Sop Tonsilitis
Sop Tonsilitis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tonsilitis akut: pada pemeriksaan ditemukan tonsil yang
udem (ukuran membesar), hiperemis dan terdapat detritus
yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel,
lakuna, atau pseudomembran. Bentuk tonsillitis akut dengan
detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis, bila bercak-
bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka
akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat
melebar sehingga terbentuk membran semu
(pseudomembran) yang menutupi ruang antara kedua tonsil
sehingga tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior
dan arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis.
Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus
mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.
b. Tonsilitis kronik: pada pemeriksaan fisik ditemukan tampak
tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus
melebar, dan kriptus berisi detritus. Tanda klinis pada
Tonsilitis Kronis yang sering muncul adalah kripta yang
melebar, pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil
yang mengalami perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada
seluruhnya, minimal ada kripta yang melebar dan
pembesaran kelenjar limfe submandibular.
c. Tonsilitis difteri: pada pemeriksaan ditemukan tonsil
membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama
makin meluas dan membentuk pseudomembran yang
melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah.
d. Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring,
dengan mengukur jarak antara kedua pilar anterior
dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil,
maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
1. T0: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat.
2. T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar
anterior-uvula sampai uvula atau lebih.
3. T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar
anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-uvula.
4. T2: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar
anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula.
5. T1: >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring atau batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar
anterior-uvula sampai uvula atau lebih.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap
b. Usap tonsil untuk pemeriksaan mikroskop dengan
pewarnaan gram
4. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan untuk diagnosis definitif dengan
pemeriksaan penunjang. Klasifikasi tonsilitis:
a. Tonsilitis Akut
1. Tonsilitis viral Virus Epstein Barr adalah penyebab paling
sering. Jika terjadi infeksivirus coxschakie, maka pada
pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil
pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan
pasien.
2. Tonsilitis bakterial Peradangan akut tonsil yang dapat
disebabkan oleh kuman grup A stereptococcus beta
hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat,
pneumococcus, streptococcus viridan dan streptococcus
piogenes. Haemophilus influenzae merupakan penyebab
tonsilitis akut supuratif. Infiltrasi bakteri pada lapisan
epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang
berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga
terbentuk detritus. Masa inkubasi 2-4 hari.
b. Tonsilitis Membranosa
1. Tonsilitis difteri Tonsilitis ini disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang
terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini
tergantung pada titer antitoksin dalam darah. Titer
antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap
cukup memberikan dasar imunitas. Gejalanya terbagi
menjadi 3 golongan besar, umum, lokal dan gejala akibat
eksotoksin.
Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu
demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan,
badan lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan.
Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin
meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat
erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah
berdarah. Gejala akibat endotoksin dapat menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat
terjadi miokarditis sampai dekompensasi kordis, pada
saraf kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot
palatum dan otot pernafasan, pesudomembran yang
meluas ke faringolaring dapat menyebabkan sumbatan
jalan nafas atas yang merupakan keadaan gawat darurat
serta pada ginjal dapat menimbulkan albuminuria.
2. Tonsilitis septik Penyebab tonsilitis septik adalah
Streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena itu di
Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara
pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang
ditemukan.
3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau
triponema yang didapatkan pada penderita dengan
higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.
4. Penyakit keganasan Pembesaran tonsil dapat
merupakan manifestasi dari suatu keganasan seperti
limfoma maligna atau karsinoma tonsil. Biasanya
ditemukan pembesaran tonsil yang asimetris.
c. Tonsilitis Kronik Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan
yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene
mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
5. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Istirahat cukup
b. Makan makanan lunak dan menghindari makan makanan
yang mengiritasi
c. Menjaga kebersihan mulut
d. Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur antiseptik
e. Pemberian obat oral sistemik 1. Pada tonsilitis viral istirahat,
minum cukup, analgetika, antivirus diberikan bila gejala
berat. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)diberikan pada
infeksi virus dengan dosis 60- 100mg/kgBB dibagi dalam 4-6
kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak
Tonsilitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
streptococcus group A, diberikan antibiotik yaitu Penicillin G
Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau Amoksisilin
50 mg/ kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari selama 10 hari dan
pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin
4x500 mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid
karena steroid telah menunjukkan perbaikan klinis yang
dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat
diberikan berupa deksametason 3x0,5 mg pada dewasa
selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi
3 kali pemberian selama 3 hari. 3. Pada tonsilitis difteri, Anti
Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur,
dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur dan
jenis kelamin. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50
mg/kgBB/hari. Antipiretik untuk simptomatis dan pasien
harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur
selama 2-3 minggu. 4. Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis
ulseromembranosa) diberikan antibiotik spektrum luas
selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C serta vitamin B
kompleks.
6. Bagan Alir
7.Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait
Ruang pelayanan pemeriksaan
9.Dokumen Rekam Medis
Terkait Buku Register
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Diberlakukan
1. Kebijakan Dari SK Kepala
Puskesmas Nomor
445/PKM-
10.Rekaman K/A.SK/131/XII/2015
Histori tentang Pendaftaran
Perubahan Pasien, berubah
menjadi kelompok
c. Isi SOP
Isi SOP adalah sebagai berikut:
1. Pengertian : berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah
yang mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah
pengertian/ menimbulkan multi persepsi.
2. Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata
kunci : “ Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
……”
3. Kebijakan : berisi kebijakan Kepala Puskesmas yang menjadi
dasar dibuatnya SOP tersebut. Dicantumkan kebijakan yang
mendasari SOP tersebut, contoh untuk SOP imunisasi pada
bayi, pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala Puskesmas
No ........ tentang ……….
4. Referensi: berisikan dokumen ekternal sebagai acuan
penyusunan SOP, bisa berbentuk buku, peraturan perundang-
undangan, ataupun bentuk lain sebagai bahan pustaka,
5. Langkah- langkah prosedur : bagian ini merupakan bagian
utama yang menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk
menyelesaikan proses kerja tertentu. langkah-langkah ditulis
dengan sistem penomoran angka yakni : 1), 2), 3), dst.
6. Diagram Alir/ bagan alir (Flow Chart):
Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja
sebaiknya dalam langkah- langkah kegiatan dilengkapi dengan
diagram alir/bagan alir untuk memudahkan dalam
pemahaman langkah-langkahnya. Adapun bagan alir secara
garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu diagram alir
makro dan diagram alir mikro.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan
8. Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur
terkait dalam proses kerja tersebut.
Dari keenam isi SOP sebagaiama diuraikan di atas, dapat
ditambahkan antala lain: bagan alir, dokumen terkait.
9. Dokumen Terkait : berisi nama-nama dokumen yang ada
kaitannya dengan SOP tersebut
10. Rekaman historis perubahan : berisi riwayat jika dilakukan
revisi SOP.
Contoh :
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Diberlakukan
1. Tata naskah SOP Isi SOP dari 8 3 juli 2019
komponen
menjadi 10
komponen
2. Langkah-langkah Poin 1: Pasien 3 juli 2019
prosedur datang
mengambil
nomor antrian
sesuai poli
tujuan. Diubah
menjadi petugas
mengarahkan
pasien yang
datang sesuai
jenis pelayanan
yang dituju.
Bentuk balok :
o Awal kegiatan :
o Akhir kegiatan :
ya
o Keputusan : ?
Tidak
o Penghubung :
o Dokumen :
o Arsip :
1. Evaluasi SOP
a. Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
1. Evaluasi penerapan/ kepatuhanterhadap SOP
dapatdilakukan dengan menilai tingkat kepatuhan
terhadaplangkah-langkah dalam SOP. Untuk evaluasi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan daftar tilik/check list:
2. Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang
dikerjakan secara konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu
rangkaian kegiatan, untuk diingat, dikerjakan, dan diberi
tanda (check-mark).
3. Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu
untuk mendukung standarisasi suatu proses pelayanan.
4. Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang kompleks.
5. Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah
pelaksanaan dan memonitor SOP, bukan untuk
menggantikan SOP itu sendiri.
6. Langkah-langkah menyusun daftartilik:
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan
Identifikasi prosedur yang membutuhkan daftar tilik untuk
mempermudah pelaksanaan dan monitoringnya.
1. Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut,
2. Buat daftar kerja yang harus dilakukan,
3. Susun urutan kerja yang harus dilakukan,
4. Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan format tertentu,
5. Lakukan uji-coba,
6. Lakukan perbaikan daftartilik,
7. Standarisasi daftar tilik.
Σ Ya
Compliance rate (CR)= x 100 %
Σ Ya+Tidak
2. Evaluasi SOP
1. Evaluasi SOP dilaksanakan sesuai kebutuhan dan minimal
dua tahun sekali yang dilakukan oleh masing-masing unit
kerja.
2. Hasil evaluasi: SOP masih tetap bisa dipergunakan, atau SOP
tersebut perlu diperbaiki/direvisi. Perbaikan/revisi isi SOP
bisa dilakukan sebagian atau seluruhnya.
3. Perbaikan/ revisi perlu dilakukan bila:
A. Alur SOP sudah tidak sesuai dengan keadaan yang ada,
B. Adanya perkembangan Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
pelayanan kesehatan,
C. Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru,
D. Adanya perubahan fasilititas.
4. Peraturan Kepala FKTP tetap berlaku meskipun terjadi
penggantian Kepala FKTP.
Umur :
………………………………………………
Nama Petugas :
………………………………………………
Tanggal pelaksanaan :
……………………………………………..
CR = %
Tomohon, ……………….
Pelaksana / Auditor
2. Sistematika :
Kata Pengantar
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
1. Profil Organisasi
2. Kebijakan Mutu
3. Proses Pelayanan (Proses Bisnis)
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
D. Landasan hukum dan acuan
E. Istilah dan definisi
VII. Penutup
Lampiran (jika ada)
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi, misi, tugas
pokok dan fungsi Puskesmas bedasarkan pada analisis kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
Bab III. Indikator dan standar kinerja untuk tiap upaya dan
jenis pelayanan Puskesmas.
Puskesmas menetapkan indikator kinerja capaian tiap
upaya/ program dan jenis pelayanan
2. Format/ sistematika
a. Kepala, terdiri dari :
1. Logo pihak I dan pihak ke II pada bagian kiri dan kanan
atas.
2. Judul perjanjian
3. Nomor
b. Batang Tubuh
Batang tubuh perjanjian memuat materi perjanjian yang di
tuangkan dalam pasal-pasal. Pasal yang dimaksud antara lain
tujuan kerjasama, ruang lingkup kerjasama, pelaksanaan
kegiatan, pembiayaan, penyelesaian perselisihan kegiatan,
pembiayaan, penyelesaian perselisihan, penutup dan hal-hal
lain yang menjadi kesepakatan parapihak.
c. Kaki
Bagian kaki perjanjian kerja sama terdiri dari nama penanda
tangan para pihak yang mengadakan perjanjian dan para
saksi (jika dipandang perlu), dibubuhi meterai dan cap
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Logo Logo
Pihak Pihak
I II
SURAT PERJANJIAN
NOMOR ………./………./………/……..
TENTANG
...................................................................................................
1. ..........................................................................................................
................................................................................. PIHAK KE I
2. ..........................................................................................................
................................................................................. PIHAK KE II
Pasal ....
............................................................................................................
..............................................................................................................
.. (isi perjanjian)
Pasal .....
......................................................................................................
..............................................................................................................
........
Penutup
CAP METERAI
DAN CAP
Saksi-saksi:
1. ........................... (tandatangan)
2. Dst .........................
J. SUSUNAN UNDANGAN
1. Penulisan
Dokumen menggunakan kertas HVS 80 gram, ukuran F4 210 x 330
mm.Pengetikan menggunakan tipe huruf Bookman old style ukuran
12 dengan margin atas 2 cm, kiri 3 cm, kanan 2 cm, dan bawah 2,5
cm serta spasi 1,5. Penulisan dalam tabel menggunakan huruf arial
12.
2. Format / sistematika
a. Kop surat
b. Pembuka Surat terdiri dari nomor, sifat, lampiran (kata lampiran
tdk ditulis jika tdk ada yg dilampirkan), hal, tanggal, dan tujuan
surat.
c. Isi Surat Undangan mencakup pendahuluan, isi pokok ( dengan
menyebutkan hari, tanggal, waktu, tempat, acara, serta dapat
menyebutkan pimpinan rapat dan pakaian yg harus dikenakan),
dan kalimat penutup.
d. Penutup Surat ditulis di bagian kanan bawah dengan jabatan
penanda tangan surat, tangan tangan, cap, nama lengkap.
Kepada
.......................................................................................................
..........................................................................( kalimat pembuka)
Hari : ................................................
Tanggal : ................................................
Pukul : ................................................
Tempat : ................................................
Acara : ................................................
.......................................................................................................
............................................................................( kalimat penutup )
NAMA JABATAN,
Catatan/tembusan :
1. ...........................................
2. ........................................
Hari : ..............................
Tanggal : ..............................
Waktu :..............................
Tempat :..............................
Acara :..............................
JABATAN/ TANDA
NO NAMA KET
PANGKAT TANGAN
1.
2.
3.
dst
Tempat, Tanggal,
Bulan dan Tahun
NAMA JABATAN,
NAMA PEJABAT
Pangkat
NIP.
L. SUSUNAN NOTULEN
1. Penulisan
Dokumen menggunakan kertas HVS 80 gram, ukuran F4 210 x 330
mm.Pengetikan menggunakan tipe huruf Bookman old style ukuran
12 dengan margin atas 2 cm, kiri 3 cm, kanan 2 cm, dan bawah 2,5
cm serta spasi 1,5. Penulisan dalam tabel menggunakan huruf arial
12.
2. Format / sistematika
a. Kop
d. Notulen terdiri
atas :
e. a.Kepala Notulen;
f. b.Isi Notulen;
g. c.Bagian Akhir
Notulen
b. Kepala notulen terdiri dari Tulisan “Notulen”, Nama sidang/rapat,
Hari, tanggal, Pukul sidang/rapat, Tempat, Acara, Pimpinan siding,
Ketua/wakil Ketua, Sekretaris, Pencatat, Peserta sidang/rapat.
c. Isi notulen terdiri dari Kata pembukaan, Pembahasan, dan
peraturan.
d. Penutup notulen ditulis di bagian kanan bawah berisi tempat,
tanggal, bulan, dan tahun, jabatan penanda tangan surat, tangan
tangan, cap, nama lengkap, NIP.
Contoh notulen
NOTULEN
Rapat :
Hari/Tanggal :
Waktu Panggilan :
Waktu rapat :
Acara : 1.........................................................................
2. dan seterusnya
3. Penutup.
Pimpinan Rapat
Ketua : ....................................................
Sekretaris : ..................................................... (jika ada)
Pencatat : .....................................................
PIMPINAN
RAPAT
NAMA JABATAN
Tanda
tangan
NAMA
PEJABAT
Pangkat
NIP.
h. Notulen terdiri
atas :
i. a.Kepala Notulen;
j. b.Isi Notulen;
k. c.Bagian Akhir
Notulen
d. Kepala notulen terdiri dari Tulisan “Notulen”, Nama sidang/rapat,
Hari, tanggal, Pukul sidang/rapat, Tempat, Acara, Pimpinan siding,
Ketua/wakil Ketua, Sekretaris, Pencatat, Peserta sidang/rapat.
e. Isi notulen terdiri dari Kata pembukaan, Pembahasan, dan
peraturan.
d. Penutup notulen ditulis di bagian kanan bawah berisi tempat,
tanggal, bulan, dan tahun, jabatan penanda tangan surat, tangan
tangan, cap, nama lengkap, NIP.
Contoh notulen
Kepada,
Yth. ..............................................
..................................
di –
..................................
SURAT PENGANTAR
NOMOR : ……………
Penerima Pengirim
Nama Jabatan, Nama Jabatan,
Nomor telepon . . . . . . . . . .