dimanfaatkan guna menafsirkan taraf

indikator dari fleksibilitas tanah.

Dapat diartikan konsistensi merupakan suatu ketahanan tanah tersebut

dengan adanya tekanan gaya dari luar yang bekerja dalam tanah sama dengan

tingkat kejenuhan air. Adanya kohesi dari butir tanah denga benda yang lain.

Suatu sifat tanah fisika dari tanah yang membuktikan ketahanan dari tanah

tersebut pada saat mendapatkan suatu tekanan yang berasal dari luar.

Menunjukkan adanya gaya tarik yang terjadi tiap partikel. Serta adanya tarikan

tiap partikel beserta air dengan bermacam kelembapan dalam tanah.

2.9.2 Macam-Macam Konsistensi Tanah

Menurut Sutanto (2005), konsistensi tanah macamnya ada tiga

diantaranya yaitu pertama adalah konsistensi tanah basah. Tanah basah dapat di

identifikasi pada saat tanah tersebut basah dan berkapasitas lapang. Kemudian

yang kedua yakni tanah lembab yang dapat di cek dengan peremasan tanah dan

lengas tanah dalam keadaan kurang lebih antara kering angin serta keadaan

lapang. Ketiga berupa konsistensi tanah kering yang mana menggunakan ibu jari

untuk memecahkan agregat tanah dalam kedaan kering. Menurut Joshua, et al.

(2017), kandungan kadar air tanah dapat dijadikan dalam menentukan

konsistensi tanah, seperti batas cair dan batas plastisis. Batas cair merupakan

kadar air tanah di ambang kondisi encer dan elastis, dimana batasan teratas

berada di wilayah batas luwes. Ambang keluwesan adalah sekat terendah dari

tingkat keplastisan suatu tanah.


Menurut Ridwan dan Sari(2016), macam konsistensi tanah yaitu seperti

agak padat. Dimana tanah kering menjadi agak padat jika diberi air. Kemudian

konsistensi tanah plastis menjadi liquid jika terdapat kadar air yang berlebih.

Berdasarkan Afriani dan Juansyah (2016), koherensi tanah merujuk pada daya

tahan kertarikan atau keterekatan tanah. Energi yang sanggup menunjukkan

konsistensi tanah yaitu daya tahan tanah. Hal tersebut merubah bentuk tanah

konsistensi tanah yang bervariasi, dapat di tunjukkan dengan kadar air dalam

tanah. Terdapat jenis konsistensi tanah yaitu padat (solid), semi padat (semi-

solid), plastik (plastic) dan cair (liquid).

Konsistensi pada tanah yang basah bisa dicirikan dengan kelekatan dan

plastisitas. Tingkatan plastisitas yang menggambarkan tanah tersebut dapat

membentuk sebuah gulungan. Konsistensi tanah yang sedikit lembab dapat

dipengaruhi sesuai dengan kondisi air tanah itu sendiri. Dapat dicirikan apabila

kadar air itu sedikit tanah tidak akan melekat satu sama lainnya, sedangakan

kadar air nya banyak maka sulit untuk hancurnya gumpalan tanah tersebut.

Begitupun dengan konsistensi tanah kering yang dipengaruhi sesuai kondisi air

tanah itu sendiri.

2.9.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsistensi Tanah

Menurut Budianto dan Sartohadi (2016), konsistensi tanah dipengaruhi

oleh tanggapan terhadap air, dan lembutnya material pada tanah. Konsistensi

tanah terjadi ketika terdapat aksi tarik-menarik diantara partikel. Dalam hal ini

tekstur butir halus, yang terlihat oleh batas cair, batas lekat, batas gulung dan

batas perubahan warna mempengaruhi batas konsistensi tanah. Menurut

Rajamuddin dan Sanusi (2014), menjelaskan bahwa konsistensi tanah dalam

kondisi dari semi liat hingga pada tahap betul-betul cekang ketika gersang, dan

dari yang kokoh sampai mendekati konsisten dalam kondisi lembab. Kestabilan

tanah dikuasai oleh tanah yang dominan oleh golongan liat. Dimana dominansi
kelompok lempung pada materi tanah mengakibatkan kerangka partikel tanah

terikat sangat teguh.

Menurut Holilullah, et al. 2015, faktor-faktor yang mempengaruhi

konsistensi tanah adalah kadar air tanah, bahan-bahan penyemen agregat tanah,

bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi, dan faktor-faktor penentu

struktur tanah (tekstur, macam lempung,dan kadar bahan organik). Apabila tanah

bertekstur liat berpasir dalam kondisi kering maka kekuatan tanah pada lahan

tersebut akan semakin besar dan sebaliknya apabila tanah liat berpasir dalam

kondisi basah maka kekuatan tanah akan semakin kecil. Hal ini diakibatkan

karena sifat tanah liat pada saat kondisi kering maka tanah liat akan menyusut

sehingga tanah menjadi keras dan apabila tanah liat dalam kondisi basah/lembab

maka tanah liat akan mengembang dan bersifat plastis. Menurut Bintoro, et al.

(2017), konsistensi suatu tanah dipengaruhi oleh batas cair. Batas cair ini

bergantung pada kadar air. Apabila kadar air tinggi akan menyebabkan tanah

mengembang dan mengakibatkan rendahnya konsistensi dari tanah tersebut.

Selain itu bahan organik juga menjadi faktor yang memengaruhi konsistensi

tanah. Jika dalam tanah terkandung banyak bahan organik maka akan

menimbulkan banyak pori-pori. Hal tersebut menurunkan kepadatan tanah

sehingga konsistensi tanah tersebut rendah.

Faktor yang sangat berpengaruh ialah kadar air tanah. Bila kadar dalam

air tersebut meningkat maka konsistensi tanah pun turun. Kadar bahan organik

juga menentukkan konsistensi tanah. Apabila bahan organik tinggi maka

konsistensi nya pun rendah. Yang dimana jika telalu banyak organik akan

membuat kepadatan tanah menurun. Tekstur tanah juga berpengaruh, karena

jika tekstur tanah tersebut dominannya pasir maka konsistensi tanah rendah.

2.9.4 Fungsi Penentuan KonsistensiTanah

Pendapat Glinski dan Lipiec (1990), konsistensi tanah terdefenisi sebagai


karakteristik bahan lahan yang diekspresikan oleh derajat dan jenis kohesi dan

adhesi tanah. Konsistensi tanah dapat digunakan untuk menentukan keadaan

pada tanah yaitu bedasarkan kelembaban tanah. Konsistensi tanah berdasarkan

kelembaban tnah ada 3 yaitu lembab, kering dan basah. Selain itu, menurut

Ajiono dan Herlan (2019), konsistensi tanah dapat digunakan untuk mengetahui

kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair dan tingkat plastis

maksimal. Uji liquid limit dan plastic limit merupakan dua pokok pengujian

pengujian dari stabilitas tanah.

Berlandaskan Onyelowe (2016), kekukuhan tanah bisa digunakan untuk

memaparkan tingkat kekuatan tanah. Penentuan konsistensi tanah juga

berfungsi untuk mempelajari batas cair, batas plastis, indeks likuiditas (kadar air),

batas penyusustan dan indeks kekuatan tanah. Konsistensi tanah dipengaruhi

oleh komposisi mineral dan jumlah air yang dikandungnya. Menurut Fauziek dan

Suhendra (2018), konsistensi tanah dapat digunakan untuk menentukan faktor

besaran daya dukung geser tanah yang termasuk dalam daya dukung tanah.

Pengertian kemampuan maksimum tanah sendiri bermakna bisa tidaknya tanah

membawa desakan juga menghadang penipisan akibat pemberian beban yang

disebabkan oleh tahanan geser yang disebarkan oleh tanah. Tahanan geser

adalah gaya yang di sebabkan oleh penekanan dan tarikan tanah (adhesi dan

kohesi). Kapasitas kemampuan geser disuatu bagian tanah dipengaruhi oleh

beberapa hal, seperti derajat geser dalam tanah, berat kapasitas tanah serta

tekanan pori tanah, yang di mana semua itu sangat dipengaruhi oleh adanya

partikel bergradasi kasar.

Sifat tanah yang diekspresikan oleh derajat dan jenis kohesi serta adesi

tanah disebut konsistensi tanah. Konsistensi tanah dapat digunakan menentukan

kadar plastis maksimal. Konsistensi tanah juga digunakan untuk mengukur

kekuatan tanah. Selain itu, konsistensi tananh juga digunakan menentukan faktor
besaran gaya geser tanah. Konsistensi tanah sendiri dipengaruhi oleh

kandungan air dan bahan mineral.

2.10 Kapasitas Tanah Menahan Air

Kapasitas tanah menahan air merupakan keahlian yang dimiliki oleh

tanah untuk mencegah air lolos ke dalam tanah. Kapasitas tanah menjadi penting

untuk penyimpan air.

2.10.1 Pengertian Kapasitas Tanah Menahan Air

Menurut Heriyani, et al. (2015), kapasitas tanah merupakan kemampuan

tanah untuk menahan air. Tipe substrat liat memiliki kemampuan yang baik

dalam menahan air karena permukaannya yang luas. Menurut Lazuardi, et al.

(2015), kapasitas tanah menahan air dapat juga disebut retensi tanah. Retensi

merupakan hubungan antara tegangan air tanah dengan kadar air. Hubungan

tersebut dapat menggambarkan karakteristik kemampuan tanah untuk menahan

air.

Menurut Roidah (2015), kapasitas tanah menahan air yaitu kemampuan

tanah sebagai penahan air yang dapat dipengaruhi oleh keberadaan pupuk.

Keberadaan pupuk yang berpengaruh ialah jenis pupuk kandang, karena pupuk

kendang memiliki kelebihan dalam menahan air dan meningkatkan kation- kation

tanah. Tanah yang diberikan pupuk memiliki banyak penahan air karena

meningkatnya kation-kation tanah didalamnya. Peningkatan penahan air oleh

tanah juga dapat mencegah erosi serta pencucian oleh air hujan. Menurut

Sumarsono, et al. (2019), kemampuan tanah untuk menyimpan air adalah suatu

sifat yang berbeda dimiliki oleh tanah yang satu dengan lainnya. Kemampuan

tanah tersebut dapat dijadikan sebagai penentu batas pengendalian kelembaban

tanah.

Kemempuan tanah menahan air merupakan pengertian dari kapasitas air.

Kapasitas tanah menyimpan air merupakan penyangga yang menentukkan


kapasitas tanaman untuk menahan kekeringan. Dikarenakan fungsi dari tanah

yaitu menyimpan dan memasok kebutuhan air tanaman. Sejumlah air yang

tersimpan dalm pori-pori atau ruang antar partikel tanah. Jumlah air yang di

simpan dan di sediakan tergantung pada jumlah dan ukuran pori tanah tersebut.

2.10.2 Faktor Kemampuan Tanah Menahan Air

Menurut Mahasani, et al. (2015), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kapasitas tanah dalam menahan air dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Salah satunya adalah perbedaan pada pori tanah. Semakin besar pori

tanah maka kapasitasnya akan semakin rendah. Kapasitas tanah yang rendah

dapat megakibatkan tanah mudah mengalami pencucian. Menurut Mahmud, et

al. (2014), selain pori tanah, tekstur tanah juga memengaruhi kapasitas tanah

menahan air. Tanah yang memiliki tekstur lebih halus akan lebih banyak

menahan air daripada tanah bertekstur kasar.

Menurut Mukmin, et al. (2016), kapasitas tanah menahan air dapat

ditingkatkan dengan pemberian gipsum. Pemberian gipsum akan memengaruhi

struktur tanah menjadi lebih baik dan rapat. Penambahan gipsum mampu

merekatkan porositas tanah, sehingga kemampuan tanah dalam menahan air

meningkat. Menurut Tarunamulia, et al. (2015), tanah bertekstur kasar seperti

pasir tidak dapat menahan air dengan baik. Hal tersebut dikarenakan tingkat

porositas tanah tinggi. Tanah dengan kandungan liat minimal 20%-30% adalah

efektif dalam menahan air.

Kapasitas tanah menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah. Semakin

besar pori maka kapasitas tanah menahan air juga semakin kecil sehingga dapat

menyebabkan pencucian. Tanah tekstur kasar mempunyai kemampuan

menahan air lebih kecil daripada tanah yang memiliki tekstur halus. Untuk

meningkatkan kapasitas tanah menahan air dapat di gunakan pemberian gypsum

yang mampu memperbaiki dan merapatkan struktur tanah. Kemampuan tanah


menahan air tergantung juga pada struktur tanah dan bahan organik.

2.10.3 Manfaat Kemampuan Tanah Menahan Air

Menurut Home dan Scotter (2016), kapasitas penampung air merupakan

salah satu aspek pengelolaan air tanah. Pengelolaan ini sangatlah penting

karena untuk keseimbangan sirkulasi air. Keseimbangan air tanah memiliki

manfaat untuk membantu dalam pengklasifikasi tanah, pengembangan model

pergerakan air dan pencucian unsur hara. Menurut Izzati (2015), kapasitas tanah

menahan air juga berguna dalam memengaruhi kelembaban tanah. Kelembaban

tanah menjadi salah satu faktor yang dapat menyuplai nutrien di dalam tanah.

Menurut Oktaviana, et al. (2018), kapasitas tanah menahan air akan

menentukan nilai permeabilitas. Nilai permeabilitas tanah merupakan nilai

kemampuan tanah untuk tanah meloloskan air. Tanah material dasar harus

memiliki nilai permeabilitas yang rendah sehingga dapat meminimalisir lajunya

infiltrasi air hujan. Menurut Achmad dan Putra (2016), tanah mempunyai

kemampuan untuk menahan air. Air yang tertahan di tanah digunakan untuk

pertumbuhan tanaman. Pada masing-masing tekstur tanah mempunyai

kemampuan menahan air yang berbeda. Kemampuan menahan air paling kuat

yakni lempung berliat dan lempung berdebu.

Salah satu aspek pengolahan air tanah adalah kapasitas penampung

airnya. Dimana pengolahan ini sangat penting bagi keseimbangan sirkulasi air.

Kapasitas tanah menahan air juga berpengaruh dalam menjaga kelembaban

tanah yang berperan penting dalam proses suplai nutrient. Kapasitas tanah

menahan air juga mempengaruhi permeabilitas. Jika permeabilitas rendah, maka

air yang lolos tinggi. Air yang tertahan di dalam tanah juga berguna bagi

pertumbuhan tanaman.

2.11 Penentuan pH Tanah

Materi pH menjelaskan tentang pengertian pH tanah yaitu tingkat


keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan skala pH antara 0

hingga 14. Macam-macam pH tanah, faktor yang mempengaruhi pH tanah, dan

fungsi penentuan pH tanah akan dijelaskan sebagai berikut.

2.11.1 Pengertian pH Tanah

Menurut Akbar (2015) , pH (Power of Hydrogen) merupajan nama lain

dari derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau

kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Sedangkan kadar pH tanah adalah

ukuran keasaman atau kebasaan tanah mempunyai nilai 1 sampai 14 dan 7

dinyatakan netral. Sedangkan Menurut Kuswandi (1994), pH adalah logaritma

negative konsentrasi ion H dan dinyatakan dengan : pH = -log [H+], memiliki

kisaran 1 sampai 14, pH kurang dari 7 sama dengan asam dan pH lebih dari 7

sama dengan basa.

pH tanah menurut Izzati (2016), pH tanah memiliki nilai yang berbeda-

beda, pH tanah dapat menunjukkan keasaman dan kebasaan tanah yang

berkisar 1 sampai 14. Sedangkan menurut Irfan (2014), ketersediaan nutrisi bagi

mikroorganisme tanah sangat di pengaruhi oleh pH tanah. Jumlah populasi

bakteri akan semakin berkurang seiring dengan penurunan pH pada dalam

tanah. PH optimum bakteri sebesar 4 hingga 9. Mikroorganisme tanah memiliki

peran sebagai penghancur limbah, fiksasi nitrogen, pelarut fosfat, dan membantu

dalam penyerapan unsur hara.

pH tanah merupakan derajat yang menyatakan keasaman ataupun

kebasaan suatu tanah. Tanah memiliki pH yang berbeda beda. Kisarannya mulai

dari 1 sampai 14. Dimana pH 7 mneyatakan kenetralan tanah. Ketersediaan

nutrient bagi mikroorganisme tanah sangat bergantung pada ph tanah. Jika pH

tanah mengalami penurunan maka jumlah populasi mikroorganisme juga akan

berkurang. Hal ini berpengaruh terhadap kesuburan tanah.


2.11.2 Macam-macam pH Tanah

Menurut Cahyani, et al. (2014), tingkat kisaran pH tanah terbagi menjadi

dua, yaitu kisaran pH asam dan kisaran pH agak masam. Pertama, 4,5–5,5

adalah kisaran pH masam untuk tanah, sedangkan 5,6–6,6 adalah kisaran pH

agak masam untuk tanah. Menurut Sinaga, et al. (2015), tanah yang terkena dan

bercampur dengan abu vulkanik memiliki pH yang rendah, pH-nya adalah 4,38

dan kisaran pH tersebut termasuk masam. Penyebab pH rendah ialah komposisi

abu vulkanik yang memiliki kandungan bahan silika. Kadar silika pada batuan

erupsi gunung berapi dapat dikelompokkan menjadi batu vulkanik masam,

karena memiliki kadar SiO2> 65%), sedang (35 – 65%) dan basa / alkali (<35%)).

Menurut Arifudin, et al. (2016), kisaran pH tanah yang optimal untuk

pertumbuhan bakteri adalah 6-8. Jika pH-nya diluar dari kisaran tersebut harus

dilakukan penambahan kapur jika pH tanahnya dan pemberian amonium sulfat

jika pH tanahnya basa. Menurut Lestari, et al. (2018), tanah gambut memiliki pH

yang masam yaitu berkisar 5-5,5. Hal tersebut dikarenakan kompleks koloid yang

dipengaruhi oleh hidrogen. Dimana pada tanah gambut yang dipengaruhi oleh

Tingkat keasaman tanah (pH) mempengaruhi kesuburan tanah. Tanah

normal mempunyai pH kisaran 6-8. Pada kondisi terbaik memiliki pH 6,5-7,5.

Karena tanah dengan pH yang netral dapat mendukung tersedianya berbagai

unsur hara yang seimbang. Tanah asam pH <7 perlu dilakukan pengapuran

untuk menaikkan keasaman. Sedangkan untuk tanah >7 perlu diberikan sulfur

untuk menurunkan pH.

2.11.3 Faktor Yang Mempengaruhi pH Tanah

Menurut Winingsih, et al. (2019), pH dapat di pengaruhi oleh berbagai

faktor. Pemberian pupuk nitrogen dan pupuk urea ke dalam tanah dapat

membuat tanah menjadi masam, karena pemberian pupuk nitrogen yang

didalamnya berbentuk amonia dapat berubah bentuk menjadi nitrat sehingga


mengakibatkan penurunan pH tanah. Menurut Argita dan Mangkoedihardjo

(2016), pemberian limbah laundry pada tanah dapat berefek pada sifat kimia

tanah. Semakin bertambahnya kadar C-Organik tanah dan penambahan

konsentrasi fosfat menyebabkan meningkatnya pH tanah.

Menurut Bimasri dan Murniati (2017), limbah cangkang telur yang telah

dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam tanah dapat mempengaruhi sifat kimia

tanah yaitu pH. Selain berpengaruh pada pH, limbah cangkang telur juga dapat

meningkatkan jumlah unsur P, Ca, Hg yang berada di dalam tanah. Cangkang

telur sendiri mengandung kalsium karbonat, magnesium dan posfor, sedangkan

pada membran cangkang telur terdapat protein, lemak, air dan abu. Oleh karena

itu, unsur-unsur yang terdapat pada cangkang telur yang dimana merupakan

limbah organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Selain itu juga

dapat menjadi penetral tanah yang asam. Menurut Purwowidodo (1991), faktor

yang mempengaruhi penepatan pH tanah yaitu nisbah bahan pengekstraksi dan

tanah, kandungan garam dalam larutan tanah, keseimbangan CO2 atmosfir dan

CO2 tanah. Pada pengukuran tanah bahan organik juga berpengaruh terhadap

tingkat pH tanah.

Faktor yang mempengaruhi pH tanah sangat beragam. Penambahan

pupuk nitrogen dan ammonia yang dapat menurunkan kadar pH. Penambahan

fosfat dapat menaikkan kadar pH tanah. Cangkang telur dapat digunakan untuk

menetralkan pH tanah yang asam. Ada atau tidaknya limbah oragnik

berpengaruh pH. pH 6-8 optimal untuk bakteri tumbuh.

2.11.4 Fungsi Penentuan pH Tanah

Menurut Budi dan Sari (2015), pH tanah yang cocok untuk ketersediaan

unsur hara dalam tanah yaitu pada kisaran 6,5 - 7 yang berperan dalam

menyuburkan tanah. Kisaran pH tersebut sangat cocok untuk diadakannya

pengapuran pada daerah subtropik. Namun pada daerah tropik kadar


pengapuran tersebut tidak cocok karena jumlah kapur terlalu tinggi. Menurut

Nurhidayati (2017), skala pH yang bersifat asam maupun basa dapat berfungsi

sebagai penentu konsentrasi ion hidrogen. Tanah yang mengandung sedikit ion

hidrogen bersifat agak asam. Semakin kecil nilai suatu skala pH maka tingkat

suatu kemasaman bahan semakin tinggi dan sebaliknya. Keseimbangan antara

ion hydrogen dan hidroksil pada tanah berperan dalam menentukan pH.

Menurut Utoyo (2007), tingkat kesuburan tanah adalah derajat keasaman

atau pH tanah, dengan demikian fungsi dari penentuan tinggi rendahnya pH

tanah yaitu untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah. Tinggi rendahnya

keasaman tanah sangat bergantung pada kepekatan ion hidrogen (H+) dan

hidroksil (H-). Tanah yang mengandung ion hidrogen lebih banyak daripada ion

hidroksil dapat dikatakan tanah tersebut bersifat asam. Sebaliknya, apabila tanah

mengandung ion hidroksil lebih banyak dibandingkan dengan ion hidrogen maka,

tanah tersebut bersifat basa atau alkalis. Menurut Rosmarkam dan Yuwono

(2002), pada tanah yang memiliki daerah kering makin lanjut usia tanahnya maka

makin tinggi pH tanah tersebut. Hal tersebut karena terjadi penguapan yang

tinggi menyebabkan tertimbunnya unsur - unsur basa di permukaan tanah.

Namun, kondisi tanah pada daerah yang beriklim humid dan makin lanjut usianya

mempunyai pH rendah. Hal tersebut disebabkan karena adanya curah hujan

yang tinggi. Jadi, fungsi dari penentuan pH tanah yaitu untuk mengetahui kondisi

tanah tersebut subur atau kering.

pH sangat berpengaruh bagi kesuburan tanah. pH optimal untuk

kesuburan tanah adalah pada kisaran 6,5-7. Hal ini disebabkan unsur hara cocok

berada pada ph tersebut. Tinggi rendahnya pH tergantung kepekatan ion

hidrogen dan hidroksil. Ion hidroksil lebih banyak menjadikan tanah bersifat

asam. Penentuan pH juga berfungsi untuk mengetahui subur atau tidak nya

suatu tanah.
2.12 Bahan Organik

Bahan organik pada bab ini akan menjelaskan tentang pengertian bahan

organik, mengetahui macam-macam bahan organik, faktor yang mempengaruhi

bahan organik dan fungsi dari bahan organik.

2.12.1 Pengertian Bahan Organik

Menurut Esmaeilzadeh dan Ahangar (2014), bahan organik tanah

merupakan residu dari tanaman dan hewan yang telah mengalami proses

dekomposisi oleh organisme pengurai. Bahan organik juga dapat diartikan

sebagai kumpulan beragam senyawa organik yang sedang atau yang telah

mengalami proses dekomposisi. Jumlah dan jenis bahan organik ini bervariasi

pada masing masing tanah. Menurut Cotrufo, et al. (2015), Bahan organik adalah

hasil aktivitas organisme yaitu berupa dekomposisi dan transformasi berupa

sersah tanah. Dimana didalam sersah tanah terdapat zat kimia yang sangat

mempengaruhi tanah. Zat kimia yang ada pada tanah yaitu N (Nitrogen). Ketika

N rendah maka proses dekomposisi pada tanah juga rendah.

Menurut Limbong, et al. (2017), bahan organik merupakan penyedia

nutrisi didalam tanah. Nutrisi dalam tanah didapatkan dari aktivitas

mikroorganisme. Bahan organik juga dapat memperkuat struktur atau tekstur

agregat pada tanah. Penambahkan bahan organik akan membuat struktur tanah

yang berat menjadi remah yang relatif lebih ringan. Bahan organik tanah dapat

meningkatkan stabilitas dan daya pulih tanah melalui peningkatan aktivitas

mikroorganisme. Menurut Budi dan Sari (2015), unsur hara kompleks dan

esensial terkandung dalam bahan organik. Senyawa amina (-NH2) dan senyawa

berantai carbon C adalah unsur komplek yang ada pada unsur hara tanah.

Bahan organik juga merupakan bahan yang di peroleh dari dekomposisi dari

makhluk hidup baik dari tumbuhan, hewan atau pun manusia.


Bahan organik tanah merupakan sisa-sisa dari makhluk hidup yang sudah

mengalami dekomposisi. Bahan organic juga merupakan hasil dari aktivitas

mikroorganisme dan merupakan tranformasi dari seresah tanah. Seresah tanah

mengandung zat yang mempengaruhi tanah. N dan P merupakan zat kimia yang

penting bagi tanah. Jika ketersediannya rendah maka proses dekomposisi juga

ikut rendah.

2.12.2 Macam-Macam Bahan Organik

Menurut Dinakaran dan Rao (2017), Soil Organic Matter (SOM) atau

bahan organik tanah dapat berasal dari fiksasi karbon melalui fotosintesis.

Menurut Boltenstern, et al. (2015), pengurai utama bahan organik dalam

ekosistem yaitu mikroorganisme. Komposisi kimiawi dari residu tanaman dan

bahan organik dalam tanah akan mempengaruhi aktivitas mikroba dan laju

dekomposisi struktur komunitas mikroba. Hasil dari dekomposisi tersebut akan

membentuk bahan - bahan organik pada tanah seperti nitrogen, karbon, dan

fosfor.

Menurut Azlan, et al. (2016), bahan organik tanah merupakan kumpulan

unsur tanah dan perubahannya akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas

kesuburan tanah. Bahan organik tanah dapat menstabilkan pH tanah. Ketika pH

tidak dalam keadaan optimum maka akan mempengaruhi bakteri organisme

didalamnya yang menyebabkan organisme tersebut tidak dapat membantu

dekomposisi tanah. Karena memiliki bahan organik seperti Soil Organic Carbon

(SOC) yang berperan penting dalam mengendalikan ketersediaan protein untuk

tanaman. Menurut Tian, et al. (2017), kandungan bahan organik tanah akan

meningkat karena pemberian pupuk (organik dan mineral). Bahan organik yang

meningkat yaitu seperti karbon (C) dan nitrogen (N). Menggunakan pemupukan

jangka panjang menggunakan pupuk urea dan pupuk mineral akan

meningkatkan mutu bahan organik.


SOM merupakan bahan organik tanah yang berasal dari fiksasi karbon

melalui fotosintesis. Pengurai utama bahan organic adalah mikroorganisme yang

ada di dalam tanah. Bahan organic tanah sendiri adalah kumpulan unsur-unsur

yang ada ditanah dimana perubahannya akan menyebabkan perubahan kualitas

dan kuantitras tanah. Soil Organic Carbon (SOC) sangat berperan dalam penting

dalam menjada ketersediaan protein untuk tanaman. Kandungan bahan organic

tanah dapat meningkat saat terjadi penggunaan pupuk yang berelebihan.

2.12.3 Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik

Menurut Onwuka (2016), ketersediaan bahan organik dapat dipengaruhi

oleh suhu. Akumulasi materi tanah meningkat pada suhu di bawah 00C karena

lambatnya dekomposisi bahan organik. Penguraian bahan organik terjadi secara

lambat pada suhu yang lebih rendah akibat penurunan aktivitas mikroba dan

proses biokimia. Temperatur tanah antara 21-380C meningkatkan dekomposisi

bahan organik dengan meningkatkan pergerakan substrat terlarut di tanah dan

merangsang kegiatan mikroba. Menurut Schoonover dan Crim (2015), kondisi

lingkungan yang lembab dan hangat mendukung pemecahan bahan organik oleh

mikroorganisme. Sedangkan, pada kondisi kering dan dingin membatasi proses

dekomposisi dan tanah bertindak sebagai reservoir karbon. Reservoir karbon

merupakan minyak atau gas yang berada di bawah tanah dan terbentuk pada

terumbu karang, batu gaming, atau dolomit. Pengolahan tanah umumnya

mengurangi kandungan bahan organik, karena meningkatkan kondisi untuk

dekomposisi dengan meningkatkan ruang pori dan kadar air.

Menurut Guimaraes, et al. (2014), perubahan penggunaan lahan dengan

lingkungan yang lembab dan kondisi iklim yang hangat mengurangi cadangan

bahan organik tanah dan mengubah materi organik tanah. Berkurangnya bahan

organik secara terus-menerus membuat kualitas tanah menurun. Faktor yang

mempengaruhi bahan organik, komposisi dan akumulasi di tanah yaitu sifat


berpasirnya tanah, pengolahan tanah, kelembaban dan suhu. Menurut Akbari

dan Jatmiko (2016), iklim mempengaruhi bahan organik karena ketika musim

kemarau akan mempercepat dekomposisi pada mikroorganisme. Laju

dekomposisi yang semakin meningkat akan mengakibatkan kekurangan

akumulasi bahan organik. Topografi berupa lereng dapat pula mengakibatkan

erosi yang dapat mengikis bagian permukaan tanah. Erosi mengakibatkan

menipisnya lapisan tanah yang berada di permukaan yang mengandung bahan

organik pada bagian lereng atas, sehingga pada daerah lembah mempunyai

kandungan bahan organik yang lebih tinggi. Kandungan bahan organik pada

tanah mempengaruhi karakteristik tanah. Tanah yang berpasir mengandung

bahan organik lebih rendah daripada tanah debuan atau lempungan. Semakin

besar ukuran butiran dan ruang antar partikel membuat kemampuan menahan

lengas rendah sehingga membuat kandungan bahan organiknya rendah.

Suhu mempengaruhi ketersediaan bahan organic dalam tanah. Suhu di

bawah 0 derajat memperlambat kerja dekomposisi bahan organik. Kondisi

lingkungan yang hangat dan lembab dapat mempengaruhi dekomposisi bahan

organik oleh mikroorganisme. Sedangkan kondisi kering dan dingin proses

dekomposisi akan terbatas. Sebaliknya tanah akan menjadi reservoir karbon.

Berkurangnya bahan organic secara terus-menerus dapat menurunkan kualitas

tanah.

2.12.4 Fungsi Bahan Organik

Menurut Margiati, et al. (2014), bahan organik tanah memiliki fungsi

secara fisik dan kimia. Fungsi bahan organik secara fisik diantaranya

meningkatkan aerasi tanah, dan menstabilkan gerakan air (fungsi secara tekstur

tanah). Bahan organik dapat menggemburkan lapisan tanah permukaan dan

meningkatkan populasi jasad renik, daya serap dan daya simpan air (fungsi

secara struktur tanah). Menurut Libohova, et al. (2018), bahan organik tanah
memiliki kapasitas retensi kelembaban yang tinggi berkontribusi dalam kapasitas

penampungan air, yang memiliki implikasi praktis dalam pengelolaan air tanah,

terutama untuk keperluan pertanian. Peningkatan 1% pada bahan organik tanah

dapat meningkatkan kadar air tanah dalam kisaran kapasitas penampungan air

untuk berbagai tingkat, tergantung pada tekstur tanah. Bahan organik tanah

berkontribusi sekitar 2,2% hingga 12,5% dari air yang tersedia, tergantung pada

tekstur tanah dan perlakuan lahan.

Menurut Siringoringo (2014), bahan organik tanah dapat mengatur

kelembaban tanah, siklus hara, aktivitas mikroorganisme tanah, struktur dan

agregasi tanah. Bahan organik tanah menyediakan berbagai kandungan yang

dibutuhkan tanaman melalui dekomposisi seperti nitrogen, fosfor dan berbagai

nutrisi lainnya. Bahan organik tanah dapat bertindak sebagai penyangga dengan

cara menyerap zat berbahaya seperti racun dan logam berat. Menurut Mziu, et

al. (2017), setiap kenaikan bahan organik tanah menyebabkan penurunan faktor

erodibilitas tanah. Erodibilitas tanah merupakan daya tahan tanah terhadap erosi.

Erodibilitas berhubungan erat dengan kepadatan tanah, sedangkan kepadatan

tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Peningkatan kandungan

bahan organik meningkatkan kekuatan adsorbsi antara partikel tanah. Adsorbsi

merupakan kemampuan zat padat untuk menyerap suatu zat dan penyerapan

hanya berlangsung pada permukaannya saja. Adsorbsi antara partikel tanah

membuat meningkatnya kepadatan tanah sehingga terjadi perlawanan terhadap

kekuatan air yang mengalir.

Bahan organik pada tanah memiliki fungsi fisik dan kimia. Fungsi fisik

meliputi meningkatkan aerasi tanah, dan menstabilkan gerakan air.

Meningkatnya bahan organic sebesar 1% saja dapat menyebabkan peningkatan

kadar air tanah. Bahan organik menyediakan kandungan yang sangat dibutuhkan

oleh tanaman seperti nitrogen, fosfor dan nutrisi lainnya. Setiap kenaikan bahan
organic dapat menurunkan erodibilitas tanah.

Anda mungkin juga menyukai