Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Dukungan Keluarga
a. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sekumpulan sumber daya sosial
yang dapat membantu individu untuk menghadapi suatu kejadian
menekan. Dukungan keluarga juga dapat diartikan sebagai suatu
bentuk pola interaksi yang bernilai positif atau perilaku menolong
yang dapat diberikan pada individu yang membutuhkan dukungan.
Pengertian tersebut mendukung hasil penelitian dari Foote, Thoits,
bahwa dukungan keluarga dapat menjadi penangkal (buffering)
atau sebagai intervensi terhadap sttres dalam berbagai peristiwa
kehidupan. Penelitian berikutnya membuktikan bahwa dukungan
juga mempunyai hubungan yang positif yang dapat mempengaruhi
kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat meningkatkan
kretivitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif
terhadap stres dan rasa sakit yang dialami (Murwani, 2016)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dukukngan
keluarga merupakan sumber daya yang besar dan utama dalam
menghadapi suatu peristiwa yang menekan dan prilaku menolong
yang diberikan pada individu yang membutuhkan pertolongan.
Dukungan yang dirasakan oleh individu dalam kehidupannya
membuat dirinya menjadi lebih merasakan arti dalam dicintai,
dihargai, dan diakui serta membuat dirinya untuk menjadi lebih
berarti dan dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.
Pernyataan yang sama menurut Cobb bahwa individu yang
mendapatkan dukungan merasa dirinya di hargai, berarti dan
merasa menjadi bagian dari pemberi dukungan tersebut (Friedman,
2010)

9
10

b. Manfaat Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga pada dasarnya bermanfaat bagi kedua belah
pihak yaitu bagi pasien dan bagi keluarga, beberapa manfaatnya
adalah, antara lain:
1. Bagi Pasien
a) Mempercepat proses penyembuhan
b) Memperbaiki hubungan interpersonal
c) Menurunkan angka kekambuhan
2. Bagi Keluarga
a) Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga
b) Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien
sehingga lebih dapat menerima, toleransi dan lebih
menghargai klien
c) Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dan membantu
klien dalam proses rehabilitasi (Jaka 2009)
c. Sumber Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan keluarga
yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses
atau diadakan umtuk keluarga (dukungan keluarga bisa atau tidak
digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan). Dukungan keluarga dapat berupa
dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri
serta dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga
eksternal (Friedman, 2010)
d. Bentuk Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010), setiap bentuk dukungan
keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain:
1) Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat
digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-
persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat,
pengarahan, ide-ide atau informasi yang lainnya yang
11

dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang


lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau
hampir sama.
2) Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan
afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik
dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan
demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa
dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada
orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya, bahkan mau membantu memecahkan masalah
yang dihadapinya.
3) Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk
mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Misalkan dengan mengingatkan makanan yang tidak boleh
dikonsumsi dan lain-lain.
4) Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang
diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi
sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif
yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.
Berkaitan dengan dukungan kelurga maka penilaian yang
sangat membantu adalah penilaian yang positif.
e. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: Kula dan warga
“kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga
adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah (Jhonson & Leny 2010)
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum.
Meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
dari tiap anggota (Duvall, 1986 cit Murwani 2016).
12

Menurut Murwani (2016), keluarga sebagaimana sebuah


kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri
dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu.
Menurut Murwani (2016), keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan
serta memepertahankan suatu budaya.
Menurut Murwani (2016), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami-istri dan anak-
anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Dari pengertian tentang keluarga diatas dapat disimpulkan
bahwa karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua arau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-
masing mempunya peran sosial: suamin istri, anak, kakak dan
adik.
4. Mempunyai tujuan, yaitu:
a) Menciptakan dan mempertahankan budaya
b) Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial
anggota. (Jhonson & Leny 2010)

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga


merupakan suatu sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai
anggota yaitu; ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal
didalam rumah tangga tersebut. Aggota keluarga saling
berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan
bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat
dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungan masyarakatnya
13

dan sebaliknnya sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat)


keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh
karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam
membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual. Jadi sangat tepatlah jika keluarga sebagai
titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga
keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan
mewujudkan masyarakat yang sehat (Jhonson & Leny 2010)

f. Struktur Keluarga
Keluarga terdiri dari lima struktur yaitu patrilinear,
matrilineal, matrilokal, patrilokal, dan keluarga kawinan.
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan disusun dari
jalur garis ayah, sedangkan matrilineal adalah dimana hubungan
disusun dari jalur garis ibu. Matrilokal adalah sepasang suami istri
yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. Sedangkan untuk
keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri
(Murwani, 2016)
g. Tipe Keluarga
Ada beberapa tipe keluarga menurut (Jhonson & Leny 2010),
yaitu:
1. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-
anak
2. Keluarga konjungal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan
ayah) dan anak-anak nereka, dimana terdapat interaksi dengan
kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar
gari keturunan diatas keluarga aslinya. Keluarga luas ini
meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan
keluarga nenek.
14

Sedangkan tipe keluarga menurut (Murwani 2016) yaitu:

1) Tipe Tradisional
a) The Nuclear Family
Keluarga yang terdiri dari suami-istri dan anak
b) The Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami-istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
c) Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua
dengan anak yang memisahkan diri
d) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada
wanita
e) The Extended Fanily
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi
f) The Single-Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal
ini terjadi melalui proses perceraian atau kematian
g) Commuter Family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
dengan keluarga saat akhir pekan
h) Multi Generational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah
i) Kin-Network Family
Keluarg yang terdiri dari beberapa keluarg inti yang tinggal
dalam satu rumah atau saling berdekatan dan menggunakan
15

barang-barang dan pelayanan yang sama seperti dapur,


kamar mandi, TV, telepon, dll.
j) Blenden Family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarjan anak dari perkawinan
sebelumnya.
k) The Single Adult Living Alone atau Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti
perceraian atau ditinggal mati
2) Tipe Non Tradisional
a) The Unmarried Teenage Mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah
b) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri
c) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
d) The Non Marital Heterosexual Cohibiting Family
Keluarga yan hidup bersama dan berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan
e) Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana suami-istri (marital partners)
f) Cohobiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-Marriage Family
16

Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah


tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk seksualdan membesarkan anaknya
h) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anak-
anaknya.
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
aatau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atu problem
kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.
h. Peranan Keluarga
Peran adalah perilaku-perilaku yang berkenaan dengan
siapa saja yang memegang suatu posisi tertentu, posisi
mengintifikasikan status atau tempat seseorang dalam suatu sistem
sosial. Setiap berada pada posisi tertentu seseorang akan
mempunyai sejumlah peran, yang masing-masing terdiri dari suatu
bentuk perilaku yang bersifat homogen dan di artikan menurut
budaya yang diharapkan dalam posisi dan status tersebut. Sebuah
17

peran dalam keluarga akan ditanggung bersama-sama oleh anggota


keluarga atau kelompok tersebut. Peran dalam struktur keluarga
dapat dibedakanmenjadi peran formal dan informal (Friedman,
2010)
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat (Jhonson & Leny 2010)
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
1) Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dan ayah dari istri, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peranan Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan
spiritual (Friedman,2010)
i. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) cit Murwani (2016). Keluarga
memiliki lima fungsi dasar sebagai berikut:
1) Fungsi Afektif dan Koping
18

Fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala


sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga. Keluarga
memberikan kenyamanan emosional angoota, membantu
anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat
terjadi stres.
2) Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di rumah.
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
dan mekanisme koping.
3) Fungsi Reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan kehidupan masyarakat seperti keluarga
melahirkan anaknya.
4) Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi, keluarga memberikan kebutuhan finansial untuk
anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat serta
keluarga merupakan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuuhan keluarga
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi untuk mempertahankan kesehatan anggota keluarga
agar memiliki produktifitas tinggi. Untuk mengadakan
kebutuhan fisik pangan, sandang, papan dan perawatan
kesehatan. Keluarga juga memberikan keamanan, kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan yang
sakit. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
19

bidang kesehatan, yaitu terdiri dari mengenal masalah


kesehatan, membuat keputusan kesehatan yang tepat, memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit dan
mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
serta mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan masyarakat.
2. Konsep Kepatuhan Diit
a. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju
terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk
terapi apapun yang ditetntukan, baik diet, latihan, pengobatan atau
menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley & Patricia, 2007)
Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku
yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan
(Notoadmodjo, 2014). Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu
kepatuhan penuh (total coplience) dimana pada kondisi ini
penderita hipertensi patuh secara sungguh-sungguh terhadap
kepatuhan berobat, dan penderita yang tidak patuh (non
complience) dimana pada keadaan ini penderita tidak melakukan
berobat terhadap penyakit hipertensi.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Kepatuhan merupakan suatu perilaku dalam bentuk respon
atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme.
Dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik
atau faktor-faktor lain. Menurut Green cit Notoatmodjo (2014)
menyebutkan perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
1) Faktor Predisposisi (Faktor Pendukung)
a) Kepercayaan atau Agama yang Dianut
Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang
dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh
terhadap agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan
tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya ,
20

demikian juga cara akan lebih baik. Kemauan untuk


melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh
kepercayaan yang kuat akan lebih patuh terhadap anjuran
dan larangan kalau tahu akibatnya.
b) Faktor Geografis
Lingkungan yang jauh atau jarak yang jauh dari pelayanan
kesehatan memberikan kontribusi rendahnya kepatuhan
c) Sikap Individu yang Ingin Sembuh
Sikap merupakam hal yang paling kuat dalam diri individu
sendiri. Keinginan untuk tetap mempertahankan
kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol
penyakitnya.
d) Pengetahuan
Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang
tidak terindifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir
bahwa dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu
melakukan kontrol kesehatannya.
2) Faktor Reinforcing (Faktor Penguat)
a) Dukungan Petugas
Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi
penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang
paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap
kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering
berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan
selalu menerima kehadiran petugas kesehatann termasuk
anjuran-anjuran yang diberikan
b) Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling
dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa
senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan
dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan
21

tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk


menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan baik, serta
penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh
keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya
(Friedman, 2010)
3) Faktor Enabling (Faktor Pemungkin)
Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dalam
memberikan penyuluhan terhadap penderita yang
diharapkan dengan prasarana kesehatan yang lengkap dan
mudah terjangkau oleh penderita dapat lebih mendorong
kepatuhan penderita
c. Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan
Menurut Smet cit Prilla (2018) beberapa strategi yang telah
digunakan untuk meningkatkan kepatuhan adalah:
1) Dukungan Profesional Kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk
meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam
hal dukungan tersebut adalah dengan menggunakan teknik
komunikasi. Komunikasi memegang peran penting karena
komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan
baik dokter/perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.
2) Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para
profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien
untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka
ketidakpatuhan dapat dikurangi.

3) Perilaku Sehat
Modifikasi prilaku sehat sangat di perlukan. Untuk pasien
dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara
untuk menghindari komplikasi lebih lanjut apabila sudah
22

menderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup atau kontrol secara


teratur sangat perlu bagi pasien hipertensi
4) Pemberian Informasi
Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga
mengenai penyakit yang di deritanya dan cara untuk
pengobatannya
3. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih
dari 140/90 mmHg (Tagor, 2003 cit Wijaya & Putri 2013).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus menerus beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa
faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara normal.
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau
tekana diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat
didefinisikan sebagi tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Brunner & Suddarth, 2005)
Hipertensi adalah faktor resiko utama pada penyakit
jantung, serebral (otak), renal (ginjal), dan vaskuler (pembuluh
darah) dengan komplikasi berupa “infark miokard” (serangan
jantung), gagal jantung, stroke (serangan otak), gagal ginjal dan
penyakit vaskular perifer. Mekanisme terjadinya hipertensi yaitu
melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I converting
enzyme (ACE). (Agustika, dkk 2018)
b. Klasifikasi Hipertensi
1) Klasifikasi berdasarkan Derajat Hipertensi
a) Berdasarkan JNC VII:
23

Tabel 3.1
Sumber: JNC VII, 2003
Derajat Tekanan Sistolik Tekanan
(mmHg) Diastolik
(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre-Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi derajat 140-159 Atau 90-99
I
Hipertensi derajat ≥160 Atau ≥ 100
II

b) Menurut European Sosiety of Cardiology:


Tabel 3.2
Sumber: ESC, 2007
Kategori Tekanan Tekanan
Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal 130-139 Dan/atau 85-89
tinggi
Hipertensi 140-159 Dan/atau 90-99
derajat I
Hipertensi 160-179 Dan/atau 100-109
derajat II
Jipertensi ≥ 180 Dan/atau ≥ 110
derajat III
Hipertensi ≥ 190 Dan < 90
Sistolik
terisolasi
24

2) Klasifikasi berdasarkan etiologi (Wijaya & Putri 2013)


a) Hipertensi Esensial (Primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana
sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti.
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya
hipertensi esensial, seperti: faktor genetik, stress dan
psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan
penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau
kalsium).
Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-
satunya tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru
terlihat setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti
ginjal, mata, otak dan jantung.
b) Hipertensi Sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologinya
dapat diketahui dengan jelas sehinggal lebih mudah untuk
dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan
endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-
obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
25

c. Faktor Penyebab Hipertensi


Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi
menurut (Padila, 2013) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka Tekanan Darah
meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari
perempuan) dan ras (ras kulit htam lebih banyak dari kulit
putih)
3. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari
30gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin)
d. Patofisiologi Hipertensi
Menurut (Wijaya & Putri 2013) kepastian mengenai
patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidakpastian. Sejumlah
kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal
atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat
diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut sebagai “hipertensi
essensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam
pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian dapat turut
berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.

Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga


turut serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensif, dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Di
26

antara faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah


asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-
angiostensin, dan sistem saraf simpatis. Pada beberapa tahun
belakangan, faktor lainnya telah di evaluasi, termasuk genetik,
disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan
nitrat oksida)

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi


pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia smpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melaui saraf simpatis ke ganglia simaptis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska gaglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh
darah terhadap rangsang vasokontrikor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap naropinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis


merangsang pembuluh darah sebagai rangsang emos, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
27

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor


tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh


darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemmpuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2005)

e. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus)
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang
khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan
kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam
penglihatan). (Brunner & Suddarth, 2005)
28

Crowin (2000) cit (Wijaya & Putri, 2013) menyebutkan


bahwa sebagian besar gejala klinis yang timbul adalah:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat
hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerolus
5. Edema dependen dan pembegkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler
f. Pengelolaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapian dan pemeliharaan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg (Padila,2013)
Untuk menjaga tekanan darah yang normal dan mencegah
hipertensi, dianjurkan mengikuti diet (mengurangi lemak dan
garam), tidak merokok dan tidak minum alkohol, mengkonsumsi
lebih banyak sayuran dan buah-buahan, menjaga kesehatan dan
berat yang ideal, menghindari stres dan melakukan olahraga yang
teratur, bila diperlukan konsumsi obat-obatan penurun tekanan
darah (Irianto,2014)
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menjalankan diet hipertensi, yaitu:
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index
(BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan,2006). BMI
dapat diketahui dengan membagi berat badan dengan tinggi
badan yang dikuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi
obesitas (kegemuka) juga dapat dilakukan dengan melakukan
29

diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein,


dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5kg maka
tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg
2) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet
rendah garam yaitu tidak lebih dari 100mmol/hari (kira-kira
6gr NaCl atau 2,4gr gram/hari). Jumlah yang lain dengan
mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300mg
(1sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam
menjadi ½ sendok teh/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik
sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg
3) Batasi konsumsi alkohol
Penggunaan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai
resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar daripada
merek yang tidak minum minuman beralkohol
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg/hari)
dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet
rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan
lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersam air
kencing. Dengan setidaknya mengkonsumsi buah-buahan
sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yang cukup.
5) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan
timbulnuya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan
risiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit
jantung dan stroke, maka perlu dihindari mengkonsumsi
tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi.
30

Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras


karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
frekuensi denyut jantung serta tekanan darah. Maka pada
penderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan
merokok.
6) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap
namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi, menghindari stress
dengan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode
relaksasi seperti yoga atau meditasi dapat mengontrol sistem
saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
Menurut Martuti cit Ekawati (2013) pengaturan menu bagi
penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan empat cara,
yaitu:
a) Diet Rendah Garam
Penderita hipertensi perlu membatasi asupan garam
karena kandungan mineral natrium (sodium) di dalamnya
memegang peranan penting terhadap timbulnya hipertensi.
Natrium dan klorida merupakan ion utama cairan
ekstraseluler. Konsumsi natrium yang berlebihan
menyebabkan natrium di dalam cairan ekstraseluler
meninngkat.
Departemen kesehatan RI menyarankan diet rendah
garam dengan aturan: diet ringan (konsumsi garam 3,75-
7,5g/hari) diet menengah (1,25-3,75g/hari) dan diet berat
(kurang dari 1,25 g/hari). Sedangkan menurut WHO
konsumsi natrium disarankan 2.300 mg/hari (setara dengan
1 sendok teh). Dan DASH (Dietary Approach for Stop
Hypertension) mengmbil jalan tengah menetapkan asupan
natrium terbatas 1.500 mg/hari
31

b) Diet rendah kolesterol


Kolesterol merupaja salah satu unsur penting yang
dibutuhkan dalam tubuh untuk pembentukan hormon
kortikoid, hormone testosteron pada laki-laki dan estrogen
pada wanita, pemeliharaan jaringan saraf, pembentukan
vitamin D, dan pada anak dibutuhkan untuk perkembangan
sel-sel otaknya. Ada dua macam kolesterol yaitu kolesterol
HDL (High Destinisty Lipoprotein) dan LDL (Low
Destinity Lipoprotein)
Kedua jenis kolesterol tersebut memiliki fungsi
yang berlawanan, kadar kolesterol LDL dan HDL harus
seimbang. Trigleserida merupakan lemak dalam tubuh
yang berasal dari makanan nabati dan hewani.
Pemimgkatan kadar trigleserida dalam darah dapat memicu
peningkatan kadar kolesterol .
c) Diet tinggi serat
Serat makanan memang bukan zat gizi makanan,
namun ia dibutuhkan dalam proses pencernaan makanan.
Serat bermanfaat untuk menghindari kelebihan lemak,
lemak jenuh, dan kolesterol. Konsumsi serat dapat
menghindari gula dan natrium, serta dapat menurunkan
berat badan dan kegemukan. Dalam seharei dianjurkan
oleh Dietary Guidelines of American untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat 20-35 gram.
d) Diet Kegemukan
Menurunkan berat badan hendaknya dilakukan
secara perlahan-lahan dengan mengkonsumsi lebih sedikit
kalori dan memperbanyak aktifitas fisik. Dukung usaha
menurunkan berat badan dengan mengurangi konsumsi
camilan yang padat kalori, dan makan di luar waktu makan
32

utama. Latihan fisik disertai diet rendah kalori dapat


memacu pembakaran lemak sehingga berat badan
berkurang dan tidak mudah naik krmbali. Memilih program
penurunan berat badan diarahkan kepad apenurunan berat
badan secara perlahan dan stabil, aman dan memenuhi
semua kebutuhan harian yang dianjurkan seperti vitamin,
mineral, dan protein.
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014) makanan
yang harus dihindari atau dibatasi bagi penderita hipertensi
adalah sebagai berikut:
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal,
paru, dan minyak kelapa)
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium
(bikuit, kerupuk, keripik, dan makanan kering yang asin)
3) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis,
kornet, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft
drink)
4) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah,
abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai
kacang)
5) Susu full cream, mentega, keju, mayonaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapu/kambing), kuning telur, kulit ayam)
6) Bumbu-bumbu seperti kecap, terasi, saus tomat, saus
sambal, tauco serta bumbu penyebab lain yang pada
umumnya mengandung natrium.
7) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti
durian dan tape

Jadi Diit Hipertensi adalah suat pengaturan pola


makan termasuk memilih jenis makan yang dilakukan
penderita hipertemsi untuk mencegah atau mengobati
33

tekanan darah tinggi. Biasanya adalah dengan mengurangi


asupan garam, mengurangi kolesterol, dll.

4. Lanjut Usia
a. Definisi Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia,
lansia dipandang dari segi aspek biologi, ekonomi, dan
sosial adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas.
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia
adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun
keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
Aging Process terjadi secara alami dan pasti pada
setiap makhluk hidup yaitu: tubuh akan kehilangan
kemampuan progresif organ, jaringan dan sel-selnya.
Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi
berbagai organ tubuh berkurang. Tubuh juga kurang
memberikan reaksi imunitas terhadap invasi
mikroorganisme. Repair sistem tubuh juga mengalami
penurunan kemampuan secara bermakna. Kondisi yang
tidak menguntungkan ini akan menimbulkan berbagai
stresor Biologik, Psikososial dan juga Lingkungan
(Reny,2014)
b. Batasan-Batasan Usia Lanjut
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu
berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO)
lansia meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai
59 tahun
34

b) Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun


c) Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen
Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi :
a) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut
yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59
tahun)
b) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang
mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64
tahun)
c) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai
penyakit degeneratif (usia >65 tahun)
c. Perubahan Fisiologis Pada Lanjut Usia
Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada
lansia menurut (Aspiani, 2014)yaitu:
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya.
b) Lebih besar ukurannya.
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
berkurangnya cairan intraseluler.
d) Menurunnya proporsi protein di otak, ginjal, darah
dan hati.
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%.
2) Sistem Cardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler
antara lain:
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
35

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%


setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur ke dudukatau duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun
yaitu menjadi 65 mmHg yang dapat mengakibatkan
pusing mendadak.
e) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer: sistolik normal ± 120 mmHg, diastolik
normal ± 90 mmHg.
3) Sistem Pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan antara
lain:
a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku.
b) Menurunnya aktifitas dari silia
c) Paru-paru kehilangan elastisitas: kapasitas residu
meningkat, menarik nafaas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
bernafas menurun.
d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan
jumlahnya berkurang.
e) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
f) CO2 pada arteri tidak berganti.
g) Kemampuan untuk batuk berkurang.
h) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot
pernapasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
36

4) Sistem Persarafan
Perubahan yang terjadi pada sistem persarafan antara
lain:
a) Berat otak menurun 10-20 %
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stres.
d) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stres.
e) Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
f) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
5) Sistem Gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal
antara lain:
a) Kehilangan gigi.
b) Indra pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis
dan selaput lendir; atropi indra pengecap, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap
c) Esofagus melebar.
d) Lambung: rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
e) Peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi absorbsi melemah.
g) Liver (hati): makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah
6) Sistem Genitourinaria
Perubahan yang terjadi pada sistem Genitourinaria
antara lain:
37

a) Ginjal mulai mengecil dan nefron menjadi atroffi,


aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
megkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun
proteinuria (biasanya +1) BUN (Blood Urea
Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
b) Otot-otot vesika urinaria (kandung kemih) menjadi
lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat,
vesika urinaria sulit untuk dikosongkan sehingga
menyebabkan retensi urin
c) Pembesaran prostat ± 75% dialami oleh pria usia di
atas 65 tahun.
7) Sistem Endokrin
a) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b) Fungsi parathiroid dan sekresinya tidak berubah.
c) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR
(Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya
pertukaran zat.
d) Menurunnya produksi aldosteron.
e) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya:
progesteron, estrogen, dan tetstosteron
8) Sistem Indera: Pendengarann, Penglihatan, Perabaan,
dll.
a. Sistem Pendengaran
1. Presbiakuisis (gangguan pendengaran).
2. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis
3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat
mengeras karena meningkatnya keratin.
38

4. Pendengaran menurun pada lanjut usia yang


mengalami ketegangan jiwa atau stres.
b. Sistem Penglihatan
1. Splingter pupi timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar.
2. Karena lebih berbentuk sfesis (bola).
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
menjadi katarak.
4. Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan, lebih lambat dan
susah melihat dalam cahaya gelap.
5. Hilangnya daya akomodasi.
6. Menurunnya lapang pandang; berkurangnya luas
pandangnya.
7. Menurunnya daya membedakan warna
biru/hijau pada skala.
c. Rabaan
Indera peraba memberikan pesan yang paling intim
dan yang paling mudah untuk menterjemahkan. Bila
indera lain menghilang, rabaan dapat mengurangi
perasaan sejahtera. Meskipun reseptor lain akan
menumpul dengan bertambahnya usia, namun tidak
pernah menghilang.
d. Pengecap dan penghidu
Empat rasa dasar yaitu ain, manis, pahit dan asam.
Diatara senuanya, rasa manis yang paling tumpul
pada lansia. Rasa yang tumpul menyebabkan
kesukaan terhadap makanan yang asin dan banyak
berbumbu. Harus dianjurkan penggunaan rempah,
bawang merag, bawang putih, dan lemon untuk
mengurangi garam dalam menyedapkan masakan.
9) Sistem Integumen
39

a) Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya


jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik.
c) Menurunnya respon terhadap trauma.
d) Mekanisme proteksi kulit menurun.
e) Kulit kepala dan rambut menjadi menipis berwana
kelabu.
f) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
g) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya
cairan dan vaskularisasi.
h) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
i) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
j) Kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
k) Kelenjar keringat berkurang jumlah dab fungsinya.
l) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
10) Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai
terjadi sebelum usia 40 tahun:
a) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
dan osteoporosis.
b) Kifosis.
c) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
d) Persendian membesar dan menjadi kaku.
e) Tendon mengerut dan mengalmi sklerosis.
f) Atrofi serabut otot.
g) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
11) Sistem Reproduksi dan Seksualitas
a) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
menjadi alkali dan perubahan warna.
b) Menciutnya ovari dan uterus.
c) Atrofi Payudara.
40

d) Penurunan produksi spermatozoa secara berangsur-


angsur.
e) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70
tahun.
f) Produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium
menurun saat menopause. Perubahan yang terjadi
pada sistem reproduksi wanita meliputi penipisan
dinding vagina dengan pengecilan dan ukuran dan
hilangnya elastisitas, penurunan sekresi vagina,
mengakibatkan kekeringan, gatal, dan menurunnya
keasaman vagina; atrofi uterus dan ovarium’
lemasnya vagina dan perinium.
41

Diet Hipertensi
B. Kerangka Teori 1. Kurangi konsumsi
garam
2. Kurangi alkohol
Dukungan Keluarga Jenis Dukungan Keluarga
3. Makan sayur dan
1. Dukungan Informasional buah-buahan
2. Dukungan Penghargaan 4. Kendalikan kadar
3. Dukungan Instrumental kolesterol
4. Dukungan Emosional 5. Tidur cukup
Fungsi keluarga, yaitu: 6. Kurangi makanan
yang mengandung
1. Fungsi Afektif
kolesterol tinggi
2. Fungsi Sosial
7. Olahraga
3. Fungsi Reproduksi
8. Berhenti merokok
4. Fungsi Ekonomi Kepatuhan Diit Hipertensi Pada Lansia
9. Mengendalikan
5. Fungsi Perawatan
emosi dan stress
Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi

1. Faktor predisposisi
2. Faktor pemungkin
3. Faktor penguat

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo, 2014; Murwani, 2016; Aspani, 2014; Wijaya


& Putri 2013
42

C. Kerangka Konsep Penelitian Faktor yang mempengaruhi


diit hipertensi :

1. Faktor Predisposisi Patuh (≥8)


Faktor yang mempengaruhi
(Faktor Pendukung) Cukup patuh (5-7)
dukungan keluarga:
a) Kepercayaan
atau agama Tidak patuh (≤5)
1. Usia
b) Faktor geografis Kepatuhan Diit Hipertensi
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan c) Sikap individu
4. Status Perkawinan d) Pengetahuan
2. Faktor Reinforcing
(Faktor Penguat)
a) Dukungan
petugas
b) Dukungan
Keterangan b) Dukungan
Keluarga
Keluarga
Area yang :
diteliti 3. Faktor Enabling
Area yang : (Faktor Pemungkin)
tidak diteliti a) Fasilitas Kesehatan
-

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Notoatmodjo,2014; Murwani, 2016


43

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2007). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit
hipertensi pada lansia yang menderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Banguntapan I Bantul Yogyakarta
Ho : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit
hipertensi pada lansia yang menderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Banguntapan I Bantul Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai