Anda di halaman 1dari 21

PERILAKU BIAYA DAN ANALISIS METODE STATISTIK

A. Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya ini berhubungan dengan kapasitas atau volume, karena pemahaman pemisahan
biaya dan karakteristiknya diperlukan dalam membuat perencanaan, pengendalian biaya dan
pembuatan/pengambilan keputusan.
Biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a) Biaya total yang tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh periode yang
ditentukan atau kegiatan tertentu.
b) Biaya per unitnya berbanding terbalik dengan perubahan volume, pada volume
rendah fixed cost per unitnya rendah.
Misalnya : kapasitas angkut sebuah mobil penumpang seharinya pulang pergi 100
orang/penumpang, dan yang menjadi beban tetapnya, misalnya biaya penyusutan per
tahun/per bulan, dan lainnya.
Contoh konstannya, adalah biaya penyusutan, misalnya dalam sebulan 30 x 100 =
3.000 penumpang, berarti jika ingin menambah kapasitas menjadi lebih 3.000 orang per
bulan, biaya tetapnya akan bertambah dengan adanya penambahan mobil baru, ini yang
disebut Relevant Range, atau jarak relevan atau kapasitas dengan fixed cost pada mobil
pertama dengan kapasitas 3.000 penumpang.
Misalnya harga sebuah mobil Rp 35 juta, dengan taksiran pemakaian 10 tahun dan nilai
sisa (residu) Rp 2,5 juta.
Besarnya biaya tetap penyusutan.

Harga beli−Nilai sisa


Penyusutan =
TAKSIRAN PEMAKAIAN

22.500.000
= Rp 2.250.000
10 tahun
Biaya tetap per tahun = Rp 2.250.000,- atau per bulan Rp 187.500,-.
Jadi jarak relevan per tahun = 0 – 36.000 penumpang atau,
per bulan = 0 – 3.600 penumpang
Pada jarak relevan tersebut maka biaya per unit/ per penumpang dapat dilihat sebagai
berikut:
Biaya tetap Penumpang Biaya tetap per unit
Per bulan Per bulan

Biaya tetap
Rp 187.500,- 3.000 Rp 62,50 ( )
penumpang

“ 187.500,- 2.000 Rp 93,75


“ 187.500,- 1.000 Rp 187,50

Total Cost
(Ribuan Rp)

562,5
Range
Relevan

375
Range
Relevan
187,5
Range
Relevan
Penumpang
3.000 6.000 6.000

GAMBAR 1.1. Relevan dan Fixed Cost

Biaya Tetap
per Unit

Rp 562,5

Rp 375,-

Rp 187,5

1.000 2.000 3.000


(penumpang)

GAMBAR 1.2. Biaya Tetap per Unit


Perlu diketahui bahwa gambar 1.2 bukan berarti bahwa biaya per unit berbentuk
cembung, tetapi bentuk sebenarnya merupakan linier, yang berbanding/proporsional terbalik
dengan biaya tetap/dengan volume.

B. Biaya Variabel (Biaya Berubah)


Biaya ini mempunyai pola sebagai berikut :
a) Total biaya variabel berubah proporsional dengan prubahan volume/kapasitas, makin
besar kapasitas yang digunakan semakin besar pula total biaya variabel, demikian
pula sebaliknya.
b) Per unit biaya berubah(variabel) konstan/tetap. Misalnya biaya bahan langsung,
contoh dimuka biaya pemakaian bahan langsung, bensin, oli yang dihitung dan
tergantung kilometer yang ditempuh.
Contoh : Pemakaian per liter = 25 km, harga per liter Rp 500,-
Biaya per liter Volume Total biaya benda
premium kegiatan (per liter x volume)

Rp 500,- 5.000 km Rp 2.500.000


Rp 500,- 10.000 km Rp 5.000.000
Rp 500,- 15.000 km Rp 7.500.000

Total Biaya
Variabel (Jutaan
Rupiah)

7,5

2,5

Volume (ribuan km)


5 10 15
GAMBAR 1.4. Biaya Variabel Total
Biaya Variabel
per unit (Rph)

100

50

Volume (km)

5.000 10.000

GAMBAR 1.5. Biaya Variabel Per Unit

C. Laba Satuan Produk dan Total Biaya Per Unit


Angka hasil penjualan dan biaya per unit dapat dijabarkan ke dalam grafik laba per
satuan produk untuk dapat menunjukkan dengan lebih jelas kepada manajemen mengenai
pengaruh dari biaya-biaya per unit total (Biaya Tetap unit dan Biaya Variabel unit) terhadap
harga pokok produk.

400 A ( Rp 393,33)

300

Daerah B (Rp 226,67)


Rugi
200

C (Rp 161,11) D = BEP


160
Daerah Harga per unit
Marjin Kontribusi Laba
100 per Unit E (Rp 143,33)

F (Rp 126,67)

Biaya Variabel
per Unit 2.000 unit
Volume
Unit 600 1.200 1.800 2.400 3.000
Persen 20 % 40% 60% 80% 100%

GAMBAR 1.5. Laba Satuan dan Biaya Unit


Keterangan :
Biaya tetap per bulan ( penyusutan ) = Rp 187.500,-
pada kasus ini ditambah biaya pengemudi misalnya = Rp 12.500,-

Per bulan biaya tetap menjadi Rp 200.000,-


- Harga jual per unit/per penumpang Rp 160,-
- Variable cost per penumpang :
Perjalanan yang ditempuh 300 km, sedangkan pada contoh 25 km dengan biaya bensin Rp
500,- per liter.
300
Jadi untuk 300 km = x Rp 500,- = Rp 6.000,- per hari/pp
25
atau perbulan Rp 180.000,- jadi biaya pada kapasitas 3.000 penumpang = Rp 0,- per
penumpang (180.000 / 3.000)

Pada titik A,B,C,D, dan F adalah Biaya Tetap pe unit + biaya Variabel per unit,
berdasarkan volume, dengan perhitungan sebagai berikut :

200.000
Titik A = 333,33 (BT = ) + Rp 60,- (VC unit) = 393,33.
600
Harga jual = 160,-

Rugi per unit = 233,33

200.000
Titik B = 166,67 (BT = ) + Rp 60,- (BV unit) = 226,67
1.200
Harga jual = 160,-

Rugi per unit = 66,67

Titik C = sama dengan perhitungan diatas, Biaya per unit = 161,11


Harga jual = 160,-

Rugi per unit = 1,11

Titik D = atau Titik Impas (BEP) = 160,-


Harga jual = 160,-
atau Laba (Rugi) =0
D. Perilaku Biaya dalam Analisis Ekonomi
Bagian ini khusus mengulangi teori ekonomi tentang biaya yang merupakan
keterangan penting bagi akuntansi manajemen dalam perencanaan maupun pengendalian.
Perilaku biaya terebut tidak terlepas dari karakteristik pasar yang dalam pembahasan
ini terfokus pada 2 jenis pasar saja yaitu Pasar persaingan sempurna dan persaingan tak
sempurna.
Pada pasar sempurna seperti telah diketahui dan sering pula disebut pasar persaingan
sempurna dengan ciri-ciri sebagai berikut.
- Terdapat sejumlah besar para penjual dan para pembeli, sehingga individu-individu
tidak dapat mempengaruhi harga barang.
- Produk-produk dari seluruh perusahaan dalam pasar adalah homogen
- Terdapat mobilitas faktr-faktor yang sempurna.
- Para konsumen, para pemilik faktor-faktor di dalam pasar mempunyai pengetahuan
yang sempurna mengenai harga-harga dan biaya-biaya yang sekarang dan yang akan
datang.
Namun beberapa pendapat, bahwa di dalam praktik :
- Persaingan sempurna tidak pernah ada.
Dalam pembahasan ini sesuai dengan pengertian diatas, harga adalah linier per unit
dengan Total cost yang non linier, tidak seperti analisis-analisis sebelumnya baik TR maupun
TC linier.

1. Persaingan Sempurna dengan Total Revenue Linier dan Total Cost Non Linier.
Keseimbangan di sini berhubungan dengan pendeketan jangka pendek (pendekatan
total, kemudian sekaligus dihubungkan dengan metode pendekatan jangka pendek marjinal,
pada kasus ini diberikan penjelasan dengan menggunakan curve). Dengan menggunakan
Tabel 1.1. dapat dianalisis tersendiri.
TABEL 1.1. Total Revenue, Total Cost, Total Porfit, Marfinal Cost, Marginal Revenue,
dan Profit Unit.
Q P TR TC Total MR MC AC Profit
Profit Unit
0 8 0 800 (- 800) 8 12 20 0
100 8 800 2.000 (- 1.200) 8 12 20 -12
200 8 1.600 2.300 (- 700) 8 3 11,50 -3,5
300 8 2.400 2.400 0 8 1 8 0
400 8 3.200 2.524 + 676 8 1,25 6,31 + 1,69
500 8 4.000 2.775 + 1.225 8 2,50 5,55 + 2,45
600 8 5.200 3.200 + 1.600 8 4,25 5,33 + 2,67
650 8 5.200 3.510 + 1.690 8 8 5,40 + 2,60
700 8 5.600 4.000 + 1.600 8 8 5,71 + 2,09
800 8 6.400 6.400 0 8 24 8 0

Keterangan : TR = Q x P
TC = berdasarkan persamaan yang ditetapkan
TR = TR – TC
Marginal revenue per unit, tidak menjadi persoalan karena sama dengan AR = M.
1.200
Marginal Revenue dari 800 – 2.000 = = Rp 12
Marginal Unit
Marginal Cost 300 (2.300−2.000)
Marginal Cost Rp 3 = = =
Marginal unit 100 (200−100)

Total cost 2.000


AC = = Rp 20 =
Total unit 100
2.000
= Rp 11,5 =
200
dan seterusnya,
Total Profit
Profit per unit :
Total unit
- Rp 12 = (-Rp 1.200/100)
- Rp 3,50 = (-Rp 700/200)
2. Persaingan Sempurna dengan Total Revenue Non Linier dan Total Cost Linier
Bagian ini dipergunakan pendeketan persaman fungsi matematis.
Contoh : Price (P) = 15 – 3 Q
5
Cost per unit (average cost) = +3
q

Total Revenue (TR) = P x Q


(TR) = (15 – 3Q) x Q = 15Q – 3 Q2
Total Cost = AC x Q = (5/Q + 3) Q
TC = 5 + 3 Q
Pendekatan yang umum digunakan dalam matematika adalah mencari titik potongnya.
Titik potong dengan sumbu Q, terjadi bila TR = 0
15Q - 3 Q2 =
-31Q(Q-5) = 0 = 𝑄1 = 5
𝑄2 = 0
Titik Potong dengan sumbu TR, jika Q = 0, TR = 0
TR = 15Q - 3 Q2
−b b2 − 4ac
Koordinat titik puncak = 2a ,
−4a

−15 −152
Titik puncak = A = ,
−6 −4.3
A = 2,5 dan 18,75
Total cost = 5+3 Q ....... Q =0 TC = 5
2
Q = -1 , TC = 0
3
BEP = (TR=TC) = 15Q - 3Q2 = 5+3 Q
0 = 5 – 12Q + 3Q2
Melalui rumus :
−b+ √b2−4ac 12 ± √144−60
ABC = Q1,2 =
2a 6
12 ± √84
=
6
12 ±9,17
Q,12 =
6
12 ±9,17
Q1 (BEP) tinggi = = 3,53 unit
6
12 ±9,17
Q2 (BEP) rendah = = 0,47
6
atau P (harga) pada Q1 = 15 – 3Q = 15 – 3(3,53) = 4,41
P (harga) pada Q2 = 15 – 3(0,47) = 13,59

3. Persaingan Tidak Sempurna


Persaingan Tidak Sempurna berlaku dalam suatu atau kelompok industri bilamana
masing-masing penjual menghadapi kurva dd (average revenue atau harga) yang tidak
horizontal dan karena itu sedikit banyak mampu mengendalikan harga.

Kebanyakan industri termasuk pengertian persaingan monopolistis, yaitu jumlah


produsen banyak dengan diferensial produk. Dalam sektor perdagangan eceran seperti
makanan dan obat-obatan, yang sedikit biasa mengendalikan harga.

Oligopoli, jumlah produsen sedikit tanpa diferensial atau sedikit diferensial produk
dan sedikit bisa mengendalikan harga. Tanpa diferensial produk misalnya industri baja dan
minyak bumi, dengan diferensiasi produk misalnya sektor industri mobil dan mesin-mesin.

Dan ketiga adalah monopoli, satu produsen dengan produk unik tanpa substitusi,
umunya perusahaan jasa umum seperti telepon, gas, listrik dan air minum.

Konsep penting dalam analisis ekonomi adalah Equilibrium atau harga dan kuantitas
yang memberikan selisish terbesar antara Revenue sama dengan Marginal Cost.

Jadi dalam situasi tak sempurna ini, harga per unit maupun totalnya tidak linier, dan
total cost pun demikian.

Contoh: Misalnya fungsi total revenue = 10 Q – 0,50 Q2


Total cost = 300 + 60 Q + 0,30 Q2
Maka laba (profit) = TR – TC – (
Laba = 100Q - 0,50 Q2 – (300 - 60 Q + 0,30 Q2 )
= -300 + 40Q – 0,80 Q2
Berdasarkan persamaan di atas, kita mencari nilai maksimum (Q) untuk fungsi di atas.
Dalil kalkulus adalah bahwa nilai maksimum atau minimum suatu fungsi dapat ditentukan
dengan membuat turunan fungsinya, menetapkan = 0 dan mencari persamaannya.
Karena tujuan buku ini adalah akuntansi manajemen, maka teori kalkulus tidak
dijelaskan dengan terperinci.
4.050 TC
4.000
9.750 TR
BEP
9.259,5
3.000 Daerah
Rugi

2.187,5
2.000
1.987,5

1.000 BEP Daerah


858,5 Laba
900
Daerah
Rugi
Unit
(Kuantitas)
10 20 30` 40

9 25

GAMBAR 1.6. Cost Profit Volume (CVP) Non-Linier

Dari persamaan laba = -300 + 40Q – 0,80Q2

Turunan pertamanya = 40 – 1,60 Q

Jika turunan itu, 0 = 40 = 1,60 Q (membagi persamaan dengan 1,60),

maka, 25 =Q

Pada Q = 25, maka laba = -300 + 40 (25) – 0,80 (25)2

= 200 (laba maksimum)

Jika melebihi 25 unit atau kurang dari 25 unit, maka laba akan menurun.

Untuk meyakini 25 adalah Q maksimum, maka turunan pertama, harus diturunkan


lagi dengan syarat jika turunan, keduanya: - (minus), maka maksimum, dan sebaliknya jika +
(plus), maka laba maksimum atau titiknya minimum, dengan turunan kedua ini dapat
diketahui bahwa turunan keduanya : 40 – 1,60 Q = -1,60 yang menunjukkan bahwa nilai
optimal Q = 25 adalah laba maksimum.
Pengertian profit maksimum dalam teori ekonomi tidak sama dengan TR
maksimum (Laba maksimum tidak sama Total Revenue maksimum). Karena jika pada TR
maksimum atau Q maksimum belum tentu diperoleh Laba maksimum, begitu pula sebaliknya
jika Cost minimum belum tentu laba maksimum (Laba maksimum bukan cost minimum).

Namun konsep Marginal Revenue = Marginal Cost tetap merupakan konsep utama,
dalam menjelaskan laba maksimum.

Dari kasus diatas : TR maksimum dapat dicari melalui koordinat titik puncak :

−b
Q=
2a

TC minimum dengan cara sama dapat dicari pula.

Dari ini diketahui bahwa cost minimum dan Revenue maksimal X laba maksimum.

MC dan MR (Marginal Cost dan Marginal Revenue, dapat diketahui, dengan cara :

Pertambahan Cost
MC =
pertambahan Q

Marginal revenuenya :

Pertambahan Revenue
MR =
pertambahan Q

Titik BEP dapat dihitung dengan menyamakan fungsi total revenuenya = total cost kemudian
dimasukkan secara teoritis melalui rumus ABC.

− b √b2−4ac
2a

Dari perumusan di atas, maka titik BEPnya adalah di sekitar kuantitas (Q) sebesar 9,.... dan
41,... unit

Disini perhitungan tersebut tidak diadakan.

E. Perilaku Biaya Campuran (Mixed Cost)


Biaya campuran adalah biaya yang mengandung elemen biaya tetap dan elemen biaya
variabel. Biaya campuran ini sering pula disebut semi variabel.
Sifat biaya campuran seperti disebut di bawah ini :
a) Totalnya berubah mengikuti perubahan volume, tetapi perubahannya tidak
proporsional;
b) Per unitnya juga berubah, tetapi terbalik dengan perubahan volume, dan tidak
sebanding.
Contoh: biaya telepon, pemeliharaan mesin, biaya listrik, dan lainnya.
Pemisahan biaya campuran ini diperlukan dalam rangka penggunaannya sebagai
perencaan, pengendalian dan sebagai informasi pengembilan keputusan.
Dalam mengadakan pemisahan biaya campuran ini, dipergunakan 2 metode yaitu :
1) analytical approach (pendekatan analisis), dan
2) historical approach (pendekatan historis)
HAL 101

b. Metode Stand by Cost (atau biaya berjaga / bersiap)


Metode ini menggunakan cara pengitungan, pada saat atau perusahaan ditutup
sementara, dan biaya yang dikeluarkan pada saat ditutup semestara itu disebut biaya tetap
(fixed cost).
Sedangkan biaya variabelnya dihitung :
Total Cost rata−rata − Biaya Tetap
VC unit =
Jam kerja rata−rata
jumlah cost
Total cost rata-rata = , mengacu pada data perusahaan
n
Titik diatas, maka :
5.900
TC rata-rata = = Rp 842,85 (dibulatkan)
7 (bulan)
Total jam kerja
Jam kerja rata-rata =
n (bulanan)

dari data di atas :


6.500 jam
Jam kerja rata-rata = = 928,57 jam
7 (bulan)

= 925 dibulatkan.
biaya Total rata−rata –Fixed cost
Biaya variabel unit =
Jam kerja rata−rata
Rp 840−140
BV unit = = Rp 0,76 BV per unit
925
Biaya tetap Rp 140,- adalah angka yang ditetapkan dan merupakan anggapan jika
perusahaan tidak beroperasi/dihentikan semesntara, maka biaya yang keluar sebesar Rp 140.

c. Metode Grafik Statistik (Scatter Graph)


Metode ini menggunakan cara sebagai berikut.
a) Membuat grafik statistik, sumbu vertikal sebagai TC (Total Biaya), sedangkan sumbu
horizontal, menunjukkan Volume (kuantitas).
b) Biaya setiap bulan diletakkan dalam grafik
c) sebuah garis ditarik yang dapat mewakili semua titik pada b. diatas
d) Garis yang memotong sumbu tegak (TC) pad avolume nol dianggap sebagai biaya tetap
(fixed cost)
e) Garis lurus kekanan dari titik pada d yang ditarik mendatar adalah biaya tetapnya.
Biaya Total rata−rata –Fixed cost
f) BV unit dihitung =
Volume rata−rata
Dari gambar 1.7 diketahui :
Fixed Cost per bulan Rp 175,-
TC rata−rata –biaya tetap
Biaya Variabel satuan :
jam rata−rata
840−175
dari data sebelumnya = = Rp 0,72 per jam
925

TC

1.000 Biaya Variabel


o
800
o
600

400

200
175 Biaya Tetap

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Q (Ribuan)

GAMBAR 1.7.1 Scatter Graph

Dari angka tersebut, untuk pembuatan anggaran fleksibel dibuat persamaan


Total Cost : TC = FC + VC unit x Q
= 175 + 0,72 Q
Perlu diingat metode di atas disebut Metode Penarikan Bebas atau Free Hand
Method, dengan demikian tergantung dari pengolah dan tentu akan terdapat garis yang
berbeda antara seorang dengan seorang lainnya, tetapi sebagai pedoman, bahwa garis yang
ditarik setidak-tidaknya harus berada di tengah-tengah titik yang ada atau dapat membagi titik
sama banyak diatas dan dibawah garis yang ditarik

d. Metode Regressi Sederhana (simple regression)


Metode ini disebut metode kuadrat terkecil yang merupakan analisis statistik
daripada sekedar meletakkan secara bebas pada metode scatter graph sebelumnya.
Metode ini didasarkan atas perhitungan dengan menggunakan persamaan garis lurus
yang umum yaitu :
Y = a + bx
Dan harus diperhatikan Y adalah angka penafsiran, dan termasuk pula penafsiran
parameternya, yaitu :
a = biaya tetap (konstanta)
b = biaya variabel.
Dengan menjumlah seluruh persamaan (sigma persamaan) maka
∑ Y = N.a + b ∑ x
Dan dengan mengalikan persamaan ∑ x, diperoleh :
∑ xy = a ∑ x + b ∑ x 2
Kedua persamaan : ∑ y = N.a + b ∑ x
∑ xy = a ∑ x + b ∑ x 2
Dipergunakan untuk mencari nilai konstanta a dan b, dengan penguraian :
∑ y−b ∑ x
a = , untuk b yang sudah diketahui
n
2
(∑ y) (∑ x )−(∑ x) (∑xy)
atau a= 2 2 untuk b yang belum diketahui
n ∑ x − (∑ x)
𝑛 ∑ xy−(∑x)(∑y)
b= 2
n ∑ x2 − (∑ x)

Perumusan diatas adalah Mencari Garis Regresi Y terhadap X, atau Y merupakan


dependent variable (tergantung / terpengaruh oleh nilai X), atau X adalah independent
variable (variabel pengaruh).

F. Keeratan Hubungan Variabel


Pengujian statistik yang menjelaskan mengenai sejauh mana eratnya hubungan
tersebut terletak antar variabel dependen dan independen. Ukuran “keeratan” hubungan
tersebut dinamakan koefisien determinasi (coeficient of determination).
Untuk menggambarkan arti dan ukuran koefisien determinasi digunakan Gambar
1.8. Variabel penjelas atau independent X digunakan untuk mencoba menejlaskan perubahan
dalam variabel dependen Y.
Y
D Garis estimasi

̅
Y Rata-rata Y
F

G X
̅
X

GAMBAR 1.8. Nilai Regresi untuk menjelaskan Variabel dalam Y

DG = Nilai observasi = Yt
EG = Estimasti Yt berdasarkan garis regresi = Yt
FG = rata-rata Y = Y
DF = deviasi dari observaso Yt dari rata-rata = Y – Y
EF = Jumlah deviasi Yt dari rata-ratanya yang dijelaskan oleh X = X – Y
DF = Jumlah deviasi Yt dari rata-ratanya yang masih belum dijelaskan Yt = Yt − Yt

Tetapi perubahan apa yang akan dijelaskan ? Apa yang membuat kita tertarik untuk
menjelaskan dengan menggunakan variabel X adalah untuk mengetahui mengapa Variabel Y
menyimpang dari nilai rata-ratanya.
Dapat dilihat bahwa jika tidak ada variabel penjelas yang digunakan untuk mencoba
menjelaskan pergerakan dalam Y maka metode “least squares” akan menghasilkan nilai rata-
rata Y sebagai nilai untuk mengestimasi Y itu sendiri. Jadi, apa yang menjadi perhatian kita
adalah kemampuan X untuk menjelaskan deviasi (penyimpangan) Y dari rata-ratanya.
Selisih yang coba untuk dijelaskan oleh X, yaitu DF, terdiri dua komponen.
Komponen pertama adalah EF yaitu selisih nilai yang diestimasi berdasarkan garis regresi
dan nilai rata-rata (mean)
HAL 108
Misalkan, ∑ Y = 1.200, ∑ X = 200, ∑ XY = 30.604
∑ Y2 = 180.298 b = 0,4967105
Jumlah kuadrat total = 180.398 - 1/8 (1.200)2
= 398
Jumlah kuadrat yang sudah dijelaskan :
= (0,4967105) [30.604 – 1/8 (200) (1.200))
= 300,01314
300,01314
Maka koefisien determinasi =
398
= 0,758
Koefisien determinasi hampir 76% dari variasi total biaya operasi setiap bulan telah
dijelaskan oleh jumlah unit yang dihasilkan selama bulan yang bersangkutan.

G. Standar Kesalahan Estimasi dan Interval Keyakinan untuk Nilai yang Diperkirakan
Bagian ini untuk melihat jauh bagaimana menggunakan taksiran model regresi untuk
variabel dependen Y.
Menggunakan contoh angka tertentu, jumlah unit yang dihasilkan dalam suatu bulan tertentu
(X) dan total biaya operasi (Y).
Misalkan manajemen memperkirakan bahwa bulan depan akan dihasilkan sebanyak 42.000
unit. Dalam contoh ini, X adalah 42.000. Taksiran nilai untuk biaya operasi total (Y) adalah :
Y = 137,58224 + 03967105 (42.000)
y = 158,44408
Karena Y adalah Rp 158,44408 dikenal sebagai estimasi titik karena hanya satu nilai saja
yang diperkirakan.
Di dalam praktik, akan sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mendapatkan satu
jarak (range) tetentu untuk variabel dependen, dengan demikian akan dapat dibuat
probabilitas di mana nilai sesungguhnya akan berada pada jarak (range) tersebut. Hal ini
dapat dilakukan.
Pertama-tama perlu dihitung standar kesalahan daripada estimasinya. Standar kesalahan
estimasi merupakan ukuran lain untuk melihat sejauh mana eratnya hubungan regresi yang
ada.
Tiga langkah berikut ini diperlukan untuk menghitung standar kesalahan estimasi
Langkah 1. Hitunglah jumlah kuadrat yang belum dijelaskan. Jumlah kuadrat yang belum
dijelaskan. Julah kuadrat yang belum dijelaskan hanyalah jumlah kuadrat
yang belum dijelaskan oleh regresi. Daru pembahaan sebelumnya, jumlah
kuadrat yang belum dijelaskan dicari dengan cara berikut :
Jumlah kuadrat yang belum dijelaskan = jumlah kuadrat total – jumlah
kuadrat yang telah dijelaskan.
Langkah 2. Bagilah jumlah kuadrat yang belum dijelaskan tersebut dengan jumlah
observasi dikurangi 2. Jika T menunjukka jumlah observasi, maka hitunglah :
Jumlah kuadrat yang belum dijelaskan
T−2
Langkah 3. Carilah akar kuadrat dari jumlah yang diperoleh dari langkah 2 diatas untuk
memperoleh kesalahan estimasinya. Jadi standar kesalahan estimasinya sama
dengan :

Jumlah kuadrat yang belum dijelaskan



T−2

Berikut ini digambarkan cara perhitungan standar estimasi dengan menggunakan


data regresi sebelumnya :
1. Karena Jumlah kuadrat total adalah 398 dan jumlah yang sudahdijelaskan adalah
300,01314, maka jumlah kuadrat yang belum dijelaskan adalah 97,98686.
2. Karena ada 8 observasi, maka jumlah kuadrat yang belum dijelaskan dibagi dengan 6
diperoleh hasil 16,33
3. Akar kuadrat dari 16,33 adalah 4,04
Perhatikan semakin besar jumlah kuadrat yang belum dijelaskan, akan semakin
besar pula standar kesalahan estimasinya. Ingat bahwa semakin besar jumlah kuadrat yang
belum dijelaskan, akan semakin kecil koefisien determinasinya, yang mengukur keeratan
hubungan regresi. Jadi semakin besar standar kesalahan estimasi, akan semakin lemah
hubungan regresi yang ada.
Interval estimasi untuk nilai Y diperkirakan berdasarkan nilai variabel penjelas X
dan menentukan suatu probabilitas bahwa nilai yang sebenarnya untuk Y akan berada pada
jarak atau interval tersebut. Interval yang dicari itu disebut interval keyakinan (confidence
interval) dan probabilitas yang ditetapkan untuk interval ini disebut koefisien keyakinan
(confidence coefficient).
Untuk mencari interval keyakinan diperlukan 9 langkah berikut.
1. Carilah selisih antara nilai penjelasan X dengan nilai rata-ratanya.
2. Kuadratkanlah nilai yang diperoleh dalam langkah 1
3. Bagikanlah jumlah yang diperoleh dalam langkah 2 dengan nilai penyebut rumus
yang digunakan untuk mencari b.
4. Tambahkanlah l/T kepada jumlah yang diperoleh dari langkah 3.
5. Carilah akar kuadrat dari jumlah yang diperoleh dari langkah 4.
6. Kalikan jumlah yang terdapat dalam langkah 5 dengan nilai di bawah ini yang sesuai
dengan tingkat keyakinan yang dipilih
Tingkat keyakinan Dikalikan dengan :
99% 2,57%
95% 1,96%
90% 1,65%

7. Kalikan jumlah yang diperoleh dari langkah 6 dengan standar kesalahan estimasi.
8. Tambahkanlah jumlah yang diperoleh dari langkah 7 dengan nilai taksiran Y untuk
memperoleh jarak tertinggi dan interval keyakinan.
9. Kurangkan jumlah yang terdapat dalam langkah 7 dengan nilai taksiran Y untuk
memperoleh jarak/interval keyakinan yang terendah.

Untuk menggambarkan cara menghitung interval keyakinan untuk taksiran suatu nilai, kita
akan menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95% untuk total operasi jika dalam satu bulan
tertentu dihasilkan sebanyak 42.000 unit.
1. Carilah selisih nilai variabel penjelas X yaitu 42 dengan nilai rata-rata X, yaitu 25.
Selisihnya 17.
2. Dengan mengkuadratkan angka 17 diperoleh 289.
3. Penyebut yang digunakan dalam rumus untuk mencari b adalah 6216 – 1/8 (200)2 =
1216. Dengan membagi 289 dengan 1.216 diperoleh 0,238.
4. Dengan menambahkan 0,125 (yaitu 1 dibagi jumlah observasi, 8) dengan 0,238 akan
diperoleh 0,363.
5. Akar kuadrat dari 0,363 adalah 0,602.
6. Karena tingkat keyakinan adalah 95%, dikalikan 0,602 dengan 1,96. hasilnya adalah
1,179.
7. Kalikan 1,179 dengan standar kesalahan estimasi sebesar 4,04 menghasilkan 4,76.
8. Taksiran nilai Y adalah 158,44408. Dengan menambahkan 4,76 pada 158,44408 akan
didapatkan 163,20408, yang merupakan batas interval keyakinan yang tertinggi.
9. Kurangkan 4,76 dari 158,68408 yang merupakan batas interval keyakinan terendah.
Jadi, interval keyakinan untuk tingkat keyakinan 95% adalah b153,68408 sampai
163,20408 atau Rp. 153.684 sampai Rp 163.204. Ini ebrarti terdapat probabilitas
sebesar 95% bahwa total biaya operasi akan terletak di antara interval ini, jika pada
bulan yang akan datang diproduksi 42.000 unit.

H. Soal Latihan
1. PT. Prabowo memberikan informasi berikut ini yang diambil dari laporan keuangan
untuk sepuluh bulan terakhir.
Observasi Periklanan Penjualan
(bulan) (000) (000)

1 Rp 100 Rp 380
2 Rp 150 Rp 600
3 Rp 160 Rp 580
4 Rp 200 Rp 720
5 Rp 250 Rp 800

Diminta :
a) Estimasilah setiap paramaer regresi linier sederhana berikut ini : Y = a + bX
X adalah biaya periklanan dan Y adalah penjualan
b) Hitunglah koefisien determinan dan jelaskan artinya.
c) Jika biaya periklanan untuk bulan yang akan datang adalah Rp 350.000,-
berapakah titik/estimasi yang diperikarakan berdasarkan model regresi ?
d) Buatlah interval keyakinan untuk tingkat keyakinan sebesar 95% jika biaya
peiklanan untuk bulan yang akan datang Rp 350.000,-

2. Dalam mengestimasi permintaan terhadap hasil produknya, suatu perusahaan telah


melakukan perhitungan di bawah ini dalam bentuk analisis regresi.
Jumlah kuadrat total = 12.400
Jumlah kuadrat total yang belum dijelaskan = 4.100
Banyaknya observasi = 102
Diminta :
Hitunglah koefisien determinasi dan standar kesalahan estimasinya.
3. PT Desi bermaksud mengestimasikan hubungan antara jumlah penjualan dan biaya
operasi totalnya. Hubungan yang akan diestimasi adalah :
Y = a + bX
dimana Y adalah biaya operasi total dalam rupiah dan X adalah banyaknya unit yang
terjual.
Berdasarkan 20 obervasi, diperoleh hasil sebagai berikut :
∑X = 600. ∑Y = 8.000. ∑XY = 20.000. ∑X 2 = 8.000.
Diminta:
Carilah nilai untuk kedua parameter regresi a dan b tersebut.

4. Misalkan sebuah perusahaan mendapatkan kesulitan karena terjadinya fluktuasi


produktivitas tenaga kerja dan ingin menghitung bagaimana biaya tenaga kerja
langsung berhubungan dengan berbagai ukuran kelompok keluaran.
Para pekerja yang menjadi persoalan menetapkan pekejaan-pekerjaan mereka sendiri
atas mesin.
Data berikut menunjukkan hasil-hasil suatu contoh yang diambil secara acak
(random sample) sepuluh kelompok :
Ukuran Biaya Tenaga Kerja Ukuran Biaya Tenaga Kerja
Kelompok Langsung Kelompok Langsung
x y x y
15 Rp 180.000 25 Rp 300.000
12 Rp 140.000 22 Rp 270.000
20 Rp 230.000 9 Rp 110.000
17 Rp 190.000 18 Rp 240.000
12 Rp 160.000 30 Rp 320.000

Diminta:
a. Buatlah diagram pencar.
b. Dengan menggunakan analisis kuadrat terkecil, hitunglah persamaan garis yang
bersangkutan dengan biaya tenaga kerja dan ukuran kelompok
c. Ramalkanlah biaya tenaga kerja untuk suatu kelompok sebesar 20.
d. Dengan menggunakan metode tinggi-rendah, ulangi permintaan b dan c.
Haruskan manajer menggunakan metode tinggi-rendah atau metode kuadrat
terkecil? jelaskan.

Anda mungkin juga menyukai