Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal
dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua lemabaga
pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri,
masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia
sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia
yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien
(manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical
Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan manusia kedalam
kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua
karunia Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia tidak
mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajat manusia akan turun, bahkan jauh
lebih rendah dari seekor binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat
179.
Sangat menariknya pembahasan tentang manusia inilah yang membuat penulis tertarik untuk
mengulas sedikit tentang Manusia Menurut Pandangan Islam.

1.2 Rumusan masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam, maka diperlukan
subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Siapakah manusia ?
2. Apa persamaan dan perbadaan manusia dengan makhluk lain?
3. Apakah tujuan penciptaan manusia?
4. Sebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia?
5. Apakah tanggungjawab manusia sebagai Hamba Allah?
6. Apakah tanggungjawab manusia sebagai Khalifah Allah?
BAB II

PEMBAHASAN

Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan
yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang bersifat
rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain
karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.

2.1 Konsep Manusia

Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata
“manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang
mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.

2.1.1 Siapakah Manusia?

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah yang paling sempurna karena telah diberikan
akal untuk berfikir dan mengendalikan hawa nafsu. Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah
disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yangpaling mulia dan memiliki berbagai potensi
serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Penciptaan manusia berdasarkan Surat Al-Mukminin ayat 12-14 adalah sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakn manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim),
kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain).
Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.
Awal penciptaan Manusia adalah berawal dari Nabi Adam. Nabi Adam diciptakan dari
suatusaripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan dberi bentuk.
Seperti pada surat Al Hijr ayat 26 :

ً ‫ير ِم َّم ْن َخلَ ْق َنا تَ ْف ِض‬


‫يل‬ ٍ ِ‫علَ ٰى َكث‬ َّ َ‫ت َوف‬
َ ‫ض ْلنَا ُه ْم‬ ِ ‫َولَقَ ْد ك ََّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْل َنا ُه ْم ِفي ا ْلبَ ِر َوا ْلبَحْ ِر َو َر َز ْقنَاهُم ِمنَ ال َّط ِيبَا‬

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dar tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Kemudian Allah menciptakan Hawa untuk
menemani Nabi Adam dan untuk meneruskan keturunan manusia.

Manusia begitu istimewa karena ketika pertama kali Nabi Adam diciptakan, seluruh makhluk
Allah diperintah untuk bersujud kepada Nabi Adam, tetapi setan tidak mau sujud. Selain itu,
manusia juga memiliki hawa nafsu yang jelek dan baik, setan selalu senantiasa untuk menggoda
iman kita. Oleh karena itu, manusia yang kuat dan dapat menahan hawa nafsu nya dari perbuatan
jelek maka Allah akan menjanjikan Surga. Namun sebaliknya bagi manusia yang tidak mampu
menahan hawa nafsunya Allah akan menjanjikan Neraka. Hukum tersebut sudah jelas terdapat
pada Al-Quran. Sehingga manusia yang benar-benar beriman dan bertaqwa akan mampu
membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Dalam pandangan Islam, Manusia terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan rohani. Jasmani
manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur saripati tanah. Sedangkan roh manusia
merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh tersebut ada dua daya, yaitu daya pikir (akal)
yang bersifat di otak dan daya rasa (kalbu). Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu
berkembang dengan pengaruh lingkungan sekitarnya karena makhluk utuh ini memiliki potensi
pokok yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani.

Ada seorang ilmuwan yaitu Dr. A. Carrel menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi untuk
mengetahui hakikat manusia. Beliau menulis bahwa “Sebenarnya manusia telah mencurahkan
perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki
pembendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan
para ahli di bidang keruhanian saat ini. Tapi kita sebagai manusia hanya mampu mengetahui dari
segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui
hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi
menurut tata cara kita sendiri.”

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-
abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk
yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah.
Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

2.1.2 Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka di
darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan,
dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan taat
kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa alasan yang
mendukung pernyataan tsb.

Manusia dan makhluk lainnya itu memiliki persamaan dan juga perbedaan. Salah satunya adalah
manusia dan makhluk lain memiliki tujuan yang sama dalam hal penciptaan yaitu untuk
beribadah kepada Allah sedangkan dalam hal raga dan ruh manusia memiliki perbedaan. Raga
manusia termasuk ke dalam derajat terendah diantara makhluk lainnya sedangkan ruh manusia
termasuk ke dalam derajat tertinggi.

Hikmah yang terkandung dalam hal ini adalah manusia mengemban beban amanat pengetahuan
tentang Allah sebab tidak sesuatupun di dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu
mengemban beban amanat ini.Manusia mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat-sifat ruh
yang diberikan Allah. Tidak ada satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatan ruh ini,baik itu
malaikat maupun iblis.Berikut ini persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lainnya:

1. Persamaan Manusia dan Makhluk lain

 Semua makhluk termasuk manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.
 Tujuan penciptaannya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah
 Semua makhluk akan kembali kepada Allah.
 Dan tiap-tiap makhluk ada di dalam penjagaan dan pengawasan Allah.
 Perbedaan Manusia dan Makhluk lain
 Manusia memiliki hati nurani dan juga nafsu tapi makhluk lain hanya memiliki salah
satunya saja.
 Derajat manusia sejati adalah lebih tinggi dari makhluk yang lain.
 Manusia tercipta dari tanah sebagai jasad dan nur sebagai hati. Sedangkan makhluk lain
tidak ada yang tercipta dari tanah dan nur
 Bentuk ibadah manusia telah diatur di dalam Al Qur’an.
 Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan kehidupannya.

2.2. Ekstensi dan martabat manusia

2.2.1 Tujuan Penciptaan Manusia

Allah menjadikan manusia di atas bumi ini bukan tanpa tujuan, melainkan dengan sangat jelas
ada target dan tujuan tertentu sebagaimana yang ditentukan sendiri oleh Allah SWT. Jadi
wujudnya manusia tersebut bukan dengan sendirinya tanpa perencanaan, tetapi memang
diciptakan oleh Allah dalam upaya meramaikan bumi ini. Sementara itu tujuan utamanya ialah
dalam rangka untuk mengabdi kepada Allah, karena sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah
bahwa Allah tidak menciptakan manusia dan jin kecuali hanya untuk mengabdikan diri mereka
kepada Tuhan. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” QS Az Zaariyat, 51:56
Penyembahan berarti ketundukan pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di bumi,
baik ibadah yang menyangkut hubungan vertikal (habluminallah/manusia dengan Allah) atau
horizontal (habluminannas/ manusia dengan manusia serta makhluk lainnya). Keseimbangan
dapat terjaga jika hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah tetapkan berdiri dengan tegak.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” _ QS al Bayyinah, 98: 5
Adapun tujuan penciptaan manusia adalah sebagai berikut:

1. Menjadi abdi Allah

Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi
kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan
abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar
di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini
tercantum dalam QS. Az Dzariyat : 56 “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu”

1. Menjadi saksi Allah

Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang
demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai
fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapiorang tuanya yang menjadikan manusia sebagai
Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS. Al A’raf : 172 “Dan
(ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka
menjawab:”Betul (Engkau TuhanKami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”

3. Menjadi khalifah Allah

Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah
ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang
dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai
kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan
syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang
beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah
yang mempusakai dunia ini. Sehingga seorang khalifah harus benar-benar memiliki akhlak Al
Quran dan Al Hadis.
2.2.2 Fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai berbagai fungsi, peran dan
tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluknya terbesar dibanding
agama-agama yang lain, sudah tentu mempunyai pandangan tersendiri akan fungsi, peran dan
tanggung jawab manusia di Bumi.

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku
ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku
ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai
dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :

1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)

3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

2.3. Tanggungjawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah

2.3.1 Tanggungjawab manusia sebagai Hamba Allah

1. Mengabdikan diri kepada Allah Swt dengan beriman dan bertaqwa yaitu melakukan amal
saleh, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
2. Melaksanakan amanah Allah Swt untuk memelihara dan mengawal agama Allah serta
ajaran Allah.
3. Melaksanakan amar makruf nahi mungkar yaitu sebagai khalifah Allah bertanggung
jawab menyebarkan Islam, meninggikan kalimah Allah dan supaya manusia menjadi
orang Islam.
4. Menjaga kesucian agama, dengan menegakkan Islam dengan berdakwah, melaksanakan
syariat Islam yang telah ditetapkan agama.
5. Bertanggung jawab menjauhi dan memelihara diri dan keluarga dari adzab neraka.
6. Tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan
alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi. karena segala kemakmuran dan kelimpahan
kekayaan alam yang ada di muka bumi ini adalah kenikmatan untuk manusia dan
makhluk hidup yang lainnya. seperti firman-Nya dalam Surat Al-Azhab ayat 72:

“Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah Kami kepada langit dan bumi
serta gunung-gunung untuk memikul, maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak
dapat menyempurnakannya karena tidak ada pada meereka persediaan untuk memikulnya dan
pada ketika itu manusia dengan persediaan yang ada padanya sanggup memikulnya. Ingatlah
sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula
membuat perkara yang tidak patut untuk dikerjakan. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidupnya. Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih
dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis.

Kekuasaan manusia sebagai hamba Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan yang
digariskan. Ketentuan tersebut berada dalam hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam Al-
Quran maupun yang tersirat dalam kandungan alam. Seorang manusia yang melanggar batas
tersebut akan diminati pertanggungjwabang terhadap kewenangannya.

Tanggung jawab ada yang bersifat perseorangan dan ada yang bersifat masyarakat. Di akhirat
nanti, tiap-tiap diri akan menerima catatan/ kitab amalan dan hasil tanggung jawabnya masing-
masing. Begitu juga dengan tanggung jawab masyarakat, pada umumnya ada saksinya di dunia.
Seperti yang tertulis dalam Firman Allah dalam Surat Al-Anfaal ayat 25:

ِ ‫شدِي ُد ا ْل ِع َقا‬
‫ب‬ َّ َّ‫َواتَّقُوا فِتْنَةً ََل ت ُِصيبَنَّ الَّ ِذينَ َظلَ ُموا ِم ْن ُك ْم َخاصَّةً ۖ َوا ْعلَ ُموا أَن‬
َ َ‫َّللا‬

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang alim
saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”

2.3.2 Tanggungjawab manusia sebagai Khalifah Allah

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan
di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan,
yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang
memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan,
sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai
khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak
menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam
kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang
wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan
dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya,
sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :

ِ ‫ف فِي ْاْل َ ْر‬


َ‫ض ۚ فَ َم ْن َكفَ َر فَ َعلَ ْي ِه ُك ْف ُرهُ ۖ َو ََل يَ ِزي ُد ا ْلكَافِ ِرينَ ُك ْف ُر ُه ْم ِع ْن َد َر ِب ِه ْم ِإ ََّل َم ْقتًا ۖ َو ََل يَ ِزي ُد ا ْلكَافِ ِرين‬ َ ِ‫ه َُو الَّذِي َج َعلَ ُك ْم َخ َلئ‬
‫ارا‬ َ ‫ُك ْف ُر ُه ْم إِ ََّل َخ‬
ً ‫س‬
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka
(akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada
sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah
kerugian mereka belaka”.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua
hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan
adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakannya.

Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila
terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat
manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4)
yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.

Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab
manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat
memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani
kehidupan dengan penuh makna.
BAB III

KESIMPULAN

Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan
jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT. Manusia
memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang
berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan
sebagainya.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain).
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)

Manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah kepatuhan manusia
pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan
sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak
memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) seharusnyalah
kita senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya, karna salah satu kunci kesuksesan
adalah bersyukur.

ً ‫ير ِم َّم ْن َخلَ ْق َنا تَ ْف ِض‬


‫يل‬ ٍ ِ‫علَ ٰى َكث‬ َّ َ‫ت َوف‬
َ ‫ض ْلنَا ُه ْم‬ ِ ‫َولَقَ ْد ك ََّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْل َنا ُه ْم ِفي ا ْلبَ ِر َوا ْلبَحْ ِر َو َر َز ْقنَاهُم ِمنَ ال َّط ِيبَا‬

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka di
darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan,
dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebgai khalifah
sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar, mengajarkan ilmu,
dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah yang berarti wakil Allah
adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi, mengelola dan memelihara bumi.

Sebenarnya Al Quran sudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab
manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat
memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia, sehingga dapat menjalani
kehidupan dengan penuh makna.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Shihab, M. Quraish. 2007. Wawasan Al-Quran. PT Mizan Pustaka : Bandung.

http://pembahasan-hakikat-manusia-dalam-islam-/110525022733-/phpapp02.

http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/10/31/mengetahui-bagaimana-proses-penciptaan-
manusia/

Anda mungkin juga menyukai