Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam urat adalah produk akhir degradasi atau katabolisme purin, purin
adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Apabila kita
mengkonsumsi makanan yang mengandung purin, maka purin tersebut akan
langsung dikatabolisme oleh usus. Ekskresi keseluruhan asam urat pada
manusia yang normal berkisar rata-rata 600-800 mg/ 24 jam. Dua pertiga asam
urat yang terbentuk dieleminasi melalui ginjal, sedangkan sepertiganya
melalui saluran pencernaan. (6).
Hiperurisemia merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi asam urat
serum meningkat yaitu lebih besar dari 7,0 mg/dL yang tidak bergejala.
Akumulasi yang berlebih ini dapat disebabkan oleh overproduksi dan
penurunan ekskresi. (17).
Jumlah penderita hiperurisemia dimasyarakat dan berbagai kepustakaan
barat sangat bervariasi yaitu diperkirakan antara 2,3-17,6%. Di China pada
tahun 2006, hiperurisemia sebesar 25,3 pada orang dewasa usia 20-74 tahun.
Besarnya angka kejadian hiperurisemia pada masyarakat Indonesia belum ada
data yang pasti. Penelitian lapangan yang dilakukan pada penduduk kota
Denpasar, Bali mendapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar 18,2
Untuk mengatasi semakin tingginya kadar asam urat darah, pasien
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan yang tinggi purin (contoh :
daging-daging organ), menghindari alkohol, dan menurunkan berat badan jika
obesitas. Selain itu, penderita juga dibantu dengan terapi obat salah satunya
allopurinol. Allopurinol dan metabolit utamanya, oksipurinol merupakan
inhibitor xantin oksidase, suatu enzim yang berperan dalam produksi asam
urat sehingga mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin
menjadi asam urat.

1 1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Asam urat
1. Sifat Fisika dan Kimia Asam Urat
Asam urat memiliki nama IUPAC 7,9-dihidro-1H-purin-2,6,8(3H)-
trion atau dengan nama lain 2,6,8-trioksipurina. Rumus molekul asam urat
adalah C5H4N4O3 dengan berat molekul 168,11g/mol. Asam urat termasuk
asam lemah berupa kristal putih, sukar larut dalam air dan mengalami
dekomposisi dengan pemanasan. (5).
Kelarutan dari natrium urat dalam plasma adalah 6,8 mg/dl. Nilai di
atas, dapat berpotensi sebagai endapan dari kristal urat yang ada.
Kelarutan dari natrium urat dalam plasma pada suhu 30 oC hanya 4 mg/dl,
sehingga bentuk kristal urat lebih baik di dalam suhu tubuh yang rendah.
(5).
Garam urat bersifat jauh lebih larut di dalam air dibandingkan asam
urat. Urin pada pH 5 hanya dapat melarutkan sekitar sepersepuluh total
urat (15 mg/dL) yang dapat dilarutkan oleh urin pada pH 7 (150-200
mg/dL), dan pH urin yang normal berada di bawah 5,8. Kristal saluran
kemih berupa natrium urat ditemukan di sebelah proksimal lokasi
asidifikasi urin (tubulus distal dan tubulus koligen), sedangkan kristal
asam urat ditemukan disebelah distal. Batu yang tersusun atas asam urat
terbentuk pada sistem pengumpul saluran kemih, sehingga pembentukan
batu dapat dikurangi dengan alkalinisasi urin. (11).
2. Sumber Asam Urat
Asam urat (uric acid) adalah hasil akhir dari katabolisme
(pemecahan) purin. Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia
pembentuk DNA. Kelompok purin antara lain Adenosin dan Guanosin.
Saat DNA dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme. Hasil buangannya
berupa Asam urat. (6).

4 2
Purin yang menghasilkan asam urat dapat berasal dari 3 sumber,
yaitu purin dari makanan, konversi asam nukleat jaringan menjadi
nukleotida purin, dan sintesis de novo basa purin. Individu normal
memproduksi 600-800 mg asam urat setiap hari dan mengekskresikan
kurang dari 600 mg asam urat melalui urin. Individu yang
mengekskresikan lebih dari 600 mg dalam masa diet bebas purin selama 3-
5 hari dianggap overproduksi. Individu dengan hiperurisemia yang
mengekskresikan kurang dari 600 mg asam urat dalam 24 jam dalam masa
diet bebas purin didefinisikan underekskresi asam urat. Keadaan
underekskresi dapat mengindikasikan tingginya kadar asam urat darah (6).
Makanan dan minuman yang mengandung purin tinggi dan
sebaiknya dihindari yaitu hati, ginjal, sarden, daging, bacon (daging babi
yang dikukus), codfish, scallops, trout, haddock, daging anak lembu,
venison (daging rusa), kalkun, minuman beralkohol. Makanan dan
minuman yang mengandung purin dengan kadar sedang dan dapat
dikonsumsi sekali-kali yaitu asparagus, daging sapi, bouillon, daging
ayam, kepiting, daging bebek, paha babi, buncis, jamur, lobster, tiram,
pork, udang, bayam. Makanan dan minuman bebas purin dan dapat
dikonsumsi yaitu kopi, buah, roti, beras, makaroni, keju, telur, produk
susu, gula, tomat, sayur hijau (kecuali yang telah disebutkan sebelumnya),
minuman berkarbonasi. (6).
3. Fisiologi
Dalam tubuh, senyawa-senyawa purin mengalami metabolisme
untuk diubah menjadi asam urat. Nukleotida purin yang utama, yaitu
Adhenosin Monophospat (AMP) dan Guanosin Monophosphat (GMP).
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway). (2).
a. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat
melalui prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat,
yang diubah melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin
(asam inosinat, asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan

3
oleh serangkaian mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa
enzim yang mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP)
sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat
suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan. (2).
b. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui
basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan.
Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo.
Basa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan
PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat.
Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin
fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase
(APRT). (2).
Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosin dan guanosin
menjadi asam urat. Adenosin akan mengalami deaminasi menjadi inosin
oleh adenosine deaminase. Posforilasi ikatan N-glikosidat inosin yang
dikatalis oleh nukleosida purin fosforilase, akan melepas senyawa ribose-
1-fosfat dan guanin. Hipoxantin selanjutnya membentuk xantin dalam
reaksi yang dikatalis oleh xantin oksidase. Sedangkan guanin selanjutnya
membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalis oleh guanase. Kemudian
xantin yang terbentuk akan dioksidasi menjadi asam urat dalam reaksi
kedua yang dikatalis oleh xantin oksidase. (11).
Ekskresi keseluruhan asam urat pada manusia yang normal berkisar
rata-rata 600-800 mg/24 jam. Dua pertiga asam urat yang terbentuk
dieleminasi melalui ginjal, sedangkan sepertiganya melalui saluran
pencernaan.
Asam urat diketahui berfungsi sebagai antioksidan dan mungkin
antioksidan yang paling penting dalam plasma dengan kontribusi sampai
60% dari seluruh aktivitas pembersihan radikal bebas dalam serum
manusia. Urat yakni bentuk asam urat yang larut dalam darah dapat

4
menangkap superoksida, radikal hidroksil, oksigen tunggal dan juga
mempunyai kemampuan untuk chelasi logam-logam transisi. Asam urat
dapat berinteraksi dengan peroxynitrit, suatu produk toksik yang terbentuk
dari reaksi antara anion superoksida dengan NO yang dapat merusak sel
melalui proses nitrosilasi residu protein tirosin (terbentuknya nitrotirosin),
dan membentuk donor NO yang stabil, sehingga menyebabkan
vasodilatasi dan meminimalkan kerusakan oksidatif yang diinduksi oleh
peroxynitrit tadi. (16).
Namun demikian asam urat juga bersifat prooksidatif pada kondisi
tertentu, khususnya bila antioksidan lain berada dalam level yang rendah.
Diketahui asam urat dapat merangsang oksidasi Low Density Lipoprotein
(LDL) in vitro yang merupakan langkah kunci dalam progresivitas
arterosklerosis. Efek merusak asam urat pada sel endotel diperkirakan
melalui aktivasi leukosit dan terdapat korelasi yang konsisten antara
peningkatan konsentrasi AU dengan marker inflamasi disirkulasi.
Observasi klinis dan laboratoris memperlihatkan peningkatan konsentrasi
asam urat dalam darah lebih dari 5,5 mg/dL, dikaitkan dengan disfungsi
endotel. Jadi walau mempunyai peranan sebagai antioksidan yang
signifikan, asam urat baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
menyebakan kerusakan vaskuler. (16).
4. Patofisiologi Asam Urat
Pada manusia, asam urat merupakan produk akhir dari degradasi
senyawa purin. Karena ketidakberadaan enzim urikase pada manusia,
maka terdapat kemungkinan adanya timbunan asam urat yang apabila
melewati batas tertentu akan menimbulkan gangguan patologis. (7).
Kadar asam urat normal dalam darah manusia pada pria adalah 3,5
mg/dl sebelum pubertas dan 5,2 mg/dl setelah pubertas. Sedangkan pada
wanita adalah 4 mg/dl usia pramenopause dan 4,7 mg/dl usia
pascamenopaus. Peningkatan kadar asam urat darah melebihi normal dapat
terjadi karena peningkatan produksi atau penurunan eksresi asam urat.

5
Keadaan biokimia ini disebut hiperurisemia yaitu kadar asam urat
melebihi 7,0 mg/dl pada pria dan 6,0 mg/dl pada wanita. (7).
Hiperurisemia dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan
keadaan patologis seperti arthritis gout akut dan gout kronik. Keadaan ini
timbul karena penimbunan kristal monoatrium urat pada jaringan lunak
dan persendian akibat keadaan lewat jenuh. Timbunan kristal ini
membentuk trofi yang dapat menyebabkan reaksi peradangan. (7).
Hiperurisemia dan gout dikelompokkan menjadi dua yaitu primer dan
sekunder. Gout primer disebabkan oleh kelainan metabolik. Kelompok
hiperurisemia dan gout sekunder, bisa melalui mekanisme overproduction,
seperti ganguan metabolisme purin pada defisiensi enzim gucose-6-
phosphatase atau fructose-1-phospate aldolase. Hal yang sama juga terjadi
pada keadaan infark miokard, status epileptikus, penyakit hemolisis
kronis, polisitemia, psoriasis, keganasan mieloproliferatif dan
limfoproliferatif; yang meningkatkan pemecahan ATP dan asam nukleat
dari inti sel. Sedangkan mekanisme undersecretion bisa ditemukan pada
keadaan penyakit ginjal kronik, dehidrasi, diabetes insipidus, peminum
alkohol, myxodema, hiperparatiroid, ketoasidosis dan keracunan berilium.
Selain itu juga dapat terjadi pada pemakaian obat seperti diuretik, salisilat
dosis rendah, pirazinamid, etambutol dan siklosporin. (7).
5. Penatalaksanaan Hiperurisemia
OAINS diindikasikan selama serangan akut, dan apabila tidak
ditoleransi dengan baik, alternatifnya adalah kolkisin. Steroid
intraartikular juga sangat efektif. Terapi untuk menurunkan pembentukan
asam urat (allopurinol) atau meningkatkan ekskresinya (probenesid atau
sulfinpirazon) dapat diberikan pada pasien dengan serangan rekuren, kadar
asam urat yang tinggi atau keterlibatan penyakit awal. Terapi ini harus
ditunda sampai serangan akut telah selesai (jika tidak, serangan dapat
berlangsung lebih lama). OAINS/kolkisin dilanjutkan selama 3 bulan
pertama terapi hipourikemia, karena resiko terjadi serangan selanjutnya

6
tetap ada sampai tercapai kadar asam urat normal. Diet dan asupan alkohol
mungkin harus disesuaikan. (3).

B. Allopurinol
Derivat-pirimidin ini (1967) efektif sekali untuk menormalkan kadar urat
dalam darah dan kemih yang meningkat. Berdaya mengurangi sintesa urat atas
dasar persaingan substrat dengan zat-zat purin yang berlandasan enzim
xanthinoxydase (XO). Purin seperti hipoxantin dan xantin dirombak oleh XO
menjadi asam urat. Tetapi dengan adanya allopurinol, XO melakukan
aktivitasnya terhadap obat ini sebagai ganti purin. Akibatnya adalah
perombakan hipoxantin dikurangi dan sintesa urat menurun dengan k.l 50%.
Kadar urat berangsur turun, tofi menyusut dan batu urat tidak dibentuk lagi.
Setelah 1-3 minggu kadar urat mencapai nilai normal. (15)
Efek samping yang sering terjadi ialah reaksi kulit. Bila kemerahan kulit
timbul, obat harus dihentikan karena gangguan mungkin menjadi lebih berat.
Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leucopenia atau leukositosis,
eosinofilia, artralgia dan priuritis juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran
cerna kadang-kadang juga dapat terjadi. Allopurinol juga dapat meningkatkan
frekuensi serangan sehingga sebaiknya pada awal terapi diberikan juga
kolkisin. Serangan biasanya menghilang setelah beberapa bulan pengobatan.
Karena allopurinol menghambat oksidasi merkaptopurin, dosis merkaptopurin
harus dikurangi sampai 25-35% bila diberikan bersamaan. Dosis untuk
penyakit asam urat ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg untuk penyakit
yang lebih berat. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal dosis cukup
100-200 mg sehari. Dosis untuk hiperurisemia sekunder 100-200 mg sehari.
Untuk anak 6-10 tahun yaitu 300 mg sehari dan anak dibawah 6 tahun sebesar
150 mg sehari. (14).

C. Kalium Oksonat
Kalium oksonat merupakan garam kalium atau kalium dari asam
oksonat. Kalium oksonat mempunyai berat molekul 195,18 dengan rumus

7
molekul C4H2KN3O4. Kalium mempunyai titik didih pada 300ºC dan bisa
dideteksi pada spektra infra merah. Kelarutan kalium oksonat dalam air adalah
5 mg/ml pada suhu relatif. Kalium oksonat akan stabil jika disimpan dibawah
temperatur normal (suhu kamar). Kalium oksonat bersifat oksidator kuat,
teratogen, karsinogen, mutagen dan mudah mengiritasi mata dan kulit. (13).
Kalium oksonat merupakan reagen untuk inhibitor oksidase urat dengan
memberikan efek hiperurisemia. Adapun mekanisme kalium oksonat dalam
meningkatkan kadar asam urat dapat dilihat pada gambar 1 (13) :

Asam urat + 2 H2O + O2

Uricase Kalium oksonat

Allantoin + CO2 + H2O2


Gambar 1. Mekanisme Aksi dari Kalium Oksonat Dalam Meningkatkan Kadar
Asam Urat (Mazzali, et al., 2001)

Untuk menimbukan hiperurisemia, kalium oksonat dapat diberikan


secara intraperitonial dengan dosis 250 mg/kg bb. Kadar asam urat tertinggi
dapat dicapai dalam waktu dua jam setelah kalium oksonat diberikan secara
intraperitonial pada tikus. Setelah itu, kadar asam urat menurun hingga
mencapai normal dalam waktu 24 jam. Kalium oksonat merupakan inhibitor
kompetitif sehingga umum digunakan sebagai penginduksi asam urat. (8,9).

D. Metode Penentuan Kadar Asam Urat


Kadar asam urat dapat diperoleh dengan menggunakan beberapa metode
seperti metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), metode reduksi
menggunakan asam fosfotungstat, dan metode enzimatik dengan urikase.
Metode kromatografi cair kinerja tinggi meiliki sensitfitas dan keakuratan
yang tinggi, namun metode ini kurang praktis jika dibandingkan dengan
metode yang lain sehingga metode ini tidak banyak dipakai dalam
menentukan kadar asam urat dalam cairan biologis. (8,9).

8
Keuntungan metode kolori-enzimatik adalah metode ini memberikan
cara yang sederhana untuk menetapkan kadar zat dalam jumlah bahan uji yang
kecil. Metode ini juga memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan umum
digunakan. Asam urat dapat diukur secara spektrofotometri karena hidrogen
peroksida yang terbentuk akan bereaksi denagn suatu pereaksi dan
menghasilkan quinonimin, suatu senyawa yang memiliki gugus kromofor.
Prinsip reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (8,9) :
Asam urat + O2 + 2H2O   alantoin
uricase
+ CO2 + H2O2
2 H2O2 + asam 3,5 dikloro-2-hidroksibenzensulfonat + 4-aminophenazon
   N-(4-antipiril)-3-kloro-5-sulfonat-p-benzokuinonimin + HCl + H2O.
peroksidase

E. Srikaya
1. Botani Tanaman Srikaya
Tanaman srikaya berbentuk pohon tegak dan hidup tahunan. Dalam
tata nama tumbuhan, srikaya diklasifikasikan sebagai berikut. (12).
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polycarpiceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa Linn.
Spesies dari famili Annonaceae ini sangat banyak. Ada yang
dimanfaatkan untuk tanaman hias, tanaman industri, tanaman buah,
bahkan saat ini ada yang tergolong tanaman langka seperti stelechocripus
burahol (burahol, kepel). (12).
Sebagai tanaman tingkat tinggi, srikaya memiliki bagian-bagian tanaman
yang lengkap. (12).
a. Daun

9
Daun tanaman srikaya berbentuk lanset, ujungnya meruncing,
berwarna hijau muda, duduk daun berselang-seling pada batang atau
ranting, dan pinggiran daun rata.
b. Batang
Batang tanaman srikaya berkayu, berbentuk perdu, hidupnya menahun,
memiliki percabangan yang banyak, dan tingginya mencapai 8 m.
c. Bunga
Bunga tanaman srikaya berwarna kuning keputih-putihan dan keluar
dari ketiak daun pada ujung cabang atau ranting. Mahkota bunga
panjang, terdiri atas 3 lembar, dan tersusun secara acyclis dengan pistil
majemuk. Sistem pembungaannya tunggal.
d. Buah
Buah srikaya bersisik halus dan setiap sisik merupakan karpel yang
berisi satu butir biji. Buah srikaya yang masih muda berwarna hijau.
Buah srikaya yang sudah tua berwarna hijau kekuningan, pecah
lembek, dan mengeluarkan aroma harum yang khas. Daging buah
berwarna putih dan terasa seperti berpasir. Berat buah rata-rata 80 g-
200 g dan jumlah buah per pohon per musim sekitar 50 buah untuk
tanaman dewasa.
e. Biji
Biji buah srikaya berwarna coklelat kehitam-hitamin, halus, keras, dan
bagian ujungnya tumpul. Dalam satu buah terdapat sekitar 20-40 butir
biji dan berat rata-rata 0,6 g per biji. Biji mengandung 45% minyak
yang tidak mengering dan berwarna kuning.
2. Kandungan gizi buah Srikaya
Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, setiap 100 g daging buah srikaya segar mengandung komposisi
gizi sebagai berikut: kalori 101,00 kal, protein 1,70 g lemak 0,60 g,
karbohidrat 25,20 g, kalsium 27,00 mg, fosfor 20,00 mg, besi 0,80 mg,
vitamin B1 0,08 mg, vitamin C 22,00 mg, air, dan bdd 58%. (12).
3. Jenis-jenis Srikaya

10
Srikaya tersebar di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal dan
srikaya luar negeri yang telah lama beradaptasi. Srikaya lokal dikenal
masyarakat adalah srikaya gading yang memiliki kulit buah berwarna
hijau, dan srikaya lumut dengan kulit buah berwarna kekunin-kuningan.
Srikaya yang berasal dari luar negeri yang telah dikenal adalah srikaya
merah dari Australia, jenis pinks mammoth dari Australia, dan srikaya
bangkok dari Thailand. (12).
Tanaman srikaya lokal memiliki bentuk pohon dengan percabangan
besar dan melebar, berat buah rata-rata 150 g per buah, daging buah putih,
rasa buah manis dengan kristal seperti pasir, bijinya besar dan penuh.
Srikaya merah dari Australia memiliki daun agak tertutup dan berwarna
hijau, bentuk buah sama dengan srikaya lokal, warna kulit buah merah,
dan permukaannya benjol-benjol. Buah keluar dari cabang utama dengan
berat rata-rata 100 g per buah. Daging buah berwarna putih, rasanya halus
dan kenyal, sedangkan bijinya kering dan gepeng. (12).
Srikaya pinks mammoth (Annona atemoya) diduga merupakan hasil
persilangan antara A. squamosa dari daerah tropik dan A. cherimola dari
Peru dan Equador. Berat buahnya berkisar antara 0,5 kg- 2 kg per buah,
bentuk buah tidak teratur, kulit buah tebal, dan tidak mudah pecah. Tekstur
daging buah lembut, beraroma kuat dan bijinya sedikit. (12).
4. Bagian yang Digunakan
Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat, yaitu daun,
akar, buah, kulit kayu, dan bijinya. (4).
5. Indikasi
Daun digunakan untuk mengatasi batuk, demam, reumatik,
menurunkan kadar asam urat darah yang tinggi, diare, disentri, rectal
prolaps pada anak-anak, cacingan, kutu kepala, pemakaian luar untuk
borok, luka, bisul, skabies, kudis, dan ekzema. Biji digunakan untuk
mengatasi pencernaan lemah, cacingan, dan mematikan kutu kepala dan
serangga. Buah muda digunakan untuk mengatasi diare, disentni akut, dan
gangguan pencernaan (atonik dispepsia). Akar digunakan untuk mengatasi

11
sembelit, disentri akut, depresi mental, dan nyeri tulang punggung. Kulit
kayu digunakan untuk mengatasi diare, disentri, dan luka berdarah. (4).

12

Anda mungkin juga menyukai