Anda di halaman 1dari 82

RANGKUMAN

BLOK
DERMATOMUSKULOSKELETAL

MINGGU KE - 1
FORUM STUDI ISLAM IBNU SINA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


TAHUN AJARAN 2018/2019

DAFTAR ISI

I. Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin


1.1 Struktur dan Fungsi Kulit
1.2 Morfologi Kelainan Kulit
1.3 Tumor Kulit
1.4 Penyakit Kulit Infeksi Bakteri (Pioderma)
1.5 Mikosis Superfisial
1.6 Penyakit Infeksi Virus Pada Kulit
1.7 Zoonosis

II. Mikrobiologi
1.1 Jamur Penyebab Penyakit Kulit

III.Parasitologi
1.1 Parasit Penyebab Penyakit Kulit

IV. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi


1.1 Sejarah, Filosofi, serta Layanan KFR
1.2 Rehabilitasi Kusta

V. Farmakologi
1.1 Agen Antifungal
BAB I
ILMU KEDOKTERAN KULIT DAN KELAMIN
STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT

KULIT
→organ tubuh paling luar membatasi lingkungan hidup manusia yang memudahkan
pengamatan baik dalam kondisi normal atau sakit.
→organ terbesar pada tubuh manusia dengan berat 5 kg dan luas 2 m2
→sifatnya kompleks, elastis &sensitif serta bervariasi sesuai iklim, umur, sex, ras ,
area tubuh.

*Kulit berdasarkan area tubuh : kulit yang tidak berambut →glabrosa, ditemukan
pada telapak tangan dan telapak kaki.
*Kulit glabrosa kira-kira 10x lebih tebal dibandingkan kulit yang tipis (di daerah
lipatan (fleksural)).
*Kulit glabrosa kaya akan kelenjar keringat tapi miskin kelenjar sebasea.
*Kulit yang berambut :folikel dan kelenjar sebasea.

→ Kulit (dan adneksa)menjelankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan


manusia secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu:
1. Perlindungan fisik terhadap gaya mekanik, sinar uv, bahan kimia
2. Perlindungan imunologik
3. Ekskresi
4. Pengindera
5. Pengaturan suhu tubuh
6. Pembentukan vit. D
7. Kosmetis
→Struktur mikroskopik kulit terbagi menjadi 3 lapisan:

1. Epidermis
- Lapisan kulit dinamis, senantiasa beregenerasi, berespons terhadap rangsnagan
luar maupu dalam tubuh manusia.
- Tebalnya bervariasi : 0,4-1,5 mm
- Penyusun terbesar : keratinosit (diantara keratinosit ada sel Langerhans,
melanosit, dan terkadang sel Merkel dan limfosit).
- Susunan epidermis terbagi menjadi berlapis-lapis yg menggambarkan proses
diferensisasi (keratinisasi) yang dinamis untuk fungsi sawar kulit pelindung tubuh
dari luar.
a. Stratum Korneum (teratas) (protoplasma : keratin)
- CCE (comified cell envelope) yang mulai dibentuk pada s. korneum akan
megalai penataan bersama dengan lipid yang dihasilkan oleh LG (lamellar
granules)→struktur khusus yg dibentuk oleh keratinosit s. spinosum.
- Susunan kedua komponen sawar kulit tsb disebut brick-and-mortar,
CCE menjadi batu bata yang diliputi oleh lipid sbg semen di
sekitarnya.
- Matriks lipid ekstraseluler ampuh menahan air dan jg mengatur
permeabilitas, deskuamasi, aktivitas peptida antimikroba, ekslusi
toksin dan penyerapan kimia scr selektif.
- Komeosit lebih berperan dalam memberi penguatan thd trauma
mekanis, produksi sitokin yang memulai proses peradangan serta
perlindungan thd sinar uv.
b. Stratum Lucidum (protoplasma : protein : eleiden)
- Lapisan tipis transparan dari sel kulit mati pada epidermis. Lapisan ini
ditemukan di bawah stratum korneum kulit tebal, seperti pada telapak
tangan dan telapak kaki.
- Keratinosit dari stratum lusidum tidak memiliki batas-batas tegas dan
penuh dengan eleidin, bentuk peralihan keratin.
- Sel-sel dari stratum lusidum rata dan mengandung zat berminyak yang
merupakan hasil dari disintegrasi lisosom. Zat inilah yang memberikan
sifat tahan air stratum lusidum sehingga juga disebut lapisan
penghalang kulit.
c. Stratum Granulosum (protoplasma : butir kasar : keratohialin)
- Keratinosit s. granulosum mengandung keratohyaline granules (KG)
- KG mengandung profilagrin dan loricrin yang penting dlm
pembentukan CCE.
- Keratinosit pada stratum ini berapoptosis sendiri
d. Stratum Spinosum (protoplasma jernih : glikogen)
- keratinosit s. spinosum memiliki bentuk poligonal, berukuran >
keratinosit s. basale.
- Mikroskopik: terlihat struktur miirp taji (spina) pada permukaan
keratinosit sbg peyambung antar keratinosit → desmosom.
→desmosom memberi kekuatan pada epidermis untuk menahan trauma
fisis di permukaan kulit.
→pada penyakit autoimun spt pemfigus, terjadi gangguan thd
pembentukan desmoglein sehingga keratinosit tidak lagi terhubung satu
dengan yang lain (akantolisis).
- Pada s. spinosum dan s. granulosum terdapat sel Langerhans (SL), sel
dendritik yang merupakan sel penyaji antigen yang berperan penting
dalam pertahanan imunologik.
e. Stratum Basale
- Keratinosit s. basalis berbentuk toraks, berjajar di atas lapisan struktural
yang disebut basal membrane zone (BMZ).
- Keratinosit basal berdiri kokoh di atas BMZ karena protein struktural
yang memaku membran sitoplasma keratinosit pada BMZ →
hemidesmosom.
- Beberapa jenis hemidesmososm : BPAg dan integrin (gangguan pada
struktur ini→kulit idak dapat menahan trauma mekanik)
→pada penyakit pemfigoid bulosa, reaksi autoimun yang menghancurkan
BPAg menyebbakan timbulnya celah subepidermal yang terletak antara
keratinosit basal dan BMZ.
- terdapat 3 subpopulasi keratinosit di s. basalis:
1. sel punca (stem cells)
2. transient amplifying cells (TAC)
3. sel pascamitosis (post-mitotic cells).
- Sitoplasma keratinosit banyak mengandung melanin, pigmen warna yang
tersimpan dalam melanosom.
- Melanin mensitesis melanin dan mendistribusikannya pd sekitar 36
keratinosit di s. basalis.
- melanin yang tersebar dalam keratinosit memberikan warna secara
keseluruhan pada kulit seseorang.
- melanin juga dapat enyerap sinar uv yang berbahaya bagi DNA.

Yuk coba di lihat lagi!


2. Dermis
→ jaringan di bawah epidermis yang juga memberikan ketahanan pada kulit,
termoregulasi, perlindungan imunologik, dan eksresi.
→ terdiri atas 2 lapisan : pars papilare dan pars retikulare.
→ dalam menjalankan fungsinya, dermis dibantu oleh elemen-elemen seperti
struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan selular yang terdiri
atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut, dan saraf.
→ serabut kolagen membentuk sebagian besar dermis, bersama-sama serabut
elastin memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya.
 S. kolagen → fibroblas : ikatan (bundel)
- hidroksiprolin
- hidroksilisin
 S.elastin → bergelombang : amorf
- mudah mengembang
- lebih elastis

3. Subkutis
→ terdiri atas sel-sel lemak (bulat, besar, inti pinggir) menyusun jaringan
lemak yang mampu mempertahankan suhu tubuh, dan merupakan cadangan
energi, menyediakan bantalan yang meredam trauma melalui permukaan kulit

VASKULARISASI
 - Dermis → pleksus superfisialis
- Subkutis → pleksus profunda
- Pl. dermis bagian atas anastomose : papil dermis
- Pl. subkutis & pars retikulare : anastome →pembuluh darah jadi >
MORFOLOGI KELAINAN KULIT
DAN STATUS PENYAKIT KULIT

Morfologi kulit adalah ilmu yang mempelajari tentang lesi kulit.

I. EFLORESENSI

Efloresensi kulit adalah kelainan kulit yang dapat dilihat secara langsung oleh
mata tanpa menggunakan alat bantu apapun dan bila perrlu dapat diperiksa dengan
perabaan. Efloresensi kulit dapat berubah oleh karena proses patologik ataupun
faktor luar (garukan). Efloresensi dibagi 2, yaitu : efloresensi primer (kelainan
yang pertama) dan sekunder (setelah terjadi perubahan).

A. EFLORESENSI PRIMER

a. Makula : batas tegas, hanya perubahan warna (hiperpigmentasi, biru,


eritema, purpura) ➔melanoderma, eritema, purpura, ptekie, ekimosis

b. Urtika : edema setempat (pengumpulan serum) di dermis bagian atas yang


timbul mendadak dan hilang perlahan.

c. Vesikel : berisi serum (subkorneal, intrraepidermal, supra basal), dm :< ½


cm, ada dasar dan atap, berisi darah (hemoragik).

d. Pustul : berisi nanah, jika mengendap (hipopion)

e. Bula : seperti vesikel, > 1 cm

f. Kista : ruangan berisi cairan, sel, sisa sel.

g. Papul : penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, dm: > ½ cm, dan
berisi zat padat.

h. Nodus : masa padat sirkumskrip, infiltrat di kutis atau subkutis, dm : > 1


cm, dapat menonjol. Nodulus (dm <1 cm).
i. Plak : peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya datar dan
biasanya berisi zat padat (infiltrat), dm ≥2cm.

j. Vegetasi : pertumbuhan berupa penonjolan bulat atau runcing yang


menjadi satu

B. EFLORESENSI SEKUNDER

a. Skuama : lapisan s. Korneum yg terlepas dari kulit

b. Krusta : cairan tubuh yang mengering di atas tubuh

c. Erosi : kehilangan jaringan yang tidak mencapai s. Basalis.

d. Ekskoriasi :hilangnya jaringan sampai s. Papilaris.

e. Ulkus : hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi sehingga


membentuk ruangan

f. Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kult yang makin jelas


SIFAT EFLORESENSI
A. UKURAN

1. Miliar : sebesar kepala jarum pentul/tetesan air

2. Lentikular : sebesar biji jagung

3. Numular : sebesar koin


4. Plakat : lebih besar dari numular

B. SUSUNAN/BENTUK

1. Linier : garis lurus

2. Anular : lingkaran

3. Arsinar : bentuk sabit

4. Polisiklik : pinggiran sambung menyambung

5. Korimbiformis : induk ayam dikelilingi anaknya

Bentuk lesi : teratur dan tidak teratur


C. JUMLAH

1. Soliter : hanya 1 lesi

2. Multiple : banyak lesi

D. PENYEBARAN

1. Sirkumskrip : batas
tegas

2. Difus : tdk berbatas


tegas

3. Generalisata :
sebagian besar tubuh

4. Regional : daerah
tertentu

5. Universalis : hampir seluruh tubuh (90-100%)

6. Herpetiformis : berkelompok seperti herpes zoster


7. Konfluens : 2 atau lebih lesi bergabung

8. Diskret : terpisah

9. Simetris : mengenai kedua belah badan yang sama

10. Unilateral : mengenai sebelah badan (ex : tangan kanan dan kaki
kanan)

11. Bilateral : kedua bagian (ex : tangan kanan dan kiri)

12. Asimetris : tidak tentu

II. DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS

• identitas pasien (nama, usia, tempat tinggal pekerjaan, dll)

• RPS (keluhan yg dirasa, onset, perjalanan penyakit, faktor yg


memengaruhi, obat, dll)

• RPD

• RPK (riwayat keluarga ➔ stigma atopik (dermatitis atopik, asma


bronkial, rinitis atopik))

2. PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum, vital sign, gizi, thorax, dll jika perlu

• Inspeksi daerah lesi (lokasi, warna➔palpasi untuk membedakan


eritema, purpura, telangiektasis)

• Palpasi (rata/tdk rata, licin/kasar, konsistensi

• Pemeriksaan dengan alat bantu


-diaskopi ➔eritema, purpura
-uji gores➔urtika
-uji white demographisme➔dermatitis atopik
-uji saraf sensorik➔ggn raba, panas, dingin, nyeri
-uji tanda nikolsky➔epidermolisis
-tetesan lilin➔psoriasis
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi, warna, bentuk, jumlah, ukuran, penyebaran, batas
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Kerokan kulit

• Slit skin smear

• Cairan tubuh, darah, feses dll bila perlu

• Tes tempel, tes tusuk

4. PENEGAKKAN DIAGNOSIS

5. TALAK

• Umum : konseling mengenai hal yang harus dilakukan dan


seharusnya tidak dilakukan

• Khusus (medikamentosa) : kausatif, simtomatik, suportif yang


diberikan dalam bentuk topikal atau sistemik.

6. FOLLOW UP
TUMOR KULIT

KLASIFIKASI
• Berdasarkan Pertumbuhan
o Tumor Jinak
▪ Keratosis seboroik
▪ Nevus pigmentosus
▪ Siringoma
▪ Trikoepitelioma
▪ Xanthelesma
▪ Dermatofibroma
▪ Keloid
o Pre-kanker
▪ Keratosis aktinik
▪ Penyakit Bowen
▪ Leukoplakia
▪ Fibroepitelioma
▪ Giant condiloma
▪ Liken sklerosus
▪ Xeroderma pigmentosum
o Tumor Ganas (Penjelasan dibawah)
▪ Basalioma
▪ Skuamus sel karsinoma
▪ Melanoma maligna

• Berdasarkan asal tumor


o Tumor asal epidermis
o Tumor asal sel melanocyte
o Tumor asal mesodermal
o Vascular tumors
o Tumor mesodermal lain
o Lymphoreticular tumors
o Tumor yang metastase ke kulit

DIAGNOSIS
• Riwayat Penyakit
o Kapan pertama kali muncul?
o Dimana?
o Perdarahan? / Nyeri? / Pembengkakan?
o Riwayat keluarga?
o Apakah tumor pernah dioperasi sebelum ?
o RIwayat kesehatan ?
o Pengobatan ?
• Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan umum
o Pemeriksaan tumor : A-B-C-D-E
▪ A : Asymetry
▪ B : Border
▪ C : Color
▪ D : Diameter
▪ E : Enlargement
• Pemeriksaan Laboratorium.
• Patologi anatomi
o Pemeriksaan dilakukan dengan biopsi dengan metode eksisi, punch
biopsy, fine needle biopsy
PENJELASAN TUMOR GANAS

1. BASALIOMA

• Definisi
Basalioma merupakan tumor ganas kulit yang berasaldari sel epidermal
pluripotensialatau dari epidermis/adneksanya

 Sinonim :
- Basal cell carcinoma
- Basal cell epithelioma
- Ulcus roden / Rodent ulcer

• Epidemiologi
o Umur : diatas 40 years
o Sex : laki-laki > wanita
o Ras : jarang pada orang kulit hitam

• Faktor Predisposisi
o Lingkungan : Radiasi, bahan kimia : arsen, pekerjaan -> sinar
matahari, dan trauma (ulkus sikatriks)
o Genetik : Xeroderma pigmentosum, nevoid basal cell carcinoma
syndrome, dan albinism

• Gejala Klinik
o Distribusi : pada daerah yang terkena sinar matahari
o Tumor bersifat invasif
o Jarang mempunyai anak sebar
o Dapat merusak jaringan sekitarnya
o Cendrung residif
o Warna : Pink atau merah, coklat sampai hitam
o Palpasi : Keras, firm, bisa ada kista
o Bentuk : bulat, oval, bag tengah ada cekungan (umbilicated)

• Varian
o Noduloulcerative type
o Sclerosing type (“morphea-like” type)
o Superficial (multicentric) type
o Pigmented type

• Patologi Anatomi
o Lokasi :Lapisan epidermis & dermis
o Process :Sel basal atipikal yang berproliferasi dengan jumlah stroma
yang bervariasi

• Tatalaksana
o Bedah : Skalpel, listrik, atau beku
o Radiotherapi
o Topikal : 5 fluoro uracyl, dengan dosis 4- 6 mg
2. SKUAMUS SEL KARSINOMA

• Definisi
Skuamus sel karsinoma merupakan proliferasi sel ganas yang berasal dari
sel keratinosit epidermis

 Sinonim :
o Epitelioma sel skuamosa
o Karsinoma sel prickle
o Karsinoma epidermoid
o Pavement epithelioma
o Karsinoma Bowen

• Epidemiologi
o Umur : 40 - 50 years
o Sex : laki-laki > wanita
o Ras : lebih sering pada kulit putih

• Etiologi
o Sinar matahari
o Ras/herediter
o Faktor genetik
o Arsen inorganik
o Radiasi
o Faktor Hidrokarbon
o Sikatriks, keloid, ulkus kronik

• Gejala Klinis
o Distribusi : pada daerah yang terkena sinar matahari
o Nodus yang keras dg batas tidak tegas
o Permukaan licin -> verukosa/papilloma
o Dijumpai skuamasi kemudian menjadi keras, membesar ke
samping dan jar. lebih dalam
o Invasi ke jar. lunak, otot, serta tulang
o Ulserasi : mulai dari tengah, diikuti pbtk krusta dg pinggir yg keras
& mdh berdarah

• Pengobatan
o Mirip seperti basalioma
o Untuk kasus yang undifferentiated type -> tindakan lebih agresif
(bedah/radiasi)

• Histopatologi
o Bentuk Intradermal : keratosis solaris, kornu kutanea,keratosis
arsenikal, penyakit bowen
o Bentuk Invasif
Dapat terjadi dari :Bentuk intradermal, bentuk pra kanker, dan de
novo (kulitnormal)

• Prognosis
o Tergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan, dan kerjasama
antara os dan dokter

3. MELANOMA MALIGNA
• Definisi
Melanoma disebabkan oleh transformasi keganasan dari sel melanocyt

 Sinonim :
o Epitelioma sel skuamosa
o Karsinoma sel prickle
o Karsinoma epidermoid
o Pavement epithelioma
o Karsinoma Bowen

• Epidemiologi
o Umur : 30-60tahun
o Sex : laki-laki dan wanita seimbang

• Etiologi
o Belum diketahui
o Dipengaruhi oleh beberapa faktor : Faktor keganasan, Iritasi yg
berulang pd tahi lalat, dan faktor herediter

• Gejala Klinis
o Bentuk dini sulit dibedakan dengan tumor lainnya
o MM → fatal jika telah metastase jauh
o Lokasi : ektremitas bawah >>, badan, kepala,leher danektremitas
atas

• Bentuk
Bentuk Superficial Bentuk Nodular Lentigo Maligna
Melanoma
▪ Paling sering ditemukan  Kasus : 32 %  Merupakan 14 %
▪ Bercak ukuran beberapa  Nodus berwarna biru kasus
mm – cm kehitaman dengan  Sering pada orang tua
▪ Warna : waxy, batas tegas  Bentuk plakat, batas
kehitaman, kecoklatan,  Bentuk varias : tegas, warna coklat
putih, biru. - Di epidermal : kehitaman, tidak
▪ Tak teratur, batas tegas permukaan licin homogen
dg sedikit penonjolan di - Yang menonjol btk  Bentuk tak teratur, pd
permukaan kulit. tidak teratur bag tertentu dpt
- Bentuk tumbuh nodus yg
eksofilikdisertaiulserasi bbatas tegas.

• Pengobatan
o Bedah
o Sistemik / kemoterapi :
- DTIC (Dimethil Triazon Imidazole Carboxamide)
- Me-CCNU (Methyl Nitro Sourea)
- Kombinasi
o Ajuvan : imunoterapi + BCG
- kombinasi BCG + dekarbazin
PENYAKIT KULIT INFEKSI BAKTERI (PIODERMA)

• Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus,


Streptococcus, atau keduanya
• Klasifikasi infeksi dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Primer : impetigo, folikulitis, furunkel, karbunkel, ektima, dan paronikia
b. Sekunder : infeksi bakterial komplikatif
co : luka bakar sebagai pencetus terjadinya dermatitis
1. Pioderma Primer
• terjadi pada kulit normal
• gambaran klinis tertentu
• penyebab satu macam mikroorganisme
2. Pioderma Sekunder
• telah ada penyakit kulit sebelumnya
• gambaran klinis tidak khas
• disebut impetigenisata co : skabies impetigenisata
Patogenesis :
a. Jalan masuk bakteri
b. Pertahanan tubuh host dan respon inflamasi terhadap mikroba
c. Patogenesitas bakteri

A. Impetigo
- pioderma superfisialis yang terbatas pada epidermis
- sering pada anak bayi dan anak-anak

1. Impetigo Bulosa
- disebabkan oleh staphylococcus aureus dan streptococcus (negara berkembang)
- biasanya menyerang ekstremitas bawah, diaper, dan muka

Gangguan Klinis :
- diawali trauma
- flu
- kemudian muncul vesikel di atas kulit eritema

Ciri Khas :
- Jika pecah membentuk krusta berwarna coklat (krusta collarete)

2. Impetigo Non-Bulosa
- etiologi : Staphylococcus
- lokasi : lubang alami (hidung, telinga, dan anus)
- mudah meluas (pecah dan menularkan kulit yang lain)
- diawali papul eritema --> vesikel --> dikelilingi eritema --> krusta berwarna kuning
madu (pecah) --> dapat disertai pembesaran KGB

B. Ektima
- ulseratif --> sembuh timbul scars
- lokasi : ekstremitas inferior, bokong
- etiologi : Streptococcus beta hemolitikus grup A
- anak-anak lebih sering dibanding dewasa
- diinisiasi oleh impetigo yang tidak dirawat dengan baik
- diawali oleh trauma --> vesikel pustul --> ulkus ditutupi krusta yang melekat

C. Folikulitis
- infeksi pada folikel rambut
- Etiologi : Staphylococcus aureus
dibagi menjadi dua menurut kedalaman, yaitu :

1) Folikulitis Superfisial
- impetigo folikuler / Backhrat
- terdapat di epidermis
- pustul kecil, mudah pecah, dome shape (seperti kubah), dan terdapat
rambut
- predileksi : kepala, aksila, dan bokong.
2) Folikulitis Dalam
- biasanya sampai subkutan dan apabila diraba terdapat infiltrat
- contoh : sikosis barbae
- harus dibedakan dengan tinea barbae yang disebabkan oleh jamur

D. Furunkel
- etiologi : S. aureus
- bisul mata satu (boil)
- kumpulan beberapa furunkel yang bersatu
- pada folikel rambut dan daerah sekitar
- predileksi : punggung, bokong, dll
- kumpulan furunkel --> karbunkel
Gangguan Klinis :
- nodul eritem puncaknya ada nekrosis dan supurasi
- sering terjadi pada orang skabies
- nyeri
E. Karbunkel
- kumpulan beberapa furunkel yang bersatu
- bisul bermata banyak
- tidak boleh dipencet (tidak mengandung cairan --> tunggu sampai terdapat
fluktuasi kenyal gitu baru boleh dipencet)
- lokasi : punggung, paha, bokong
Gangguan Klinis :
- mirip furunkel
- 10 cm
- kulit sekitar eritema

F. Eriseplas
- etiologi : streptococcus
- infeksi akut dermis kemerahan dan berbatas tegas
- bakteri masuk melalui trauma atau secara hematogen
- gangguan klinis : biasanya ada limfadenopati regional

G. Selulitis
- etiologi : Streptococcus
- infeksi akut kulit --> menyerang bagian subkutan
- lokasi : ekstremitas bawah
Gangguan Klinis :
- infiltrat eritema lebih gelap dan batas tidak jelas
- flegmon --> selulitis yang diatasnya terdapat bula

PENGOBATAN

- dibersihkan krusta lalu dikompres


- bula/vesikel/pustul dapat dipecah dan dibersihkan dengan cairan antiseptik
- untuk lesi ringan dapat diberikan antibiotik topikal, yaitu :
a. krim asam fusidat
b. krim mupirocin
- untuk lesi berat ditambah dengan antibiotik sistemik
- lama pengobatan yaitu 7-10 hari
MIKOSIS SUPERFISIAL

Mycosis
- Berdasarkan tempatnya, mikosis dibagi menjadi:
o Superfisialis: Dermatofitosis dan non-dermatofitosis
o Dalam
- Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh tiga genus
Dermatofita: Mikrosporum, Trichopyton, dan Epidermophyton (MiTE)
- Diagnosis: dapat ditegakkan berdasarkan lokasi dan etiologinya
o T. capitis = di kulit kepala dan rambut
o T. narbae = janggut
o T. corporis = eksrimitas dan fasial [T. facialis]
o T. cruris = panggul (jock)
o T. pedis = kaki
o T. unguium = kuku

T. Kapitis
- Mengenai scalp dan rambutnya
- Etiologi: semua jenis dermatofita, kecuali E. floccosum dan T. concentricum
- Paling sering karena: M. canis
- Paling sering pada anak-anak
- Penyebaran yang langsung dan tidak langsung
- Jamur endothrix (infeksi yang terjadi hingga ke dalam rambut) dan ectothrix
(infeksi yang hanya pada permukaan rambut)
- Dibagi menjadi tiga tipe:
o Gray patch (tidak meradang)
▪ Etiologi: Anthrophylic ectothrix, M. audouini, M. ferrugineum
▪ Penampakan: alopecia (kerontokan, yang kemudian bikin
kebotakan), rambut tidak bercahaya, rambut mudah patah, ada
skuama abu-abu dan putus 1 cm di atas kulit kepala
o Kerion (meradang)
▪ Etiologi: M. canis dan M. gypceum
▪ Tingkat keburukan: folikulitis pustular – kerion
▪ Dampak: dapat terjadi alopecia permanen
o Black dot
▪ Etiologi: antothropophylic endothrix, M tonsurans, T.
violaceum
▪ Penampakan: alopecia, rambut putus tepat dipermukaan kulit,
rambut tidak bercahaya
- Diagnosis
o Wood’s Light : sinar melewati filter Wood (lambda UV = 365nm) di
kamar gelap → akan menunjukan penampakan fluoresensi hijau terang
(karena pteridine yang dimiliki oleh jamur)
o Laboratorik : rambut dicabut 2-3 buah + larutan KOH 10% → akan
tampak spora / hifa endo atau ekto
o Kultur : dengan bahan rambut / squama, yang akan tumbuh 1-2
minggu

- Pengobatan
o Obat : 10-20 mg/kg/hari, untuk 6-8 minggu
o Untuk tipe kerion → dapat diberi prednisone 1mg/kg/hari, untuk 10-15
hari
o Untuk mencegah penularan → gunakan shampoo Selenium sulfide
2.5%

Tine Barbae
- Predilection: jenggot dan kumis
- Karena kontak dengan binatang seperti sapi, kuda, anjing
- Etiologi
o Jamur zoophilic: T. mentagrophytes, T. verrucosum, M. canis
o Jamur anthropophylic: T. megninii, T. shoenleinii, T. violaceum
- Terdiri dari dua tipe:
o Tipe meradang
▪ Seperti kerion pada T. kapitis
▪ Banyak krusta dan purulent
▪ Etiologi: T. mentagrophytes
o Tipe superfisial
▪ Rambut kering, rapuh, dan mudah lepas
▪ Papul, pustule perifolikuler
- Pengobatan
o Harus sistemik
o Tipe meradang → perlu prednisone jangka pendek
o Griseofulvin 1gr per hari

Tinea Korporis
- Dermatofitosis yang terjadi pada glabrous (smooth, hairless) skin, namun
tidak terjadi pada telapak tangan, kaki, dan gluteal
- Penularan langsung, tidak langsung, autoinokulasi
- Etiologi: semua dermatofita, paling sering T. mentagrophytes, T. rubrum, T.
canis
- Gambaran klinis: eritem batas tegas, tepi lebih aktif, banyak papul, vesikel,
erosi, bagian tengah lebih tenang
- Pemeriksaan laboratorium:
o Kerokan kulit + KOH 10% → akan ditemukan hyfa panjang bersekat
o Kultur pada media saboraud
- Pengobatan
o Hygen kulit ditingkatkan
o Obat topical: whitfield, golongan azol …
o Berat atau luas → harus diberi sistemik : Griseofulvin, ketokonazol
o Ada infeksi sekunder → beri antibiotic
o Ada gatal → beri antihistamin
Tinea Kruris (jock / crotch itch)
- Dermatofitosis daerah panggul
- Dapat menyebar langsung / tidak langsung, autoinokulasi, kasus laki-laki >
wanita
- Etiologi: T. rubrum
- Gambaran
o Eritem dengan tepi lebih aktif (polisiklis: lebih banyak eritem, papul,
vesikel pada tepi)
o Pada kronis: hiperpigmentasi, lilnkenifikasi pada infeksi sekunder,
membasah, erosi, pus
- Pengobatan:
o Kurangi oklusi, kelembapan
o Pada kasus ringan: berikan obat topoikal
o Pada kasus berat: berikan obat sistemik – Flukonazol 150gr/ minggu
selama 4-6 minggu
o Ada infeksi sekunder dan membasah : kompres terbuka + antibiotic

Tine Pedis et Manus


- Dermatoifitas kaki dan tangan
- Penyebab
o Pada pedis : sepatu tertutup, pengguna tempat mandi umum
o Pada manus : kontak langsung dengan binatang, orang, inoculasi
- Etiologi: T. rubrum
- Gambaran:
o Tipe intertriginosa kronis
▪ Paling banyak
▪ Meluas pada tepak kaki, jarang ke atas
o Tipe hiperkeratotik kronik
▪ Bercak bersisik diffuse
▪ Bilateral
o Tipe ulseratif akut
▪ Terjadi bersamaan dengan infeksi kuman gram + T.
mentagrophytes
▪ Dapat terjadi selulitis, limfangitis, demam
o Tipe vesikobula
▪ Etiologi: T. mentagrophytes var. interdigitale
▪ Ada vesikel tegang > 3mm
- Pengobatan
o Umum: tangan dan kaki harus selalu kering, gunakan kaus kaki
menyerap keringat
o Ringan: anti jamur topical
o Berat : anti jamur sistemik – griseofulvin 350-700 mg/hari

Kandidiasis
- Predileksi: kulit, kuku, membrane mukosa dan visera
- Patogenesis: C. albicans merupakan flora normal / saprofut pada lipatan-
lipatanm kemudian menjadi pathogen karena adanya faktor predisposisi
- Faktor predisposisi tersebut meliputi:
o Mekanis : terbakar, kegemukan, pakaian ketat, kegemukan
o Nutrisi : avitaminosis, def. Fe, malnutrisi
o Fisiologis : hamil, tua, haid
o Peny. Sistemik: DM, uremia, aids
o Iatrogenik : Obat
- Gambaran klinis
o Paronikia (infeksi pada sekitar kuku jari)
▪ Biasanya pada pekerjaan yang berhubungan dengan air
▪ Eritem bengkak yang nyeri
▪ Kadang ada pus
o Congenital candidiasis
▪ Jamur menyebar ke uterus dengan menginfeksi fetus
▪ Pada neonates akan tampak warna pink, vesikel, deskuamos

o Chronic mucocutaneus candidiasis


▪ Resisten pengobatan
▪ Superfisial (+ orofaring)
o Candida intertigo
▪ Terjadi di daerah panggul
▪ Penampakan berupa eritem, skuama collarette
o Pseudo diaper rash
▪ Pada bayi dan daerah popok
▪ Makula bersisik, vasikel, maserasi
o Perleches: s. angular chelitis
▪ Terjadi pada sudut bibir
▪ Tampak fisura-fisura dan bilateral
o Perianal candidiasis: gatal pada anus, biasnaya karena C. albicans
o Erisio interdigitale blastomycetica
▪ Fisura dengan dasar eritem
▪ Skuama cillarette
▪ Biasnaya di sela jari 3-4 dan 4-5
- Pengobatan:
o Hilangkan faktor predisposisi
o Obat golongan azol

Tinea Versikolor (panu)


- Etiologi: M. furfur (saprofit), yang dapat menjadi pathogen karena kondisi
tertentu (hygiene buruk, malnutrisi, lembab, hangat)
- Gambaran
o macula hipopigmentasi / hiperpigmentasi
o Skuama halus
o Ada azelaic acid: kulit menjadi putih
- Laboratorium: kerokan + KOH 10% → Hifa pendek
- Pengobatan
o Perbaiki hygiene mulut (kok mulut ?)
o Hilangkan faktor pendukung
o Ringan : obat topical selenium sulfide 2,5%, sol. Na-thiosulfide 25%
o Luas : obat sistemik – ketokonazol 200mg/hari, untuk 7 hari

Piedra
- Asimptomatik
- Etiologi: piedra hortae (black) dan thrichospora beigelii (white)
- Gambaran klinis
o Black piedra:
▪ Ada nodul coklat-hitam pada batang rambut, keras
▪ Pada palpasi teraba seperti pasir
▪ Rambut mudah patah
o White piedra: nodul lunak

Tinea Nigra
- Terjadi pada telapak tangan / kaki
- Skuama sedikit / tidak ada
- Etiologi: Phaeonellomyces werneckii
- Pengobatan
o Ointment Whitfield
o Derivat topical azol
o Obat sistemik kurang efektif
PENYAKIT INFEKSI VIRUS PADA KULIT

A. Moluskum Kontagiosum

Definisi Moluskum Kontagiosum merupakan infeksi virus DNA genus


Molluscipox (virus poks).
Epidemiologi Terutama pada anak-anak, kadang orang dewasa,
immunocompromised.
Transmisi Kontak langsung, otoinokulasi, benda terkontaminasi (handuk,
mainan).
Gejala -Masa inkubasi satu sampai beberapa minggu.
-Seringkali asimtomatis.
-Kelainan kulit berupa papul miliar, kadang lentikular putih seperti
lilin, berbentuk kubah kemudian ditengahnya terdapat lekukan
(delle).
-Dapat timbul infeksi sekunder sehingga timbul supurasi.
Lokalisasi Wajah, badan dan ekstremitas. Pada orang dewasa di daerah pubis
dan genitalia eksterna.
Histopatologi Pada epidermis ditemukan badan moluskum (intracytoplasmic
inclusion body) yang mengandung partikel virus. Badan inklusi tsb
dinamakan Henderson-Paterson bodies.
Pemeriksaan Lab -Virus dapat dideteksi dengan PCR
-Potong papula, oleskan isinya antara 2 gelas objek, badan moluskum
dapat dilihat dgn pulasan gram, wright, giemsa. Lihat dibawah
mikroskop. Hasilnya berbentuk telur, berdinding licin homogen.
Diagnosis dan Morfologi khas : papul bulat, keras, berkilat, permukaan disertai
diagnosis banding delle. Biasanya tanpa inflamasi.
Diagnosis Banding : milia, folikulitis, varisela (lesi awal), veruka
vulgaris.
Tatalaksana -mengeluarkan badan moluskum dengan menusuk papula, kemudian
diberi antibiotic.
-Teknik : enukleasi (ekstraksi), kuret, elektrokauterisasi, bedah beku
dengan CO2 dan N2.
-Anak : topical kantariin 0.7%, fenol jenuh, keratolitik topical
(tretionin, bichlorocetic-acid, asam salisilat).
Prognosis Umumnya baik, dapat sembuh spontan.

B. Variola

Definisi Variola (cacar, small pox) adalah penyakit virus disertai keadaan
umum memburuk dan dapat menyebabkan kematian.
Etiologi Disebabkan oleh virus poks (pox virus variolae). 2 tipe variola :
variola mayor (bila diinokulasikan pada membrane tumbuh pada suhu
38o-38,5oC) dan variola minor (tumbuh dibawah suhu 38oC).
Transmisi Aerogen
Patogenesis Virus masuk kedalam tubuh→ multiplikasi dalam RES→ viremia→
melepaskan diri melalui kapiler dermis ke epidermis (epidermotropik)
→ membentuk adan inklusi intra sitoplasma yang terletak di inti sel
(badan Guarneri).
Gejala Masa inkubasi 2-3 minggu. Terdapat 4 stadium :
▪ Stadium inkubasi erupsi (prodormal selama 3-4 hari) : Nyeri
kepala, nyeri tulang dan sendi, demam tinggi, menggigil, dan
muntah.
▪ Stadium makulo-papular : timbul macula eritematosa yang
cepat menjadi papul di wajah dan ekstremitas. Suhu tubuh
kembali normal dan tidak timbul lesi baru.
▪ Stadium vesikulo pustulosa : 5-10 hari timbul vesikel lalu
menjadi pustul. Suhu tubuh meningkat lagi dan timbul umbilikasi.
▪ Stadium resolusi (selama 2 minggu) : timbul krusta dan suhu
tubuh menurun. Lalu krusta lepas→meninggalkan sikatrik atrofi.
Kadang perdarahan karena depresi hematopoetik dan disebut
(black variola).
Tatalaksana -Isolasi.
-Sistemik : antiviral (asiklovir, valasiklovir)seperti isoprinosin,
interferon, globulin gama.
-Simtomatik : analgetik, antipiretik
-Topikal bersifat penunjang : kompres dengan antiseptic atau salap
antibiotik
Prognosis Bergantung pada penatalaksanaan pertama dan fasilitas perawatan.
Mortalitas antara 1-50%.

C. Varisela

Definisi Varisela (cacar air, chicken pox) merupakan infeksi akut primer oleh
virus varisela-zooster yang menyerang kulit dan mukosa.
Epidemiologi Anak-anak (90%), dewasa (2%), dan kelompok tertentu
Transmisi Aerogen
Gejala Masa inkubasi 14-21hari. Terdapat 4 stadium :
Gejala prodormal (1-2 hari) : demam, malaise, nyeri kepala →timbul
erupsi kulit berupa papul eritematosa → vesikel → pustul→
krusta→polimorfi.
Lokalisasi Badan menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas serta
dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran napas bagian
atas.
Pemeriksaan -Percobaan Tzanck : didapati sel datia berinti banyak.
Penunjang -Sediaan darah tepi :↓ leukosit, ↑ enzim hepatic.
Diagnosis banding -Variola : lebih berat, monomorf, penyebaran dimulai dari akral tubuh
yaitu telapak tangan dan telapak kaki
- Impetigo bulosa
Tatalaksana -Simtomatik : analgetik, antipiretik
-Antihistamin
-Topikal : bedak (mentol dan komfora) → cegah vesikel pecah &<<
gatal
-Inf. Sekunder : antibiotic oral dan salap, antivirus.
-varicella Zooster Immunoglobulin : mencegah dan meringankan
varisela →secara IM dalam 4 hari setelah pajanan.
D. Herpes Zoster

Definisi Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa, dan merupakan
reaktivasi virus setelah infeksi primer.
Transmisi Aerogen
Patogenesis Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan
ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul member lokasi yang
setingkat dgn daerah persarafan ganglion tersebut.
Lokalisasi Bisa di semua tempat,paling sering servikal IV dan lumbal II.

Gejala Gejala prodormal yaitu sistemik (demam, pusing, malaise) dan local
(nyeri otot-tulang, gatal) →timbul eritema→ papul dan
vesikel→menyatu membentuk bula. Isi vesikula jernih, setelah
beberapa hari menjadi keruh, dan dapat bercampur darah (herpes
zoste hemoragik). Infeksi sekunder berupa ulkus dnegan
penyembuhan berupa sikatriks
Pemeriksaan - Percobaan Tzanck : pada fase erupsi vesikel (tidak spesifik)
Penunjang -Pemeriksaan Antibodi IgM spesifik
-Identifikasi antigen atau asam nukleat dnegan metode PCR
Diagnosis banding -Herpes simpleks
-Varisela
-Dermatitis kontak, dermatitis venenata
Tatalaksana ▪ Antiviral :
- Asiklovir : Dewasa : 5x800mg/hari (7-10 hari)
Anak <12 th : 30 mg/KgBB/hari (7hari)
Anak >12 th : 60 mg/KgBB/hari (7hari)
-Valasiklovir : 3x1000mg/hari (7hari)
-Famsiklovir : 3x250mg/hari (7-10 hari)
▪ Stad. Verikuler : bedak salisil 2% untuk cegah vesikel pecah atau
bedak kocok kalamin untuk me(-) nyeri dan gatal.
▪ Bila vesikel pecah dan basah, diberi kompres terbuka dengan
larutan antiseptic dank rim antiseptic/antibiotic.
Komplikasi -Herpes zoster oftalmikus
-Sindrom Ramsay-hunt
-Neuralgia pasca herpes

E. Veruka Vulgaris

Definisi Tumor intraepidermal yang disebabkan Human Papiloma virus 2 >>,


HPV 1 dan 4.
Epidemiologi Segala usia, jarang pada bayi dan anak kecil. Kelainan meningkat
selama umur sekolah dan menurun setelah umur 20.
Lokalisasi Paling sering di tangan, jari tangan dan kaki serta telapak tangan/kaki,
tapi dapat timbul dimana saja pada bagian epidermis dan mukosa.
Gejala -Autoinokulasi, dapat menghilang spontan.
-Asimtomatik, tapi dapat nyeri bila tumbuh di palmar atau planar dan
merusak kuku bila tumbuh pada lipatan ata bawah kuku
-Mula mula papula kecil miliar, warna seperti kulit biasa, jernih →
tumbuh menonjol, warna lebih gelap, hiperkeratotik, jika
berkonfluensi berbentuk plakat
Histopatologi Akantosis, hyperkeratosis, papilomatosis dan rete ridges memanjang
mengarah ke medial.
Diagnosis banding -Nevus verukosus : tersusun linier, ada sejak bayi.
-Keratosis seboroik : lebih hiperpigmentasi.
Tatalaksana -Higiene perorangan, menghindari kontak langssung.
-Dekstruksi dengan bedah listrik, bedah beku, bedah laser.
-Dekstruksi dengan bahan keratolitik, Kaustik, atau topical
-Topikal : Kantaridin, imiquimod, 5 fluorourasil
-Intralesi : bleomisin dan interferon.

F. Veruka Plana

Definisi Adalah kutil yang disebabkan HPV 3 dan 10.


Epidemiologi Terutama anak-anak, kadang dewasa >30 tahun.
Lokalisasi Terutama timbul di wajah, leher, permukaan ekstensor lengan bawah
dan tangan.
Gejala -Papul datar agak timbul, permukaan licin, warna seperti kulit/abu-
abu/kehitaman
-Bulat atau polygonal dengan ukuran 1-5mm
-Dapat bersatu tersusun linier pada bekas garukan
Diagnosis banding -Liken planus : banyak di lengan, jarang di wajah, gatal.
-Akrokeratosis verusiformis : papul simetris pada punggung tangan
Tatalaksana -Higiene perorangan, menghindari kontak langssung.
-Dekstruksi dengan bedah listrik, bedah beku, bedah laser.
-Dekstruksi dengan bahan keratolitik, Kaustik, tetapi dengan
konsentrasi lebih ringan daripada veruka vulgaris seperti asidum
salisikum 15-25% atau trikloroasetat 25%.
ZOONOSIS

Zoonosis : penyakit parasite hewani


Penyakit zoonosis dalam dermatologis :
• Protozoa → Leishmaniasis
• Cacing → Cutaneus larva migrand
• Mite/Kutu → Scabies, pediculosis
• Serangga → gigitan

Cutaneus Larva Migrans


(Creeping emption/ground itch/ dew itch/ sandwich disease/dermatosis linearis
migran)
• Cutaneus Larva Migrans :Erupsi Serpiginosa karena penetrasi dan migrasi larva
migrasi larva nermatoda
• Human Hookworms : Ascariasis duodenale dan Ascariasis americanus
• Epidemiologi :
o Diseluruh dunia , biasanya daerah dengan iklim panas
o Anak > dewasa
• Jalan tanpa alas kaki di tanah/pasir/kotoran yang terkontaminasi cacing → larva
masuk ke kulit → migrasi epidermis → tidak dapat menembus membrane basal
kulit karena cacing tidak memiliki collagenase
• Gambaran Klinis :
o Predileksi terutama di ekstremitas bawah bagian distal dan bokong, tempat
lain : tangan, paha dan area perineal
o Lesi kulit : diawali papul → lesi yang khas serpiginosa → pasien
mengeluh sangat gatal dan tampak vesikel kecil / 1 atau lebih tracts
serpiginosa yang inflamasi
o Setiap larva : membentuk 1 terowongan dan bermigrasi 1-2 cm/hari
o Lesi berat : ratusan lesi pada penderita
o Ditemukan eosinophilia di darah perifer
o Self limiting disease beberapa minggu/bulan
o Komplikasi : infeksi bakteri, loeffler’s syndrome (bermigrasi ke paru)
• Tatalaksana :
o Terapi sistemik : Abendazole, Mebendazole, Thiabendazole topical
o Cyrotherapi : Dry ice (CO2 snow)

Skabies
• Skabies : penetrasi Sarcoptes scabei var hominis ke epidermis
• Epidemiologi :
o Diseluruh dunia, semua umur, ras, sosio-ekonomi
o Prevalensi di dunia 4-10%
o Insidensi meningkat jika → bencana alam, perang, depresi ekonomi dan
pengungsian
• Pengobatannya sesuai dengan siklus hidup scabei
• Patogenesis
o Sarcoptes berdiameter 0,35x0,3 mm
o Siklus hidup di epidermis
o Kutu betina : bertelur 60-90 buah matur dalam 10 hari
o Penderita scabies bisa memiliki jumlah kutu yang bervariasi biasanya <100
kutu
o Crusted scabies : jumlah kutu ribuan
o Tarnsmisi : Close personal contact, kontak seksual, dan benda-benda yang
dipakai oleh penderita
o Gatal/lesi timbul setelah 2-6 minggu terinfeksi, karena pejamu tersensitifasi
terhadap kutu/produknya infestasi selanjutnya : 24-48 jam
o Carrier : individu terinfeksi asimtomatik
• Gambaran Klinis
o Dasar diagnosis klinis
▪ Timbul pada satu kelompok orang/ satu keluaga
▪ Pruritus terus menerus dan semakin intens di malam hari, gejala ini
sebelum tampak physical sign
▪ Distribusi lesi simetris : interdigital, fleksura pergelangan tangan,
axila, belakang telingan, pingang, pergelangan kaki dan bokong
• Laki-laki : penis dan scrotum
• Wanita : putting susu dan area genital
• Infan, orang tua, immunocompromise : scalp dan wajah
o Lesi : papul keci; eritematosa, disertai ekskoriasi, sering ditemukan vesikel,
nodul berindurasi dan inf. Bakteri sekunder
o Tanda patognomik : burrow → terowongan tempat kutu betina bertelur
o Tanda-tanda burrow : bergelombang (wavy), seperti benang, warna putih abu-
abu, Panjang 1-10 mm
o Pemeriksaan penunjang : Uji burrow, direct microscopy, dermoskopi, skin
biopsy
o Tatalaksana :
▪ Terapi : permethrin, lindane lotion, sulfur, crotamiton
▪ Kurangi penularan :
• baju, sprei, handuk setelah digunakan harus dicuci dengan air
panad dan dikeringkan di suhu cukup tinggi,
• Seluruh keluarga dan close contact dengn penderita harus
diobati walaupun tanpa pruritus
▪ Pruritus bisa persisten 2-4 minggu setelah terapi (Post scabietic
pruritus) karena respon tubuh terhadap kutu yang mati. Keluhan hilang
seiring dengan eksfoliasi epidermal
▪ Aplikasi obat diulang setelah 1 minggu untuk memastikan terbunhnya
nimfa

Pedikulosis kapitis
• Diakibatkan pediculus humanus var capitis
• Kutu punya 3 mata, 3 pasang kaki, warna abu-abu
• Infestasi kulit : hidup di rambut kepala dan makan di scalp
• Penularan : head to head contact / formites
• Pathogenesis :
o Siklus hidup : telur → larva → nimfa → dewasa
o Telur diletakkan di rambut dan mengikuti arah tumbuh rambut, makin
keujung telur makin dewasa
o Gatal terutama di daerah oksipur, temporal dan meluas ke seluruh kepala
o Gatal → akibat liur dan ekskreta kuru yang dimasukkan ke kulit saat
menghisap darah
o Akibat garukan → erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder → plikapelonika
(rambut bergumpal karena pus berlebihan dan krusta)
o Pembesaran KGB oksiput dan retroaurikular
o Bau busuk di kepala
• Diagnosis :
o Ditemukan telur kutu (nits) dana tau kutu dewas di rambut kepala
o Telur viable biasa warnanya coklat

Pthirus pubis
• Menyebabkan infeksi kutu pada derah rambut pubis dan sekitarnya
• Epidemiologi : dewasa > anak-anak
• Cara penularan : kontak langsung
• Pathogenesis : sama dengan pediculosis
• Gejala klinis :
o Gatal di daerah pubi, meluas ke daerah abdomen dan dada
o Kutu dapat dilihat dengan mata, tetapi sulit dilepaskan karena kepalanya
dimasukkan ke muara folikel rambut
o Pembersaran pada KGB regional
o Komplikasi : infeksi sekunder karena ekskorasi, local lymphadenitis dan
demam
• Tatalaksana :
o Permetin 1% disinergiskan dengan pyrethrin shampoo
o Permetin 5%
o Lindane shampoo 1 %
o Ivermectin

Insect Bite
o Perhatikan lesi
o Papul erythema → gatal
o Terapi : antihistamin, dteroid topical
BAB II
MIKROBIOLOGI
JAMUR PENYEBAB PENYAKIT KULIT

FUNGI
Terdiri atas :
• Makroskopis
• Mikroskopis
Bersifat heterotropik dan saprofit.
Beberapa merupakan parasit pada organisme lain →mikosis (infeksi jamur)
Suhu optimal untuk hidup 20 – 40 0C

Morfologi
Dinding : Khitin
Membran : Ergosterol
Pada fungi mikroskopis terdapat 2 bentuk, yaitu :
• Yeast → bulat, oval
• Mold → bentuk filament
Dimorfik : bentuk dipengaruhi suhu.
• Suhu 37 0C → Yeast
• Suhu 25 0C → Mold

YEAST
• Uniseluler
• Nonfilamen
• Bentuk oval
• Pembelahan : mitosis

MOLD
• Terdapat filament
• Ada yang bersepta dan tidak bersepta
• Miselium → gabungan hifa
• Bersepta→penisilium
Tidak bersepta → rhizopus

KLASIFIKASI
1. Superfisial Mikosis
• di lapisan kulit terluar (s. korneum)
• tidak ada inflamasi, problem kosmetik

Organisme Penyebab Penyakit Manifestasi Klinis


Malassezia furfur Pityriasis versicolor Makula hipopigmentasi
Exophiala werneckii Tinea nigra Makula hitam
Trichosporon beigelii White Piedra Nodul warna krem di
rambut
Piedraia hortae Black Piedra Nodul warna hitam di
rambut

Diagnosis laboratorium :
Spesimen → kerokan kulit, potongan rambut
Metode → KOH 10-20% lalu diamati di bawah mikroskop

2. Cutaneous
• di jaringan yang terdapat keratin
• Jamur memiliki keratinase untuk mendegradasi keratin

Organisme Penyebab Penyakit


Dermatophyte (Microsporum, Dermatophytosis
Trichophyton, Epidermophyton)
Dermatophytosis :
Penyakit Letak Lesi
Tinea capitis Kulit kepala
Tinea corporis Tangan, kaki, dan tubuh
Tinea manus Tangan
Tinea cruris (Jock Itch) Daerah pangkal paha
Tinea pedis (Athlete’s Foot) Kaki
Tinea barbae (Barber Itch) Daerah janggut
Tinea unguinum kuku
Ectothrix Permukaan rambut
Endothrix Bagian dalam rambut

Tinea capitis :
• Kerion→ terdapat benjolan berisi nanah, rambut di atasnya lepas
(Penyebab : T. verrucosum & T. metagrophytes)
• Grey patch→ terjadi kebotakan karena banyak rambut patah, biasanya
berwarna abu – abu (Penyebab : M. canis)
• Black dot→ terjadi karena rambut patah di permukaan kulit (Penyebab :
T. tonsurans & T. violaceum)

Faktor Risiko Dermatophytosis


a. Bertempat tinggal di daerah padat dan lembap
b. Memakai baju ketat dengan bahan yang tidak meneyrap keringat
c. Sistem imun lemah
d. Close contact sport

Transmisi :
a. Kontak langsung dengan kulit, rambut, atau kuku yang terinfeksi
b. Kontak dengan benda milik penderita
c. Manusia ke manusia, hewan ke manusia
Diagnosis Laboratorium :
Spesimen → kerokan kulit, kuku, potongan rambut
Metode → KOH 10-20% dan tinta parker
Kultur → SDA (Sabouraud’s dextrose agar), DTM (Dermatophyt Test
Medium)

3. Subcutaneous
• Di subkutan
• Infeksi terjadi karena masuknya spora / miselium pada luka kulit
• Bisa menyebar dari pembuluh limfe
• Lesi → nodul / ulkus

Organisme Penyebab Penyakit Manifestasi Klinis


Sporothrix schenckii Sporotrichosis Nodul dan ulkus
sepanjang pembuluh
limfe pada tempat
inokulasi
Fonsecaea, Phialophora, Chromoblastomycosis Nodul berbentuk seperti
Cladosporium kembang kol pada tempat
inokulasi
Pseudallescheria, Mycotic Mycetoma Terdapat sinus pada
Madurella, Acremonium, tempat inokulasi
Exophiala

Sporotrichosis
Sinonim → Rose gardener disease
Manifestasi klinik → lesi mengikuti aliran limfe, biasanya pada pekerja yang
berhubungan dengan berkebun dan bercocok tanam. Pada pemeriksaan
mikroskopi (pewarnaan GMS pada specimen biopsy), bentukannya seperti
cerutu (cigar shape)
Chromoblastomycosis
Manifestasi klinik → nodul berbentuk seperti bunga kol, sering di daerah
tropis, kebanyakan pada kaki, dapat menyerang otak (jarang).

Mycetoma (Madura Foot)


Manifestasi klinik → infeksi subkutan membengkak seperti tumor, ada sinus
yang mengeluarkan nanah dan granul yang mengandung organisme penyebab.

4. Oportunistik
Kandidiasis → akibat Candida albican
Sinonim → Moniliasis
Flora normal pada mulut, GI, vagina, dan kulit pada 20% individu normal.

Lokasi :
• Mukosa
→ Oral Thrush : lesi pseudomembrsn berwarna putih yang terpisah atau
konfluen
→Vulvovaginitis : iritasi, pruritus, lender vagina

• Kulit dan Kuku


→akibat : trauma, bagina lembab dan hangat. Penderita DM dan obesitas
dapat berisiko
→bayi : diaper rash
→kuku :Onikomikosis (terdapat rasa nyeri dan eritema pada lipatan kuku)

Diagnosa Laboratorium :
Spesimen → kerokan kulit/mukosa/vagina, darah, cairan tubuh
Pemeriksaan →mikroskopik : yeast, hifa, pseudofhifa. Kultur : SDA
(Sabouraud’s Dextrose Agar)
BAB III
PARASITOLOGI
PARASIT YANG MENGINFEKSI KULIT

1. Sarcoptes scabiei
KLASIFIKASI
• Phyllum : Arthropoda
• Kelas : Arachnida
• Ordo : Acarina
• Famili : Sarcoptidae
• Genus : Sarcoptes
• Spesies : Sarcoptes scabiei

MORFOLOGI
• Berbeda dengan Arthropoda lain karenamempunyai capitulum
(gnatosoma) dan pada imago kaki 4 pasang sedangkan pada larva 3
pasang
• Metamorfose tidak sempurna, sehingga bentuk larva dan imago sama,
perbedaannya :
o Larva : kaki 3 pasang, belum punya alat kelamin
o Nympha : kaki 4 pasang, alat kelamin belum sempurna
o Dewasa : kaki 4 pasang, alat kelamin sempurna
• Ektoparasit, dalam kulit hospes akan membentuk terowongan untuk
bertelur dan tempat tinggal
• Tungau berwarna putih-krem, tubuh simetris bilateral, lunak,
transparan, berbentuk oval dengan permukaan cembung pada bagian
dorsal dan pipih pada ventral, serta pembagian tubuh antara
kapitulum, abdomen, dan thorax belum jelas
• Permukaan tubuh bersisik halus dengan dilengkapi kutikula.
• Pada thorax terdapat kaki yang pendek serta punya penghisap, jumlah
kaki pada :
o Imago : 4 pasang
o Larva : 3 pasang
• Pada kaki terdapat cakar yang berfungsi untuk mencengkram kulit
inang yang ditinggali.
• Perbedaan hewan jantan dan betina antara lain :
o Jantan : Ukuran lebih kecil; punya epiandrium dan genital apron
o Betina : lebih besar; memiliki sel telur
• Kapitulum terdapat :
o Chelicera
o Pedipalpa yang bersegmen
• Kaki :
o 4 pasang pada nympha dan dewasa
o 3 pasang pada larva
• Pedicel dengan alat penghisap
• Epimer merupakan batas dari kaki
• Notothorax terdapat :
o 2 pasang kaki di bagian depan,
o 2 pasang kaki di bagian posterior
• Notogaster terdapat :
o Anus
o Genital apron
o Epiandrium
o Sel telur
• Di bagian dorsal terdapat :
o Dorsal spine (duri dorsal)
o Dorsal scale (sisir dorsal)
SIKLUS HIDUP
a. Tungau jantan akan meninggal setelah melakukan kopulasi, sedangkan
tungau betina yang telah dibuahi akan membentuk terowongan sebagai
tempat tinggal dan meletakan telurnya.
b. Telur diletakkan memanjang horizontal sesuai terowongan
c. Telur akan berubah menjadi larva dalam waktu 2-4 hari
d. Sebagian larva tetap tinggal dalam terowongan dan sebagian lagi
keluar dan membentuk kantung di stratum corneum. Di dalam kantung
larva akan berkembang menjadi nimfa dalam 2-3 hari.
e. Nimfa akan berkembang menjadi tungau dewasa dalam 3-6 hari
dilanjutkan dengan kopulasi dan begitu seterusnya.

SKABIES
Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene yang buruk →
prevalensi tinggi pada populasi padat. Penularan bisa melalui kontak
langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui benda (misal : handuk,
baju). Tungau tahan terhadap sabun dan tetap hidup setelah mandi air panas.

 Gejala klinis:
◦ Pruritus nokturna → gatal hebat terutama pada malam hari atau
saat berkeringat
◦ timbul di stratum korneum yang tipis, seperti : sela jari,
pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilikus, areola mammae
dan di bawah payudara (pada wanita) serta genital eksterna (pria)
 Faktor Risiko:
◦ Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal
di asrama
◦ Higiene yang buruk.
◦ Sosial ekonomi rendah
◦ Hubungan seksual
 Pemeriksaan Fisik
◦ Lesi kulit berupa terowongan (kanalikuli) berwarna putih atau abu-
abu dengan panjang rata-rata 1 cm.
◦ Ujung terowongan terdapat papul, vesikel
◦ Dapat terjadi infeksi sekunder → pustul, ekskoriasi
 Pemeriksaan Penunjang
◦ Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit untuk menemukan
tungau dengan KOH 10%
 Diagnosis Klinis (2 dari 4 cardinal sign) :
◦ Pruritus nokturna : gatal di malam hari
◦ Penyakit menyerang manusia secara berkelompok.
◦ Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
◦ Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis.
 Diagnosis Banding
◦ Diagnosis bandingnya adalah: Pioderma, Impetigo,Dermatitis,
Pedikulosis korporis
 Komplikasi
◦ Infeksi kulit sekunder terutama oleh S. aureus.
◦ Menurunkan kualitas hidup dan prestasi belajar
 Penatalaksanaan :
◦ Melakukan perbaikan higiene diri dan lingkungan, dengan:
 Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama
 Alas tidur diganti bila ternyata pernah digunakan oleh
penderita skabies.
 Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.
 Terapi tidak dapat dilakukan secara individual → serentak
dan menyeluruh pada seluruh kelompok orang yang ada di
sekitar penderita skabies.
◦ Terapi diberikan dengan salah satu obat topikal (skabisid) di
bawah ini:
 Salep 2-4 dioleskan di seluruh tubuh, selama 3 hari
berturut-turut, setiap habis mandi.
 krim permetrin 5%di seluruh tubuh → 10 jam→bersihkan
dengan sabun.

2. Pedinculus Humanus
KLASIFIKASI
 Kepik (bugs)
◦ Ordo Hemiptera
 Famili Rediviidae
◦ Genus: Triatoma, Panstrongylus,
Rhodnius
 Famili Cimicidae
◦ Genus: Cimex, Haematosiphon
 Kutu (lice)
◦ Ordo Anoplura (Phthiraptera)
 Famili Pediculidae
◦ Genus: Pediculus, Phthirus
 Pinjal (fleas)

KARAKTERISTIK
 Bentuk pipih dorsoventral.
 Tidak bersayap
 Bentuk mulut tipe mencucuk dan menghisap
 Metamorfosis tidak lengkap→ telur, nympha (1, 2, 3)→dewasa
 Ektoparasit
 Ditemukan pada kepala, tubuh dah area pubis → jenisnya
berbeda:
 Pediculus humanus capitis (head louse) : Kepala
Belakang
 Pediculus humanus corporis (body louse, clothes louse)
:
 Pthirus pubis ("crab" louse, pubic louse).
 Menghisap darah manusia
 Transmisi : person to person contact (crawling/ merayap)

MORFOLOGI
Pedinculus humanus capitis Pedinculus humanus corporis
Lokasi Kepala belakang Rambut dada, rambut ketiak,
pakaian
Ukuran betina 3 mm, jantan 2 mm betina 3,3 mm, jantan 2,4mm
Warna Kelabu Kelabu
Bentuk tubuh Tubuh bilateral simetris, pipih Tubuh bilateral simetris, pipih
dorso ventral dorso ventral
Bentuk Kepala Lonjong/segitiga Lonjong/segitiga
Sayap Tidak Tidak
Tipe Mulut Penusuk dan penghisap Penusuk dan penghisap
Segmen - Segmen 1-2 : dibawah thorax, - Segmen 1-2 : dibawah thorax,
Abdomen tidak berspirakel tidak berspirakel
- Segmen 3-8 : 6 pasang - Segmen 3-8 : 6 pasang
spirakel spirakel
- Segmen terakhir : - Segmen terakhir :
• Jantan:adeagus, asimetris • Jantan:adeagus, asimetris
• Betina : gonopodia • Betina : gonopodia
Pleural Plate Jelas Tidak Jelas
Pedinnculus humanus Pedinnculus humanus
capitis corporis
SIKLUS HIDUP
• Telur : Sulit dilihat dan seringkali salah dikenali sebagai
ketombe. Telur diletakan pada rambut terdekat dengan scalp.
Ukurannya 0.8 mm berwarna kuning keputihan, dan menetas
kurang lebih 7 hari.
• Nimfa : Telur yang menetas akan berubah menjadi nimfa.
Morfologi nimfa mirip dewasa dengan ukuran yang lebih
kecil. Nimfa memiliki 3 fase, dan akan berubah menjadi
dewasa setelah 7 hari
• Dewasa : Kutu dewasa berukuran sebesar biji wijen, dengan 6
kaki(masing-masing memiliki cakar. Dewasa betinna lebih
besar dibanding jantan. Kutu dewasa menghisap darah, dan
bisa hidup hingga 30 hari pada tuhuh/kepala manusia

CLINICAL PRESENTATION
a. Pedinculus humanus capitis

• Asimptomatik

• Perasaan geli karena ada pergerakan pada rambut

• Gatal : akibat reaksi alergi terhadap liur kutu

• Komplikasi : infeksi bakteri sekunder

• Pada infeksi berat → helaian rambut akan sering melekat satu dengan
yang lain dan mengeras, dapat ditemukan banyak tuma dewasa, telur
dan eksudat nanah yang berasal dari luka gigitan yang meradang→
"plica palonica" →dapat ditumbuhi jamur

b. Pedinculus humanus corporis

• Dapat menjadi vektor dari:

◦ Rickettsia prowazekii(epidemic typhus)

◦ Bartonella quintana (trench fever)

◦ Borrelia recurrentis (louse-borne relapsing fever)

• Infeksi pada manusia terjadi melalui:

◦ Posterior contaminative melalui tinja tuma

◦ Anterior inoculative melalui air liur tuma

◦ Crushing, apabila badan tuma digencet dengan tangan pada


kulit.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan apabila pada menemukan P. humanus capitis dewasa,
nimfa atau telur dari rambut kepala
PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan denganmerawat dan menjaga kebersihan rambut kepala
TATALAKSANA
Penatalaksanaan dilakukan dengan memusnahkankutu dan telur serta
mengobati infeksi sekunder
◦ Rambut pasien dipotong sependek mungkin → disisir dengan sisir
serit

◦ Menjaga kebersihan kulit kepala

◦ Menghindari kontak erat dengan kepala penderita.

◦ Pengobatan topikal →Pedikulosid (> 2 thn):

 Malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray,


dibiarkan 1 malam.

 Permetrin 1% dalam bentuk cream rinse, dibiarkan selama 2


jam

 Gameksan 1%, dibiarkan selama 12 jam.

Cara penggunaan: Rambut dicuci dengan shampo →dioleskan


losio/krim → ditutup dengan kain →tunggu sesuai waktu yang
ditentukan→rambut dicuci kembali lalu disisir dengan sisir
serit.
◦ Pada infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur →
antibiotik sistemik dan topikal telebih dahulu → pedikulosid shampo.

◦ Konseling dan Edukasi :

 Pencegahan → hindari pemakaian alat bersama

 Anggota keluarga dan teman bermain anak yang terinfestasi


harus diperiksa →terapi hanya diberikan yang terbukti
mengalami infestasi
3. Pthirus pubis

KARAKTERISTIK
 Dikenal juga sebagai kutu baok; kutu kemaluan; Crab louse.

 Dapat menyebabkan Phthiriasis atau pedikulosis pubis

 Selain ditemukan hidup pada rambut kemaluan, dapat juga ditemukan


pada rambut ketiak, jenggot, kumis, alis dan bulu mata

 Pada waktu menghisap darah→tuma mencucukkan bagian mulutnya


ke dalam kulit untuk jangka waktu beberapa hari sambil mengisap
darah tanpa dilepaskan

MORFOLOGI
 Ukuran 1,5 – 2 mm

• Coklat, Putih abu-abu

• Bentuk tubuhnya pipih ke arah dorsoventral, bulatmenyerupai kepiting


dengan kuku pada ketiga pasang kakinya.

• Pleural plate tidak nampak jelas

• Segmen 3 s/d 5 bersatu, ada 3 pasang spirakel, segmen lain ada 1


pasang spirakel

• Terdapat taju lateral pada abdomen

KLINIS
• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya → dapat meluas sampai ke daerah
abdomen & dada

• Gejala patognomonik lainnya adalah adanya black dot → bercak-bercak


hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang
dilihat penderita pada waktu bangun tidur → Bercak tersebut adalah
krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai
hematuri

FAKTOR RESIKO
◦ Aktif secara seksual

◦ Higiene buruk

◦ Kontak langsung dengan penderita

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan P. pubis dewasa, nimfa atau telurnya
PENATALAKSANAAN
◦ Pengobatan topikal :

Gameksan 1%, atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan
didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jika
belum sembuh
◦ Rencana Tindak Lanjut :

o Mitra seksual juga diperiksa dan diobati

◦ Konseling dan Edukasi

o Menjaga kebersihan badan

o Sebaiknya rambut kelamin dicukur

o Pakaian dalam direbus atau diseterika


BAB IV
ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI
SEJARAH, FILOSOFI, SERTA LAYANAN KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI

Sejarah KFR
• Pada tahun 1989 (Inggris) dan 1921 (USA) → Spesialis Ortopedi
Alasan : kebutuhan penatalaksanaan kecacatan(tentara muda yg cacat setelah
Perang Dunia I)
• Dr. Howard A.Rusk → program rehabilitasi untuk memulihkan kebugaran
tentara.
• AMA (1946) → American Board of Physical Medicine and Rehabilitation
(ABPMR)
• Spesialisasi KFR → Gabungan antara ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.
• 1947 →Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat rehabilitasi untuk penyandang
disabilitas korban perang kemerdekaan
• 1973 → Menkes membuat layanan rehabilitasi di RS.Dr. Kariadi Semarang
→Preventive Rehabilitation Unit (PRU) → Unit Rehabilitasi Medik (URM)

Pengertian KFR
Kedokteran Fisik → penggunaan modalitas fisik (panas, dingin, air, manipulasi,
latihan dll)
Rehabilitasi→ penerapan ilmu kedokteran fisik dan teknik untuk membantu pasien
mencapai fungsi maksimal & penyesuaian dirinya secara fisik, mental, sosial dan
vokasional untuk mencapai kehidupan yang lengkap sesuai dengan kemampuan dan
disabilitasnya.

Filosofi KFR
Falsafah KFR → meningkatkan kemampuan fungsional seseorang sesuai dengan
potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas
hidup dengan cara mencegah atau mengurangi hendaya, disabilitas dan kecacatan
semaksimal mungkin.
Batasan Hendaya, Disabilitas, dan Kecacatan (WHO 1980)
• HENDAYA (Impairment) : kehilangan atau ketidaknormalan kondisi psikologis,
fisiologis atau struktur anatomi atau fungsi. (mengacu pada fungsi anatomis)
• DISABILITAS (disability) : segala keterbatasan atau kekurangan kemampuan
untuk melakukan aktifitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang disebabkan
oleh hendaya.
• KECACATAN (handicap) : hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh
hendaya dan disabilitas, yang membatasi atau pemenuhan peran yang wajar
seseorang sesuai dengan faktor umur, seks, sosial dan budaya.

Batasan Aktifitas dan Partisipasi (WHO 1997)


• AKTIFITAS (activity)→sifat dan rentang fungsi pada tingkat individu
• PARTISIPASI (participation)→sifat dan sejauh mana keterlibatan seseorang
dalam hidup sehubungan dengan hendaya, aktifitas, kondisi kesehatan dan
faktor-faktor konstektual.

Tim Layanan Rehabilitasi Medik


• Layanan kesehatan yang diselenggarakan di sarana kesehatan dam meliputi
upaya pelayanan PROMOTIF, PREVENTIF, KURATIF dan
REHABILITATIF
• Mencakup kegiatan layanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui
pendekatan MEDIS, PSIKOSOSIAL, EDUKASIONAL dan VOKASIONAL
• Tujuan →mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
• Pendekatan kerjasama tim antara lain multidisiplin, interdisiplin, dan
transdisiplin.

Struktur Organisasi Layanan Rehabilitasi Medik


• Instalasi Rehabilitasi Medik dipimpin oleh spesialis KFR
• Layanan Rehabilitasi Medik dilakukan melalui sistem satu pintu (one gate
system)➔ setiap pasien harus mendapat pengkajian, penegakkan diagnosis medis
dan fungsional, prognosis, penetapan goal / tujuan serta penetapan tatalaksana
rehabilitasi medik oleh spesialis KFR.
• Layanan individu atau kelompok yang melibatkan beberapa profesi lain seperti
perawat rehabilitasi medik, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi,
ortosis-prostesis, psikolog, petugas sosial medik, rohaniawan dan
pendidikan.
REHABILITASI KUSTA

Kusta adalah Merupakan penyakit infeksi mikobakterium leprae yang bersifat kronik,
mulamula menyerang saraf tepi, dan kemudian terdapat manifestasi kulit.
Klasifikasi kusta
1. Menurut WHO :
PB (Pancibacillar) MB (Multibacillar)
Makula 1-5 >5
N.Perifer 1 nerve (utama di superficial) >>
BTA - +
Lepromin + -
Prognosis Baik Buruk
Lama terapi 6bln 12bln
Imunitas Tinggi Rendah

2. Menurut Teori Ridley Joplin

➢ Tipe I: makulahipopigmentasiberbatas tegas; anestesi dan anhidrasi;


pemeriksaan bakteriologi C); tes lepromin (+).
➢ Tipe TT: makula eritematosa bulat atau lonjong, permukaan kering, batas
tegas, anestesi, bagian tengah sembuh; bakteriologi (-); tes lepromin positif
kuat.
➢ Tipe BT: makula eritematosa tak teratur, batas tak tegas, kering, mula-mula
ada tanda kontraktur, anestesi; pemeriksaan bakteriologi (+/-); tes lepromin
(+/-).
➢ Tipe BB: makula eritematosa, menonjol, bentuk tidak teratur, kasar, ada lesi
satelit; penebalan saraf dan kontraktur; pemeriksaan bakteriologi (+); tes
lepromin (-).
➢ Tipe BL: makula infiltrat merah mengkilat, tak teratur, batas tak tegas;
pembengkakan saraf; pemeriksaan bakteriologi ditemukan banyak basil; tes
lepromin (-).
➢ Tipe LL: infiltrat difus berupa nodula sirnetri, permukaan mengkilat; saraf
terasa sakit, anestesi; pemeriksaan bakteriologi positif kuat; tes lepromin (-).

Cara Penularan
• Air borne

• Skin contact for long period

• Inkubasi 2-5thn

Diagnosis kusta :
✓ Anamnesis (keluhan utama,riwayat perjalanan penyakit,dll)

✓ Cari macula

✓ BTA (ziehl nielsen)

✓ Periksa saraf perifer :

➢ Kepala : n. Facialis, n. Opthalmicus, greater auricular nerve (pure


sensory)

➢ Upper Ekstremitas : n. Ulnaris, n. Medianus, N. Cuteness radialis.

➢ Lower Ekstremitas : common perineal nerve, posterior tibial nerve,


mural nerve
Saraf perifer yang sering terkena

✓ N. Ulnaris ✓ N. Perineus tu/ di posterior


caput fibula
✓ N. Medianus
✓ N. Tibialis posterior
✓ N. Radialis,
✓ N. Auricularis magnus
✓ N. Facialis -> m. Orbicular
oculi : menutup mata ✓ N. Suralis

Deteksi kerusakan saraf perifer :


1. Sensibilitas
2. Kelemahan otot
➢ Seringkali: kelopak mata, tangan, kaki
➢ Periksa 5 pasang otot (1 otot kelopak mata, 3 otot tangan-
n.medianus, n.radialis, n. Ulnaris, 1 otot kaki -n.peroneus
komune: m.tibialis anterior)
3. Imparment grading (WHO)

Eye Hand/ palm/ foot

0 Impairment (-)

1 Tdk tampak kelainan, Anethesi (+)


Penurunan Visus : mild Weakness

2 Lagopthalmus (+) Ulcus (+), knitting finger,


Severe disfunction in visus absorb/shorthening finger, mutilation,
drop foot

Diagnosis kusta dapat ditegakkan apabila terdapat lebih dari 1 tanda berikut:
1. Makula + anesthesia
2. Penebalan saraf perifer + disfungsi motorik +sensori + otonom

3. Pada pemeriksaan kerokan Kulit: M. Leprae (+)

Therapy medikamentosa
Tiga obat: Dapson, Rifampisin, Lamprene
Efek samping:
✓ Rifampicin: urin, feses dan keringat bewarna merah
✓ Lamprene: kulit hiperpigmentasi
✓ Dapson: pruritus, kemerahan, kulit lepas-> rujuk RS

Indikasi dilakukannya Operasi pada Kusta


➢ Sudah release from ➢ Cacat mental 12 bulan
treatment
➢ Ada motor tendon yg baik
➢ BTA (-)
➢ Tidal ada kelainan kulit
➢ Bebas Rx kusta minimal 6 pada lokasi operasi
bulan
➢ Pasien kooperatif

Tujuan Rehabilitasi Kusta


➢ Meningkatkan kemampuan fungsional

➢ Meningkatkan kualitas hides

➢ Menurunkan impairment, disability, handicap

Pasien kusta diberi edukasi:


➢ Protect, menjaga kebersihan, kelembaban, exercise

➢ ROM exercise

➢ Strengthening exercise

Pasien kusta juga diberi alat bantu,berupa:


➢ Sun glasses/ googles
➢ Pelindung mata ketika tidur

➢ Pipa panjang u/ tiup api saat masak, jika masih memasak dengan cara
tradisional

Okupasi terapi (OT) : OP :


➢ Grip the great objective/
cone

➢ Strengthening with activity

➢ Sensory reeducation

➢ ADL exercise

➢ Vocational training

➢ Shoe

➢ splint

➢ crutch,

➢ kain pembungkus ankle


saat duduk di lantai
✓ claw hand : : inability to extend fingers at interphalanges joints,joints,
result in permanent flexion

✓ wrist drop : inability to extend the hand, inability to fully extend the
forearm

✓ Ape Hand: thenar eminence wasting, inability to pose or flex the thumb
BAB V
FARMAKOLOGI
ANTIFUNGAL AGENTS

TOPIKAL
1. Imidazole
• Moa : menghambat sintesis komponen dinding sel fungi (ergosterol)
dengan menghambat kerja enzim lanosterol 14∝-demethylase (enzim yang
mengubah lanosterol-ergosterol). Karena ergosterol tidak terbentuk,
membran menjadi tidak stabil dan hiperpermeabilitas.
• Sangat keratinofilik sehingga meningkatkan penetrasi pada stratum
korneum.
• Afinitas tinggi pada keratin
• Ekskresi melalui urin (0,3%-1%)
• Dapat diberikan pada kulit yang inflamasi
• Indikasi : Dermatophytoses, pityriasis versicolor, mucocutaneous
candidiasis, seborrheic dermatitis.
• Econazole, ketonazole dan oxiconazole : bisa diberikaan 1 kali pemberian
• Pengaplikasian dengann radius 2 cm dari area terinfeksi:
• Durasi pemberian :
T. corporis dan T. cruris : ± 2minggu
T. pedis : 4 minggu
Pengobatan dilanjutkan 1 minggu sampai gejala teratasi.
• Risk : reaksi alergi, iritasi
• Komplikasi : resistensi harus dipertimbangkan karena sudah ada laporan,
peningkatan kadar tacrolimus serum pada pasien penerima transplantasi
ginjal yang menggunakan clotrimazole untuk mengobati mucocutaneoous
candidiasis.

2. Allylamines dan Benzylamines


• Moa : menghambat squalene epoxidase (squalene→squalene oxide).
Karena pembentukann ergosterol membutuhkan squalene oxide.
• Terdapat efek anti-inflamasi, efek antibakteri terbatas
• Larut lemak ↑
• Penetrasi baik pada stratum korneum
• Butenafine : dapat diberikan 2-3 hari, sekali
• Terbinafin bersifat keratofilik dan fungisidal (sudah beredar di Indonesia)
• Absorbsi sistemik rendah → ekskresi melalui urin (3%-5%)
• Indikasi : Dermatophytoses, pityriasis versicolor, Tinea faciei

3. Polyenes (Gol. Nystatin)


• Moa : berikatan irreversibel langsung dengan membran sterols →
gangguan permeabilitas membran→kematian jamur
• Memiliki afinitas tinggi pada sterol jamur, termasuk ergosterol.\
• Bersifat fungistatik pada konsentrasi rendah dan fungisidal pada
konsentrasi tinggi.
• Tidak diabsorbsi pada kulit yang intak,vagina, GIT.
• Indikasi : Candidiasis mucocutaneous karena C.albicans, C. pparasilosis,
C. krusei, C. trapicalis.
• Tidak efektif untuk dermatopita atau pityosporum.
• Pemberian : 4-5x/hari selama 2 minggu.
• Terapi infesi kutan : krim, bubuk, salep → 2x sehari selama 2 minggu
• Resiko : iritasi, alergi.
• Komplikasi : sudah dilaporkan resistensi untuk beberapa kandida

4. Antifungi Topikal Lain

Ciclopirox Olamine
• Moa : menghambat membran transport melaui prekursor
seluler→terganggunya fungsi sel→fungi mati
• Target : membran sel
• Anti-inflamasi dan antibakteri
• Penetrasi keratin cukup baik→onychomycosis
• Ekskresi 10% melalui urin
• Indikasi : Dermatophytoses dan onychomycosis, candidiasis, pityriasis
versicolor, seborrheic dermatitis.
Tolnaftat
• menghambat sintesis ergosterol melalui squalene epoxidase.
• Fungistatik/fungisidal tergantung konsentrasi
• Indikasi : dermatophytosis dan pityriasis versicolor

Undecylanic Acic
• Asam organik→ secara langsung kontak dengan dinding sel jamur
• Sediaan dalam bentuk zinc, calcium, copper salt
• Pada pH tinggi : efek minimal
• Absorbsi sistemik : tidak ada
• Indikasi : dermatophytosis dan candidiasis

SISTEMIK
1. Allylamines : Terbinafine

2. Triazole : Itraconazole

3. Triazole : Fluconazole
• Sediaan : iv, oral
• Waktu paruh : 25-30 jam
4. Triazole : Voriconazole
• Generasi ke-2
• Sediaan : iv dan oral

5. Miscellaneous : Griceofulvin

6. Ketoconazole
• Golongan imidazole
• Sudah tidak digunakan lagi di Amerika karena efek gangguan hepar tinggi

Anda mungkin juga menyukai