Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Posyandu

Posyandu merupakan salah satu wadah dari partisipasi

masyarakat yang merupakan tempat kegiatan terpadu KB kesehatan

ditingkat desa. Posyandu telah dikembangkan sejak PELITA III tahun

1984 yaitu suatu pelayanan yang inisiatif, penyelenggaraan dan

pelaksanaan oleh masyarakat dan dibina oleh puskesmas hingga saat

ini.

Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan salah satu bentuk

upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan

masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak

balita (Depkes, RI, 2010).

Posyandu Pada dasarnya merupakan salah satu bentuk wujud

peran serta masyarakat dalam pembangunan khususnya kesehatan

dengan menciptakan kemampuan hidup sehat, bagi setiap penduduk. Di

posyandu diselenggarakan upaya-upaya yang bersifat promotif dan

preventif atas ada dasar dari masyarakat, oleh masyarakat. Dengan

konsep posyandu seperti ini, diharapkan mampu meningkatkan

kemandirian masyarakat dalam mencapai derajat kesehatan yang


optimal. Keberadaan posyandu ditengah-tengah masyarakat yang

merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sebagai

pelaksana sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta keluarga

berencana. Disamping itu wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai

sarana untuk tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta

bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi

baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri.

Sebagai dasar terbentuknya posyandu ialah bertitik tolak dari

definisi ilmu kesehatan masyarakat menurut Winslow, yang mana

disebutkan kesehatannya sendiri. Seterusnya disebutkan pula bahwa

terciptanya kesehatan yang optimal bagi masyarakat ialah dengan

adanya peran serta dari masyarakat secara teratur dan

berkesinambungan (Anas, 2009).

1) Prinsip Dasar Posyandu

Prinsip dasar posyandu adalah :

a. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan

antara pelayanan professional dan non professional atau oleh

masyarakat.

b. Adanya kerja sama lintas program yang baik (KIA, KB, GIZI, Imunisasi

dan penanggulangan Diare) maupun lintas sektoral (Depkes,

Depdagri/Bangdes dan BKKBN).


c. Kelembagaan Masyarakat (kelompok timbang/pos timbang, pos

imunisasi, pos kesehatan, pos obat desa dan lain-lain).

d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi yang berumur 0-11

bulan, anak balita yang berumur 1- 4 tahun, ibu hamil dan PUS).

e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan PKMD/PHC.

2) Tujuan Posyandu

Tujuan pokok dari pelayanan posyandu adalah untuk :

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

c. Mempercepat penerimaan NKKBS.

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan hidup sehat.

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan

kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi.

f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka

alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

3) Kegiatan posyandu

Lingkup kegiatan posyandu meliputi lima kegiatan program :

a. Keluarga berencana (KB)

1) Komunikasi, informasi dan edukasi tentang KB.


2) Motivasi KB.

3) Pelayanan kontrasepsi bagi calon peserta.

4) Pelayanan ulang peserta KB.

5) Pembinaan dan pengayoman peserta KB termasuk upaya

pengalihan ke jenis kontrasepsi yang mantap.

6) Pendataan dan pemetaan.

7) Pencatatan dan pelaporan

b. Kesejahteraan ibu dan anak

1) KIE tentang kesehatan ibu dan anak.

2) Pemeriksaan bumil dalam rangka penjaringan bumil dengan resiko

tinggi dengan menggunakan monitoring bumil.

3) Identifikasi bumil dengan resiko tinggi.

4) Pemeriksaan bayi dan anak balita.

5) Pemeriksaan ibu masa nifas dan menyusui.

6) Pencatatan dan pelaporan.

7) Rujukan kasus-kasus sulit ke puskesmas.

c. Pebaikan gizi

1) Penyuluhan tentang gizi.

2) Monitoring pertumbuhan balita dengan KMS dalam rangka

penjaringan balita dengan gizi kurang/buruk.

3) Pemberian makanan tambahan dan mendidik menu seimbang.

4) Pemberian vitamin A dosis tinggi.


5) Pemberian tablet Fe (besi) bagi ibu hamil.

6) Penanggulangan balita gizi buruk/kurang dan bumil dengan gizi

kurang/buruk.

7) Pencatatan dan pelaporan,

d. Imunisasi

1) Penyuluhan tentang imunisasi dan efek samping.

2) Melaksanakan imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak pada bayi dan

balita.

3) Melakukan imunisasi TT pada ibu hamil.

4) Pencatatan dan pelaporan.

e. Penanggulangan diare

1) Penyuluhan tentang penyakit diare/mencret.

2) Memasyarakatan pemakaian oralit/larutan gula garam dan cara

pembuatannya.

3) Penyuluhannya dan pengobatan kasus diare.

4) Rujukan kasus-kasus dengan dehidrasi ke puskesmas.

Posyandu sebagai kegiatan yang harus dilaksanakan oleh

masyarakat dengan dukungan tenaga medis dan paramedik serta tenaga

kesehatan lainnya untuk melayani masyarakat khususnya kelompok

sasaran. Program-program kesehatan ibu dan anak yang sebelumnya

disusun secara terpisah pada periode yang berbeda-beda kini dihadirkan


ketengah-tengah masyarakat secara simultan dan terintegrasi dalam satu

paket posyandu, yaitu :

a. Program keluarga berencana, terdiri dari pemeriksana ibu hamil dan

imunisasi TT.

b. Program keluarga berencana terdiri dari rekrutmen akseptor dan di

stribusi kontrasepsi.

c. Program imunisasi terdiri dari pelaksanaan BCG, DPT, Polio, Campak

dan Hepatitis.

d. Program gizi, terdiri dari pengukuran berat badan anak, pemberian

makanan tambahan dan pemberian paket pertolongan gizi berupa

kapsul vitamin A, tablet Fe dan sirup Fe.

Penyelenggaraan program atau jenis pelayanan kesehatan

diposyandu ini dilakukan dengan pola lima meja yaitu (Depkes RI,

1997):

Meja 1 : pendaftaran sasaran yang datang

Meja 2 : penimbangan bayi dan anak

Meja 3 : pengisian KMS dan pencatatan hasil penimbangan

Meja 4 : penyuluhan perorangan

a. Untuk balita dilihat dan hasil penimbangan berat badan,

pemberian kapsul vitamin A, Oralit dan PMT.

b. Untuk ibu hamil diikuti dengan pemberian tablet Fe.


c. Terhadap PUS diupayakan menjadi peserta KB diikuti dengan

pemberian alat kontrasepsi.

Meja 5 : pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pemberian

imunisasi dan pemasangan alat kontrasepsi.

Makin banyak jumlah posyandu, mendorong terjadinya narasi

tingkat perkembangan yang beragam. Untuk mengatasi keadaan yang

demikian posyandu digolongkan kedalam empat tingkatan :

1. Posyandu Pratama

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum

mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya

terbatas, kurang dari lima orang.

2. Posyandu Madya

Posyandu pada tingkatan madya sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari delapan kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader

lima orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA,

Gizi dan Imunisasi) masih rendah dari 50%. Ini berarti kelestarian

kegiatan posyandu sudah baik akan tetapi masih rendah cakupannya.

3. Posyandu Purnama

Posyandu pada tingkatan purnama adalah posyandu yang

frekuensi lebih dari delapan kali pertahun, rata-ratanya jumlah kader lima

orang atau lebih, dan cakupan lima program utamanya (KB, KIA, Gizi,
Imunisasi) lebih dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin

sudah ada dana sehat yang masih sederhana.

4. Posyandu Mandiri

Posyandu yang sudah sampai pada tingktan mandiri, ini berarti

sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan lima program

utama sudah baik, ada program tambahan dan dana sehat telah

menjangkau lebih dari 50% KK.

B. Tinjauan Umum Tentang Penyuluhan kesehatan

1. Pengertian

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang

mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta

masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai yang

diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk

pendidikan untuk orang dewasa. Penyuluhan merupakan keterlibatan

seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan

tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa

membuat keputusan yang benar (Adrianto, 2009).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan

melakukan apa saja yang bisa dilakukan (Ahira, 2008).


Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

(Effendy, 2005).

2. Tujuan Umum Penyuluhan Kesehatan

Pengertian diatas maka tujuan penyuluhan yang pokok adalah:

terjadinya perubahan dalam membina individu, keluarga atau masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat

serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, kelompok, dan

masyarakat yang sesuai dengan hidup sehat baik fisik, mental dan sosial

sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Menurut

WHO, Tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku

seseorang dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,

2007).

Secara umum, tujuan dari penyuluhan kesehatan ialah mengubah

perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan (WHO, 1954) yang

dikutip oleh notoatmodjo (2007). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut

menjadi:

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.


b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

3. Sasaran Penyuluhan Posyandu Mencakup :

a. Individu

Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan,

yang dapat dilakukan diRumah Sakit, rumah bersalin, posyandu,

keluarga binaan dan masyarakat binaan.

b. Keluarga

Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan

keperawatan yang tergolong keluarga resiko tinggi, misalnya anggota

keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan keadaan

gizi buruk.

a. Kelompok

Kelompok - kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam

penyuluhan misalnya kelompok ibu hamil, ibu - ibu yangan usia subur

yang memiliki balita, pasangan usia subur dengan resiko tinggi

kebidanan.

b. Masyarakat

Yang menjadi sasaran penyuluhan kesehatan adalah masyarakat

binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan.


Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat

adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari individu, kelompok,

keluarga khususnya dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip -

prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari - hari untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal (Effendy, 2005).

4. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode penyuluhan kesehatan dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Metode diskusi kelompok

1) Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta

lebih dari 15 orang.

2) Kelompok kecil

Apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang

cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah

pendapat. Bola salju, kelompok kecil-kecil.

b. Metode ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

rendah. Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri

menguasai materi yang akan diceramahi. Kunci dari keberhasilan

pelaksanaan ceramah adalah penceramah tersebut dapat

menguasai sasaran ceramah.

c. Metode seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah keatas. Seminar adalah cara penyajian

(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik

yang di anggap hangat dimasyarakat.

d. Metode panel

Metode ini merupakan pembicaraan yang sudah di rencanakan di

depan pengunjung tentang sebuah topik dan di perlukan tiga panelis

atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin.

a. Metode Demonstrasi

Metode ini merupakan metode pembelajaran yang menyajikan

suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan cara

berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau

menggunakan media seperti video dan film. Metode ini digunakan

terhadap kelompok yang terlalu besar jumlahnya.

e. Metode curah pendapat

Suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota

mengenalkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang

terpikirkan oleh masing - masing peserta dan evaluasi atas

pendapat - pendapat tadi dilakukan kemudian.

f. Metode bermain
Memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa

diadakan latihan dua atau lebih untuk dipakai sebagai bahan

pemikiran oleh kelompok.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ketidakberhasilan Penyuluhan

a. Faktor penyuluh

1) Kurang persiapan

2) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan

3) Penampilan kurang meyakinkan sasaran

4) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran

karena terlalu banyak digunakan istilah asing

5) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar

6) Penyampaian materi penyuluhan monoton sehingga

membosankan

b. Faktor sasaran

1) Tingkat pendidikan terlalu rendah.

2) Tingkat sosial terlalu rendah.

3) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga

sulit untuk mengubah.

4) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin

terjadi perubahan perilaku.


c. Faktor proses dalam penyuluhan

1) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan

sasaran.

2) Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian sehingga

mengganggu proses penyuluhan.

3) Jumlah sasaran yang terlalu banyak.

4) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang.

5) Metode yang dpergunakan kurang tepat.

6) Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran.

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan Ibu Balita

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (evert behavior) (Notoatmodjo,

2007).

1) Proses adopsi perilaku

Dari pengetahuan dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari pengetahuan . penelitian rogers (1974 ) yang dikutip oleh


notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berprilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evalution (menimbang - nimbang), terhadap baik dan tidak nya

stimulus. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial , yakni orang telah mencoba prilaku baru .

e. Adoption, yakni objek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.termaksud dalam tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

menyatakan, mendefinisikan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengungkapkan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya atau dalam konteks atau stimulus yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat gambar), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dan dapat menyesuaikan

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian-penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penelitian-penelitian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang mengatakan tentang isi materi yang diukur dari suatu

objek penelitian atau responden. kedalam pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut

diatas (notoatmodjo, 2007).

D. Tinjauan Tentang Sikap Ibu Balita


Menurut Ngatimin (1990) yang dikutip oleh notoatmodjo (2007)

sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif, yaitu respon

yang sudah dalam pertimbangan dengan individu yang bersangkutan.

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan diatas

dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang

tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Neucomb salah seorang ahli psikologi menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan

suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

1. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.


b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini

pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan

penting suatu contoh misalnya, seorang ibu mendengar tentang

penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya dan

sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir

dan berupaya supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir

ini, komponen emosi dan keyakinan ikut berkerja sehingga ibu

tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah

supaya anaknya tidak terkena polio.

2. Berbagai tingkat sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan. Sikap ini terdiri dari beberapa

tingkatan:

a. Menerima (receving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

orang yang terhadap gizi.

b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan

sikap. Karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau

menjelaskan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang

ibu mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke

posyandu.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala suatu yang dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya

seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat

tantangan dari ibu mertua atau orang tuanya sendiri.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dapat

ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

suatu objek secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.

3. Praktek atau tindakan

Suatu sikap belum otomatis tersebut terwujud dalam suatu tindakan

(overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan

nyata yang diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang


memungkinkan, antara lain fasilitas. Praktik ini mempunyai beberapa

tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil setelah merupakan praktik tingkatan

pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang

bergizi bagi anak balitanya.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat

dua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar,

mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya

memasak, menutup pancinya dan sebagainya.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau suatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu telah

mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa

menunggu ajakan orang lain.

d. Adaptasi (adaption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah


dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan

yang bergizi tinggi berdasarkan bahan- bahan yang murah dan

sederhana.

e. Pengukuran

Perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Telah diuraikan diatas bahwa sikap adalah penilaian seseorang

terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini mengenai masalah

kesehatan). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses

selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek

kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga

sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni :

1. Sikap terhadap sakit dan penyakit.

2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat.

3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan.

E. Tinjauan Tentang Persepsi Ibu Terhadap Pelayanan Posyandu

Persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi,

mengatur dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi untuk

menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam

arindita, 2009) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses


pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi

mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (input),

pengorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan

pembentukan sikap. Adapun Robbins (2010) mendeskripsikan persepsi

dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana

individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera

mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.

Leavit (dalam Rosyad, 2009) membedakan persepsi menjadi dua

pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang

sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang

melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya

sebagai bagaimana seseoarang memandang atau mengartikan sesuatu.

Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana

dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan

pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada

pengertiannya terhadap sesuatu tersebut. Persepsi berarti analisis

mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal

disekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada,

dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memehami hal ini,

akan diberikan contoh sebagai berikut : individu baru pertama kali

menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada

orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya jeruk. Individu
kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya.

Dari buah itu secara seksama. Lalu timbul konsep mengenai jeruk dalam

benak (memori) individu. Pada kesempatan lannya, saat menjumpai buah

yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep

yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah

jeruk (taniputera, 2009). Dari definisi persepsi diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana

seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterprestasikan masukan-

masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan

kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran

yang berarti.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Robins (2010) menjelaskan bahwa meskipun individu-individu

memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat

mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk

membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari

1) Pelaku persepsi (perceiver).

2) Objek atau yang di persepsikan.

3) Konteks dari situasi di mana persepsi itu dilakukan.

Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin

atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang


berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup di kena

hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud

seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha

mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa individu berperilaku

dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu

terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian -

pengandaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu ( Robbins,

2010).

Gilmer ( dalam Hapsari, 2008) menyatakan bahwa persepsi di

pengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan

pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan

karena ada beberapa faktor yang bersifat subyektif yang mempengaruhi,

maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu

sama lain.

Oskamp (dalam Hamka, 2005) membagi empat karateristik penting

dari faktor-faktor pribadi sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:

a. Fakto-faktor ciri dari objek stimulus.

b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.

c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.

d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural

Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural.

Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya


kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin,

dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor diluar

individu, misalnya lingkungn, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh

terhadap seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.

uraian diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi

dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor

pemersepsi (perceiver), obyektif yang di persepsi dan konteks situasi

persepsi di lakukan.

Anda mungkin juga menyukai