Blok 4.2 Panduan Mahasiswa (Fix)
Blok 4.2 Panduan Mahasiswa (Fix)
Mahasiswa
Blok 4.2
MANAJEMEN BENCANA DAN
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
KEDOKTERAN
Panduan Mahasiswa 6
Daftar Topik Kuliah Pengantar Blok 4.2 Manajemen Bencana dan Perkembangan
Tehnologi Kedokteran Tahun Akademik 2019/2020
Mg Kode
Topik Dosen
g
KP 4.2.1.1 Pengantar blok dr. Juwita Sahputri, MKT
KP 4.2.1.2 Konsep bencana dr. Meutia Kamalat Shah, M.Kes
KP 4.2.1.3 Klasifikasi bencanadan faktor penyebab terjadinya bencana dr. Meutia Kamalat Shah, M.Kes
(alam, non alam dan manusia)
I
KP 4.2.1.4 Perencanaan dan manajemen (aspek governance) dan konsep Whenny Utariningsih,
desentralisasi dalam bencana di Indonesia S.Pd.,M.Si.(Han)
KP 4.2.1.5 Komunikasi dan leadership dalam bencana dr. Meutia Kamalat Shah, M.Kes
KP 4.2.1.6 Hukum, etika, dan regulasi dalam bencana dr. Meutia Kamalat Shah, M.Kes
KP 4.2.2.1 Kerangka konsep bencana dalam sektor kesehatan dr. Muhammad
(conceptual framework of disaster in health sector) Syahriza,MIPH.MHM
KP 4.2.2.2 Aspek pembiayaan dalam bencana Whenny Utariningsih,
S.Pd.,M.Si.(Han)
KP 4.2.2.3 Kompetensi petugas medis dalam bencana dr. Meutia Kamalat Shah, M.Kes
II KP 4.2.2.4 Logistic medic and supply chain dalam bencana (termasuk dr. Meutia Kamalat Shah, M.Kes
volunteer in disaster)
KP 4.2.2.5 Perencanaan rumah sakit dalam penanggulangan bencana drg. Anita Safrida, M.Kes
(Hospital Disaster Plan/ HDP)
KP 4.2.2.6 Konsep HICS (Hospital Incident Command System) pada drg. Anita Safrida, M.Kes
koordinasi respon di rumah sakit pada saat bencana
KP 4.2.3.1 Disaster preparednessin health system dr. Meutia Kamalat Shah, M.Kes
KP 4.2.3.2 Health promotion in disaster planning dr. Muhammad
Syahriza,MIPH.MHM
KP 4.2.3.3 Acute medical response dr. Anna
Millizia,M.Ked(An),Sp.An
KP 4.2.3.4 Tanggap darurat bencana serta Rapid Health dr. Meutia Kamalat Shah, M.Kes
Assessment(RHA)
III KP 4.2.3.5 Aceh dalam statistik bencana (alam, non alam, sosial) dan Whenny Utariningsih,
bencana di nasional (Indonesia sebagai ring of fire) serta S.Pd.,M.Si.(Han)
bencana di internasional
KP 4.2.3.6 Aspek kesehatan jiwa dan psikososial Nursan Junita,BHSc.,MA
KP 4.2.3.7 Lembaga kemanusian nasional dan internasional serta Whenny Utariningsih,
peranannya dalam reaksi cepat dalam menghadapi bencana S.Pd.,M.Si.(Han)
(termasuk kerjasama dan kemitraan lembaga kemanusian
nasional dan internasional)
KP 4.2.4.1 Latar belakang timbulnya gerakan patient safety serta aspek Dr. dr. Indra Z, Sp.THT-KL (K)
hukum dan regulasinya di Indonesia (termasuk 7 langkah
dalam patient safety)
KP 4.2.4.2 Adverse events dalam penanganan pasien Dr. dr. Indra Z, Sp.THT-KL (K)
KP 4.2.4.3 Sistem pelaporan dalam patient safetty Dr. dr. Indra Z, Sp.THT-KL (K)
KP 4.2.4.4 Gerakan kesehatan internasional dalampromosi pateint Dr. dr. Indra Z, Sp.THT-KL (K)
IV safety
KP 4.2.4.5 Pengantar tanatologi (termasuk manfaat untuk aspek Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F (K)
medikolegal) dan kematian molekuler (penurunan suhu, livor
mortis, rigor mortis/cadaveric rigidity, dan decomposition)
KP 4.2.4.6 Identifikasi korban (termasuk jenis kelamin, tulang, gigi-geligi, Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F (K)
wajah, sidik jari, dan lain-lain)
KP 4.2.4.7 Asfiksia mekanik dan pemeriksaanya I (termasuk smothering, Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F (K)
gagging and chocking, hanging)
KP 4.2.4.8 Asfiksia mekanik dan pemeriksaanya II (termasuk Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F (K)
stragulation, throttling/ manual strangulation, drowning, dan
traumatic asphxia)
KP 4.2.4.9 Otopsi pemeriksaan luar, dalam dan khusus Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F (K)
KP Visum et Repertum (VeR) Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F (K)
4.2.4.10
KP Pemeriksaan penunjang/laboratorium forensik (pemeriksaan Dr. dr. Taufik Suryadi, Sp.F (K)
4.2.4.11 bercak darah, cairan mani, sperma, histopatologi forensik dan
fotografoforensik)
KP 4.2.5.1 Tehnologi diagnostik imagingdam non imagingkonvensional dr.Muhammad Adi,Sp.Rad
KP 4.2.5.2 Tehnologi diagnostic imaging modern dr.Muhammad Adi,Sp.Rad
KP 4.2.5.3 Tehnologi terapi modern dr.Muhammad Adi,Sp.Rad
KP 4.2.5.4 Pemanfaatan robotic machinery dan leser dalam bidang dr.Muhammad Adi,Sp.Rad
kedokteran
KP 4.2.5.5 Penggunaan radioterapi dr.Muhammad Adi,Sp.Rad
V KP 4.2.5.6 Tissue dan non tissuebiomaterials dalam bidang kedokteran dr.Sarah M
Nurdin,M.Ked(Klinik),Sp.KFR
KP 4.2.5.7 Metal dan non –methal prothese dalam bidang kedokteran dr.Sarah M
Nurdin,M.Ked(Klinik),Sp.KFR
KP 4.2.5.8 Rehabilitasi medic (termasuk pelayanan fisioterapi,okupasi dr.Sarah M
terapi,dan terapi wicara) Nurdin,M.Ked(Klinik),Sp.KFR
KP 4.2.5.9 Penggunaan artificial organ dalam rehabilitasi medik dr.Sarah M
Nurdin,M.Ked(Klinik),Sp.KFR
KP 4.2.6.1 Klasifikasi dan toksonomi serta zat aktif tumbuhan obat yang dr. Yuziani, M.Si
ada di Aceh dan Indonesia (termasuk perbedaan obat alam
dan obat sintetik)
KP 4.2.6.2 Jamu dan Obat Herbal Terstandar (OHT) dr. Yuziani, M.Si
KP 4.2.6.3 Fitofarmaka dan tahap pengolahan, pengujian dan dr. Yuziani, M.Si
peredarannya di Indonesia
VI
KP 4.2.6.4 Konsep dasar uji preklinik dan persiapan uji preklinik secara dr. Yuziani, M.Si
invivo dan uji invitro
KP 4.2.6.5 Konsep hewan coba dan menghitung dosis hewan coba ke dr. Yuziani, M.Si
manusia
KP 4.2.6.6 Konsep dasar uji klinik dan persiapan uji klinik (termasuk dr. Yuziani, M.Si
ethical clearance penelitian uji klinik)
Jadwal Kegiatan Akademik Blok 4.2 Manajemen Bencana dan
Perkembangan Tehnologi Kedokteran Tahun Akademik 2019/2020
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mg Jam
21/10/19 22/10/19 23/10/19 24/10/19 25/10/19
Panduan Mahasiswa 8
13.30 – 14.20 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
14.20 – 15.10 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
15.10 – 16.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mg
Jam 25/11/19 26/11/19 27/11/19 28/11/19 29/11/19
07.30 – 08.20 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
08.30 – 09.20 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
09.30 – 10.20 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
10.30 – 11.20 Belajar Mandiri
Ujian Blok Belajar Mandiri
Remedial Belajar Mandiri
11.30– 12.20 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
VII 12.30 – 13.20 ISTIRAHAT
13.30 – 14.20 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
14.20 – 15.10 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
15.10 – 16.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
Daftar Topik Praktikum
Topik Kode Topik
Mgg Klp Instruktur Tempat
Praktikum Praktikum
II Simulasi P 4.2.1 1 dr.Teuku Ilhami Surya Outdoor
bencana Akbar,M.Biomed
*Bekerja sama 2 dr.Meutia Kamalat Shah,M.Kes
dengan Badan 3 dr.Noviana Zara,MKM
4 Whenny
Penanggulang
Utariningsih,S.Pd.,M.Si(Han)
an Bencana 5 drg Anita Syafrida,M.Kes
Daerah/BPBD *Bekerjasama dengan Badan
Kabupaten Penanggulangan
Aceh Utara Bencana Daerah/ BPBD Kabupaten Aceh
Utara
III Dokumentasi P 4.2.2 1 dr.Teuku Ilhami Surya Ruang
pengetahuan Akbar,M.Biomed Tutorial
bencana 2 dr.Meutia Kamalat Shah,M.Kes
(pengarahan 3 dr.Noviana Zara,MKM
4 Whenny
praktikum)
Utariningsih,S.Pd.,M.Si(Han)
5 drg Anita Syafrida,M.Kes
IV Dokumentasi Pelaksanaan praktikum dan laporan Sekolah
pengetahuan kegiatan Menengah
bencana Umum
(SMU)
* : Waktu pelaksanaan dilakukan secara simultan bersama Tim BPBD Kabupaten Aceh Utara
(jadwal dalam konfirmasi)
Panduan Mahasiswa 11
Modul 1
KONSEP BENCANA
Gempa Tsunami Palu dan Donggala
Andi, seorang dokter yang bekerja di salah satu Rumah Sakit di Lhokseumawe, mendapat tugas dari Dinas Kesehatan
Lhokseumawe untuk membantu korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Andi sangat penasaran dengan penyebab
bencana gempa dan tsunami tersebut, yang telah menimbulkan korban jiwa yang begitu banyak. Ternyata, gempa dan tsunami
yang terjadi di Palu dan Donggala disebabkan oleh aktifitas sesar Palu Koro.
Sejak ditetapkannya status tanggap darurat, seluruh elemen pemerintah seperti BPBD, BASARNAS, TNI, POLRI dan seluruh
relawan ikut serta dalam proses tanggap darurat. Andi bepikir, bagaimana pembagian tugas mereka dalam tanggap darurat?
Setelah sampai di lokasi bencana, Andi melihat posko-posko sudah dikoordinasikan oleh seorang TNI yang ditunjuk sebagai
leader dalam tanggap darurat bencana tersebut. Andipun semakin penasaran, apakah proses ini hanya dilakukan saat terjadi
bencana saja? Jika tidak, bagaimana konsep manajemen bencana yang selama ini dijalankan oleh pemerintah? Andi juga ingin
tahu bagaimana pengelolaan bencana lain seperti banjir, kebakaran hutan, tanah longsor, erupsi gunung berapi dan konflik
daerah?Apakah pemerintah sudah menetapkan regulasi untuk mengatur tentang penanggulangan bencana? Bagaimana saudara
menjelaskan tentang konsep bencana?
Term
- Bencana adalah suatu kejadian, alam atau buatan manusia, tiba- tiba atau progesive, yang menimbulkan dampak yang
dasyat (hebat) sehingga komunitas (masyarakat) yang terkena atau terpengaruh harus merespon dengan tindakan-
tindakan luar biasa
o Menurut UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penggulangan Bencana Bab I Pasal 1 ayat 1. Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis yang dibedakan atas 3 kategori berdasarkan penyebabnya, yaitu bencana alam, bencana non alam,
dan bencana sosial.
1. Apa saja tugas seorang dokter selama membantu korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala?
Peran personal
a. Melakukan penanganan kasus kegawatan darurat trauma maupun non trauma (seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS)
b. Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana
c. Mendiagnosis keadaan korban bencana dan ikut menentukan status korban dalam triase
d. Menetapkan diagnosis terhadap pasien kegawatan dan mencegah terjadinya kecatatan pada pasien
e. Memberikan pelayanan pengobatan darurat
f. Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap bencana
g. Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan penanganan lebih lanjut
h. Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitative
Peran tim
o Tim Gerak Cepat: Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah adanya kejadian bencana. Tenaga
dokter yang dibutuhkan terdiri dari Dokter Umum/BSB 1 orang, Dokter Spesialis Bedah 1 orang, dan Dokter
Spesialis Anastesi 1 orang.
o Tim RHA: Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim Gerak Cepat atau menyusul dalam
waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini, tenaga dokter umum minimal 1 orang dikirimkan.
o Tim Bantuan Kesehatan: Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat
dan Tim RHA kembali dengan laporan dengan hasil kegiatan mereka dilapangan. Kebutuhan tenaga dokter selain
yang telah tercantum diatas juga perlu disesuaikan pula dengan jenis bencana dan kasus yang ada, yaitu:
Panduan Mahasiswa 11
No. Jenis Bencana Spesialisasi Tenaga Dokter yang Dibutuhkan
1 Gempa Bumi Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, anak, obsgyn, anastesi, DVI, jiwa, bedah plastik,
dan forensik.
2 Banjir Bandang/ Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, pulmonologi, anak, obsgyn, anastesi, DVI, jiwa,
Tanah Longsor bedah plastik, dan forensik.
3 Gunung Meletus Bedah umum, penyakit dalam, anastesi dan ahli intensive care, bedah plastik, forensic, dan
kesehatan jiwa.
4 Tsunami Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, anak, anastesi, DVI, pulmonologi, kesehatan
jiwa, bedah plastik, dan forensik.
5 Ledakan Bom/ Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, anastesi, kesehatan jiwa, bedah plastik, dan
Kecelakaan Industri forensik.
6 Kerusuhan Massal Bedah umum & orthopedi, penyakit dalam, anastesi, DVI, kesehatan jiwa/psikiater, dan
forensik.
7 Kebakaran Hutan Pulmonologi dan penyakit dalam.
2. Apa penyebab bencana gempa dan tsunami lainnya? Mengapa bisa terjadi aktifitas sesar Palu Koro?
Faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :
a. Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia.
b. Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan akibat perbuatan
manusia,
c. Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal,
konflik vertikal, dan terorisme.
Aktifitas sesar
a. Sesar atau patahan merupakan retakan pada batuan bumi yang diakibatkan oleh gerakan menggeser secara
vertikal atau horizontal sehingga terjadi pergerakan relative terhadap blok batuan di sekitar sesar tersebut.
b. Jenis jenis
Sesar Mendatar (Strike-slip Fault) adalah sesar yang pergerakannya sejajar, blok bagian kiri relatif bergeser
kearah yang berlawanan dengan blok bagian kanannya. Berdasarkan arah pergerakan sesarnya, sesar
mendatar dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis sesar, yaitu:
Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar menganan) Sesar Mendatar Dextral adalah sesar yang arah
pergerakannya searah dengan arah perputaran jarum jam.
Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri). Sesar Mendatar Sinistral adalah sesar yang arah
pergeserannya berlawanan arah dengan arah perputaran jarum jam.
Sesar Naik (Thrust Fault) adalah sesar dimana salah satu blok batuan bergeser ke arah atas dan blok bagian
lainnya bergeser ke arah bawah disepanjang bidang sesarnya. Pada umumnya bidang sesar naik mempunyai
kemiringan lebih kecil dari 450.
Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang terjadi karena pergeseran blok batuan akibat pengaruh gaya
gravitasi. Secara umum, sesar normal terjadi sebagai akibat dari hilangnya pengaruh gaya sehingga batuan
menuju ke posisi seimbang (isostasi).
o Mekanisme
Mekanisme patahan gempabumi dapat dijelaskan bahwa pada (keadaan I) menunjukan suatu lapisan yang
belum terjadi perubahan bentuk geologi. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang terus‐menerus, maka
akan terdapat tekanan yang lama kelamaan akan terakumulasi dan mampu merubah bentuk geologi dari
lapisan batuan.
Panduan Mahasiswa 11
Kemudian pada (keadaan II) menunjukan suatu lapisan batuan yang telah mendapat dan tekanan dimana telah
terjadi perubahan bentuk geologi. Untuk daerah A mendapat tekanan ke atas, sedang daerah B mendapat
tekanan ke bawah. Proses ini berjalan terus sampai tekanan yang terjadi (dikandung) di daerah ini cukup besar
untuk mengubahnya menjadi gesekan antara daerah A dan daerah B. Lama - kelamaan karena lapisan batuan
sudah tidak mampu lagi untuk menahan tekanan, maka akan terjadi suatu pergerakan atau perpindahan yang
tiba‐tiba sehingga terjadilah patahan.
Pada keadaan III menunjukkan lapisan batuan yang sudah patah ini disebabkan karena adanya pergerakan
tiba-tiba yang disebabkan oleh gaya yang bekerja pada batuan dalam waktu lama dan secara terus-menerus
sehingga menyebabkan daya dukung batuan akan mencapai batas maksimum sehingga menyebabkan
pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami batuan mengalami patahan disekitar bidang sesar (fault)
setelah itu batuan itu akan stabil, namun sudah mengalami perubahan bentuk atau posisi. Pada saat batuan
mengalami gerakan yang tiba-tiba akibat pergeseran batuan, Energi tekanan yang tersimpan akan dilepaskan
dalam bentuk getaran yang dikenal dengan gempabumi
Tekanan yang terjadi dalam batuan kerak bumi dapat mengakibatkan batuan tersebut patah. Patahan
tersebut mengakibatkan pelepasan energi tekanan yang berupa gelombang elastis. Apabila energi tersebut
cukup besar maka getaran–getaran akibat penjalaran gelombang gempa dapat dirasakan sampai di
permukaan
1. Tahap Pra Bencana (mencangkup Kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan peringatan dini).
a. Pencegahan (prevention) : Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya). Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan, Melarang penambangan batu di
daerah yang curam, dan Melarang membuang sampah sembarangan.
b. Mitigasi Bencana (Mitigation) :serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat
dilakukan melalui:
o pelaksanaan penataan ruang
o pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan
o penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern
c. Kesiapsiagaan (Preparedness) : Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna dalam bentuk
o penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana
o pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini
o penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
o pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat
o penyiapan lokasi evakuasi
o penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tentang tanggap darurat bencana
o penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana
d. Peringatan Dini (Early Warning) : kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya
untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini
harus : Menjangkau masyarakat (accesible), Segera (immediate), Tegas tidak membingungkan (coherent), Bersifat
resmi (official).
2. Tahap saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara,
seperti kegiatan bantuan darurat dan pengungsian
a. Tanggap Darurat (response) : serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
o pengkajianyang dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya
o penentuan status keadaan darurat bencana
o penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
o pemenuhan kebutuhan dasar
o perlindungan terhadap kelompok rentan
o pemulihan dengan segera prasaran dan sarana vital
b. Bantuan Darurat (relief) : upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
berupa : Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih
3. Tahap pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
a. Pemulihan (recovery) : kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena
bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya
rehabilitasi.
o perbaikan lingkungan daerah bencana
o perbaikan prasarana dan sarana umum
o pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
o pemulihan sosial psikologis
o pelayanan kesehatan
o rekonsiliasi dan resolusi konflik
o pemulihan sosial ekonomi budaya
o pemulihan fungsi pelayanan publik.
b. Rehabilitasi (rehabilitation) : perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencan
o perbaikan lingkungan daerah bencana
o perbaikan prasarana dan sarana umum
o pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis
o pelayanan kesehatan
o rekonsiliasi dan resolusi konflik
o pemulihan sosial ekonomi budaya
o pemulihan keamanan dan ketertiban
o pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
c. Rekonstruksi (reconstruction) : perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik,
konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan.
7. Bagaimana pengelolaan bencana lain seperti banjir, kebakaran hutan, tanah longsor, erupsi gunung berapi dan konflik
daerah?
Sama no. 7 (manajemen bencana)
8. Apakah pemerintah sudah menetapkan regulasi untuk mengatur tentang penanggulangan?
UU No. 24 tahun 2007 : penanggulangan bencana
Peraturan presiden No.8 tahun 2008 : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Peraturan presiden No 03 tahun 2007 : Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 Tentang Badan
Koordinasi Nasional Penanganan Bencana
Peraturan presiden No 83 tahun 2005 : Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana
Peraturan pemerintah No 23 tahun 2008 : Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah
Dalam Penanggulangan Bencana
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 : Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 : Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Peraturan presiden No. 17 tahun 20018 : penyelenggaraan penangguangan bencana
Modul 2
MANAJEMEN BENCANA DALAM SEKTOR KESEHATAN
Lombok diguncang Gempa 7 SR
Gempa dengan kekuatan 7 SR di Lombok telah mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia. Selain berdampak pada
korban jiwa, gempa tersebut juga menghancurkan rumah warga yang membuat ribuan warga harus mengungsi. Sari salah satu
mahasiswa FK UNIMAL ingin ikut menjadi relawan agar bisa memberikan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian. Langkah
pertama yang dia lakukan adalah mencari tahu syarat apa saja yang harus dia penuhi agar bisa menjadi volunteer dan
kompetensi apa saja yang harus dia punyai agar bisa menjadi petugas medis di lokasi bencana tersebut.
Di lokasi kejadian, rumah sakit setempat sudah melakukan pelayanan medis. Bantuan logistic medic di rumah sakit
tersebut juga sudah mencukupi. Sari penasaran dengan cara kerja rumah sakit tersebut hingga akhirnya dia bertanya kepada
direktur rumah sakit, bagaimana koordinasi atau Hospital Incident Command System rumah sakit saat terjadi suatu bencana.
Selain itu dia juga menanyakan perencanaan apa saja yang mereka lakukan untuk menanggulangi bencana. Selain masalah
pelayanan kesehatan, pelayanan terhadap pengungsi yang jumlahnya ribuan jiwa membuat pemerintah harus menyiapkan dana
untuk keberlangsungan hidup para pengungsi. Pemerintah juga harus mengelola supply chain untuk para pengungsi. Bagaimana
menurut Saudara konsep bencana dalam sektor kesehatan?
Term :
- Volunteer: relawan : seseorang yang tanpa dibayar dengan sukarela menyediakan waktu dan kemampuannya untuk
tujuan tertentu misalnya di bidang kemanusiaan, lingkungan, pendidikan, dan sosial. Kalau scenario berarti bidang
kesehatan.
- Logistik adalah sesuatu yang berwujud dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia yang
terdiri dari atas sandang, pangan dan papan atau turunannya. Termasuk dalam kategori logistik adalah barang habis
pakai atau dikonsumsi, misalnya sembako (sembilan bahan pokok), obat, pakaian dan kelengkapannya, air, jas tidur dan
sebagainya
- Hospital Incident Command System : suatu metodologi untuk menggunakan sistem perintah kejadian (ICS) di
lingkungan rumah sakit / perawatan kesehatan yang membantu rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
manajemen perencanaan, respon, dan pemulihan mereka untuk acara yang direncanakan dan tidak direncanakan
- Supply chain : sebuah sistem organisasi yang di dalamnya terdapat peran-peran dan melakukan berbagai kegiatan,
meliputi informasi, dana dan sumber daya lainnya yang saling terkait dalam pergerakan suatu produk atau jasa dari
pemasok ke pelanggan
1. Mengapa Gempa dengan kekuatan 7 SR di Lombok mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia?
Tertimpa reruntuhan
2. Kenapa bisa menghancurkan rumah warga? Apa syarat tempat mengungsi yang seharusnya?
Kenapa : pergeseran dataran, gelombang dan getaran
Syarat :
o Pemilihan tempat meliputi
Lokasi penampungan seharusnya berada didaerah yang bebas dari seluruh ancaman yang berpotensi
terhadap gangguan keamanan baik internal maupun external;
Jauh dari lokasi daerah rawan bencana;
Hak penggunaan lahan seharusnya memiliki keabsahan yang jelas; diutamakan hasil dari koordinasi
dengan pemerintah setempat;
Memiliki akses jalan yang mudah;
Dekat dengan sumber mata air, sehubungan dengan kegiatan memasak dan MCK;
Dekat dengan sarana-sarana pelayanan sosial termasuk pelayanan kesehatan, olahraga, sekolah dan
tempat beribadah atau dapat disediakan secara memadai.
o Penampungan harus dapat meliputi kebutuhan ruangan :
Posko Pos Watsan (air dan sanitasi)
Pos Pelayanan Komunikasi Pos TMS (terminal Management
Pos Dapur Umum System)
Panduan Mahasiswa 11
Pos PSP (Psikososial Support Program) Pos Assessment
Pos Humas dan Komunikasi Pos Pencarian dan Evakuasi
Pos Relief dan Distribusi
3. Apa saja syarat yang harus dipenuhi sari agar bisa menjadi volunteer?
PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 17 TAHUN 2011
Panca Darma Relawan, Asas dan Prinsip
o Panca Darma Relawan Penanggulangan Bencana
Mandiri
Profesional
Solidaritas
Sinergi
Akuntabel
o Asas : Relawan bekerja berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
o Prinsip Kerja Relawan
Cepat dan tepat Transparansi Tidak menyebarkan agama
Prioritas Akuntabilitas Kesetaraan gender
Koordinasi Kemitraan Menghormati kearifan lokal
Berdaya guna dan Pemberdayaan
berhasil guna Non-diskriminasi
Kewajiban Relawan
a) Mentaati peraturan dan prosedur kebencanaan yang berlaku;
b) Menjunjung tinggi asas, prinsip dan panca darma relawan penanggulangan bencana.
c) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya dalam
d) penanggulangan bencana;
Hak Relawan
a) Memperoleh pengakuan dan tanda pengenal relawan penanggulangan bencana;
b) Mendapatkan peningkatan kapasitas yang berhubungan dengan penanggulangan bencana;
c) Mendapatkan perlindungan hukum dalam pelaksanaan tugas penanggulangan bencana.
4. Kompetensi apa saja yang harus sari punyai agar bisa menjadi petugas medis di lokasi bencana?
Kompetensi Inti dan Subkompetensi untuk Kedokteran Bencana dan Kesehatan Masyarakat
Kompetensi Inti Subkompetensi
1.0 Mendemonstrasikan kesiapsiagaan 1.1 Mempersiapkan rencana penanggulangan bencana pribadi/keluarga
pribadi dan keluarga dalam menghadapi 1.2 Mengumpulkan bekal/peralatan yang sesuai dengan rencana
bencana dan kegawatdaruratan pribadi/keluarga
kesehatan masyarakat 1.3 Menguji coba rencana penanggulangan bencana setiap tahun
1.4 Menjelaskan metode untuk meningkatkan ketahanan pribadi,
termasuk kesehatan fisik dan mental serta kesejahteraan, sebagai
bagian dari perencanaan dan kesiapsiagaan bencana
2.0 Mendemonstrasikan pengetahuan 2.1 Menjelaskan peran seseorang di dalam hierarki manajemen bencana
yang perlu dimiliki seseorang dalam dan rantai komando yang digunakan dalam suatu organisasi/institusi
mengorganisasi dan merencanakan dalam bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
tanggapan komunitas yang akan 2.2 Mempraktikkan rencana penanggulangan bencana pribadi dalam uji
digunakan bila terjadi bencana atau coba dan latihan rutin
kegawatdaruratan kesehatan masyarakat 2.3 Menjelaskan mekanisme pelaporan ancaman kesehatan nyata dan
potensial melalui rantai komando/kekuasaan yang menjadi acuan
pada keadaan bencana atau kegawatdaruratan kesehatan
masyarakat
2.4 Mempersiapkan suatu rencana penanggulangan bencana pribadi
dengan keseluruhan institusi, pengorganisasian, dan/atau rencana
yurisdiksional
3.0 Mendemonstrasikan kewaspadaan 3.1 Mengidentifikasi indikator umum dan petunjuk epidemiologis yang
situasional terhadap bahaya kesehatan mungkin memberi sinyal akan suatu kejadian atau eksaserbasi suatu
nyata/potensial sebelum, selama, dan bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
setelah suatu bencana atau 3.2 Menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mempertahankan
kegawatdaruratan kesehatan masyarakat kewaspadaan situasional sebelum, selama, dan setelah bencana atau
kegawatdaruratan kesehatan masyarakat.
4.0 Berkomunikasi secara efektif dengan 4.1 Menjelaskan prinsip komunikasi risiko krisis dan kegawatdaruratan
pihak lain dalam suatu bencana atau untuk memenuhi kebutuhan pada semua umur dan populasi dalam
kegawatdaruratan kesehatan masyarakat suatu bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
4.2 Mengidentifikasi sumber informasi yang memiliki otoritas dalam
suatu bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
4.3 Mengidentifikasi strategi yang tepat dalam berbagi informasi dalam
suatu bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
4.4 Mengidentifikasi permasalahan dan tantangan budaya dalam
pengembangan dan diseminasi komunikasi risiko dalam suatu
bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
5.0 Mendemonstrasikan pengetahuan 5.1 Menjelaskan risiko kesehatan, keamanan, dan keselamatan secara
dalam upaya penyelamatan diri sendiri umum yang berhubungan dengan bencana dan kegawatdaruratan
yang dapat dilakukan pada saat terjadi kesehatan masyarakat
bencana, atau kegawatdaruratan 5.2 Menjelaskan upaya pengurangan risiko yang dapat
kesehatan masyarakat diimplementasikan untuk mitigasi atau mencegah paparan
berbahaya dalam suatu bencana atau kegawatdaruratan kesehatan
masyarakat
6.0 Mendemonstrasikan pengetahuan 6.1 Menjelaskan dampak potensial suatu kecelakaan yang memakan
akan lonjakan aset kapasitas, yang sejalan banyak korban terhadap akses akan dan ketersediaan sumber daya
dengan peran seseorang dalam klinis dan kesehatan masyarakat dalam suatu bencana atau
perencanaan, institusi, dan/atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
perencanaan tanggapan komunitas 6.2 Mengindentifikasi lonjakan aset kapasitas yang ada yang dapat
didayagunakan dalam suatu bencana atau kegawatdaruratan
kesehatan masyarakat
7.0 Mendemonstrasikan pengetahuan 7.1 Membahas konsekuensi kesehatan fisik dan mental yang umum
akan prinsip-prinsip dan penerapan terjadi pada semua umur dan populasi tertimpa bencana dan
manajemen klinis untuk semua umur dan kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
seluruh populasi yang tertimpa bencana 7.2 Membahas konsekuensi kesehatan fisik dan mental yang umum
dan kegawatdaruratan kesehatan terjadi pada semua umur dan populasi tertimpa bencana dan
masyarakat, sesuai dengan lingkup kegawatdaruratan kesehatan masyarakat Membahas konsekuensi
praktik profesi kesehatan fisik dan mental yang umum terjadi pada semua umur dan
populasi tertimpa bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
masyarakat
7.3 Membahas prinsip dan prosedur bantuan serta penyelamatan hidup
dasar yang dapat digunakan dalam suatu keadaan bencana
8.0 Mendemonstrasikan pengetahuan 8.1 Mengidentifikasi strategi untuk memenuhi kebutuhan fungsional
akan prinsip-prinsip dan praktik dan akses sebagai upaya mitigasi perubahan dalam tubuh yang
manajemen kesehatan masyarakat untuk merugikan kesehatan akibat suatu bencana dan kegawatdaruratan
semua umur dan populasi yang tertimpa kesehatan masyarakat
bencana dan kegawatdaruratan 8.2 Mengidentifikasi semua umur dan populasi dengan kebutuhan
kesehatan masyarakat fungsional dan akses yang mungkin menjadi semakin rentan
terhadap perubahan dalam tubuh yang merugikan kesehatan dalam
suatu keadaan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
masyarakat
8.3 Membahas konsekuensi kesehatan masyarakat yang sering terlihat
dalam suatu bencana dan kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
8.4 Menjelaskan intervensi kesehatan masyarakat yang umum untuk
melindungi kesehatan semua umur dan populasi tertimpa bencana
atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
9.0 Mendemonstrasikan pengetahuan 9.1 Membahas permasalahan etik yang mungkin terjadi pada saat
akan prinsip etis untuk melindungi bencana dan kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
kesehatan dan keamanan semua umur, 9.2 Menjelaskan permasalahan dan tantangan etik terkait standar
semua populasi, dan semua komunitas pelayanan krisis pada suatu bencana atau kegawatdaruratan
tertimpa bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
kesehatan masyarakat 9.3 Menjelaskan permasalahan dan tantangan etik terkait dengan
alokasi sumber daya yang terbatas yang diimplementasikan dalam
suatu bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
10.0 Mendemonstrasikan pengetahuan 10.1 Menjelaskan permasalahan hukum dan peraturan yang mungkin
akan prinsip hukum dalam melindungi terjadi pada suatu bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
kesehatan dan keamanan semua umur, masyarakat
semua populasi dan semua komunitas 10.2 Menjelaskan permasalahan dan tantangan hukum terkait dengan
tertimpa bencana atau kegawatdaruratan standar pelayanan krisis dalam suatu bencana atau
kesehatan masyarakat kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
10.3 Menjelaskan permasalahan dan tantangan hukum terkait dengan
sumber daya yang terbatas yang diimplementasikan dalam suatu
bencana atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
10.4 Menjelaskan statuta hukum terkait dengan pemberian pelayanan
kesehatan yang mungkin diterapkan atau dimodifikasi berdasar
deklarasi suatu negara bagian atau federal dalam suatu bencana
atau kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
11.0 Mendemonstrasikan pengetahuan 11.1 Menjelaskan pertimbangan klinis untuk pemulihan semua umur dan
akan pertimbangan jangka pendek dan semua populasi tertimpa bencana atau kegawatdaruratan kesehatan
jangka panjang untuk pemulihan semua masyarakat
umur, semua populasi, dan semua 11.2 Membahas pertimbangan kesehatan masyarakat dalam pemulihan
komunitas tertimpa bencana atau semua umur dan semua populasi tertimpa bencana atau
kegawatdaruratan kesehatan masyarakat kegawatdaruratan kesehatan masyarakat
11.3 Mengidentifikasi strategi untuk meningkatkan ketahanan individu
dan komunitas tertimpa bencana atau kegawatdaruratan kesehatan
masyarakat
11.4 Membahas pentingnya memantau dampak bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan masyarakat terhadap kesehatan
mental dan fisik terhadap penolong dan keluarganya
Kecakapan Relawan
Relawan penanggulangan bencana perlu memiliki kecakapan-kecakapan atau keterampilan khusus yang
dibutuhkan dalam penanggulangan bencana. Kemahiran relawan dapat digolongkan dalam kelompok kecakapan
berikut:
o Perencanaan
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau memiliki pengalaman terlibat dalam perencanaan
penanggulangan bencana dapat mendukung proses perencanaan kontinjensi, perencanaan tanggap
darurat dan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
o Pendidikan
Relawan yang terdidik sebagai pendidik dan/atau berpengalaman menyelenggarakan pendidikan dalam
situasi darurat dan pasca bencana dapat membantu petugas dalam penyelenggaraan pendidikan bagi
para penyitas bencana terutama anak-anak yang masih berada dalam usia sekolah.
o Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan
Relawan yang terdidik dan/atau berpengalaman dalam bidang Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
pemetaan dapat mendukung petugas dalam mengadakan pemetaan dengan menggunakan sistem
informasi geografis dalam situasi tidak ada bencana, saat tanggap darurat maupun pada tahap pasca
bencana.
o Pelatihan, Geladi dan Simulasi Bencana
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam bidang pelatihan, geladi dan
simulasi bencana dapat mendukung masyarakat dalam peningkatan kesiapsiagaan bencana melalui
pelatihan, geladi dan simulasi bencana.
o Kaji Cepat Bencana
Relawan yang pernah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam kaji cepat bencana dapat
mendampingi para petugas kaji cepat dalam melakukan pendataan korban, pengungsi dan kerusakan
serta kerugian akibat bencana.
o Pencarian dan Penyelamatan (SAR) dan Evakuasi
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam bidang ini dapat membantu
dalam upaya pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban bencana.
o Transportasi
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam transportasi darurat dapat
mendukung para petugas tanggap darurat dalam mengelola transportasi dalam situasi darurat bencana.
o Logistik
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam bidang logistik bencana dapat
membantu para petugas dalam mengelola penerimaan, penyimpanan dan distribusi logistik bencana,
termasuk pencatatan dan pelaporannya.
o Keamanan Pangan dan Nutrisi
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung
para petugas dalam menjaga kecukupan pangan dan status nutrisi para penyitas bencana dalam
penampungan sementara.
o Dapur Umum
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam bidang pengelolaan dapur
umum dapat mendukung para petugas dalam menyiapkan makanan bagi para penyitas bencana dalam
penampungan sementara, termasuk menjaga kecukupan, kualitas dan kehigienisan makanan yang
disiapkan.
o Pengelolaan Lokasi Pengungsian dan Huntara
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung
para petugas dalam mengelola lokasi penampungan bagi para penyitas bencana.
5. Apa saja kemungkinan pelayanan medis yang sudah dilakukan oleh rumah sakit setempat?
Penerapan Rencana Penatalaksanaan Korban Bencana Massal Rumah Sakit
a. Penerimaan di Rumah Sakit dan Pengobatan : menetapkan prioritas dan aktivitas dari keseluruhan petugas.
Prosedur terapetik harus dipertimbangkan secara ekonomis baik mengenai sumber daya manusia
maupun material.
Penanganan medis ini pertama harus disederhanakan dan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan
menghindari komplikasi atau masalah sekunder yang besar:
Prosedur yang distandarisasi (telah ditetapkan secarasungguh-sungguh), seperti tindakan
debridemen yang diperluas, penundaan penutupan luka primer, penggunaan bidai dibandingkan
perban sirkuler, dapat memberikan penurunan mortalitas dan kecacatan jangka panjang yang
berarti.
Individu dengan pengalaman yang terbatas, dapat melakukan prosedur sederhana secara cepat dan
efektif, dalam beberapa keadaan. Teknik yang lebih canggih dan membutuhkan individu terlatih dan
peralatan yang kompleks serta peralatan yang banyak (seperti perawatan luka bakar yang besar)
bukan merupakan investasi sumber daya yang bijaksana dalam penanganan cedera massal.
Yang harus dilakukan saat ini :
o Proses Penyiagaan :
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada Unit Gawat Darurat
(melalui telepon atau radio).
Kepala penanganan korban massal yang ditunjuk di Rumah sakit harus mengaktifkan rencana
penanganan korban massal. Dan mulai memanggil tenaga penolong yang dibutuhkan.
o Mobilisasi
Jika bencana terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit, Tim Siaga Penanggulangan
Bencana di Rumah Sakit akan segera diberangkatkan ke lokasi kejadian. Jika bencana tersebut
terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari Rumah Sakit, tim tersebut hanya akan
diberangkatkan berdasarkan permintaan Tim Kesehatan Daerah.
o Pengosongan Fasilitas Penerima Korban
Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di Rumah Sakit untuk menampung
korban bencana massal yang akan dibawa ke Rumah Sakit tersebut.
Untuk menampung korban, Pos Komando Rumah Sakit harus segera memindahkan para
penderita rawat inap yang kondisinya telah memungkinkan untuk dipindahkan.
o Perkiraan Kapasitas Rumah Sakit
Daya tampung Rumah Sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah tempat tidur yang
tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat korban.
Dalam suatu kecelakaan massal, “permasalahan” yang muncul dalam penanganan korban
adalah kapasitas perawatan Bedah dan Unit Perawatan Intensif.
Korban dengan trauma multipel, umumnya akan membutuhkan paling sedikit dua jam
pembedahan.
Jumlah kamar operasi efektif (mencakup jumlah kamar operasi, dokter bedah, ahli anestesi
dan peralatan yang dapat berjalan secara simultan) merupakan penentu kapasitas perawatan
Bedah, dan lebih jauh kapasitas Rumah Sakit dalam merawat korban.
b. Penerimaan Pasien
Yang harus diperhatikan saat ini :
o Lokasi : Tempat penerimaan korban di Rumah Sakit adalah tempat dimana triase dilakukan. Untuk hal
itu dibutuhkan:
Akses langsung dengan tempat dimana ambulans menurunkan korban
Merupakan tempat tertutup
Dilengkapi dengan penerangan yang cukup
Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperti : Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, dan
Unit Perawatan Intensif.
o Tenaga Pelaksana : Petugas triase di Rumah Sakit akan memeriksa setiap korban untuk konfirmasi
triase yang telah dilakukan sebelumnya, atau untuk melakukan kategorisasi ulang status penderita.
Jika penatalaksanaan pra Rumah Sakit cukup adekuat, triase di Rumah Sakit dapat dilakukan oleh
perawat berpengalaman di Unit Gawat Darurat
c. Evakuasi Sekunder
o Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tamping Rumah Sakit terlampaui, atau korban
membutuhkan perawatan khusus (mis., bedah saraf), korban harus dipindahkan ke Rumah Sakit lain yang
menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita.
o Pemindahan seperti ini dapat dilakukan ke Rumah Sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau provinsi lain,
atau bahkan ke negara lain.
6. Mengapa bantuan logistic medic harus ada? Apa saja contohnya ? apa permasalahan yang mungkin ada dan bagaimana
manajemennya?
Mengapa : karena penting Untuk penanggulangan akibat dari bencana diperlukan berbagai upaya dan dukungan
semua bentuk sumber daya, baik sumber daya manusia maupun material penunjang lainnya. Pada bidang kesehatan
selain sumber daya manusia (SDM), juga sangat diperlukan, baik dalam periode emergency maupun non emergency,
sarana penunjang pokok berupa logistik medis maupun non-medis
Contohnya : Logistik medis seperti obat-obatan, peralatan medis habis pakai, peralatan untuk tindakan medis,
maupun peralatan perawatan, merupakan penunjang utama tindakan medis mulai dari yang ringan sampai yang
berat (operasi besar)
o Bentuk ;
Obat-obatan
Peralatan medis habis pakai
Peralatan medis tidak habis pakai
Peralatan keperawatan
Peralatan operasi/pembedahan dan pendukungnya.
Permasalahannya :
a. Fungsi perencanaan/pemilihan. : Dimana dalam waktu yang sangat pendek harus dapat menyusun dan memilih
kebutuhan log-med. Perencanaan atau pemilihan log-med yang tidak baik akan berakibat kebutuhan log-med akan
mengalami kekurangan atau akan berlebih (pemborosan).
b. Fungsi penyediaan / pengadaan. : Dalam waktu yang sangat pendek harus tersedia log-med dengan jenis dan
jumlah yang mencukupi.Ketersediaan log-med dapat dengan cara meminta bantuan cadangan nasional,
propinsi, kabupaten/kota atau dengan crash program melakukan pembelian - pembelian kebutuhan log-med.
Permasalahan yang dihadapi antara lain dana yang tersedia terbatas, barang yang diperlukan tidak ada dipasaran,
harus diimport sehingga memerlukan waktu yang lama.
c. Penerimaan-penyimpanan log-med. : Dalam waktu yang singkat menyediakan tempat penerimaan,
penyimpanan, pengamanan barang / log-med. Permasalahan disini cukup komplek disisi lain tempat dan SDM
sangat minim, sedangkan log-med yang diterima volumenya besar dan datang dalam waktu relatif bersamaan,
baik dari pengadaan sendiri maupun dari bantuan-bantuan. Padahal sebagai penerima barang harus diteliti:
labelnya, packingnya, jenis barang, jumlah tiap jenis barang, rusak/tidak, batas kedaluarsa, ada/tidaknya
persyaratan khusus penyimpanan.
d. Dalam waktu yang singkat harus mendistribusikan log-med kedaerah-daerah yang memerlukan log-med. Masalah
dalam hal distribusi log-med kedaerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan atau tidak terjangkau oleh
klinik mobil karena sulit untuk mencapainya.
e. Dalam situasi serba darurat menyiapkan pencatatan dan pelaporan pemakaian log-med
Manajemennya :
A) Perencanaan Bantuan Logistik
1) Perencanaan bantuan logistik merupakan langkah awal untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan
bantuan peralatan, baik jenis, jumlah, spesifikasi, waktu dan tata cara pendistribusian bantuan logistik.
2) Kebutuhan bantuan logistik dapat berasal dari permintaan BPBD Kabupaten/Kota dan BPBD Provinsi, atas
dasar laporan kajian dari Tim Reaksi Cepat (TRC) dan inisiatif BNPB.
3) Permintaan bantuan logistik pada saat pra dan pasca bencana ditujukan sebagai stok penyangga (buffer
stock) gudang-gudang BPBD Kabupaten/Kota, BPBD Provinsi dan UPT.
4) Permintaan bantuan logistik pada tahap tanggap darurat ditujukan untuk membantu pencarian,
penyelamatan dan evakuasi korban dan pemulihan fungsi sarana dan prasarana vital yang rusak akibat
bencana.
B) Pengadaan Bantuan Logistik
Pengadaan bantuan logistik dapat diklasifikasikan sesuai dengan tahapan bencana, sebagai berikut:
1) Pengadaan bantuan logistik bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat.
2) Pada saat pra dan pasca bencana pengadaan bantuan logistik dilakukan sesuai dengan Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
3) Pada saat terjadi bencana, pengadaan logistik dilakukan dengan cara: a. Pengadaan yang bersumber dari
pengerahan bantuan logistik Instansi/Lembaga, Dunia Usaha dan Masyarakat . b. Dalam keadaan tertentu
dan keadaan khusus sesuai Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dapat dilaksanakan melalui mekanisme Penunjukan Langsung. c. BNPB
menggunakan dana siap pakai yang dialokasikan dalam APBN. d. BPBD dapat menggunakan dana siap pakai
yang dialokasikan dalam APBD. e. Bantuan logistik dari Luar Negeri dikoordinasikan oleh BNPB.
C) Pendistribusian Bantuan Logistik
Distribusi bantuan logistik untuk penanggulangan bencana dilaksanakan dengan ketentuan dan berdasarkan
sebagai berikut:
1) Perencanaan kebutuhan dan permintaan bantuan, harus mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang dibidang penanggulangan bencana.
2) Data penerima bantuan, waktu pendistribusian, alat transportasi yang digunakan.
3) Inisiatif dari pejabat berwenang dalam penanggulangan bencana
4) Data penerima bantuan, waktu penyampaian, alat transportasi yang digunakan
5) Petugas penditribusian menyampaikan bantuan logistik kepada penerima
6) Sisa bantuan logistik yang selesai digunakan diperlakukan dengan cara:
a. Dihibahkan kepemilikannya dan menjadi stok penyangga gudang di daerah.
b. Barang logistik yang dialihkan kepemilikannya atau tidak dapat digunakan atau tidak dapat dimanfaatkan
atau hilang atau musnah dapat dilakukan penghapusan.
7. Bagaimana koordinasi atau Hospital Incident Command System rumah sakit saat terjadi suatu bencana?
Terdiri dari
o Incident commander Petugas informasi publik Petugas penghubung Petugas keamanan
Kepala logistik Kepala perencanaan Kepala keuangan Direktur staf medis Kepala
operasional Kekhususan dari tiap2 RS
8. Perencanaan apa saja yang mereka lakukan untuk menanggulangi bencana? HDP
Melakukan perencanaan dengan konsep HDP
o Konsep dasar suatu HDP adalah: • Melindungi semua pasien, karyawan, dan tim penolong • Respon yang
optimal dan efektif dari tim penanggulangan bencana yg berbasis pada struktur organisasi RS sehari-hari.
Pada situasi bencana yang terjadi diluar RS, hasil yg diharapkan dari HDP adalah:
o Korban dalam jumlah yang banyak mendapat penanganan sebaik mungkin, melalui Optimalisasi kapasitas
penerimaan dan penanganan pasien, dan Pengorganisasian kerja secara profesional, sehingga Korban/pasien
tetap dapat ditangani secara individu, termasuk pasien yg sudah dirawat sebelum bencana terjadi.
untuk penanganan korban di luar RS, bantuan medis diberikan dalam bentuk pengiriman tenaga medis maupun
logistik medis yang diperlukan.
Pada kasus dimana bencana terjadi didalam RS (Internal Disaster), seperti terjadinya kebakaran, bangunan roboh
dsb, target dari HDP adalah :
o Mencegah timbulnya kroban manusia, kerusakan harta benda maupun lingkungan, dengan cara:
Membuat protap yang sesuai
Melatih karyawan agar dapat menjalankan protap tersebut
Memanfaatkan bantuan dari luar secara optimal.
o Mengembalikan fungsi normal RS secepat mungkin
9. Bagaimana bentuk pelayanan terhadap pengungsi yang jumlahnya ribuan jiwa? Bagaimana aturan dan mekanisme yang
dilakukan pemerintah dalam penyiapan dana untuk keberlangsungan hidup para pengungsi?
Aturan dan mekanisme penyiapan dana
o Dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah
yang mana pemerintah dan pemerintah daerah juga mendorong partisipasi masyarakat di dalamnya
sebagaimana disebut dalam Pasal 60 angka (1) dan (2) UU 24/2007
o Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, pemerintah memiliki tanggung jawab, antara lain meliputi :
pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan dan belanja negara yang
memadai; Pasal 6 UU 24/2007
pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai. Pasal 6 UU 24/2007
Pemerintah daerah juga turut memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
yang salah satunya meliputi pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan
belanja daerah yang memadai (lihat Pasal 8 huruf d UU 24/2007).
Kesimpulan sumber dana : bahwa dana penanggulangan bencana itu bersumber dari APBN dan APBD. Pada saat
tanggap darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana ("BNPB") menggunakan dana siap pakai yang disediakan
oleh Pemerintah dalam anggaran BNPB
Menurut Pasal 3 PP 22/2008, pengaturan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana meliputi:
o sumber dana penanggulangan bencana;
Adapun dana penanggulangan bencana itu berasal dari [Pasal 4 ayat (2) PP 22/2008]:
APBN;
APBD;
masyarakat.
o penggunaan dana penanggulangan bencana;
o pengelolaan bantuan bencana; dan
o pengawasan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana.
Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana dalam APBN dan APBD itu
secara memadai dan anggaran itu disediakan pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat bencana, dan pasca
bencana (lihat Pasal 5 ayat (1) dan (2) PP 22/2008].
Bencana tsunami yang pernah memakan banyak korban jiwa di Aceh, kembali terjadi di Kabupaten Pandeglang. Berbeda
dengan penyebab tsunami di Aceh, bencana tsunami kali ini disebabkan oleh erupsi gunung anak Krakatau. Gempa dan erupsi
yang beberapa kali terjadi di Indonesia, dikarenakan Indonesia berada di jalur ring of fire. Setelah ditetapkan status tanggap
darurat di Kabupaten Pandeglang, Bantuan dari lembaga kemanusiaan nasional dan internasional sudah mulai berdatangan di
lokasi bencana. Sinta yang merupakan dokter di salah satu rumah sakit di Aceh ikut serta menjadi relawan di Pandeglang. Di
lokasi kejadian, Sinta melihat tenaga medis sudah mulai memberikan pengobatan gratis untuk korban bencana dan Sinta ikut
memantau aktivitas Rapid Health Assesment disana.
Sinta yang berpartisipasi menjadi relawan di lokasi bencana membuat laporan kondisi yang ditemukan di lapangan dalam
segi kesehatan, seperti bagaimana disaster preparedness disana, bagaimana acute medical response-nya, kebutuhan air dan
sanitasi, kebutuhan pangan, pengelolaan terhadap kelompok rentan (vulnerable groups) serta aspek kesehatan jiwa dan
psikososial para korban tsunami. Bagaimana Saudara menjelaskan respon terhadap bencana khususnya di bidang kesehatan?
Term
Panduan Mahasiswa 11
Modul 4
PATIENT SAFETY DAN TANATOLOGI (ASPEK MEDIKOLEGAL)
Belajar Patient Safety dan Forensik
Hari ini dr. Aisyah mendapat giliran jadwal jaga di IGD. Karena tidak ada pasien ia menonton siaran di televisi bersama
beberapa orang perawat. Pada saat itu terdapat berita mengenai seorang dokter yang dilaporkan pada pihak yang berwajib
karena tidak mampu menyelamatkan nyawa pasiennya. Menurut keluarga, pasien mengalami kecelakaan yang menyebabkan
tulang rusuknya patah. Kemudian dokter menganjurkan untuk dilakukannya operasi cito. Saat dilakukan pembiusan, ketika
dokter memasukkan gas N2O dan O2, keadaan tiba-tiba berubah, tubuh pasien bereaksi tidak seperti yang dikehendaki. Dokter
melakukan penanganan. Kondisi pasien kembali normal. Dokter kembali melanjutkan tindakan operasi. Saat tindakan operasi
akan berakhir, tiba-tiba tekanan darah pasien drop. Segala usaha standar prosedural kedokteran dilakukan untuk
menyelamatkan pasien. Ternyata pasien tidak dapat diselamatkan. Dokter segera menemui keluarga. Dokter menyampaikan
kejadian yang dialami pasien. Pihak keluarga tidak dapat menerima hal yang disampaikan dokter karena kecewa dengan
komunikasi dokter yang buruk. Salah satu keluarga pasien menghubungi pengacara dan melaporkan pihak rumah sakit dan
dokter untuk dijerat dengan pasal 359 KUHP juncto Pasal 84 Ayat 2 Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014. dr. Aisyah teringat
akan seminar kedokteran yang diikutinya beberapa hari lalu terkait patient safety yang saat ini sudah menjadi gerakan
international. Ia juga berniat akan mempelajari pula sistem pelaporan dalam patient safety.
Tiba-tiba dr. Aisyah dan perawat dikejutkan dengan datangnya ambulan yang membawa jenazah perempuan usia 26 tahun.
Selanjutnya dokter melakukan Visum et repertum (VeR) atas permintaan penyidik. Menurut dari hasil identifikasi dokter ahli
forensik, pada pemeriksaan luar didapatkan tanda-tanda mati lemas berupa wajah membiru, bibir dan selaput lendir mulut
berwana kebiruan, bintik-bintik perdarahan pada konjungtiva palpebra, buih halus pada rongga mulut dan tercium bau amandel.
Selain itu terlihat ujung jari dan jaringan dibawah kuku kebiruan. Dokter memperkirakan telah terjadi kematian molekuler, salah
satunya ditemukan livor mortis berupa livor mortis berwarna merah terang dan dapat hilang dengan penekanan pada daerah
punggung, lengan bawah bagian depan, bokong dan tungkai. Dokter masih mencurigai hasil penemuan tersebut, apakah korban
bunuh diri atau dibunuh. Selanjutnya dokter melakukan pemeriksaan dalam dan meminta pemeriksaan penunjang laboratorium
forensik. dr. Aisyah bertanya, mengapa korban tidak diotopsi saja? Bagaimana Saudara mencermati kedua kasus diatas?
Term
Panduan Mahasiswa 17
Modul 5
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN
Stase Radiologi
Reni dokter muda yang baru saja menjalani kepaniteraan klinik senior. Hari ini merupakan hari pertamanya di stase
ilmu radiologi. Ia dan teman-teman sekelompoknya sedang mendengarkan materi yang disampaikan konsulen mengenai alat-
alat kedokteran yang canggih sebagai penunjang diagnostik, teknologi terapi, dan rehabilitasi medik. Mereka diajak berkeliling
untuk melihat alat-alat tersebut. Tampak alat x-ray, CT-scan, dan USG. Selanjutnya mereka menuju ruangan rehabilitasi medik,
disana ia melihat alat prostetik dan ortotik, diantaranya kaki palsu, diantaranya shoulder disarticulation prosthesis dan hip knee
ankle foot orthose serta sejumlah alat seperti Microwave Diathermy (MWD), Infra Red Lamp Radiation (IRR), EMG Biofeedback,
traksi lumbal dan cervical, dan lain-lain. Disebelahnya ada ruangan fisioterapi. Ia juga meihat alat traksi lumbal dan cervical,
SWD, dan TENS. Banyak modalitas kedokteran yang tidak ia ketahui kegunaannya. Reni hanya lewat di depan ruangan
radioterapi dan kemoterapi, ia tidak dibenarkan untuk masuk padahal sebenarnya ia ingin sekali tahu alat-alat yang ada di dalam
ruangan tersebut.
Reni dan teman-temannya selanjutnya melewati ruang operasi yang didepannya terdapat jadwal operasi sejumlah
pasien, salah satunya adalah skin graft pada pasien luka bakar dan pemasangan silikon pada payudara. Tidak hanya itu, ia juga
sangat penasaran dengan pemanfaatan robotic machinery, laser serta radioterapi dalam bidang kedokteran serta pemanfaatan
biomaterial misalnya pada vascular grafts, intraocular lenses, dan lain-lain, juga penggunaan metal prothese seperti artificial ear
drum yang menggunakan jenis stainless steel, cochlear implant dari bahan platinum, dan sebagainya. Bagaimana Anda
menjelaskan kasus di atas?
Reni benar-benar kagum, ia berniat untuk mempelajari berbagai modalitas dan kegunaanya dan ingin menjadi seorang dokter
spesialis radiologi kelak.. Bagaimana Anda menjelaskan kasus di atas?
Term
Panduan Mahasiswa 17
Modul 6
FITOFARMAKA DAN UJI FARMAKOLOGI OBAT
Cari Tau Fitofarmaka!
Fito merasakan sakit perut sejak tadi pagi. Lalu ibunya memberikan jamu kemasan yang biasa diminum saat sakit perut
dan mengoleskan minyak urut pada perut Fito. Beberapa jam kemudian sakit perutnya sudah berkurang dan perutnya terasa
lebih nyaman. Ibu Fito adalah seorang penjual jamu, ia jarang minum obat dokter jika sedang sakit. Ibu Fito lebih memilih untuk
meminum air rebusan tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah. Kakak Fito merupakan mahasiswa FK tahun kedua, ia sedang
mengerjakan tugas mengenai klasifikasi, taksonomi dan nama zat aktif yang terkandung didalam tumbuhan. Selain itu, ia juga
harus mencari informasi mengenai logo produk sebagai berikut:
A B C
Setelah banyak membaca, kakak Fito menemukan informasi bahwa sebelum dikonsumsi ternyata obat harus menjalani
serangkaian uji preklinik termasuk uji pada hewan coba seperti galur tertentu pada mencit, kelinci, dan lain-lain serta
menghitung dosis hewan coba ke manusia sehingga diperlukan konsep dasar dan persiapan uji preklinik secara in vivo dan in
vitro.Selanjutnya obat memasuki tahap uji klinik yang harus memenuhi aspek etika antara lain adanya protokol yang telah
mendapatkan ethical clearance dari komisi etik penelitian.
Bagaimana Anda menjelaskan kasus di atas?
Term
Panduan Mahasiswa 21
Lampiran 1
Tim Pengelola
Panduan Mahasiswa 22