Anda di halaman 1dari 11

Tujuan

1.Untuk mengetahui tentang otot,tulang dan persendian.

2.Untuk mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya ganguan pada bagian tertentu

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Muskuloskeletal

Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data tentang
pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan riwayat
perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial pasien.

Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat
bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan
lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Pengkajian
keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk
mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan
kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

1. Pengkajian Skeletal Tubuh

Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian
tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang. Biasanya terjadi
krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus
diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002)

Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan susunan tulang
dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan,
dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
2. Pengkajian Tulang Belakang

Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada sepanjang leher
dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi
kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian
dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan).
Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.

Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat kerusakan otot
paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan karena
menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya.

Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang dan


kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan cara berdiri di
belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong
normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang belakang diperiksa dengan
pasien berdiri tegak, dan membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal
kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri
dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia akan
mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.

3. Pengkajian Persendian

Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan
benjolan.Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi dan pasif
dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi besar menurut
American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer (busur derajat yang
dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi di ekstensi maksimal
namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan terbatas.Yang disebabkan karena
deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.Pada lansia
penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi dapat berakibat
menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.Inspeksi persendian dan bandingkan
secara bilateral.Harusnya didapat kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan, pembesaran /
deformitas.Palpasi sendi dan tulang untuk mengetahui edema dan tenderness.Palpasi sendi
selama gerakan untuk mengetahui adanya krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut saat bergerak
dan tidak ada nodul.

Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi), subluksasi
(lepasnya sebagian permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi, dislokasi (lepasnya
permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi dapat menakibatkan sendi
terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga memerlukan alat penyokong eksternal ( misalnya
brace).
Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi), pembengkakan,
dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat mencurigai adanya effuse
jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya samar. Tempat tersering terjadi efusi
adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada rongga sendi di bawah tempurung lutut dapat
diketahui dengan maneuver : aspek lateral dan medial lutut dalam dalam keadaan ekstensi dapat
diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan cairan kearah bawah.
Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial pemeriksa akan melihat benjolan disisi lain
dibawah tempurung lutut.

4. Pengkajian Sistem Otot

Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot.Kelemahan otot menunjukkan
polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis, poliomyelitis, distrofi
otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot.
Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang digerakkan secara
pasif dan rasakan tonus otot.

Kaji kekuatan otot

Catatan : Evaluasi kekuatan kelompok otot dari kepala ke kaki dimasukkan dalam pengkajian
rentang gerak. Teknik – teknik untuk tes skrining kekuatan otot adalah sebagai berikut :

1) Teknik uskulatur okuler

2) Teknik muskulatur wajah

3) Teknik muskulatur leher

4) Teknik muskulatur bahu

5) Teknik muskulatur deltoid

6) Teknik bisepsi

7) Teknik triseps

8) Teknik muskulatur pergerakan tangan dan jari

9) Teknik muskulatur panggul, telentang

10) Teknik quadriseps, duduk


11) Teknik urat-urat lutut, duduk

12) Teknik muskulatur pergelangan dan telapak kaki

Penilaian Kekuatan Otot

( Priguna S, 1980 )

NO

Tingkat fungsional

Skala lovet

DERAJAT

Tidak ada bukti kontraktiliitas

Nol

0%

Bukti sedikit kontaktilitas

Kecil

10 %

Rentang gerak lengkap dengan pembatasan gravitasi

Buruk

25 %

4
Rentang gerak lengkap dengan garavitasi

Sedang

50 %

Rentang gerak lengkap terhadap gravitasi dengan beberapa tahanan

Baik

75 %

Rentang gerak lengkap terhadap gravitasi dengan tahanan penuh

normal

100 %

a. Kepala & Leher

Inspeksi & Palpasi adanya luka, bengkak, asimetris

b. Mandibular

Sendi Temporomandibular kaku / kejang

R.O.M buka mulut (normal 2-5 cm )

Kekuatan otot dengan tahanan mandibular

c. Leher

Simetris, benjolan, kaku, nodul

R.O.M:

Fleksi – fleksi lateral


Ekstensi-hiperekstensi

Rotasi

Kekuatan otot tahan tiap gerakan 2X

d. Bahu

Bandingkan kanan-kiri dari simetris, atrofi, deformitas

Adakah nyeri tekan pada sendi sternoklavikuler dan sendi akromioklavikuler.

e. Klavikula

Simetris Tonjolan tuberositas Humerus

Lekukan otot Humerus salah letak

f. Skapula

Tinggi sama ?

Jarak dengan spinal columna sama ?

Palpasi dengan jari untuk melihat batas tulang, krepitasi ?kelembutan otot ? Simetri ?

g. Siku

Fleksi dan ekstensi kedua siku ( bandingkan kanan-kiri )

Ekstensi, periksa sendi dari kemerahan dan pembengkakan, perubahan bentuk sendi & otot

Palpasi siku adanya cairan, pembesaran kelenjar Supra Condylar , nodulus rematoid.

R.O.M fleksi ( normal 150 derajat )

ekstensi ( normal 5-15 derajat )

supinasi& pronasi

h. Pergelangan Tangan

Simetris, bentuk.

Lakukan fleksi tahan selam 1 menit, bila timbul rasa kebas / kesemutan / paraesthesia
permukaan tangan terutama 3 jari pertama dan separoh dari jari ke 4 (tanda Phalen) merupakan
tanda
i. Punggung & Dada

Inspeksi bentuk Spinal Columna dari belakang dan samping ( Skoliosis, Lordosis)

Membungkuk sejauh mungkin untuk melihat otot samping kanan-kiri Spina


( normal :sama )

j. Pinggul

Thomas test ( peluk lutut kiri ke dada )

bila panggul kanan fleksi kemungkinan adanya kelainan fleksi panggul

Bila sakit kemungkinan adanyafraktur ?

Angkat tungkai bawah sampai terasa sakit kemudian dorsofleksi telapak kaki (normal 50
derajat, tidak ada nyeri)

k. Paha

Simetris dan bentuk

Lingkar paha bandingkan secara bilateral ( normal kaki dominant > 1cm )

l. Lutut

Inspeksi posisi dan bentuk

Periksa kekakuan, pembengkakan, pembesaran tulang sekitar sendi lutut

R.O.M ekstensi ( normal 10 derajat ) fleksi ( normal 135 derajat )

Periksa kekuatan otot dengan tekan lutut, klien berusaha untuk mengangkat

m. Pergelangan & Telapak Kaki

Inspeksi terhadap edema, kemerahan, kelainan bentuk

Inversi 35 derajat, eversi 15 derajat

Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi jari-jari

Bila perlu meloncat dengan satu kaki ( bila sukses fungsi motorik kaki dan cerebellum
serta position sense baik )

n. Postur Tubuh & Gaya Berjalan

Klien jalan 20 langkah bolak-balik


Amati postur, cara menelapakan kaki, keseimbangan ( jalan lurus satu garis ), ayunan
lengan, irama langkah, jarak langkah ( n=37,5 cm )

Bila berputar muka & kepala berputar terlebih dahulu dari bagian lain

5. Inspeksi dan palpasi

a. Inspeksi

1) Kesemetrisan seluruh tubuh

• Simetris pada bagian – bagian tubuh, sedikit asimetris mungkin bukan patologis yang berarti.

2) Kesejajaran ekstremitas

• Ekstremitas sejajar dengan kontur, simetris dan sudut yang sama secara bilateral, ekstremitas
tampak panjang karena ukuran batang tubuh telah membatasi.

3) Adanya deformitas nyata dan postur

• Penampilan menyeluruh adalah salah satu dari fleksi umum, kepala dan leher mengarah
kedepan, kifosis dorsalis, fleksi pada siku, pergerakan lengan tangan, pinggul dan lutut berdiri
pada dasar lebar.

• Penympangan sangat asimetri atau deformitas: deformitas varus ( bowleg ), deformitas


valgus ( knock-knees ), lordosis dan skoliosis.

4) Otot – otot mengenai hipertrofi nyata atau atrofi

• Kerusakan dapat ditemukan dekat sendi yang terbatas geraknya, saluran di dasar interkapal,
penampilan ekstremitas keseluruhan adalah lonjong dengan sisi datar pada posisi inferior dan
posterior bila ekstremitas pada posisi horizontal asimetris 1cm atau kurang. Penyimpangan :
hipertrofi atau atrofi nyata.

b.Palpasi

13) Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan, perubahan suhu lokal
dan krepitasi.

14) Normal : tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat. Suhu secara umum
sama keseluruhan tidak ada krepitasi.

15) Penyimpangan : sangat menonjol, bengkak, atau nyeri takan.

16) Catatan : Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena penebalan atau
pembesaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian, dan otot-


otot.Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan
meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik.

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Pengkajian
keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk
mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan
kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

B. Saran

1. Saat melakukan pengkajian musculoskeletal harus secara sistematis teliti dan terarah

2. Saat akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu harus mengetahui tentang anatomi
dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya dengan sistem neurologi dan intergumen

Dafatar Pustaka

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT
EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

http// : muskuloskeletal/Cuap-
cuap%20S1%20Keperawatan%20%20PEMERIKSAAN%20MUSKULOSKELETAL.htm

Anda mungkin juga menyukai