Rangkuman DMS Minggu 1 (Fsi) PDF
Rangkuman DMS Minggu 1 (Fsi) PDF
BLOK
DERMATOMUSKULOSKELETAL
MINGGU KE - 1
FORUM STUDI ISLAM IBNU SINA
DAFTAR ISI
II. Mikrobiologi
1.1 Jamur Penyebab Penyakit Kulit
III.Parasitologi
1.1 Parasit Penyebab Penyakit Kulit
V. Farmakologi
1.1 Agen Antifungal
BAB I
ILMU KEDOKTERAN KULIT DAN KELAMIN
STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT
KULIT
→organ tubuh paling luar membatasi lingkungan hidup manusia yang memudahkan
pengamatan baik dalam kondisi normal atau sakit.
→organ terbesar pada tubuh manusia dengan berat 5 kg dan luas 2 m2
→sifatnya kompleks, elastis &sensitif serta bervariasi sesuai iklim, umur, sex, ras ,
area tubuh.
*Kulit berdasarkan area tubuh : kulit yang tidak berambut →glabrosa, ditemukan
pada telapak tangan dan telapak kaki.
*Kulit glabrosa kira-kira 10x lebih tebal dibandingkan kulit yang tipis (di daerah
lipatan (fleksural)).
*Kulit glabrosa kaya akan kelenjar keringat tapi miskin kelenjar sebasea.
*Kulit yang berambut :folikel dan kelenjar sebasea.
1. Epidermis
- Lapisan kulit dinamis, senantiasa beregenerasi, berespons terhadap rangsnagan
luar maupu dalam tubuh manusia.
- Tebalnya bervariasi : 0,4-1,5 mm
- Penyusun terbesar : keratinosit (diantara keratinosit ada sel Langerhans,
melanosit, dan terkadang sel Merkel dan limfosit).
- Susunan epidermis terbagi menjadi berlapis-lapis yg menggambarkan proses
diferensisasi (keratinisasi) yang dinamis untuk fungsi sawar kulit pelindung tubuh
dari luar.
a. Stratum Korneum (teratas) (protoplasma : keratin)
- CCE (comified cell envelope) yang mulai dibentuk pada s. korneum akan
megalai penataan bersama dengan lipid yang dihasilkan oleh LG (lamellar
granules)→struktur khusus yg dibentuk oleh keratinosit s. spinosum.
- Susunan kedua komponen sawar kulit tsb disebut brick-and-mortar,
CCE menjadi batu bata yang diliputi oleh lipid sbg semen di
sekitarnya.
- Matriks lipid ekstraseluler ampuh menahan air dan jg mengatur
permeabilitas, deskuamasi, aktivitas peptida antimikroba, ekslusi
toksin dan penyerapan kimia scr selektif.
- Komeosit lebih berperan dalam memberi penguatan thd trauma
mekanis, produksi sitokin yang memulai proses peradangan serta
perlindungan thd sinar uv.
b. Stratum Lucidum (protoplasma : protein : eleiden)
- Lapisan tipis transparan dari sel kulit mati pada epidermis. Lapisan ini
ditemukan di bawah stratum korneum kulit tebal, seperti pada telapak
tangan dan telapak kaki.
- Keratinosit dari stratum lusidum tidak memiliki batas-batas tegas dan
penuh dengan eleidin, bentuk peralihan keratin.
- Sel-sel dari stratum lusidum rata dan mengandung zat berminyak yang
merupakan hasil dari disintegrasi lisosom. Zat inilah yang memberikan
sifat tahan air stratum lusidum sehingga juga disebut lapisan
penghalang kulit.
c. Stratum Granulosum (protoplasma : butir kasar : keratohialin)
- Keratinosit s. granulosum mengandung keratohyaline granules (KG)
- KG mengandung profilagrin dan loricrin yang penting dlm
pembentukan CCE.
- Keratinosit pada stratum ini berapoptosis sendiri
d. Stratum Spinosum (protoplasma jernih : glikogen)
- keratinosit s. spinosum memiliki bentuk poligonal, berukuran >
keratinosit s. basale.
- Mikroskopik: terlihat struktur miirp taji (spina) pada permukaan
keratinosit sbg peyambung antar keratinosit → desmosom.
→desmosom memberi kekuatan pada epidermis untuk menahan trauma
fisis di permukaan kulit.
→pada penyakit autoimun spt pemfigus, terjadi gangguan thd
pembentukan desmoglein sehingga keratinosit tidak lagi terhubung satu
dengan yang lain (akantolisis).
- Pada s. spinosum dan s. granulosum terdapat sel Langerhans (SL), sel
dendritik yang merupakan sel penyaji antigen yang berperan penting
dalam pertahanan imunologik.
e. Stratum Basale
- Keratinosit s. basalis berbentuk toraks, berjajar di atas lapisan struktural
yang disebut basal membrane zone (BMZ).
- Keratinosit basal berdiri kokoh di atas BMZ karena protein struktural
yang memaku membran sitoplasma keratinosit pada BMZ →
hemidesmosom.
- Beberapa jenis hemidesmososm : BPAg dan integrin (gangguan pada
struktur ini→kulit idak dapat menahan trauma mekanik)
→pada penyakit pemfigoid bulosa, reaksi autoimun yang menghancurkan
BPAg menyebbakan timbulnya celah subepidermal yang terletak antara
keratinosit basal dan BMZ.
- terdapat 3 subpopulasi keratinosit di s. basalis:
1. sel punca (stem cells)
2. transient amplifying cells (TAC)
3. sel pascamitosis (post-mitotic cells).
- Sitoplasma keratinosit banyak mengandung melanin, pigmen warna yang
tersimpan dalam melanosom.
- Melanin mensitesis melanin dan mendistribusikannya pd sekitar 36
keratinosit di s. basalis.
- melanin yang tersebar dalam keratinosit memberikan warna secara
keseluruhan pada kulit seseorang.
- melanin juga dapat enyerap sinar uv yang berbahaya bagi DNA.
3. Subkutis
→ terdiri atas sel-sel lemak (bulat, besar, inti pinggir) menyusun jaringan
lemak yang mampu mempertahankan suhu tubuh, dan merupakan cadangan
energi, menyediakan bantalan yang meredam trauma melalui permukaan kulit
VASKULARISASI
- Dermis → pleksus superfisialis
- Subkutis → pleksus profunda
- Pl. dermis bagian atas anastomose : papil dermis
- Pl. subkutis & pars retikulare : anastome →pembuluh darah jadi >
MORFOLOGI KELAINAN KULIT
DAN STATUS PENYAKIT KULIT
I. EFLORESENSI
Efloresensi kulit adalah kelainan kulit yang dapat dilihat secara langsung oleh
mata tanpa menggunakan alat bantu apapun dan bila perrlu dapat diperiksa dengan
perabaan. Efloresensi kulit dapat berubah oleh karena proses patologik ataupun
faktor luar (garukan). Efloresensi dibagi 2, yaitu : efloresensi primer (kelainan
yang pertama) dan sekunder (setelah terjadi perubahan).
A. EFLORESENSI PRIMER
g. Papul : penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, dm: > ½ cm, dan
berisi zat padat.
B. EFLORESENSI SEKUNDER
B. SUSUNAN/BENTUK
2. Anular : lingkaran
D. PENYEBARAN
1. Sirkumskrip : batas
tegas
3. Generalisata :
sebagian besar tubuh
4. Regional : daerah
tertentu
8. Diskret : terpisah
10. Unilateral : mengenai sebelah badan (ex : tangan kanan dan kaki
kanan)
II. DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
• RPD
2. PEMERIKSAAN FISIK
• Kerokan kulit
4. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
5. TALAK
6. FOLLOW UP
TUMOR KULIT
KLASIFIKASI
• Berdasarkan Pertumbuhan
o Tumor Jinak
▪ Keratosis seboroik
▪ Nevus pigmentosus
▪ Siringoma
▪ Trikoepitelioma
▪ Xanthelesma
▪ Dermatofibroma
▪ Keloid
o Pre-kanker
▪ Keratosis aktinik
▪ Penyakit Bowen
▪ Leukoplakia
▪ Fibroepitelioma
▪ Giant condiloma
▪ Liken sklerosus
▪ Xeroderma pigmentosum
o Tumor Ganas (Penjelasan dibawah)
▪ Basalioma
▪ Skuamus sel karsinoma
▪ Melanoma maligna
DIAGNOSIS
• Riwayat Penyakit
o Kapan pertama kali muncul?
o Dimana?
o Perdarahan? / Nyeri? / Pembengkakan?
o Riwayat keluarga?
o Apakah tumor pernah dioperasi sebelum ?
o RIwayat kesehatan ?
o Pengobatan ?
• Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan umum
o Pemeriksaan tumor : A-B-C-D-E
▪ A : Asymetry
▪ B : Border
▪ C : Color
▪ D : Diameter
▪ E : Enlargement
• Pemeriksaan Laboratorium.
• Patologi anatomi
o Pemeriksaan dilakukan dengan biopsi dengan metode eksisi, punch
biopsy, fine needle biopsy
PENJELASAN TUMOR GANAS
1. BASALIOMA
• Definisi
Basalioma merupakan tumor ganas kulit yang berasaldari sel epidermal
pluripotensialatau dari epidermis/adneksanya
Sinonim :
- Basal cell carcinoma
- Basal cell epithelioma
- Ulcus roden / Rodent ulcer
• Epidemiologi
o Umur : diatas 40 years
o Sex : laki-laki > wanita
o Ras : jarang pada orang kulit hitam
• Faktor Predisposisi
o Lingkungan : Radiasi, bahan kimia : arsen, pekerjaan -> sinar
matahari, dan trauma (ulkus sikatriks)
o Genetik : Xeroderma pigmentosum, nevoid basal cell carcinoma
syndrome, dan albinism
• Gejala Klinik
o Distribusi : pada daerah yang terkena sinar matahari
o Tumor bersifat invasif
o Jarang mempunyai anak sebar
o Dapat merusak jaringan sekitarnya
o Cendrung residif
o Warna : Pink atau merah, coklat sampai hitam
o Palpasi : Keras, firm, bisa ada kista
o Bentuk : bulat, oval, bag tengah ada cekungan (umbilicated)
• Varian
o Noduloulcerative type
o Sclerosing type (“morphea-like” type)
o Superficial (multicentric) type
o Pigmented type
• Patologi Anatomi
o Lokasi :Lapisan epidermis & dermis
o Process :Sel basal atipikal yang berproliferasi dengan jumlah stroma
yang bervariasi
• Tatalaksana
o Bedah : Skalpel, listrik, atau beku
o Radiotherapi
o Topikal : 5 fluoro uracyl, dengan dosis 4- 6 mg
2. SKUAMUS SEL KARSINOMA
• Definisi
Skuamus sel karsinoma merupakan proliferasi sel ganas yang berasal dari
sel keratinosit epidermis
Sinonim :
o Epitelioma sel skuamosa
o Karsinoma sel prickle
o Karsinoma epidermoid
o Pavement epithelioma
o Karsinoma Bowen
• Epidemiologi
o Umur : 40 - 50 years
o Sex : laki-laki > wanita
o Ras : lebih sering pada kulit putih
• Etiologi
o Sinar matahari
o Ras/herediter
o Faktor genetik
o Arsen inorganik
o Radiasi
o Faktor Hidrokarbon
o Sikatriks, keloid, ulkus kronik
• Gejala Klinis
o Distribusi : pada daerah yang terkena sinar matahari
o Nodus yang keras dg batas tidak tegas
o Permukaan licin -> verukosa/papilloma
o Dijumpai skuamasi kemudian menjadi keras, membesar ke
samping dan jar. lebih dalam
o Invasi ke jar. lunak, otot, serta tulang
o Ulserasi : mulai dari tengah, diikuti pbtk krusta dg pinggir yg keras
& mdh berdarah
• Pengobatan
o Mirip seperti basalioma
o Untuk kasus yang undifferentiated type -> tindakan lebih agresif
(bedah/radiasi)
• Histopatologi
o Bentuk Intradermal : keratosis solaris, kornu kutanea,keratosis
arsenikal, penyakit bowen
o Bentuk Invasif
Dapat terjadi dari :Bentuk intradermal, bentuk pra kanker, dan de
novo (kulitnormal)
• Prognosis
o Tergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan, dan kerjasama
antara os dan dokter
3. MELANOMA MALIGNA
• Definisi
Melanoma disebabkan oleh transformasi keganasan dari sel melanocyt
Sinonim :
o Epitelioma sel skuamosa
o Karsinoma sel prickle
o Karsinoma epidermoid
o Pavement epithelioma
o Karsinoma Bowen
• Epidemiologi
o Umur : 30-60tahun
o Sex : laki-laki dan wanita seimbang
• Etiologi
o Belum diketahui
o Dipengaruhi oleh beberapa faktor : Faktor keganasan, Iritasi yg
berulang pd tahi lalat, dan faktor herediter
• Gejala Klinis
o Bentuk dini sulit dibedakan dengan tumor lainnya
o MM → fatal jika telah metastase jauh
o Lokasi : ektremitas bawah >>, badan, kepala,leher danektremitas
atas
• Bentuk
Bentuk Superficial Bentuk Nodular Lentigo Maligna
Melanoma
▪ Paling sering ditemukan Kasus : 32 % Merupakan 14 %
▪ Bercak ukuran beberapa Nodus berwarna biru kasus
mm – cm kehitaman dengan Sering pada orang tua
▪ Warna : waxy, batas tegas Bentuk plakat, batas
kehitaman, kecoklatan, Bentuk varias : tegas, warna coklat
putih, biru. - Di epidermal : kehitaman, tidak
▪ Tak teratur, batas tegas permukaan licin homogen
dg sedikit penonjolan di - Yang menonjol btk Bentuk tak teratur, pd
permukaan kulit. tidak teratur bag tertentu dpt
- Bentuk tumbuh nodus yg
eksofilikdisertaiulserasi bbatas tegas.
• Pengobatan
o Bedah
o Sistemik / kemoterapi :
- DTIC (Dimethil Triazon Imidazole Carboxamide)
- Me-CCNU (Methyl Nitro Sourea)
- Kombinasi
o Ajuvan : imunoterapi + BCG
- kombinasi BCG + dekarbazin
PENYAKIT KULIT INFEKSI BAKTERI (PIODERMA)
A. Impetigo
- pioderma superfisialis yang terbatas pada epidermis
- sering pada anak bayi dan anak-anak
1. Impetigo Bulosa
- disebabkan oleh staphylococcus aureus dan streptococcus (negara berkembang)
- biasanya menyerang ekstremitas bawah, diaper, dan muka
Gangguan Klinis :
- diawali trauma
- flu
- kemudian muncul vesikel di atas kulit eritema
Ciri Khas :
- Jika pecah membentuk krusta berwarna coklat (krusta collarete)
2. Impetigo Non-Bulosa
- etiologi : Staphylococcus
- lokasi : lubang alami (hidung, telinga, dan anus)
- mudah meluas (pecah dan menularkan kulit yang lain)
- diawali papul eritema --> vesikel --> dikelilingi eritema --> krusta berwarna kuning
madu (pecah) --> dapat disertai pembesaran KGB
B. Ektima
- ulseratif --> sembuh timbul scars
- lokasi : ekstremitas inferior, bokong
- etiologi : Streptococcus beta hemolitikus grup A
- anak-anak lebih sering dibanding dewasa
- diinisiasi oleh impetigo yang tidak dirawat dengan baik
- diawali oleh trauma --> vesikel pustul --> ulkus ditutupi krusta yang melekat
C. Folikulitis
- infeksi pada folikel rambut
- Etiologi : Staphylococcus aureus
dibagi menjadi dua menurut kedalaman, yaitu :
1) Folikulitis Superfisial
- impetigo folikuler / Backhrat
- terdapat di epidermis
- pustul kecil, mudah pecah, dome shape (seperti kubah), dan terdapat
rambut
- predileksi : kepala, aksila, dan bokong.
2) Folikulitis Dalam
- biasanya sampai subkutan dan apabila diraba terdapat infiltrat
- contoh : sikosis barbae
- harus dibedakan dengan tinea barbae yang disebabkan oleh jamur
D. Furunkel
- etiologi : S. aureus
- bisul mata satu (boil)
- kumpulan beberapa furunkel yang bersatu
- pada folikel rambut dan daerah sekitar
- predileksi : punggung, bokong, dll
- kumpulan furunkel --> karbunkel
Gangguan Klinis :
- nodul eritem puncaknya ada nekrosis dan supurasi
- sering terjadi pada orang skabies
- nyeri
E. Karbunkel
- kumpulan beberapa furunkel yang bersatu
- bisul bermata banyak
- tidak boleh dipencet (tidak mengandung cairan --> tunggu sampai terdapat
fluktuasi kenyal gitu baru boleh dipencet)
- lokasi : punggung, paha, bokong
Gangguan Klinis :
- mirip furunkel
- 10 cm
- kulit sekitar eritema
F. Eriseplas
- etiologi : streptococcus
- infeksi akut dermis kemerahan dan berbatas tegas
- bakteri masuk melalui trauma atau secara hematogen
- gangguan klinis : biasanya ada limfadenopati regional
G. Selulitis
- etiologi : Streptococcus
- infeksi akut kulit --> menyerang bagian subkutan
- lokasi : ekstremitas bawah
Gangguan Klinis :
- infiltrat eritema lebih gelap dan batas tidak jelas
- flegmon --> selulitis yang diatasnya terdapat bula
PENGOBATAN
Mycosis
- Berdasarkan tempatnya, mikosis dibagi menjadi:
o Superfisialis: Dermatofitosis dan non-dermatofitosis
o Dalam
- Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh tiga genus
Dermatofita: Mikrosporum, Trichopyton, dan Epidermophyton (MiTE)
- Diagnosis: dapat ditegakkan berdasarkan lokasi dan etiologinya
o T. capitis = di kulit kepala dan rambut
o T. narbae = janggut
o T. corporis = eksrimitas dan fasial [T. facialis]
o T. cruris = panggul (jock)
o T. pedis = kaki
o T. unguium = kuku
T. Kapitis
- Mengenai scalp dan rambutnya
- Etiologi: semua jenis dermatofita, kecuali E. floccosum dan T. concentricum
- Paling sering karena: M. canis
- Paling sering pada anak-anak
- Penyebaran yang langsung dan tidak langsung
- Jamur endothrix (infeksi yang terjadi hingga ke dalam rambut) dan ectothrix
(infeksi yang hanya pada permukaan rambut)
- Dibagi menjadi tiga tipe:
o Gray patch (tidak meradang)
▪ Etiologi: Anthrophylic ectothrix, M. audouini, M. ferrugineum
▪ Penampakan: alopecia (kerontokan, yang kemudian bikin
kebotakan), rambut tidak bercahaya, rambut mudah patah, ada
skuama abu-abu dan putus 1 cm di atas kulit kepala
o Kerion (meradang)
▪ Etiologi: M. canis dan M. gypceum
▪ Tingkat keburukan: folikulitis pustular – kerion
▪ Dampak: dapat terjadi alopecia permanen
o Black dot
▪ Etiologi: antothropophylic endothrix, M tonsurans, T.
violaceum
▪ Penampakan: alopecia, rambut putus tepat dipermukaan kulit,
rambut tidak bercahaya
- Diagnosis
o Wood’s Light : sinar melewati filter Wood (lambda UV = 365nm) di
kamar gelap → akan menunjukan penampakan fluoresensi hijau terang
(karena pteridine yang dimiliki oleh jamur)
o Laboratorik : rambut dicabut 2-3 buah + larutan KOH 10% → akan
tampak spora / hifa endo atau ekto
o Kultur : dengan bahan rambut / squama, yang akan tumbuh 1-2
minggu
- Pengobatan
o Obat : 10-20 mg/kg/hari, untuk 6-8 minggu
o Untuk tipe kerion → dapat diberi prednisone 1mg/kg/hari, untuk 10-15
hari
o Untuk mencegah penularan → gunakan shampoo Selenium sulfide
2.5%
Tine Barbae
- Predilection: jenggot dan kumis
- Karena kontak dengan binatang seperti sapi, kuda, anjing
- Etiologi
o Jamur zoophilic: T. mentagrophytes, T. verrucosum, M. canis
o Jamur anthropophylic: T. megninii, T. shoenleinii, T. violaceum
- Terdiri dari dua tipe:
o Tipe meradang
▪ Seperti kerion pada T. kapitis
▪ Banyak krusta dan purulent
▪ Etiologi: T. mentagrophytes
o Tipe superfisial
▪ Rambut kering, rapuh, dan mudah lepas
▪ Papul, pustule perifolikuler
- Pengobatan
o Harus sistemik
o Tipe meradang → perlu prednisone jangka pendek
o Griseofulvin 1gr per hari
Tinea Korporis
- Dermatofitosis yang terjadi pada glabrous (smooth, hairless) skin, namun
tidak terjadi pada telapak tangan, kaki, dan gluteal
- Penularan langsung, tidak langsung, autoinokulasi
- Etiologi: semua dermatofita, paling sering T. mentagrophytes, T. rubrum, T.
canis
- Gambaran klinis: eritem batas tegas, tepi lebih aktif, banyak papul, vesikel,
erosi, bagian tengah lebih tenang
- Pemeriksaan laboratorium:
o Kerokan kulit + KOH 10% → akan ditemukan hyfa panjang bersekat
o Kultur pada media saboraud
- Pengobatan
o Hygen kulit ditingkatkan
o Obat topical: whitfield, golongan azol …
o Berat atau luas → harus diberi sistemik : Griseofulvin, ketokonazol
o Ada infeksi sekunder → beri antibiotic
o Ada gatal → beri antihistamin
Tinea Kruris (jock / crotch itch)
- Dermatofitosis daerah panggul
- Dapat menyebar langsung / tidak langsung, autoinokulasi, kasus laki-laki >
wanita
- Etiologi: T. rubrum
- Gambaran
o Eritem dengan tepi lebih aktif (polisiklis: lebih banyak eritem, papul,
vesikel pada tepi)
o Pada kronis: hiperpigmentasi, lilnkenifikasi pada infeksi sekunder,
membasah, erosi, pus
- Pengobatan:
o Kurangi oklusi, kelembapan
o Pada kasus ringan: berikan obat topoikal
o Pada kasus berat: berikan obat sistemik – Flukonazol 150gr/ minggu
selama 4-6 minggu
o Ada infeksi sekunder dan membasah : kompres terbuka + antibiotic
Kandidiasis
- Predileksi: kulit, kuku, membrane mukosa dan visera
- Patogenesis: C. albicans merupakan flora normal / saprofut pada lipatan-
lipatanm kemudian menjadi pathogen karena adanya faktor predisposisi
- Faktor predisposisi tersebut meliputi:
o Mekanis : terbakar, kegemukan, pakaian ketat, kegemukan
o Nutrisi : avitaminosis, def. Fe, malnutrisi
o Fisiologis : hamil, tua, haid
o Peny. Sistemik: DM, uremia, aids
o Iatrogenik : Obat
- Gambaran klinis
o Paronikia (infeksi pada sekitar kuku jari)
▪ Biasanya pada pekerjaan yang berhubungan dengan air
▪ Eritem bengkak yang nyeri
▪ Kadang ada pus
o Congenital candidiasis
▪ Jamur menyebar ke uterus dengan menginfeksi fetus
▪ Pada neonates akan tampak warna pink, vesikel, deskuamos
Piedra
- Asimptomatik
- Etiologi: piedra hortae (black) dan thrichospora beigelii (white)
- Gambaran klinis
o Black piedra:
▪ Ada nodul coklat-hitam pada batang rambut, keras
▪ Pada palpasi teraba seperti pasir
▪ Rambut mudah patah
o White piedra: nodul lunak
Tinea Nigra
- Terjadi pada telapak tangan / kaki
- Skuama sedikit / tidak ada
- Etiologi: Phaeonellomyces werneckii
- Pengobatan
o Ointment Whitfield
o Derivat topical azol
o Obat sistemik kurang efektif
PENYAKIT INFEKSI VIRUS PADA KULIT
A. Moluskum Kontagiosum
B. Variola
Definisi Variola (cacar, small pox) adalah penyakit virus disertai keadaan
umum memburuk dan dapat menyebabkan kematian.
Etiologi Disebabkan oleh virus poks (pox virus variolae). 2 tipe variola :
variola mayor (bila diinokulasikan pada membrane tumbuh pada suhu
38o-38,5oC) dan variola minor (tumbuh dibawah suhu 38oC).
Transmisi Aerogen
Patogenesis Virus masuk kedalam tubuh→ multiplikasi dalam RES→ viremia→
melepaskan diri melalui kapiler dermis ke epidermis (epidermotropik)
→ membentuk adan inklusi intra sitoplasma yang terletak di inti sel
(badan Guarneri).
Gejala Masa inkubasi 2-3 minggu. Terdapat 4 stadium :
▪ Stadium inkubasi erupsi (prodormal selama 3-4 hari) : Nyeri
kepala, nyeri tulang dan sendi, demam tinggi, menggigil, dan
muntah.
▪ Stadium makulo-papular : timbul macula eritematosa yang
cepat menjadi papul di wajah dan ekstremitas. Suhu tubuh
kembali normal dan tidak timbul lesi baru.
▪ Stadium vesikulo pustulosa : 5-10 hari timbul vesikel lalu
menjadi pustul. Suhu tubuh meningkat lagi dan timbul umbilikasi.
▪ Stadium resolusi (selama 2 minggu) : timbul krusta dan suhu
tubuh menurun. Lalu krusta lepas→meninggalkan sikatrik atrofi.
Kadang perdarahan karena depresi hematopoetik dan disebut
(black variola).
Tatalaksana -Isolasi.
-Sistemik : antiviral (asiklovir, valasiklovir)seperti isoprinosin,
interferon, globulin gama.
-Simtomatik : analgetik, antipiretik
-Topikal bersifat penunjang : kompres dengan antiseptic atau salap
antibiotik
Prognosis Bergantung pada penatalaksanaan pertama dan fasilitas perawatan.
Mortalitas antara 1-50%.
C. Varisela
Definisi Varisela (cacar air, chicken pox) merupakan infeksi akut primer oleh
virus varisela-zooster yang menyerang kulit dan mukosa.
Epidemiologi Anak-anak (90%), dewasa (2%), dan kelompok tertentu
Transmisi Aerogen
Gejala Masa inkubasi 14-21hari. Terdapat 4 stadium :
Gejala prodormal (1-2 hari) : demam, malaise, nyeri kepala →timbul
erupsi kulit berupa papul eritematosa → vesikel → pustul→
krusta→polimorfi.
Lokalisasi Badan menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas serta
dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran napas bagian
atas.
Pemeriksaan -Percobaan Tzanck : didapati sel datia berinti banyak.
Penunjang -Sediaan darah tepi :↓ leukosit, ↑ enzim hepatic.
Diagnosis banding -Variola : lebih berat, monomorf, penyebaran dimulai dari akral tubuh
yaitu telapak tangan dan telapak kaki
- Impetigo bulosa
Tatalaksana -Simtomatik : analgetik, antipiretik
-Antihistamin
-Topikal : bedak (mentol dan komfora) → cegah vesikel pecah &<<
gatal
-Inf. Sekunder : antibiotic oral dan salap, antivirus.
-varicella Zooster Immunoglobulin : mencegah dan meringankan
varisela →secara IM dalam 4 hari setelah pajanan.
D. Herpes Zoster
Definisi Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, dan merupakan
reaktivasi virus setelah infeksi primer.
Transmisi Aerogen
Patogenesis Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul member lokasi yang
setingkat dgn daerah persarafan ganglion tersebut.
Lokalisasi Bisa di semua tempat,paling sering servikal IV dan lumbal II.
Gejala Gejala prodormal yaitu sistemik (demam, pusing, malaise) dan local
(nyeri otot-tulang, gatal) →timbul eritema→ papul dan
vesikel→menyatu membentuk bula. Isi vesikula jernih, setelah
beberapa hari menjadi keruh, dan dapat bercampur darah (herpes
zoste hemoragik). Infeksi sekunder berupa ulkus dnegan
penyembuhan berupa sikatriks
Pemeriksaan - Percobaan Tzanck : pada fase erupsi vesikel (tidak spesifik)
Penunjang -Pemeriksaan Antibodi IgM spesifik
-Identifikasi antigen atau asam nukleat dnegan metode PCR
Diagnosis banding -Herpes simpleks
-Varisela
-Dermatitis kontak, dermatitis venenata
Tatalaksana ▪ Antiviral :
- Asiklovir : Dewasa : 5x800mg/hari (7-10 hari)
Anak <12 th : 30 mg/KgBB/hari (7hari)
Anak >12 th : 60 mg/KgBB/hari (7hari)
-Valasiklovir : 3x1000mg/hari (7hari)
-Famsiklovir : 3x250mg/hari (7-10 hari)
▪ Stad. Verikuler : bedak salisil 2% untuk cegah vesikel pecah atau
bedak kocok kalamin untuk me(-) nyeri dan gatal.
▪ Bila vesikel pecah dan basah, diberi kompres terbuka dengan
larutan antiseptic dank rim antiseptic/antibiotic.
Komplikasi -Herpes zoster oftalmikus
-Sindrom Ramsay-hunt
-Neuralgia pasca herpes
E. Veruka Vulgaris
F. Veruka Plana
Skabies
• Skabies : penetrasi Sarcoptes scabei var hominis ke epidermis
• Epidemiologi :
o Diseluruh dunia, semua umur, ras, sosio-ekonomi
o Prevalensi di dunia 4-10%
o Insidensi meningkat jika → bencana alam, perang, depresi ekonomi dan
pengungsian
• Pengobatannya sesuai dengan siklus hidup scabei
• Patogenesis
o Sarcoptes berdiameter 0,35x0,3 mm
o Siklus hidup di epidermis
o Kutu betina : bertelur 60-90 buah matur dalam 10 hari
o Penderita scabies bisa memiliki jumlah kutu yang bervariasi biasanya <100
kutu
o Crusted scabies : jumlah kutu ribuan
o Tarnsmisi : Close personal contact, kontak seksual, dan benda-benda yang
dipakai oleh penderita
o Gatal/lesi timbul setelah 2-6 minggu terinfeksi, karena pejamu tersensitifasi
terhadap kutu/produknya infestasi selanjutnya : 24-48 jam
o Carrier : individu terinfeksi asimtomatik
• Gambaran Klinis
o Dasar diagnosis klinis
▪ Timbul pada satu kelompok orang/ satu keluaga
▪ Pruritus terus menerus dan semakin intens di malam hari, gejala ini
sebelum tampak physical sign
▪ Distribusi lesi simetris : interdigital, fleksura pergelangan tangan,
axila, belakang telingan, pingang, pergelangan kaki dan bokong
• Laki-laki : penis dan scrotum
• Wanita : putting susu dan area genital
• Infan, orang tua, immunocompromise : scalp dan wajah
o Lesi : papul keci; eritematosa, disertai ekskoriasi, sering ditemukan vesikel,
nodul berindurasi dan inf. Bakteri sekunder
o Tanda patognomik : burrow → terowongan tempat kutu betina bertelur
o Tanda-tanda burrow : bergelombang (wavy), seperti benang, warna putih abu-
abu, Panjang 1-10 mm
o Pemeriksaan penunjang : Uji burrow, direct microscopy, dermoskopi, skin
biopsy
o Tatalaksana :
▪ Terapi : permethrin, lindane lotion, sulfur, crotamiton
▪ Kurangi penularan :
• baju, sprei, handuk setelah digunakan harus dicuci dengan air
panad dan dikeringkan di suhu cukup tinggi,
• Seluruh keluarga dan close contact dengn penderita harus
diobati walaupun tanpa pruritus
▪ Pruritus bisa persisten 2-4 minggu setelah terapi (Post scabietic
pruritus) karena respon tubuh terhadap kutu yang mati. Keluhan hilang
seiring dengan eksfoliasi epidermal
▪ Aplikasi obat diulang setelah 1 minggu untuk memastikan terbunhnya
nimfa
Pedikulosis kapitis
• Diakibatkan pediculus humanus var capitis
• Kutu punya 3 mata, 3 pasang kaki, warna abu-abu
• Infestasi kulit : hidup di rambut kepala dan makan di scalp
• Penularan : head to head contact / formites
• Pathogenesis :
o Siklus hidup : telur → larva → nimfa → dewasa
o Telur diletakkan di rambut dan mengikuti arah tumbuh rambut, makin
keujung telur makin dewasa
o Gatal terutama di daerah oksipur, temporal dan meluas ke seluruh kepala
o Gatal → akibat liur dan ekskreta kuru yang dimasukkan ke kulit saat
menghisap darah
o Akibat garukan → erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder → plikapelonika
(rambut bergumpal karena pus berlebihan dan krusta)
o Pembesaran KGB oksiput dan retroaurikular
o Bau busuk di kepala
• Diagnosis :
o Ditemukan telur kutu (nits) dana tau kutu dewas di rambut kepala
o Telur viable biasa warnanya coklat
Pthirus pubis
• Menyebabkan infeksi kutu pada derah rambut pubis dan sekitarnya
• Epidemiologi : dewasa > anak-anak
• Cara penularan : kontak langsung
• Pathogenesis : sama dengan pediculosis
• Gejala klinis :
o Gatal di daerah pubi, meluas ke daerah abdomen dan dada
o Kutu dapat dilihat dengan mata, tetapi sulit dilepaskan karena kepalanya
dimasukkan ke muara folikel rambut
o Pembersaran pada KGB regional
o Komplikasi : infeksi sekunder karena ekskorasi, local lymphadenitis dan
demam
• Tatalaksana :
o Permetin 1% disinergiskan dengan pyrethrin shampoo
o Permetin 5%
o Lindane shampoo 1 %
o Ivermectin
Insect Bite
o Perhatikan lesi
o Papul erythema → gatal
o Terapi : antihistamin, dteroid topical
BAB II
MIKROBIOLOGI
JAMUR PENYEBAB PENYAKIT KULIT
FUNGI
Terdiri atas :
• Makroskopis
• Mikroskopis
Bersifat heterotropik dan saprofit.
Beberapa merupakan parasit pada organisme lain →mikosis (infeksi jamur)
Suhu optimal untuk hidup 20 – 40 0C
Morfologi
Dinding : Khitin
Membran : Ergosterol
Pada fungi mikroskopis terdapat 2 bentuk, yaitu :
• Yeast → bulat, oval
• Mold → bentuk filament
Dimorfik : bentuk dipengaruhi suhu.
• Suhu 37 0C → Yeast
• Suhu 25 0C → Mold
YEAST
• Uniseluler
• Nonfilamen
• Bentuk oval
• Pembelahan : mitosis
MOLD
• Terdapat filament
• Ada yang bersepta dan tidak bersepta
• Miselium → gabungan hifa
• Bersepta→penisilium
Tidak bersepta → rhizopus
KLASIFIKASI
1. Superfisial Mikosis
• di lapisan kulit terluar (s. korneum)
• tidak ada inflamasi, problem kosmetik
Diagnosis laboratorium :
Spesimen → kerokan kulit, potongan rambut
Metode → KOH 10-20% lalu diamati di bawah mikroskop
2. Cutaneous
• di jaringan yang terdapat keratin
• Jamur memiliki keratinase untuk mendegradasi keratin
Tinea capitis :
• Kerion→ terdapat benjolan berisi nanah, rambut di atasnya lepas
(Penyebab : T. verrucosum & T. metagrophytes)
• Grey patch→ terjadi kebotakan karena banyak rambut patah, biasanya
berwarna abu – abu (Penyebab : M. canis)
• Black dot→ terjadi karena rambut patah di permukaan kulit (Penyebab :
T. tonsurans & T. violaceum)
Transmisi :
a. Kontak langsung dengan kulit, rambut, atau kuku yang terinfeksi
b. Kontak dengan benda milik penderita
c. Manusia ke manusia, hewan ke manusia
Diagnosis Laboratorium :
Spesimen → kerokan kulit, kuku, potongan rambut
Metode → KOH 10-20% dan tinta parker
Kultur → SDA (Sabouraud’s dextrose agar), DTM (Dermatophyt Test
Medium)
3. Subcutaneous
• Di subkutan
• Infeksi terjadi karena masuknya spora / miselium pada luka kulit
• Bisa menyebar dari pembuluh limfe
• Lesi → nodul / ulkus
Sporotrichosis
Sinonim → Rose gardener disease
Manifestasi klinik → lesi mengikuti aliran limfe, biasanya pada pekerja yang
berhubungan dengan berkebun dan bercocok tanam. Pada pemeriksaan
mikroskopi (pewarnaan GMS pada specimen biopsy), bentukannya seperti
cerutu (cigar shape)
Chromoblastomycosis
Manifestasi klinik → nodul berbentuk seperti bunga kol, sering di daerah
tropis, kebanyakan pada kaki, dapat menyerang otak (jarang).
4. Oportunistik
Kandidiasis → akibat Candida albican
Sinonim → Moniliasis
Flora normal pada mulut, GI, vagina, dan kulit pada 20% individu normal.
Lokasi :
• Mukosa
→ Oral Thrush : lesi pseudomembrsn berwarna putih yang terpisah atau
konfluen
→Vulvovaginitis : iritasi, pruritus, lender vagina
Diagnosa Laboratorium :
Spesimen → kerokan kulit/mukosa/vagina, darah, cairan tubuh
Pemeriksaan →mikroskopik : yeast, hifa, pseudofhifa. Kultur : SDA
(Sabouraud’s Dextrose Agar)
BAB III
PARASITOLOGI
PARASIT YANG MENGINFEKSI KULIT
1. Sarcoptes scabiei
KLASIFIKASI
• Phyllum : Arthropoda
• Kelas : Arachnida
• Ordo : Acarina
• Famili : Sarcoptidae
• Genus : Sarcoptes
• Spesies : Sarcoptes scabiei
MORFOLOGI
• Berbeda dengan Arthropoda lain karenamempunyai capitulum
(gnatosoma) dan pada imago kaki 4 pasang sedangkan pada larva 3
pasang
• Metamorfose tidak sempurna, sehingga bentuk larva dan imago sama,
perbedaannya :
o Larva : kaki 3 pasang, belum punya alat kelamin
o Nympha : kaki 4 pasang, alat kelamin belum sempurna
o Dewasa : kaki 4 pasang, alat kelamin sempurna
• Ektoparasit, dalam kulit hospes akan membentuk terowongan untuk
bertelur dan tempat tinggal
• Tungau berwarna putih-krem, tubuh simetris bilateral, lunak,
transparan, berbentuk oval dengan permukaan cembung pada bagian
dorsal dan pipih pada ventral, serta pembagian tubuh antara
kapitulum, abdomen, dan thorax belum jelas
• Permukaan tubuh bersisik halus dengan dilengkapi kutikula.
• Pada thorax terdapat kaki yang pendek serta punya penghisap, jumlah
kaki pada :
o Imago : 4 pasang
o Larva : 3 pasang
• Pada kaki terdapat cakar yang berfungsi untuk mencengkram kulit
inang yang ditinggali.
• Perbedaan hewan jantan dan betina antara lain :
o Jantan : Ukuran lebih kecil; punya epiandrium dan genital apron
o Betina : lebih besar; memiliki sel telur
• Kapitulum terdapat :
o Chelicera
o Pedipalpa yang bersegmen
• Kaki :
o 4 pasang pada nympha dan dewasa
o 3 pasang pada larva
• Pedicel dengan alat penghisap
• Epimer merupakan batas dari kaki
• Notothorax terdapat :
o 2 pasang kaki di bagian depan,
o 2 pasang kaki di bagian posterior
• Notogaster terdapat :
o Anus
o Genital apron
o Epiandrium
o Sel telur
• Di bagian dorsal terdapat :
o Dorsal spine (duri dorsal)
o Dorsal scale (sisir dorsal)
SIKLUS HIDUP
a. Tungau jantan akan meninggal setelah melakukan kopulasi, sedangkan
tungau betina yang telah dibuahi akan membentuk terowongan sebagai
tempat tinggal dan meletakan telurnya.
b. Telur diletakkan memanjang horizontal sesuai terowongan
c. Telur akan berubah menjadi larva dalam waktu 2-4 hari
d. Sebagian larva tetap tinggal dalam terowongan dan sebagian lagi
keluar dan membentuk kantung di stratum corneum. Di dalam kantung
larva akan berkembang menjadi nimfa dalam 2-3 hari.
e. Nimfa akan berkembang menjadi tungau dewasa dalam 3-6 hari
dilanjutkan dengan kopulasi dan begitu seterusnya.
SKABIES
Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene yang buruk →
prevalensi tinggi pada populasi padat. Penularan bisa melalui kontak
langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui benda (misal : handuk,
baju). Tungau tahan terhadap sabun dan tetap hidup setelah mandi air panas.
Gejala klinis:
◦ Pruritus nokturna → gatal hebat terutama pada malam hari atau
saat berkeringat
◦ timbul di stratum korneum yang tipis, seperti : sela jari,
pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae
dan di bawah payudara (pada wanita) serta genital eksterna (pria)
Faktor Risiko:
◦ Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal
di asrama
◦ Higiene yang buruk.
◦ Sosial ekonomi rendah
◦ Hubungan seksual
Pemeriksaan Fisik
◦ Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu-
abu dengan panjang rata-rata 1 cm.
◦ Ujung terowongan terdapat papul, vesikel
◦ Dapat terjadi infeksi sekunder → pustul, ekskoriasi
Pemeriksaan Penunjang
◦ Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan
tungau dengan KOH 10%
Diagnosis Klinis (2 dari 4 cardinal sign) :
◦ Pruritus nokturna : gatal di malam hari
◦ Penyakit menyerang manusia secara berkelompok.
◦ Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
◦ Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosis Banding
◦ Diagnosis bandingnya adalah: Pioderma, Impetigo,Dermatitis,
Pedikulosis korporis
Komplikasi
◦ Infeksi kulit sekunder terutama oleh S. aureus.
◦ Menurunkan kualitas hidup dan prestasi belajar
Penatalaksanaan :
◦ Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan, dengan:
Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama
Alas tidur diganti bila ternyata pernah digunakan oleh
penderita skabies.
Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.
Terapi tidak dapat dilakukan secara individual → serentak
dan menyeluruh pada seluruh kelompok orang yang ada di
sekitar penderita skabies.
◦ Terapi diberikan dengan salah satu obat topikal (skabisid) di
bawah ini:
Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh, selama 3 hari
berturut-turut, setiap habis mandi.
krim permetrin 5%di seluruh tubuh → 10 jam→bersihkan
dengan sabun.
2. Pedinculus Humanus
KLASIFIKASI
Kepik (bugs)
◦ Ordo Hemiptera
Famili Rediviidae
◦ Genus: Triatoma, Panstrongylus,
Rhodnius
Famili Cimicidae
◦ Genus: Cimex, Haematosiphon
Kutu (lice)
◦ Ordo Anoplura (Phthiraptera)
Famili Pediculidae
◦ Genus: Pediculus, Phthirus
Pinjal (fleas)
KARAKTERISTIK
Bentuk pipih dorsoventral.
Tidak bersayap
Bentuk mulut tipe mencucuk dan menghisap
Metamorfosis tidak lengkap→ telur, nympha (1, 2, 3)→dewasa
Ektoparasit
Ditemukan pada kepala, tubuh dah area pubis → jenisnya
berbeda:
Pediculus humanus capitis (head louse) : Kepala
Belakang
Pediculus humanus corporis (body louse, clothes louse)
:
Pthirus pubis ("crab" louse, pubic louse).
Menghisap darah manusia
Transmisi : person to person contact (crawling/ merayap)
MORFOLOGI
Pedinculus humanus capitis Pedinculus humanus corporis
Lokasi Kepala belakang Rambut dada, rambut ketiak,
pakaian
Ukuran betina 3 mm, jantan 2 mm betina 3,3 mm, jantan 2,4mm
Warna Kelabu Kelabu
Bentuk tubuh Tubuh bilateral simetris, pipih Tubuh bilateral simetris, pipih
dorso ventral dorso ventral
Bentuk Kepala Lonjong/segitiga Lonjong/segitiga
Sayap Tidak Tidak
Tipe Mulut Penusuk dan penghisap Penusuk dan penghisap
Segmen - Segmen 1-2 : dibawah thorax, - Segmen 1-2 : dibawah thorax,
Abdomen tidak berspirakel tidak berspirakel
- Segmen 3-8 : 6 pasang - Segmen 3-8 : 6 pasang
spirakel spirakel
- Segmen terakhir : - Segmen terakhir :
• Jantan:adeagus, asimetris • Jantan:adeagus, asimetris
• Betina : gonopodia • Betina : gonopodia
Pleural Plate Jelas Tidak Jelas
Pedinnculus humanus Pedinnculus humanus
capitis corporis
SIKLUS HIDUP
• Telur : Sulit dilihat dan seringkali salah dikenali sebagai
ketombe. Telur diletakan pada rambut terdekat dengan scalp.
Ukurannya 0.8 mm berwarna kuning keputihan, dan menetas
kurang lebih 7 hari.
• Nimfa : Telur yang menetas akan berubah menjadi nimfa.
Morfologi nimfa mirip dewasa dengan ukuran yang lebih
kecil. Nimfa memiliki 3 fase, dan akan berubah menjadi
dewasa setelah 7 hari
• Dewasa : Kutu dewasa berukuran sebesar biji wijen, dengan 6
kaki(masing-masing memiliki cakar. Dewasa betinna lebih
besar dibanding jantan. Kutu dewasa menghisap darah, dan
bisa hidup hingga 30 hari pada tuhuh/kepala manusia
CLINICAL PRESENTATION
a. Pedinculus humanus capitis
• Asimptomatik
• Pada infeksi berat → helaian rambut akan sering melekat satu dengan
yang lain dan mengeras, dapat ditemukan banyak tuma dewasa, telur
dan eksudat nanah yang berasal dari luka gigitan yang meradang→
"plica palonica" →dapat ditumbuhi jamur
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan apabila pada menemukan P. humanus capitis dewasa,
nimfa atau telur dari rambut kepala
PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan denganmerawat dan menjaga kebersihan rambut kepala
TATALAKSANA
Penatalaksanaan dilakukan dengan memusnahkankutu dan telur serta
mengobati infeksi sekunder
◦ Rambut pasien dipotong sependek mungkin → disisir dengan sisir
serit
KARAKTERISTIK
Dikenal juga sebagai kutu baok; kutu kemaluan; Crab louse.
MORFOLOGI
Ukuran 1,5 – 2 mm
KLINIS
• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya → dapat meluas sampai ke daerah
abdomen & dada
FAKTOR RESIKO
◦ Aktif secara seksual
◦ Higiene buruk
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan P. pubis dewasa, nimfa atau telurnya
PENATALAKSANAAN
◦ Pengobatan topikal :
Gameksan 1%, atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan
didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jika
belum sembuh
◦ Rencana Tindak Lanjut :
Sejarah KFR
• Pada tahun 1989 (Inggris) dan 1921 (USA) → Spesialis Ortopedi
Alasan : kebutuhan penatalaksanaan kecacatan(tentara muda yg cacat setelah
Perang Dunia I)
• Dr. Howard A.Rusk → program rehabilitasi untuk memulihkan kebugaran
tentara.
• AMA (1946) → American Board of Physical Medicine and Rehabilitation
(ABPMR)
• Spesialisasi KFR → Gabungan antara ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.
• 1947 →Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat rehabilitasi untuk penyandang
disabilitas korban perang kemerdekaan
• 1973 → Menkes membuat layanan rehabilitasi di RS.Dr. Kariadi Semarang
→Preventive Rehabilitation Unit (PRU) → Unit Rehabilitasi Medik (URM)
Pengertian KFR
Kedokteran Fisik → penggunaan modalitas fisik (panas, dingin, air, manipulasi,
latihan dll)
Rehabilitasi→ penerapan ilmu kedokteran fisik dan teknik untuk membantu pasien
mencapai fungsi maksimal & penyesuaian dirinya secara fisik, mental, sosial dan
vokasional untuk mencapai kehidupan yang lengkap sesuai dengan kemampuan dan
disabilitasnya.
Filosofi KFR
Falsafah KFR → meningkatkan kemampuan fungsional seseorang sesuai dengan
potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas
hidup dengan cara mencegah atau mengurangi hendaya, disabilitas dan kecacatan
semaksimal mungkin.
Batasan Hendaya, Disabilitas, dan Kecacatan (WHO 1980)
• HENDAYA (Impairment) : kehilangan atau ketidaknormalan kondisi psikologis,
fisiologis atau struktur anatomi atau fungsi. (mengacu pada fungsi anatomis)
• DISABILITAS (disability) : segala keterbatasan atau kekurangan kemampuan
untuk melakukan aktifitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang disebabkan
oleh hendaya.
• KECACATAN (handicap) : hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh
hendaya dan disabilitas, yang membatasi atau pemenuhan peran yang wajar
seseorang sesuai dengan faktor umur, seks, sosial dan budaya.
Kusta adalah Merupakan penyakit infeksi mikobakterium leprae yang bersifat kronik,
mulamula menyerang saraf tepi, dan kemudian terdapat manifestasi kulit.
Klasifikasi kusta
1. Menurut WHO :
PB (Pancibacillar) MB (Multibacillar)
Makula 1-5 >5
N.Perifer 1 nerve (utama di superficial) >>
BTA - +
Lepromin + -
Prognosis Baik Buruk
Lama terapi 6bln 12bln
Imunitas Tinggi Rendah
Cara Penularan
• Air borne
• Inkubasi 2-5thn
Diagnosis kusta :
✓ Anamnesis (keluhan utama,riwayat perjalanan penyakit,dll)
✓ Cari macula
0 Impairment (-)
Diagnosis kusta dapat ditegakkan apabila terdapat lebih dari 1 tanda berikut:
1. Makula + anesthesia
2. Penebalan saraf perifer + disfungsi motorik +sensori + otonom
Therapy medikamentosa
Tiga obat: Dapson, Rifampisin, Lamprene
Efek samping:
✓ Rifampicin: urin, feses dan keringat bewarna merah
✓ Lamprene: kulit hiperpigmentasi
✓ Dapson: pruritus, kemerahan, kulit lepas-> rujuk RS
➢ ROM exercise
➢ Strengthening exercise
➢ Pipa panjang u/ tiup api saat masak, jika masih memasak dengan cara
tradisional
➢ Sensory reeducation
➢ ADL exercise
➢ Vocational training
➢ Shoe
➢ splint
➢ crutch,
✓ wrist drop : inability to extend the hand, inability to fully extend the
forearm
✓ Ape Hand: thenar eminence wasting, inability to pose or flex the thumb
BAB V
FARMAKOLOGI
ANTIFUNGAL AGENTS
TOPIKAL
1. Imidazole
• Moa : menghambat sintesis komponen dinding sel fungi (ergosterol)
dengan menghambat kerja enzim lanosterol 14∝-demethylase (enzim yang
mengubah lanosterol-ergosterol). Karena ergosterol tidak terbentuk,
membran menjadi tidak stabil dan hiperpermeabilitas.
• Sangat keratinofilik sehingga meningkatkan penetrasi pada stratum
korneum.
• Afinitas tinggi pada keratin
• Ekskresi melalui urin (0,3%-1%)
• Dapat diberikan pada kulit yang inflamasi
• Indikasi : Dermatophytoses, pityriasis versicolor, mucocutaneous
candidiasis, seborrheic dermatitis.
• Econazole, ketonazole dan oxiconazole : bisa diberikaan 1 kali pemberian
• Pengaplikasian dengann radius 2 cm dari area terinfeksi:
• Durasi pemberian :
T. corporis dan T. cruris : ± 2minggu
T. pedis : 4 minggu
Pengobatan dilanjutkan 1 minggu sampai gejala teratasi.
• Risk : reaksi alergi, iritasi
• Komplikasi : resistensi harus dipertimbangkan karena sudah ada laporan,
peningkatan kadar tacrolimus serum pada pasien penerima transplantasi
ginjal yang menggunakan clotrimazole untuk mengobati mucocutaneoous
candidiasis.
Ciclopirox Olamine
• Moa : menghambat membran transport melaui prekursor
seluler→terganggunya fungsi sel→fungi mati
• Target : membran sel
• Anti-inflamasi dan antibakteri
• Penetrasi keratin cukup baik→onychomycosis
• Ekskresi 10% melalui urin
• Indikasi : Dermatophytoses dan onychomycosis, candidiasis, pityriasis
versicolor, seborrheic dermatitis.
Tolnaftat
• menghambat sintesis ergosterol melalui squalene epoxidase.
• Fungistatik/fungisidal tergantung konsentrasi
• Indikasi : dermatophytosis dan pityriasis versicolor
Undecylanic Acic
• Asam organik→ secara langsung kontak dengan dinding sel jamur
• Sediaan dalam bentuk zinc, calcium, copper salt
• Pada pH tinggi : efek minimal
• Absorbsi sistemik : tidak ada
• Indikasi : dermatophytosis dan candidiasis
SISTEMIK
1. Allylamines : Terbinafine
2. Triazole : Itraconazole
3. Triazole : Fluconazole
• Sediaan : iv, oral
• Waktu paruh : 25-30 jam
4. Triazole : Voriconazole
• Generasi ke-2
• Sediaan : iv dan oral
5. Miscellaneous : Griceofulvin
6. Ketoconazole
• Golongan imidazole
• Sudah tidak digunakan lagi di Amerika karena efek gangguan hepar tinggi