BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Puskesmas
data dari pusat data dan informasi (Pusdatin) kementrian kesehatan RI pada
juni 2011 sebanyak 9.133 sampai tahun 2013, jumlah puskesmas mencapai
9.599 terdiri dari 3310 puskesmas perawatan dan 6289 puskesmas non
perawatan.
teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota. Oleh karena itu
17
18
satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab
Faisalado, (2014).
kerjanya.
19
wilayah kerjanya
3. Fungsi puskesmas
Arsita, (2011)
kesehatan
termaksud pembiayaan
program kesehatan
20
menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien
kesehatan
3. Sejarah perkembangan
faktor :
Arsita, (2011).
a. Jumlah penduduk
b. Keadaan geografis
puskesmas ditunjang oleh unit pelayanan kesehatan yang luas dan merata
dan satuan pelayanan kesehatan swasta dalam bentuk poli klinik atau balai
pengobatan, balai kesehatan ibu dan anak, rumah bersalin, dokter praktek
swasta serta kegiatan kader kesehatan dalam rangka PKMD yang secara
KEPALA
PUSKEMA
S
TATA USAHA
PUSKESMAS
PEMBANTU
Gambar 1.1
fungsional.
pengelolaan :
3. Keuangan
3. Unit III : kegiatan kesehatan gigi dan mulut, tenaga kerja, dan
manula
sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata, dan kesehatan
khusus lainnya
jawab atas masalah yan timbul, baik secara vertikal maupun secara
berikut :
visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai, dan bahan makan
bersih.
25
pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Secara konsep,
Mubarak, 2013).
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dan organisasi sosial (R. Fallen & R.
kota penyelenggara.
a. Sasaran langsung kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun) kelompok usia
lanjut (60 tahun keatas) kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70
tahun keatas).
27
b. Jarak rumah dengan posyandu yagn jauh atau sulit untuk di jangkau
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga yang hanya menggunakan
dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan kartu menuju sehat
(KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini)
atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi R. Fallen & R. Budi Dwi K
lansia seperti :
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan
besar.
pengukuran tinggi badan dan di catat pada grafik indek masa tubuh
(IMT).
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula.
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur atau protein dalam air seni sebagai
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gigi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia
lanjut.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut
lansia di posyandu lansia antara lain : pengetahuan lansia yang kurang akan
salah persepsi dengan tujuan dan mamfaat posyandu (Khoiriyah, 2011 dalam
Aldriana, 2016), Jarak yang jauh akan membatasi kemampuan lansia untuk
30
(Handayani, D.E, 2012 dalam Aldriana, 2016), keluarga yang tidak mendukung
2013 dalam aldriana, 2016), Dan kader posyandu yang kurang aktif akan
Aldriana, 2016).
Menurut R. Fallen & R. Budi Dwi K (2011), Ada beberapa kendala yang
1. Pengetahuan
logika, artinya pengetahuan yang baik (lansia yan tahu tentang pengertian
posyandu) tidak selalu memimpin prilaku yang benar dalam hal ini
mamfaat posyandu ini dapat diperoleh dari dari pengalaman pribadi dalam
maka lansia akan mendafatkan penyeluhan tentang cara hidup sehat dengan
31
pesan dan informasi yang di sampaikan tentang posyandu lansia. Hal ini
saraf dan jaringan lain-lain sehingga mereka sulit untuk mencerna apa yang
dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat dan motivasi mereka
(2001).
mengikuti jadwal posyandu lansia, terutama jika sarana dan pra sarana yang
tersedia terbatas.
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau
dkk (2018).
Jarak rumah dengan lokasi posyandu yan jauh atau sulit di jangkau
atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia meresa aman atau merasa mudah
atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau
motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia (R. Fallen & R.
3. Dukungan Keluarga
akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan
noorkasiani (2008).
33
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
4. Peran Kader
faktor penguat yang merupakan faktor pendorong munculnya niat dan sikap
di adakan oleh dinas kesehatan untk para kader. Dengan tujuan apa yang di
motivasi terhadap lansia agara mau untuk datang keposyandu pada jadwal