Rangkuman Kuliah Minggu 2 Blok DMS-1 PDF
Rangkuman Kuliah Minggu 2 Blok DMS-1 PDF
BLOK DERMATOMUSKULOSKELETAS
MINGGU 2
FORUM STUDI ISLAM IBNU SINA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018/2019
DAFTAR ISI
2
BAB I
ILMU KEDOKTERAN KULIT DAN KELAMIN
3
DERMATITIS
Akut Kronik
Edema intraseluler/spongiosis Spongiosis menurun
Vesikel intraepidermal Vesikel intra epidermal dominan
Infiltrate mononuclear dermis Infiltrate mononuclear
Vasodilatasi Vasodilatasi menurun
Infiltrate perivaskuler Infiltrat perivaskuler menurun
Akantosis dominan
Mulai paraketosis Dermis
Terjadi penebalan kolagen sub-
basal
4
DERMATITIS NUMULARIS
5
DERMATITIS STATIS
6
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
7
LESI ERITROSQUAMOSA
8
o Edem pada dermis papilaris
gejala klinik
o mulai:makula-papula eritematus, skuama melebar scr sentrifugal, variasi
penyebaran:punctata (titik), gutatae (tetesan), numuler, folikularis, universalis
o Tanda tetesan lilin:skuama digores garisputih keruh
o Tanda Auspitz:skuama dilepas sampai dasarperdarahan titik-titik/pin point
bleeding
o Tanda Koebner/isomorfik:pd bekas trauma
o Bekas garukan terbentuk lesi psoriasis baru
Variasi manifestasi klinik:
o Psoriasis vulgaris:
Paling banyak dijumpai:plakat spesifik
Predileksi:daerah menonjol/prominent
o Psoriasis inversa/fleksural:
Daerah lipatan
o Psoriasis seboroik:
Daerah seborea:scalp, alis mata, retro-auriculair, cuping hidung, ketiak,
skrotum, dada, interskapula, suprapubic, lipat nasolabial
kulit tampak berminyak squama putih kasar
keluhan:seperti ketombe
o Psoriasis gutatae:
Variasi psoriasis btk plakat
Erupsi serentak,lesi sebesar tetesan air
Mendadak:setelah infeksi stafilokokal
Banyak pada anak:sebagai lesi awal psoriasis
o Psoriasis pustulosa:
Ditambah radang kulit lokal
di bagian eritem mcul pustula steril putih kekuning
milier,datar,bergabung menjadi lake of pustule
2 tipe:
Psoriasis pustulosa generalisata (Von Zombusch):
o pustula generalisata, pus steril
o gejala sistemik:demam tinggi,rasa panasbisa cachexia
o Lab :AL(Antal Leukosit)> 20.000,penurunan Ca++ serum
o kadang fatal
Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber)
9
o pustula pd palmar,plantar,ujung jari
o kumat-kumatan
o dapat terjadi koinsidensi/bersamaan dengam bentuk
plakat
o tidak gatal
o Psoriasis artropati:
merupakan komplikasi/penyulit psoriasis
artritis seronegatipASTO (anti streptolisin titer O) - , RF (Rheumatoid
Arthritis) –
pada sendi kecil deformitas sendi permanen
tulang mengecil dan meruncing
bisa dengan atau tanpa lesi kulit
Rontgenologik spesifik:
awal:gambaran radang
lanjut:periostitis-deformitas
o Psoriasis kuku:
terutama jari tangan
matrix kuku:didapat parakeratosis
klinis:pitting nail (lekuk kuku), diskolorisasi/kekuningan, perubahan
keratin di kuku proximal/subungual hyperkeratosis Lateral
onikolisis:kuku lepas dari matrix
o Psoriasis eksfoliatif:
bentuk reaktif
eksfoliasi: > 75 % luas permukaan tubuh
Terapi:
o causa belum jelassimtomatik, dan membatasi faktor pencetus
o topical :< 5% luas permkaan tubuh: tar (untuk gatal),salisilat, kortikosteroid
asam salisilat (keratolitik,meningkatkan kerja tar)
o tar adalah: antipruritus, keratoplastik, akantoplastik mengeringkan, antiparasit,
antiradang, vasokonstriktor
o sistemik:untuk psoriasis berat atau rekuren
sitostatika:siklosporin,methotrexate
isotretinoin (derivat asam vit A)
Kortikosteroid :untuk psoriasis pustulosa/psoriasis eksfoliatif
o kombinasi:
p UVA (psoralen + UVA)
Regimen Gauckermann (tar,UVB)
10
o edukasi
PITYRIASIS ROSEA
11
DERMATITIS SEBOROIK
bentuk khas (sebagian mengandung sisik dan berminyakpada area seborea (scalp, alis
mata, retro-auriculair, cuping hidung, ketiak, skrotum, dada, interskapula, suprapubic,
lipat nasolabial)
kumat-kumatan
sangat gatal
causa:tak jelas,aktivitas kel sebasea >> (?)
berminyak:pityrosporum ovale lbh subur
klinis:
o skuama putih kekuningan dg eritem
o batas tegas
o berminyak (bukti:kertas)
o gatal
Epidemiologi : laki-laki>>>
Bentuk klinis:
tipe bayi:
o 2-3 bl (peak:6-8 mg)hormon ibu?
o kepala dan wajah
o skuama tebal:
tipe dewasa:
pascapubertas (peak:18-40 th)
o salah satu manifestasi:’ketombe’basah:pityriasis steatoidesdengan kerontokandi
daerah seborea
faktor memperburuk:makan berlemak, banyak keringat, stres
terapi:
bayi:topikal dg minyak/steroid ringan
12
dewasa:
o topikal steroid sedang
o sistemik : antihistamin, kotikosteroid
DERMATITIS ATOPIK
13
lebih reaktif pada tes kulit tipe I
o Kelainan laboratorium : Kadar Ig E meningkat
Gejala dan tanda klinis:
o dapat diderita seumur hidup(ada predisposisi)
o kumat-kumatan (tergantung pencetus)
o gambaran klinik khas sesuai umur
Trigger factor:
o iklim, suhu tinggi:rangsangan gatal
o kelembaban:pakaian oklusif/tidak serap keringat
o alergen banyak:karpet kotor dll
Bayi :
o 2-6 bln
o Gejala Klinis: dermatitis akut di pipi (eksim susu: ASI), diaper area (popok
basah), daerah ekstensor, cenderung basah/eksudatif,gatal eritem batas
tegas,papula-vesikel milier dan erosi,eksudat,krusta
o kumat-kumatan terutama dg faktor pencetus:telur
Anak
o 2-12 thn
o Gejala Klinis :daerah fleksor (lipat siku,lipat lutut,leher), simetris, papul-papul
milier,tak eksudatif, cenderung kering
Dewasa :
o daerah (simetris) wajah,leher,dada bag atas, lipatan siku,lipatan lutut,dorsum
manus
o Gejala Klinis :likenifikasi,hiperpigmentasi, cenderung kering
Kriteria Hanifin Rajka: 3 kriteria major dan 3kriteria minor
o Major:
pruritus
morfologi/distribusi lesi
dermatitis kronis sering kambuh
riwayat atopi pada diri dan OT
o Minor
xerosis
keratosis pilaris:hiperkeratosis pd foll rambut
hiperlinearis palmaris:garis-garis palmar >>
lbh reaktif thd tes hipersensitivitas tipe I
peningkatan Ig E serum
mudah kena infeksi bakteri/ virus
14
dermatitis pada tangan dan kaki
dermatitis pada areola mamae
dermatitis pd lipatan leher anterior
konjunctivitis
lipatan Dennie Morgan:bayi-anak, suborbital
keratokonus anterior:penonjolan btk kerucutdi tengah kornea
periorbital kehitaman
pucat pada wajah
pityriasis alba:hipopigmentasi kronis bersisiskdi wajah
gatal bila berkeringat
toleransi wooly
papula perifolikuler
intoleransi pada makanan tertentu
dipengaruhi lingkungan dan emosi
white dermografisme:kepucatan pada tes dengan zat kolinergik
DERMATITIS KONTAK
15
DKA (Dermatitis Kontak alergik)
16
o subakut:eritem +/-, edem +/-, vesikel,papul
o kronik:papul, pigmentasi, likenifikasi, ekskoriasi
Pemeriksaan konfirmasi:patch test/uji tempel
Kulit ditempel bahan/alergen kontak Ditutup dg penutup khusus
biarkan 48jamDibuka,baca hasilnya:
17
o merusak lapisan tanduk
o denaturasi keratin
o menyingkirkan lemak lap tanduk
o merusak epidermis klt
Penatalaksanaan: mirip th/ DKA
GANGGUAN AUTOIMUN
18
gejala klinik:
o lesi awal:makula eritem di wajah,hidung,pipi berbentuk kupu-kupu, sedikit
gatal, tepi eritem dan teleangiektasis, tengah
pucat,atrofi/cekung,berskuama/sumbatan folikuler
kelainan ekstrakutan:
o mudah Lelah, demam, anoreksi, nyeri sendi
o lupus nefritis:50-60%,peny kardiopulmoner:50-60%, gangguan SS pusat:50-
60%, penyakit gastrointestinal, hepatosplencnomegali, limfadenopati, gangguan
oftalmologik
LE kutan:
o LEK kronik
1. LE diskoid (LED)
2. LED generalisata
3. LED hipertrofik
4. lupus profundus
o LEK subakut
1. LEKS papula
2. LEKS anuler polisiklik
o LEK akut
1. malar rash/eritem malar:bintik spt kupu2
2. eritem general
3. bulosa/TEN like
LEK nonspesifik
o lesi vaskuler
o sklerodaktili
o alopesia
o kalsinosis kutis
o lesi mukosal
o urtikaria
o gangguan pigmentasi
o lesi bulosa
Semua gejala LEK akut tanda LE Sistemik
Semua tanda LEK subakut tanda LE Kutan
LEK kronis mungkin LES
o riwayat:demam, Raynaud phenomena, mudah Lelah, nyeri dada (pleuritis), nyeri
sendi, fotosensitivitas, LEK nonspesifik
o pem fisik:kebotakan difus, limfadenopati , LEKS/LEKA, LEK nonspesifik
19
o Laboratorium:anemi,lekopeni (limfosit < 1000, LED >>, ANA,
hiperglobulinemi, deposit komplek imun di klt
effloresensi:makula eritem-hiperpigmentasi, numuler-plakat (gambaran kupu-kupu,
teleangiektasis di sekitar lesi, sumbatan folikuler (follicular plug) di tengah lokasi : dua
sisi pipi simetrisdua sisi telinga, retroaurikuler, dada,lengan, scalp
Laboratorium :darah (rasio albumin/globulin,LED,lekositosis, sel LE), urine
Terapi:
o topikal:kortikosteroid
o sistemik:klorokuin 2X250 mg, kortikosteroid
SKLERODERMA
20
Gejala Klinik:
o M soliter:
plak/makula sklerotik
numuler/selebar palmar
bulat,batas tegas,mengkilat:lilin
merah kebiruan/gading:halo ungu
o M gutatae:s
Sangat jarang
makula/plak kecil bulat,atrofik
o Skleroderma linear en coup de sabre:
unilateral,soliter
bukan di superfisial:lebih dalam
o M segmental:
wajah
hemiatrofi
o M generalisata:
kombinasi 4 bentuk
disertai atrofi otot timbul disability
Semua bentuk:menjadi inaktif dalam 3-5 bln, menghilang dalam beberapa tahun,
kecuali skleroderma linear yg makin luas
Sistemik:difuse progressive scleroderma:
juga mngenai viseral
Gejala Klinis : 3 stadium
1. menyerupai morbus Raynaud
o jari tangan:kelainan vasomotor:
akrosianosis
akroasfiksia
o wajah:terdapat teleangiektasis
2. menyerang mukosa
o oral:indurasi di lidah+gingiva paroksismal vasomotor,keln sensibilitas
3. menyerang viseral
o esofagus:disfungsi+penurunan motilitasdisfagi dan malabsorbsi
o lambung dan usus:juga terkena
o paru:fibros apneu
o Terapi tergantung pada:
ditujukan pd alat yg terlibat
fenomena Raynaud:lindungi dari dingin
21
medikamentosa: efektif ?
membaik spontan
22
DERMATOTERAPI TOPIKAL
Terapi pada penyakit kulit diberikan dalam dua cara, yaitu terapi sistemik dan terapi
topikal. Banyak masyarakat yang mengabaikan mengenai penggunaan obat topikal karena
mudah didapatkan, sehingga mereka menggunakan obat topikal tanpa brdasarkan resep dari
dokter.
1. Absorbsi Perkutan
Absorbsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari kulit ke dalam jaringan di
bawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah dengan mekanisme difus
pasif. Absorbsi perkutan adalah seberapa banyak kulit dapat menyerap obat.
Absorbsi perkutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Ketebalan kulit
Berikut tingkat absorbsi obat pada berbagai bagian tubuh
s. korneum : 100% pada lengan
: 83% pada palmar
: 14% pada plantar
Contohnya: lesi pada lengan dapat diberikan kortikosteroid lemah, sedangkan
pada plantar diberikan kortikosteroid potensi kuat.
b. Lokasi
Absorbsi obat lebih baik pada kulit yang kaya folikel rambut dan kelenjar ekrin.
Scalp : 3.5 x lengan bawah
Dahi : 6 x lengan bawah
Pipi : 13 x lengan bawah
Skrotum : 42 x lengan bawah
c. Keadaan kulit
Apabila ada defek : lecet, keadaan eksematus maka nilai absorbsi obat akan
meningkat
d. Umur
Bayi memiliki s.korneum yang lebih tipis dan luas permukaan badan/BB yang
lebih besar daripada dewasa
Orang tua memiliki kulit dengan folikel rambut yang berkurang, kelenjar
keringat berkurang, dan s. Korneum yang tipis
23
Absorbsi pada bayi dan orang tua lebih besar.
e. Kuantitas
Absorbsi berbanding lurus dengan lus kulit yang diobati, lama kontak dengan
bhan, dan frekuensi aplikasi
f. Hidrasi
Absorbsi berbanding lurus dengan hidrasi kulit, hidrasi terjadi karena : Oklusi
alamiah : pakaian rapat, daerah lipatan
Obat topikal : salep berlemak
Oleh karena itu ada obat topikal yang diberikan setelah mandi (kelembaban
tinggi)
g. Koefisien partisi
Kelarutan bahan aktif obat, bahan larut lemak : lebih mudah untuk penetrasi
h. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin mudah untuk diabsorbsi, contoh
micronized
2. Vehikulum
Basis obat, yaitu bahan dasar obat luar sebagai pembawa bahan aktif
Kriteria ideal vehikulum :
Inert
Stabil fisik dan kimiawi
Noniritatif
Nonalergik
Secara kosmetis baik
Efek samping kecil, minimal
Variasi :
24
Zat aktif : as. Salisilat, menthol, antibakteri, antijamur
Penggunaan :
o Lesi akut noneksudatif : sebagai pendingin
o Lesi lipatan : penyerap keringat/pelicin
o Jaringan : lesi eksudatif karena membentuk krusta
b. Salep
Semipadat berasal dari lemak
Vaselin putih-kuning, silikon, polietilen glikol
Sifat oklusif, untuk lesi kronik karena penetrasi lebih baik
c. Cairan
Losio
Air biasa, air suling, alkohol
Air : solusio, sol pemanganas kalsikus/ sol kalium permanganas
Alkohol : tinctura, tinc podofilin
- Asam salsilat
- Sulfur
- Ter
- Asam borat
- Kortikosteroid
- Antibiotik
-Antijamur
Beberapa golongan obat yang sering digunakan pada penyakit kulit yakni :
1. Asam salisilat
Guna:
-Kompres: 1‰
25
-Keratolitik: 3-20%
-Destruktif: 30-60%
2. Sulfur
- Antiseborhea, antiakne, antiskabies, antibakteri gram +, antijamur
- Konsentrasi: 4-20%
3. Ter
- Hasil destilasi kering dari:
a. batubara: likuor karbonis detergen (LKD)
b. kayu: oleum kadini, oleum rusi
c. fosil: iktiol
- Efek samping: iritasi, folikulitis, fototoksik, karsinogenik, akne ter,
1) Kortikosteroid Topikal
- Guna: paliatif dan supresif untuk antiinflamasi, antialergi, antipruritus,
antimitotik, vasokontriksi
- Klasifikasi:
lemah: antiinflamasi, antimitotik (-) 4-6 mgg
sedang: antiinflamasi, antimitotik sedang
kuat: antiinflamasi, antimitotik kuat 2 mgg
sangat kuat: antiinflamasi, antimitotik sangat kuat
- Indikasi :
Topikal: dermatitis, psoriasis ringan
Intralesi: keloid, parut hipertrofik, alopesia areata, aknekistik, prurigo
- KI: infeksi, ulkus
- Lama pakai:
lemah: 4-6 minggu, kuat 2 minggu
26
- Efek samping: (pemakaian potensi kuat, lama, oklusi), berupa : hipo/atrofi kulit,
strie, telengektasia, purpura, hipertrikosis, dermatitis acneformis, hipopigmentasi,
derm perioral.
2) Antibiotik
- Indikasi:
infeksi bakteri
Mencegah infeksi pada luka bersih
Pengobatan awal dermatosis & luka
Acne vulgaris
- Topikal kombinasi AB dg KS dermatosis sekunder: dermatitis diaper, otitis
eksterna, impetigo
- Prinsip:
efektif sesuai dengan kuman penyebab
tidak dipakai untuk obat sistemik
tidak menimbulkan sensitisasi
murah, mudah
- BACITRACIN, GRAMICIDIN
27
- Antifungi Topikal
3) Antijamur
- Sulit eradikasi
- Terapi panjang (beberapa mgg – 1 tahun)
- Penyebab: Candida spp. (candidiasis), Dermatophytes
- Infeksi jamur secara umum dibedakan menjadi infeksi jamur sistemik dan topical
28
- Antijamur untuk infeksi topikal : griseofulvin, imidazol, tolnaftat, nistatin, asam
salisilat, asam undesilinat, haloprogin, natamisin.
- Contoh:
Nistatin: kandida
Siklopiroksolamin: dermatofita, M furfur, kandida
Haloprogin: dermatofita, M furfur, kandida
Tolnaftat: dermatofita
Deriavat imidazol: dermatofita, M furfur, kandida
Toksisitas:
Tergantung vehikulum, oklusi, lokasi, frekuansi, durasi, jenis kel kulit,
kondisi renal, hepar.
Toksisitas Efek Lokal:
- iritasi, alergi, atrofi, komedogenik, telangektasis, pruritus, nyeri, tersengat,
pengeringan kulit/ merusak kulit epidermis.
- proses pengeringan kulit, atau merusak lapisan kulit epidermis.
Toksisitas Efek Sistemik:
- penyerapan perkutan (SSP, shok anafilaktik renal, kardiak, teratogen, dan
karsinogen).
- non imunologik dapat terjadi pada keracunan peptisida.
4) Antiseptik
- Untuk mencegah infeksi pada kulit :preoperasi
- Mengurangi infeksi nosocomial
- Perawatan luka bakar
1) SABUN: - ditambahkan antiseptik
- trichlorocarbanilide/ TCC
- tribromosalisilamide
- 0.5- 1 %
3) KALIUM PERMANGANAS
- Sebagai antiseptic
29
- Sebagai oksidator : membersihkan luka-luka kotor
- Kristal merah ungu
- Konsentrasi:1/10.000
4) POVIDON IODINE:
- Iodium+polyvinyl pirrolidon
- Nontoksik,noniritatif
- Untuk kulit dan mukosa vagina
5) ALKOHOL:
-etilalkohol
5) ANTIPRURITUS
-preparat:kalamin urea
phenolmenthol
camphorantihistamin
1) KALAMIN:
-bedak,obat kocok,krim,salep
2) UREA
-sebagai antigatal
-conc. :2-10 %
30
3) PHENOL,MENTHOL,CAMPHOR:
-sebagai pendingin
-conc. : 0.5-1 %
- >2 %: iritatif
4) ANTIHISTAMIN:
-ESO: sensitizer
- Antihistamine H-1:
generasi 1 (sedating): chlorphenon, diphenhydramine,
promethazine,cyproheptadine, doxepine untuk pruritus berat;
generasi 2 (non-sedating): cetirizine, loratadine, desloratadine,fexofenadine.
31
KEGAWATDARURATAN KULIT
32
Pengobatan
o Tergantungberat – ringan .
o Rawat, Keadaan umum,
o Berikan : kortikosteroid (tappering off segera)
Deksametasone : 4-6 x 5 mg/hari
Metilprednisolon iv 2x 62.5- 125 mg
o Antibiotika
o Intake cairan/elektrolit
Komplikasi
o Bronkopneumoni
o Syok
o Kelainanginjal -> ATN
o Kebutaan
Komplikasi
o Bertindakcepat dan tepat ->prognosis baik
o Kematian -> 5 - 15 %
2. Toksikepidermolisisnekrotikan
Definisi
Penyakit yang berat yg ditandai dengan gejala kulit yg khas -
>epidemolisis menyeluruh dapat disertai kelainan mukosa di orifisium dan mata
Etiologi : Alergiobat ~ SJS dan Infeksi
Gejala Klinis
o Mirip seperti SJS ygberat
o Prodromal : - sakitberat
o - demam tinggi
o - kesadaran menurun
o Kuliteritem generalisata ->vesikel, bula
o Mukosaerosi, ekskoriasi – krusta
Pengobatan : Mirip seperti SJS
Prognosis :
o 50 - 70 % buruk
o Infeksi>baik dari obat
o Kematian 28,6 %
o Sindrom Stevens Johnson 1 %
33
DERMATOVESIKOBULOSA
1. Pemvigus Bulgaris
Paling banyak dijumpai
Mousyodore (bautikus)
Etiologi belum diketahui
Bilaberat:mengenai seluruh mukosa
Epidemiologi :
o Usia : 40 – 50 tahun
o Jenis Kelamin : Laki-laki = wanita
Patogenesis :terjadi autoantibodi yang komplex imun hingga tejadi
akantolisis
Jarang terjadi parut
Gejala klinis
Keadaan umum : Jelek
Keadaan awal : Erosi,krusta beberapa bulan kemudian muncul bula
general
Effloresensi : Bula suprabasal berdinding kendor,eritem,
krusta,erosi,hipohiperpigmentasi
Lokasi : General
2. Pemfigoid Bulosa
Definisi
Penyakit kronik dengan bula besar dinding tegang di atas dasar eritematus
Etiologi : Belum Jelas, kemungkinan autoimun
Epidemiologi
o Usia : Semuaumurterutama orang tua 50- 60 thn
Patogenesis : Terjadi komplex Ag-Ab di membran basalis
Gejalaklinik
o Keadaan Umum :Baik, tampak sakitringan, seringgatal
o Efforesensi : Bula subepidermalnumulersampaiplakat, isijernih-
kadanghemoragik, dindingtegang, bilabulapecah akan terbentuk
daeraherosive
Lokasi : Ketiak, Lenganfleksor, Lipatpaha, dan mulut
Pemeriksaan laboratorium:
o Biopsi
34
o Pemeriksaan imunofluoresensi
o Pemeriksaan sel Tzanck +
Terapi : Kortikosteroid sistemik dosis tinggi
Prognosis : Lebih baik daripada pemvigus vulgaris
35
ALOPECIA
ALOPECIA AREATA
Kelainan kulit yang ditandai munculnya patch pada kulit akibat rambut
menghilang secara komplit dan cepat
Gambaranklinis
Gambaranhistopatologik
Tergantungberatringannya.
topikal : kortikosteroid
36
intralesi : triamcinolone acetonide 5 mg /cc (maksimal 20 mg , ulang 4-6 minggu)
<25 % : sembuh spontan
Prognosis
ALOPECIA ANDROGENETIK
Onset usia :
Gambaran klinis
37
bila muncul pada wanita usia muda perlu evaluasi endokrinologik ( akne,
hirsutisme, virilization )
Diagnosis
anamnesis (genetik)
pemeriksaan rambut
PemeriksaanPenunjangLaboratorium
Penatalaksanaan
TELOGEN EFFLUVIUM
1. demam tinggi
2. diet ketat
3. malnutrisi
4. operasi
38
5. obat- obatan
6. kehamilan (95 % mengalami)(dikaitkan dengan berhentinya pil KB)
7. syok hipovolemik karena perdarahan
8. berhentinya penggunaan kortikosteroid
9. 6 - 16 minggu setelah stres berat
Klasifikasi (Headington) :
Gambaran klinis:
Diagnosis:
anamnesis
light pull test : +
39
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Penatalaksanan:
40
DERMATO VESIKOBULOSA
PEMFIGUS VULGARIS
41
PEMFIGOID BULOSA
penyakit kronik dengan bula besar dinding tegang di atas dasar eritematus
causa:belum jelas, autoimun ?
Epidemiologi : usia:semua umur tu orang tua 50- 60 thn
patogenesis:tjd komplex Ag-Ab di mbr basalis
gejala klinik: keadaan umum baik,sakit ringan, sering gatal
efforesensi:bula numuler sampai plakat, isi jernih-kadang hemoragik,dinding tegang,
bula pecah daerah erosif
lokasi:ketiak,lengan fleksor,lipat paha,mulut
bula subepidermal Nikolsky sign negatip
laboratorium:biopsi
o biopsi PA
o pemeriksaan imunofluresensi
o pemeriksaan sel Tzanck +
terapi:kortikosteroid sistemik dosis tinggi
prognosis:lebih baik daripada pemvigus vulgaris
DERMATITIS HERPETIFORMIS
42
morbus Duhring/Duhring’s disease
penyakit kronis residif effloresensi polimorfik, berupa vesikel, berkelompok,simetris
dengan rasa gatal hebat
causa:belum diketahui, sensitif thd Iodium,gluten/prot gandum
Epidemiologi : usia:anak dan dewasa tu dekade 3
sembuh spontan:10-15 % kasus
patogenesis:tak jelas deposit Ig A pada dermo-epidermal junction
gejala klinik: keadaan umum baik, keluhan gatal-terbakar
effloresensi:eritem,papulo-vesikel, vesikel-bula berkelompok-simetris, dinding
tegang,isi jernih, penyebaran mirip herpes(herpetiformis)
laboratorium:
o biopsi PA
o pemeriksaan imunofluoresensi
o hipereosinofilia >40% pd darah tepi
o cairan vesikel-bula:eosinofil 20-90%
Terapi:
o DDS (Dapson) 50- 300 mg/hari
o Efek Samping Obat:anemi hemolitik, lekopeni, met-hemoglobinemia
43
DERMATOSIS VESIKOBULOSA
A. Pemfigus Vulgaris
Epidemiologi
Etiologi
Manifestasi Klinis
KU : buruk
Lesi berupa erosi krusta beberapa bulan jadi bula generalisata berdinding
kendur.
Bula intraepidermal suprabasal (diatas membran basalis).
Lesi jarang menjadi jaringan parut
Semua selaput lendir dgn epitel skuamosa dapat diserang. Ex. Konjungtiva mata,
hidung, karung, serviks.
Tanda nikolskiy : (+) dengan cara menekan dan menggeser kulit diantara 2 bula
sehingga kulit terkelupas atau dengan menekan bula maka bula akan meluas.
Nyeri dan Tidak pruritus
Khas
Pemeriksaan Penunjang
44
Kortikosteroid: presiden 60-150mg/hari atau dosis tinggi diberi deksametasonim/iv.
Tapperingoff 10-20 mg setelah 5-7 hari.
B. Pempigoid Bulosa
Etiologi
Patogenesis
Gejala Klinis
KU : baik
Kelainan kulit : bula dan dapat bercampur vesikel, berdinding tegang, disertai
eritema.
Bula pecah daerah erosive luas tapi tdk bertambah seperti pemfigus vulgaris.
Bula subepidermal sel infiltrate eosinofil
Predileksi : ketiak, tangan bag fleksor, lipat paha.
Tanda Nicolskiy : (-)
Pemeriksaan Penunjang
Imunofloresensi : endapan IgG dan C3 tersusun pita
Biopsi PA
Pemeriksaan Tzanck (+)
Tatalaksana
45
belum diketahui pasti. Sensitif thdap Iodium, gluten/prot gandum
Epidemiologi
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana
Prognosis
46
47
TUBERKULOSIS KUTIS
Epidemiologi :
- terutama pada negara sedang berkembang
- insiden sejalan dengan pe insiden TB paru
- RSCM : skrofuloderma 84%
tb kutis verukosa (13%)
lain-lain (3%)
Pemeriksaan Lab. :
1. Sediaan mikroskop :
- bahan: pus, jaringan kulit, KGB
- pewrn Ziehl Neelsen, Kinyoun Gabet
- BTA (+) -> kuman merah, dasar biru
2. kultur :
- media Lowensteins-Jensen, 37 C, 8 mg
3. Binatang percobaan (marmut)
- lama pertumbuhan : 2 bulan
4. Tes biokimia
- tes niasin (+) -> M.tuberkulosis tipe human
5. Tes resistensi
Klasifikasi
1. TB kutis Sejati :
A.Primer
B.Sekunder :
1. tb kutis miliaris
48
2. Skrofuloderm
3. Tb kutis verukosa
4. Tb kutis gumosa
5. Tb kutis orifisialis
6. Lupus vulgaris
2. Tuberkuloid :
1. Papul
2. Bentuk Granuloma & ulseronodulus
Skrofuloderma
Penjalaran per kontinuitatum dari organ dibawah kulit -> KGB, sendi, tulang
Seringkali dimulai -> limfadenitis tuberkulosis
Port d’entre
- leher : tonsil atau paru
- aksila : apeks pleura
- inguinal : ekstremitas bawah
Gambaran klinis :
TB Kutis verukosa
49
Gambaran klinis :
- lesi bentuk bulan sabit -> penjalaran
- serpigenosa
- lesi : papul lentikular, verukosa, multipel
- di atas kulit yang eritematosa
Pengobatan :
50
KUSTA
Definisi
- Kulit
Sinonim
Epidemiologi
- Folikel Rambut
- Kelenjar Keringat
- Sputum
51
Karakteristik Bakteri
- Bakteri gram-positif
- Intraseluler obligat
Gejala Klinis
Deraja keperahan dari penyakit lepra tergantung dengan imunitas dari pasien oleh
sebab itu kusta juga dapat disebut sebagai penyakit imunologik.
Gejala klinis didasarkan atas 4 hal yaitu :
Gambaran klinis yang muncul sesuai dengan dan sangat tergantung dengan
Sistem Imunitas Seluler (SIS) pasien
GAMBAR
KLASIFIKASI RIDLEY JOPLING
52
Keterangan :
2. Ti = Tuberkuloid Indefinite
3. BT = Borderline Tuberkuloid
4. BB = Mid-Borderline
5. BL = Borderline Lepramatous
6. Li = Lepramatous Indefinite
Istilah Lain :
53
- Karakteristik : Indeks Bakteri (IB) < +2 ; BTA test (-)
Untuk mengetahui adanya kerusakan fungsi saraf motoris maka diperiksa dengan
pemeriksaan voluntary muscle test
Untuk mengetahui adanya kerusakan fungsi saraf sensorik maka diperiksa
kepekaan pasien terhadap suhu, perabaan, dan nyeri
Untuk mengetahui adanya kerusakan fungsi saraf perifer maka saraf yang diperiksa
adalah :
- N. Fascialis
- N. Aurikularis Magnus
- N. Radialis
- N. Ulnaris
- N. Medianus
- N. Poplitea Lateralis
- N. Tibialis Posterior
54
Perbedaan Multibasilar dan Pausibasilar
1. Kelainan Kulit
2. BTA (+)
3. Gangguan Sensibilitas
Reaksi Kusta
55
2. Reversal / Non-Nodular / Borderline / Tipe I
Pengobatan Alternatif
56
ACNE VULGARIS
Definisi
Peradangankronispadafolikelpilosebaseasecaraklinisdenganditandaiadanyakomedo,
papul, pustul, nodul, kistadenganmacamtingkatdankeparahan
30-60% terjadipadausiaremaja
Komedomerupakanlesi primer dari AV.
Etiopatogenesis
Hiperproliferasiepitelfolikular yang
menyebabkansumbatanmuarakeluarfolikelsebaseus
Hiperplasiakelenjarsebaseadisertaiproduk sebum yang berlebih
Reaksiinflamasi
PeningkatankolonisasiPropionibacterium acnes di folikelrambut
Peningkatankadarhormon androgen, kortikosteroid yang
didugaberperanpadakegiatankelenjarsebasea.
Faktor lain antara lain adalahusia, familial, dancuaca.
KriteriaDiagnostik
COMEDO LESI
MILD <20 <15
MODERATE 20-100 15-50
SEVERE >100 >50
57
Klinis :
- lesikulitberupakomedohotamdanputih
58
PemeriksaanPenunjang
- Ekscochleasikomedo -->komedoekstraktor
Tata Laksana
Ringan
1) TerapiTopikal
- anti-inflamasi
- menghambatkomedo
- mencegahstresoksidatif
- merangsangsintesiskolagen
- memperbaikifungsisawar
2) BenzoilPeroksida
Bersifatbakteriostatik
Bersifatkomedolitik
59
EfekSamping :
- Kekeringankulitdaniritasi
- Reaksialergi / iritasikulit
3) AntibiotikTopikal
Tujuan :
- Mengurangipopulasidari P. Acne di permukaankulitdanfolikel
- Anti-inflamasiuntukmenekankemotaksisleukosit
4) TerapiSistemik
5) Isotretinoin
60
PERANAN DIET
Terdapatkorelasiantaraasupansususapidenganprevalensidantingkatkeparahan acne.
Makanan yang dianjurkanadalahmakanan yang mengandungcarotinoid (wortel),
zinc, dansayuran.
Penatalaksanaanmempertimbangkanusia.
61
INFLAMASI NON INFEKSI
MILIARIA
Sinonim
Epidemiologi
Sering terjadi pada kondisi panas, kelembapan yang tinggi, dan kondisi
menyebabkan keringat berlebihan.
Sering pada neonatus, bisa pada dewasa juga
Adanya riwayat panas, pemakaian selimut, atau pakaian yang tebal —> pencetus
miliaria
Orang Asia menderita lebih sedikit miliaria daripada kulit putih
Etiopatogenesis
62
Kondisi yang lembap, panas, dan aktivitas berat —>merangsang kelenjar untuk
hasilkan keringat berlebih —>terdapat blok duktus —> keringat keluar dari duktus ke
epidermis atau dermis —> inflamasi
Manifestasi Klinis
3. Miliaria profunda
- Lesi : papul yang “flesh-coloured” mirip goose-flesh (kulit belibis)
- Sumbatanm terletak dalam sehingga kebocoran keringat terjadi pada
papila dermis.
- Sering pada dewasa
- Erupsi dapat hilang atau berkurang setelah penderita kembali ke
tempat yang sejuk
- Predileksi : anggota badan, ekstremitas dan berhubungan dengan lokal
hipohidrosis atau anhidrosis
- Histopatologi :
63
Lesi awal = infiltrat limfosit periduktal dalam papiladermis dan
epidermis bagian bawah
Lesi lanjut = spongiosis sekitar epidermis dan parakeratotik
hiperkeratosis akrosyringium. Sel inflamasi di dermis bagian bawah. Limfosit di
dalam duktus ekrin.
Diagnosis Banding
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi yaitu infeksi sekunder dan heat intolerance.
Terapi
Mengontrol panas dan kelembapan serta pembatasan aktivitas terutama pada udara
panas
Regular showering
Memakai pakaian yang longgar atau pakaian tipis yang menyerap keringat
Hindari pemakaian obat topikal dengan heavy cream atau powder
Pemberian : losio yang mengandung kalamin, asam borat, atau mentol
64
Untuk miliaria rubra = krim atau losio klorheksidin dengan atau tanpa asidum
salisilikum 1% (3x sehari).
65
ERUPSI OBAT
Definisi
Erupsi obat alergik atau adverse cutaneous drug eruption adalah reaksi
hipersensitivitas terhadap obat dengan manifestasi pada kulit yang dapat disertai maupun tidak
keterlibatan mukosa.
Faktor Risiko
3. Tesprovokasi
1) Exanthem (Morbiliform/Scarlatiniform)
• Etiologi
66
- Penisillin
Klinis :
- maculopapular (erithema + papula) pada inguinal / aksila
- demam + rash
- hepatitis
- nephritis
2) Urticaria / Angioderma
Aspirin / NSAID
67
Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibitor
- Imunologi
GejalaKlinisUrtikaria
68
3) Reaksi Pustular
Etiologi : - alergiobat
- infeksiakut enterovirus
- hipersensitivitasmerkuri
- dermatitis kontak
- febris (+)
Lab :NeutrofiliadanEosinofilia
Etiologi : - NSAID
- mefenamic acid
- sulfonamide
- trimethoprim
- barbiturate
- tetracyclin
Klinis : : bercak merah --> iris / target lesion --> blister -->erosi --> prolonged /
permanent post inflammatory hyperpigmentation
69
5) Bullous Drug Reaction
a) Erythema Multiforme
c) Toxic
Epidermal
Necrolysis
(TEN)
T
abelPerbed
aan
70
TabelPerbedaan SJS dan TEN
2) Pengobatan Aktif
3) Supportive Therapy
- Kulit (perawatanluka)
71
- Mata
- Pernapasan
- Nutrisi
72
KELAINAN PIGMENTASI
73
Makula unilateral pada dermatom
Usia muda, bukan autoimun, lebih dari separuh pasien dengan vitiligo
segmentasi memiliki patch dengan rambut putih yang dikenal dengan poliosis.
b. Akrofasial
Depgmentasi pada distal jari dab area periorifisial(sudut bibir/mulut)
c. Generalisata/vulgaris
Patch depigmentasitersebar dan biasnya simetris
d. Universalis
Makula depigmentasi dan patch hampir seluruh tubuh dan biasanya
berhubungan dengan syndroma endokrinopati.
- Gambaran klinis
74
a. Trichome vitiligo : adanya depigmented dan hipopigmentasi pada pigmentasi
kult normal
b. Quadrichome vitiligo ; tambahan marginal atau perifolikuler hiperpigmentasii,
biasanya pada area repigmentasi orang kulit gelap
c. Pentachrome vitiigo ; dengan penambahan makula baru keabuan, menandakan
adanyan melaninn incontinen (melanin dermal)
d. Kadang terdapat varian tipe confetti atau vitiligo ponctue. Di mana terdapat
makula hipomelanotik tipis, diskret
e. Inflamatory vitiligo : ditandai dengan eritema pad pingggir makula vitiligo
- Diagnosis banding
a. Wajah : tinea versikolor, pitiriasis alba, hipopigmentasi pasca inflamasi
b. Area anogenital : liken sklerosius et atropikus
- Talak
Tabir surya, kosmetik, topikal (kortikosteroid, calsipitriol 0,005%,
immunomodulator takrolimus), sistemik terapi, terapo psorolen dan UV A.
B. MELASMA
Hipermelanosis didapat, simetris, dikarakteristikkan dengan makula coklat muda
sampai coklat tua, irreguler pada kulit terpajan matahari
Berlangsung kronik, tidak ada keluhan kecuali estetik, wanita>pria.
- Klasifikasi
a. Lokasi
Sentrofasial (pipi medial, dahi, hidung, bibir atas, dagu)
Malarr ( pipi lateral, hidung)
75
Mandibular (mandibula)
b. Histopatologik
Tipe epidermal : tampak deposit melanin pada daerah basal dan supra basal
dan kadang pada seluruh lapisan epidermis.
Tipe dermal : ditandai dengan adanya melanofag yang mengandung melanin
pada dermis bagian atas dan tengah
Campuran ditemukangambaran keduanya
- Faktor penyebab
Genetik, ras sering pada hispatrik, sinar matahari, hormon, kosmetik, bat oral..
- Prinsip talak
a. Langkah pertama
Menerangkan kepada pasien penatalaksanaannya mencakup pengobatan dan
perawatan (skin care)
b. Langkah kedua
Menerangkan pada pasien dasar pengobatan dan perawatan yaitu :
Hindari matahari sedapat mungkin, terutama 10.00-15.00
Penggunaan sunscreen yyang tepat
Penggunaan jenis dan konsentrasi bahan pemutih yang sesuai
Menghilangkan atau mencegah semua faktoryang dapat merangsang
timbulnya melasma
c. Langkah ketiga
penentuan jenis kelaina hiperpigmentasu secara visual, dengan lampu wood
atau dengan pemeriksaan histopatologik
Pertimbangkan mengenai kegiatan sehari-hari atau olahrag, alternatif
pekerjaaan baik mengenai waktu maupun kondisi lingkungan
Memeriksa kemungkina adanya penyakit sistemik atau penyakit kulit lain
yang dapat hiperpigmentasu
Kontrol teratur dan menilai perubahan yang terjadi
d. Langkah keempat
Memilih bahan pemutih
Memilih dan menggunajan sunscreen atau sunblock yang sesuai
MED of the sunscreen protection skin
SPF : 𝑀𝐸𝐷 𝑜𝑓 𝑛𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 𝑠𝑘𝑖𝑛
MED : minimal erythema dose
Obat yang diberikan secara sistemik
Tindakan bedah (beku, listrik kimia), laser
Skin care
76
- Klasifikasi bahan pemutih menurut mekanisme kerja
a. Sebelum sintesi melanin
Transkipsi tirosinase : tretinon
b. Selama sintesis melanin
Penghambat tirosinase (kidrokinon, arbutin, as. Kojic, ekstrak licorice,
rusinol, vit. E, aloesin, as. Azeleat)
Product reduction dan ROS scavengers (as. Askorbat, alpha-tocopherol,
D,L-alpha-tocopherol ferulate
c. Setelah sintesis melanin
Penghambat transfer melnosom (niasinamid, susu soya)
Percepatan turover kulit (as. Glikolat, as. Retinoid)
C. HIPERPIGMENTASI PASCA INFLAMSI
Hiperpigmentasi yang didapat setelah terjadinya inflamasi kulit atau trauma, misalnya
terbakar attau gesekan
- Lokasi
Di mana saja, baik di permukaan, mukosa atau dalam unit kuku. Biasnya timbul di
tempat peradangan dan muncul setelah eritema mereda. Tidak berbahaya.
- Epidemiologi
Mengeai semua usia, laki=wanita, kulit gelap>terang
- Gambaran klinis
Makula atau patch hiperpigmentasu dengan warna bervariasi mulai dari
coklat gelap (melanin epidermal), biru abu sampai coklat abu (melanin
dermal)
Lesi utama yang mendasari biasnya terlihat jelas tetapi kadang dapat tanpa
lesi jelas
Ukuran, bentul dan pola distribusi dapat menunjukkan penyebab yang
mendasar terjadinya hiperpigmentasu pasca inflamasi
Dapat mengalami eksaserbasi dengan adanya inflamasi yang berlanjut atau
jika terpajan sinar matahari
- Kelainan yang berasosiasi denga hiperpigmentasi pasca inflamasi
Acne vulgaris, dermatitis atopik, neurodermatitis, impetigo, gigitan serangga,
dermatitis kontak, pitiriasis rosea, psoriasis, SLE, Fixed drugs eruptium, erupsi obat
morbiliformis.
- Diagnosis banding
Erythema dischromicum perstans, melasma, tinea versikolor,
- Talak
77
Jika drmatosis yang mengawali diobati dengan baik, hiperpigmentasi akan
membaik
Jika pigmentasi dari dermis tidak terdapat pengobatan topikal yang efektif
Proteksi terhadap sinar matahari
78
BAB II
MIKROBIOLOGI
79
INFEKSI BAKTERI PADA KULIT
Diphteroid
o >>Spesies Propionibacterium
o Obligatanaerob sehingga tumbuh pada folikelrambut (O2 terbatas)
Staphylococci
o >> Staphylococcus epidermidis, pada permukaankulit
o Tumbuhbaikdi lingkungankering pada permukaankulit
o Menggunakannutrien di kulit, dapatmencegahkolonisasipatogen
o Menghasilkansubstansiantimikrobial yang dapatmenghambatbakteri Gram
positiflainnya, dan membantukeseimbanganlingkungan pada ekosistemkulit
Fungi
o Spesies Malassezia merupakan yeast yang tergantung pada lipid yang
terdapat pada kulitmanusiasejak masa remaja
o Pertumbuhannya pada media di laboratoriummembutuhkansubstansi lemak
sepertiminyak olive
80
BAKTERI PENYEBAB INFEKSI KULIT
1. Acne Vulgaris
Etiologi : Propionibacterium acnes
Gejala dan Tanda
o Perbesarankelenjarsebasea dan peningkatansekresi sebum
o Epitelfolikelrambutmenebal dan membentukgumpalan,
secarabertahapmemblokaliran sebum kepermukaankulit
o Produksi sebum yang terusmenerus oleh glandula yang
terinfeksidapatmendorong material kepermukaan, yang
terlihatsebaginodahitam
Patogenesis
o Bakteribatang Gram positif yang tumbuh anaerob di dalam dan di sekitar
folikel memiliki lipase yang dapat memecah sebum berminyak pada
glandulasebasesa dan menggunakan asam lemak dan gliserol yang
dihasilkan sebagai sumber makanan
o Sebum terkumpul ketika glandula terblokir, dan merupakan sumber
makanan lagi bagi P. acnes
o Bakteri ini kemudian multiplikasi menjadi jumlah lebih banyak pada
sebum yang terperangkap.
o Produk metabolit bakteri yang membelah menyebabkan respon
inflamasi, memanggil neutrofil dimanaenzimnya merusak dinding folikel
yang membesar
o Folikel pecah, mengeluarkan isinya ke jaringan sekitar.
o Menyebabkan abses (kumpulan pus yang dikelilingi oleh jaringan
inflamasi. Pus
2. Folikulitis
Definisi
o Folikulitis adalah peradangan bagian distal folikel rambut yang biasanya
hanya mengenai ostium, tapi dapat meluas sedikit ke bawahnya.
o Folikulitis secara histologi adalah terdapatnya sel-sel inflamasi dalam
dinding dan ostium dari folikel rambut, membuat pustul berbasis
folikular.
81
o Furunkel : Kumpulan folikulitis
82
Dalam kasus resisten terhadap terapi standar, pemeriksaan
penunjang seperti : kultur, pengecatan gram, KOH, dan biopsi dapat
dilakukan.
Pewarnaan gram : untuk menunjukan coccus gram positif
Kultur bakteri : S. aureus atau pada kasus folikulitis berulang
dilakukan kultur nasal dan regio perianal untuk staphylococcus
aureus carriage.
Kultur jamur : untuk folikulitis dermatofita
Kultur viral : untuk folikulitis yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks
KOH : untuk diagnosis dermatofita
Biopsi : berisi infiltrat, banyak terdapat neutrofil
3. IMPETIGO
Definisi
o Impetigo adalah infeksi bakteri lokal pada lapisan superfisial epidermis
yang bersifatakut dan menular
o Banyak terjadi pada anak-anak, terutama yang tinggal di iklim lembab
atau panas
o Klasifikasi terbagi menjadi 2 : Impetigo non-bullosa dan Impetigo
bullosa
Impetigo Non-Bullosa
Pendahuluan
o Disebut juga Impetigo Contagiosa
o 70% dari seluruh kasus Impetigo
o 10% dari seluruh kasus kulit pediatri (merupakan penyakit infeksi kulit
tersering pada anak-anak)
o Lebih menular dibanding Impetigo Bullosa
Etiologi : Stapylococcus aureus
o Jika terjadi kontak langsung dengan orang yang terinfeksi maka S.
Aureus akan membuat kolonisasi
o Pada kulit yang intak koloni tidak bisa menginvasi, namun bila ada
trauma minor maka dapat berkembang membentuk lesi impetigo sekitar
1-2 minggu kemudian
83
Patogenesis
o Kulit intak resisten terhadap GAHBS dan S aerus
o Kolonisasi bakteri → jika terjadi trauma atau kerusakan pd permukaan
kulit
o Proses adhesi: dg bntuan as. teikoat dan fibronektin (pada kulit intak
reseptor fibronektin tidak ada)
o Menjembatani kolonisasi dan invasi bakteri
Gambaran Klinis
o Lesi mula2 : vesikel kecil atau pustul yang ruptur digantikan oleh krusta
berwarna madu, biasanya <2cm
o Krusta meninggi dengan dasar basah
o Lesi sembuh dg sendiri atau krn terapi antibiotik, sembuh tanpa scar
o Dapat menyebar dari daerah yang pertama terkena ke perifer
o Pruritus -> digaruk-> ekskoriasi
o Predileksi: biasanya di wajah (sekitar mulut, hidung), daerah yang sering
terpapar (tangan, kaki)
o Regional adenopati, sering ditemukan
Impetigo Bullosa
84
o Exfoliatif Toxin A dan B (ETA dan ETB) → serine protease
(epidermolytic) yg jg menebabkan SSSS (Staphylococcal scalded skin
syndrome)
o Protein adhesi : c/ desmoglesin I diikat dandipecah oleh ET
o Menyebabkan kemampuan adhesi sel terganggu (bentuk lokal)
o Terjadi diantara strat. Granulosum dan strat. Spinosum → terbentuk bula
beratap tipis
Gambaran Mikroskopis
Terpisahnya
stratum granulosum dan
spinosum, terdapat infiltrasi sel radang, akantolisis di strat. granulosum
Gambaran Klinis
o
Karakteristik dengan terjadinya perubahan cepat dari vesikel menjadi
bula
o Bula : beratap tipis, lembek, transparan, biasanya kurang dari 3 cm
85
o Cairan bula : cairan bening, kuning kemudian berubah keruh dan
kuning tua
o Bula mudah ruptur, 1-3 hari, meninggalkan skuama di sekitar dasar yang
basah dan eritem
o Kemudian setelah kering
o Bula pada kulit intak bisa terjadi di intertriginosa, leher, aksila, lipatan
siku, bokong, bisa juga di wajah dan area lain
o Nikolsky sign negatif (sheet-like removal of epidermis by shearing
pressure)
Pemeriksaan Lab Mikrobiologi
o Spesimen : eksudat dari lesi kulit
o Sediaan langsung pewarnaan Gram
o Kultur bakteri
o Tes kepekaan
o Staph aureus :
Gram + (kokus muda); Gram – (kokus tua), tidak motil,tidak
berspora, aerob fakultatif
Fermentasi manitol (stafilokokus lain tidak)
Tes Koagulase (+)
o Strep pyogenes :
Gram + , kokus, berantai
Kultur agar darah : daerah beta-hemolitik
Kultur non-agar darah : Tes katalase (-) ; Tes Koagulase (+)
1. Hepres Simpleks
Etiologi :
o HSV-1 : ginggivostomatitis akut, herpes labialis rekuren,
keratokunjungtivitis, encephalitis
o HSV-2 :Herpes genital, herpes neonatal, aseptik meningitis
Penularan
o HSV-2 : kontak seksuallesi area genital
o Penularan :Lesiaktif dan lesi asimptomatik dapat juga menularkan
Patogenesis
o Replikasi pada kulit atau membran mukosa pada lokasiawalinfeksi
86
o Migrasi up neuron
o Laten pada sel ganglia
o (HSV-1 : trigeminal, HSV-2 : lumbar dan sacral)
o Reaktivasi: inducer (perubahan hormonal, sunlight, trauma, stress, demam)
o migrasi down neuron
o replikasi pada kulit
o Lesi
Manifestasi Klinis
o Infeksi Primer (HSV-1)
Biasanya terjadi pada anak-anak, sering asimtomatik.
Manifestasi klinis :demam, sore throat, lesiulseratif dan vesikular,
ginggivostomatitis, oedema, dan limfadenopati.
Masa inkubasi 2-12 hari, gejala menghilang dalam 2-3 minggu
o Infeksi primer pada dewasa dengan gejala faringitis dan sindrom
mononukleasis.
o Lesi :
Vesikel mengandung cairan dengan partikel virus dan sel debris
Apabila vesikel ruptur virus bebas dan dapat menular
Sel giant multinuklear ditemukan pada dasarlesi
o Imunitas
Spesifiktipe, beberapa cross proteksi, imunitas inkomplet
Reinfeksi dan reaktivasi terjadi walaupun terdapat IgG
Imunitas yang diperantarai sel
2. Varicella
Pendahuluan
o Varicella = chickenpox, merupakaninfeksi primer
o Rekuren zoster (shingles)
Struktur Virus
o Struktur dan morfologiidentikdengan herpesvirus, tetapi antigen berbeda
o Hanyamemiliki 1 serotipe
o Virus yang sama menyebabkan varicella dan zoster
o Manusia merupakan hospes alami
Replikasi Virus
o Penempelan virus pada permukaan sel
o Entry
o Uncoated
87
o Genome DNA masuknukleus
o Konfigurasi genom DNA berubah : linear sirkular
o mRNA virus ditranskripsikan oleh RNA polimerase host translasimjd
protein nonstruktural (di sitoplasma) : DNA polimerase dan Thymidine
kinase
o DNA polimerasemereplikasi genome DNA virus protein struktural
transport kenukleus
o Penyusunan virion
o Virion mendapat envelope melalui Budding pd membrannukleus
o Keluar sel melalui tubulus atau vakuola
Transmisi
o Transmisi melalui droplet respiratori, kontak langsung dengan lesi
o Sangat menular pada anak-anak
o Terdapat VZV infeksius pada vesikel zoster, dan dapat ditransmisikan ke
anak-anak (melalui kontak) dan menyebabkan varicella
Patogenesis
Manifestasi Klinis
o Varicella
Masa inkubasi 14-21 hari
Gejalaprodromal :demam, malaise
Kemudianmunculbercakpapulovaskular
88
o Zoster
Berupavesikel yang nyeri pada sarafsensoris pada kepala dan
badan
Nyeri dapathilangdalam 1 mgg
terjadiposzozter neuralgia
Pemeriksaan Lab : Tzanck Smear
3. Streptococcus Pyogens
Karakteristik Streptococcus
o Sebagian besar fakultatif anaerob
o Beberapa hanya tumbuh lingkungan dengan CO2tinggi (kapnofilik)
o Kebutuhan nutrisinya kompleks, untuk isolasi membutuhkan media yang
diperkaya dengan darah atau serum
o Dapat memfermentasi karbohidrat menghasilkan asam laktat
o Katalase (-)
Spesies streptococcus yang penting
O Historis
rganisme
89
S. Anginosus = pertaining to angina
anginosus
S. Bovis, bovine
bovis (mulanyaberhubungandenganpenyakit pada sapi)
S. Constellatus = bertaburbintang,
constellatus formasisatelittidakmengelilingikoloni
S. Pneumon =lung
pneumoniae
a. Streptococcus Pyogenes
o Species terpenting dari streptococcus group A adalah Streptococcus
pyogenes.
o Menyebabkan berbagai penyakit suppuratif dan nonsuppuratif
90
o Merupakan penyebab faringitis yang paling umum
b. Patogenesis
Virulensi Streptococcus group A ditentukan berdasarkan kemampuan bakteri :
o Menempel pada permukaansel host
o Invasi ke sel epitel
Streptococcus pyogenes dapat melakukan invasi ke sel epitel,diperantarai
oleh protein M, F dan Ag bakteri lain berperan penting dalam
menyebabkan :
Infeksi persisten (contoh : recurrent streptococcal pharyngitis)
Invasi ke jaringan yang lebih dalam
o Menghindar dari opsonisasi dan fagositosis
o Kemampuan memproduksi sejumlah toksin dan enzim
Pyrogenic exotoxin
Streptolysins S dan O
Streptokinase
Deoxiribonuclease
C5a peptidase
Enzim lain
Hyaluronidase
Diphosphopyridinenucleotidase (DPNase)
c. Penyakit Klinis
91
o Infeksi Supuratif
Pharyngitis :faring dengan eksudat, limfadenopati cervikal
Scarlet fever :rash eritem difus dimulai pada dada dan meluas ke
ekstremitas, merupakan komplikasi pharyngitis
Pyoderma :infeksi kulit lokal dengan vesikel yang berubah
menjadi pustula, tidak ditemukan penyakit sistemik
Erysipelas :infeksi kulit lokal disertai nyeri, inflamasi,
pembesaran limfonodi, dan gejala sistemik
Cellulitis : infeksi pada kulit sampai jaringansubkutan
Necrotizing fasciitis :infeksi kulit yang dalam sampai terjadi
kerusakan otot dan lapisan lemak
Streptococcal toxic shock syndrome :infeksi multiorgan sistemik,
bakteriemia, ditemukan fasciitis
Penyakit suppuratif lainnya :sepsis puepuralis, lymphangitis,
pneumonia
o Penyakit non-dupuratif
Rheumatic fever :perubahan inflamatori pada jantung
(pancarditis), sendi (Athralgiasampaiartritis), pembuluh darah,
dan jaringan subkutan
Acute glomerulonephritis :inflamasi akut glomerulus ginjal
dengan edema, hipertensi, dan proteinuria
d. Patogenesis dan Gejala Klinis
a. Penyakit akibat invasi
o Patogenesis
Portal of entry menentukankelainanklinik
Namunada juga perluasan infeksi yang difus dan cepat pada
jaringan dan meluas melalui jaringan limfatik dengan supurasi
lokal yang minimal
Dari limfatik, infeksi dapat meluas ke aliran darah
o Contoh Penyakit
Erysipelas
- Jika portal of entry kulit
- Dengan edema masif dan perluasan tepi infeksi yang cepat
Cellulitis
- Akut, infeksi kulit dan jaringan subkutan yang cepat
meluas
92
- Mengikuti infeksi yang berhubungan dengan trauma, luka
bakar, luka, atau luka insisi pembedahan
- Gejala nyeri, eritema, bengkak, tenderness
Necrotizing fasciitis (streptococcal gangrene)
- Infeksi pada jaringan subkutan dan fascia
- Nekrosis pada kulit dan jaringan subkutan meluas cepat
Puerperal fever
- Streptococcus masuk ke uterus setelah melahirkan
puerperal fever
Sepsis
- Infeksi pada luka traumatik atau luka bedah dengan
ditemukan streptococcus
b. Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi lokal S.pyogen dan produknya
o Streptococcal sore throat
Merupakan infeksi yang paling banyak dijumpai yang
disebabkan oleh S.pyogene
S.pyogen menempel ke epitel faring melalui lipoteichoic acid
yang melapisi pili permukaan.
Fibronectin glikoprotein pada sel epitel kemungkinan merupakan
ligand bagi lipoteichoic acid.
o Streptococcal pyoderma
c. Infective endocarditis
o Endocarditis akut
Pada bakteriemi, streptococcus hemolitik, pneumococcus
ataubakteri lain dapat menyebabkan kerusakan pada katup baik
katup normal atau yang telah mengalami kerusakan dan
menghasilkan Endocarditisakut
Pasien dengan katub buatan memiliki resiko lebih tinggi
o Endocarditis subakut
o Sering terjadi pada kelainan katub (karena kelainan kongenital
atau lesi atherosklerosis/rheumatik)
o Adanyaorganisme pada aliran darahlesi trombotikkerusakan
endotel reaksi inflamasi : fibrin, platelet, sel darah,
bakterimenempel pada katub
o Gejala klinik :demam, anemia, lemah, lien >>, fenomena
embolic, heart murmur.
d. Infeksiinvasif, STSS, dan scarlet fever
93
Pyrogenic exotoxin dan protein M merupakan superantigen
menstimulasi sel T melalui ikatan pada kompleks MHC II pada regio Vβ
TCR sel T yang teraktivasi menghasilkan sitokin yang menyebabkan
shock dan kerusakan jaringan
e. Post-Streptococcal disease
o Setelah infeksi akut, terdapat periode laten 1-4 minggu
o Pada periode laten diperkirakan bahwa infeksi tidak disebabkan oleh
efek langsung dari bakteri tetapi karena respon hipersensitivitas
o Contoh penyakit :
Glomerulonefritis akut
Diinisiasi oleh kompleks Ag-Ab pada membran
glomerulus.
Antigen yang berperan penting adalah pada membran
protoplast streptococcus.
Rheumatic fever
Merupakan sekuele yang paling berbahaya sebab dapat
menyebabkan kerusakan pada otot dan katub jantung
Antigen pada membran sel S.pyogen cross-reaksi dengan
antigen jaringan jantung
Sera dari pasien mengandung anibodi terhadap antigen
tersebut.
94
BAB III
PATOLOGI ANATOMI
95
PATOLOGI ANATOMI KULIT
Lentigo
Nevus Melanositik
96
Nevus Diplastik
97
B. Benign Epithelial Tumors
Keratosis Seboroik
Fibroepithelial Tumor
98
Keratoakantoma
Usia: >50th kaukasia, pajanan matahari
Pipi, hidung, telinga dan punggung tangan
Mengalami akantosis
Khas : Nodul dengan sumbat isi keratin (seperti kawah), >1cm, warna=kulit
Mikros: Kawah keratin dikelilingi proliferasi sel- sel epitel, sitoplasma eosinofilik
“kaca”
Appendage Tumor
Jarang
Silindroma: differensiasi apokrin, nodul scalp,
Syringoma : diff ekrin, palpebra inf, multiple
Tricoepithelioma : diff folikel rambut, face, scalp,neck/up trunk
Gambar (kiri-kanan-bawah) : Silindroma-Syringoma-Tricoepithelioma
99
Keratosis Actinic
100
C. Malignant Tumor
Bowen’s Disease
101
Basal Cell Carsinoma
Umum, lambat, jarang metastase, usia >40th, kulit terang (wajah), terpajan matahari
lama, UVB, Gen PTCH1 (salah satu alel inaktif).
Makros: Papul mengkilap (telangiektasia), bbrp mgd melaninnevus/melanoma
ulserasi, invasi ke tulang/sinus wajah (ulkus roden)
Khas : Palisade sel basal
Mikros: Pattern growth Multifokal (extended) or Nodular (down ward),
Palisading
D. Akne Vulgaris
Modifikasi dari folikular infundibula
Meningkatnya aktivitas androgen
Meningkatnya sekresi sebum sumbatan
Proliferasi bakteri
Mikros : struktur pilosebasea berisi keratin + lipid
Komedo : Blackhead (karena oksidasi lipid) atau whitehead
102
E. Infeksi dan Infestasi
Veruka
103
Moluskum Kontagiosum
Lepra
104
Kista Kulit
F. Dermatosis
Urtikaria
105
Dermatitis Ekzematosa Akut
Eritema Multiforme
106
Psoriasis
Plak batas tegas, merah muda-kekuningan ditutupi skuama longgar putih keperakan
Koebner Phenomenon
Mikroskopis : Turn over sel epidermis akantosis , Rete ridge memanjang, Str.
Granulosum & skuama parakeratotik , Tanda Auspitz, pustul Spongiform,
mikroabses Munro
Liken Planus
107
Pemfigus
Pempigoid Bulosa
Usia lanjut
Bula tegang, tidak mudah pecah, isi cairan jernih pd kulit N/ eritematosa
Mikroskopis: Bula sub epidermis non akantolitik, Edema dermis superfisial &
vakuolisasi lapisan sel basal bula
108
Dermatitis Herpetiformis
109
BAB IV
FARMASI
110
RESEP OBAT TOPIKAL
Pengertian :
Resep adalah permintaan tertulis maupun elektronik dari dokter, dokter gigi
atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam BSO tertentu dan
menyerahkannya pada pasien.
PenulisResep
Dokter Umum.
Dokter hewan, terbatas pada pengobatan pada hewan/ pasien hanya hewan.
Tipe resep :
1. Tipe Magistralis
Tipe magistralis adalah komposisi resep yang ditulis sendiri oleh dokter
berdasarkan pengalamannya dan tidak ditemukan dalam buku standar.
2 Tipe Officinalis
Tipe officinalis adalah resep yang ditulis berdasarkan formula yang ada yang
diperuntukan untuk paisen berdasarkan:
- Formularium RS
- Standard terapiPuskesmas
111
Format PenulisanResep
3. Prescriptio/ Ordonatio :nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang
diinginkan.
4. Signatura :yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval
waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.
5. Subscrioptio :yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut.
1. Tanda Segera, yaitu: Bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani segera,
tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas atau bawah blanko resep,
yaitu:
Cito! = segera
112
2. Tanda resep dapat diulang. Bila dokter menginginkan agar resepnya dapat
diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelahkanan atas dengan tulis aniter (Iteratie) dan
berapa kali boleh diulang. Misal, iter 1 x, artinya resep dapat dilayani 2 x. Bilaiter 2 x,
artinya resep dapat dilayani 1+ 2 = 3 x. Hal ini tidak berlaku untuk resep narkotika, harus
resep baru.
3. Tanda Ne iteratie (N.I) = tidak dapat diulang. Bila dokter menghendaki agar
resepnya tidak diulang, maka tanda N.I ditulis di sebelah atas blanko resep (ps. 48 WG ayat
(3); SK Menkes No. 280/Menkes/SK/V/1981).Resep yang tidak boleh diulang adalah resep
yang mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras yang telah ditetapkan
oleh pemerintah/ MenkesRepublik Indonesia.
4. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru diberi di belakang nama obatnya
jika dokter sengaja memberi obat dosis maksimum dilampaui.
113
114
115
116
BAB V
KEDOKTERAN OKUPASI
117
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Definisi :
Penyakit kulit yang timbul karena pekerjaan dan atau lingkungan kerja
Pekerjaan
Lingkungan
FISIK
MEKANIK
KIMIAWI
• Asam, basa, garam, logam berat, alkohol, aldehid, bahan pelarut, senyawa
aromatik dan polisiklik(lama, kekerapan, konsentrasi, oklusi)
BIOLOGIK
(PSIKIS?)
118
BAHAN KIMIA (paling sering)
• senyawamerkuri
5. mereduksi
6. photosensitizer • P-phenylenediamine
119
• Ambang rasa gatal
• Adanyapenyakitkulit
LINGKUNGAN
• Suhu
• Kelembaban
• Gesekan,tekanan
• Oklusi
120
CONTOH PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA
BAHAN KIMIA
• dermatitis kontak
BIOLOGIK
• Jamur : dermatomikosis
• Bakteri: pioderma
• Tanaman : phytodermatitis
FISIK
PSIKIS
• Pruritus, urtikaria
Dermatitis Kontak
• Jenis:
• Penyebab:
121
• Iritan lemah: deterjen, sabun, desinfektan, air
• Pekerja berisiko;
* pajanan : ^ konsentrasi
^ waktu pajanan
^ kekerapan
• Umumnya mono/oligomorfi
- Perawatan kulit yang benar, tidak terlalu sering mencuci dengan sabun
122
Dermatitis KontakAlergi
• Penyebab:
• Industri / pekerjaberisiko:
• Pemeriksaan penunjang:
• Uji tempel
Akne
• Penyebab:
• Gambaran kinis : komedo, papul, pustul s/ kista di daerah sebore dan luar
sebore
• Jenis:
123
• akne-klor
• akne-cutting oil
• akne-coal tar
• Penyebab:
• cutting oil
• terbatubara
• halogenated hidrokarbon
• kosmetikarias
• Industri / pekerjaberisiko:
Infeksi Jamur
• Jenis:
• Tinea korporis
• Tinea kruris
• Tinea pedis
• kandidosis kutis
• Penyebab:
• dermatofita
• P. orbiculare
• C. albicans
Gangguan Pigmentasi
• Jenis:
124
• hipopigmentasi
• hiperpigmentasi
• Penyebab:
• Jenis:
• melanoma malignum
• Penyebab:
• Industri / pekerjaberisiko:
Diagnosis Okupasi
125
7 Langkah diagnosis PAK
1. Diagnosaklinis
2. Identifikasi pajanan yang dialami
3. Konfirmasi hubungan pajanan dan penyakit
4. Signifikansi tingkat pajanan terhadap timbulnya penyakit
5. Identifikasi kerentanan individu
6. Investigasi pajanan non okupasi
7. Penetapan diagnosis Penyakitakibatkerja
Penetapan Diagnosis
Prognosis
DIPENGARUHI OLEH :
• JenisDermatosis
• Penyebab
Pencegahan
• Pemeriksaan prakerja
• Pembersih kulit
• Pakaianpelindung
• Pengobatan
Kesimpulan
126
Penyakit Akibat Kerja pada umumnya bisa dicegah
127