Anda di halaman 1dari 41

ANALISI KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS


AKRUAL DI BPKD KOTA BAUBAU

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH
SITI NURMILA
NPM. 101601064

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dengan judul : ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM


MENERAPKAN STANDAR AKUNTASI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL (Studi
Kasus pada BPKD Kota Baubau).
Disusun oleh :
Nama : Siti Nurmila
NPM : 101601064
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi

Telah diperiksa, disetujui serta dipertahankan pada Uji Proposal Penelitian


Program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Buton.

Disetujui di : baubau
Pada tanggal : 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Ernawati Malik, S.E.,M.Ak Rudi Abdullah, SE.,M.M.,AK,CA.


NIDN. 0908097501 NIDN. 0927018301

Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi

Dewi Mahmuda, SE., M.Acc.


NIDN. 0921109101

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal atas nama SITI NURMILA dengan NPM 101601064 diterima dan
disahkan oleh Dewan Penguji Proposal sebagai salah satu syarat melanjutkan pada
tahap penelitian, pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Buton.

Baubau, 2019

Dewan Penguji Proposal

1. Penguji I : Azaluddin, S.E.,M.Ak. Ketua (................)

2. Penguji II : Rabiaiyatul Jasiyah, S.E.,M.Ak. Anggota (................)

3. Penguji III : Makmur, S.E.,M.M. Anggota (.................)

4. Pembimbing I : Ernawati Malik, S.E.,M.Ak Anggota (.................)

5. Pembimbing II : Rudi Abdullah, S.E.,M.M.,Ak,.CA. Anggota (.................)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi


Universitas Muhammadiyah Buton

Ernawati Malik, S.E.,M.Ak


NIDN.0908097501

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Warrahmatullah Wabarakaatuh.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT shalawat serta salam

dilimpahkan kepada pahlawan revolusi Islam sedunia yaitu Nabi Muhammad

SAW. Karena limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Proposal denang judul ”ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH

DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

BERBASIS AKRUAL (Studi Kasus pada BPKD Kota Baubau).

Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk melakukan

penelitian dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi.

Pada kesempatan ini,penulis hendak menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Ayahanda Usman

dan ibunda tercinta Ratna serta saudara-saudaraku dan seluruh keluargaku yang

terlah mencurahkan segala perhatian dan kasih sayang untuk mengasuh, mendidik

dan membesarkan penulis serta memberikan dukungan moril dan materil yang

tiada terhingga.

Proposal ini juga dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, untuk

itu penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Buton, Bapak Suriadi, S.P., M.M.

2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Buton, Ibu Ernawati

Malik, S.E., M.Ak.

3. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah

Buton, Bapak Rudi Abdullah, S.E., M.M., Ak., C.A.

iv
4. Ibu Ernawati Malik, S.E., M.Ak. dan Bapak Rudi Abdullah, S.E.,

M.M.,Ak.,CA. yang selalu berusaha meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan arahan serta petunjuk kepada penulis selama

penyusunan proposal ini.

5. Dosen penasihat Akademik, Ibu Dewi Mahmuda, S.E.,M.Acc. yang selalu

membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis selama menempuh

studi.

6. Bapak dan Ibu dosen lainnya di Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Buton, yang telah memberikan ilmu, dan pengalaman paling

berharga, serta bimbingannya hingga penulis berhasil menyelesaikan studi.

7. Segenap tenaga administrasi fakultas Ekonomi yang telah begitu banyak

membantu dan memudahkan urusan penulis.

8. Semua teman-teman Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Buton angkatan 2017.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga Allah SWT senantiasa

memberikan rahmatnya kepada semua pihak yang telah membantu

terselesaikannya proposal ini. Proposal ini masih belum sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penellitian................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 7


2.1.1 Pemerintahan Daerah ................................................................... 7
2.1.2 Akuntansi Pemerintahan .............................................................. 7
2.1.3 Perkembangan Akuntansi Pada Pemerintahan Daerah ............ 8
2.1.4 Standar Akuntansi Pemerintahan ............................................... 12
2.1.5 Basis Akuntansi Pemerintahan .................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 21


3.2 Objek Penelitian ...................................................................................... 22
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 22
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 22
3.5 Sumber Informasi ................................................................................... 23
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian.............................................. 23
3.7 Skala Pengukuran ................................................................................... 25
3.8 Metode Analisis Data .............................................................................. 26
3.8.1 Uji Instrumen Data ........................................................................ 26
3.8.2 Analisis Deskripstif Kualitatif ...................................................... 27

BAB IV PENUTUP

vi
4.1 KESIMPULAN ....................................................................................... 30
4.2 SARAN ..................................................................................................... 30

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang Masalah

Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan

secaraberkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam

pasal 3 ayat (1)Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan

Negara,yang mengharuskankeuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan,efisien, efektif, ekonomis, transparan dan

bertanggung jawab dengan memperhatikanrasa keadilan dan kepatutan,dapat

semakin diwujudkan.

Salah satu bentuk usaha berkelanjutan tersebut adalah dengan

menetapkanstandar akuntansi pemerintah berbasis akrual yang ditetapkan

dalam bentuk PeraturanPemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 71 Tahun

2010 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai pengganti dari

Peraturan Pemerintah (PP)Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan(SAP). Penerapan PP No. 24 Tahun 2005

memang masih bersifat sementara, hal inisesuai dengan amanat yang tertuang

dalam pasal 36 ayat (1) UU No. 17 tahun 2003yang menyatakan bahwa

selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanjaberbasis akrual

belum dilaksanakan maka digunakan pengakuan dan pengukuranberbasis kas.

Sementara itu untuk pengakuan dan pengukuran pendapatan dan

belanjaberbasis akrual menurut pasal 36 ayat (1) UU No. 17 tahun 2003 harus

dilaksanakanselambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.Adanya penetapan PP

11
2

No. 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem akuntansipemerintahan berbasis

akrual telah mempunyai landasan hukum. Hal ini berartibahwa Pemerintah

mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yangbaru yaitu

SAP berbasis akrual dan harus dilaksanakan selambat-lambatnya tahun2015.

Hal ini sesuai dengan Pasal 32 UU No. 17 tahun 2003 yang

mengamanatkaanbahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBDdisusun dan disajikan sesuai dengan SAP. Dan hal

ini ditegaskan dalam pasal 4 ayat(1) PP No. 71 Tahun 2010 menyebutkan

bahwa Pemerintah menerapkan SAPBerbasis Akrual. SAP tersebut disusun

oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan(KSAP) yang independen dan

ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapatpertimbangan dari

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Beberapa Negara yang menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual

memilikikendala-kendala atau hambatan pada awal penerapan standar

akuntansi berbasisakrual. Di Negara Malaysia misalnya, seperti di banyak

Negara berkembang, terdapatkendala berupa kurangnya tenaga akuntan yang

profesional dan berkualitas.Pemerintah Malaysia belum memberikan insentif

bagi staf akuntansinya. Insentif inimeliputi biaya tahunan dan beasiswa bagi

akuntan pemerintah untuk mengikutikursus yang mengarah pada kualifikasi

akuntansi profesional (Saleh and Pendlebury,2006).

Berbeda dengan Negara Malaysia, di Negara Estonia telah ada

kualifikasipelatihan untuk para akuntan. Selain itu staf dari

kementrian,auditor,pemerintah dananggota parlemen membutuhkan pelatihan

2
3

di bidang akuntansi keuangan (Juta Tikk,2010). Pada pulau Fiji ada terlalu

banyak ketergantungan pada konsultaninternasional sehingga menyebabkan

membengkaknya biaya. Rendahnyaketerampilan dasar akuntan publik juga

menjadi salah satu hambatan dalampenerapan standar akuntansi pemerintah

berbasis akrual di Fiji (Geoffrey Tickell,2010).

Ada beberapa penelitian tentang implementasi akuntansi berbasis

akrual.Salah satunya, penelitian tentang penggunaan akuntansi berbasis

akrual telahdilakukan oleh Saleh and Pendlebury (2006). Dari hasil survei

kuesioner oleh akuntanpemerintah di Malaysia ditemukan bahwa prinsip-

prinsip akuntansi akrualdiperkenalkan terutama untuk akuntansi manajerial

dan pengawasan. Malaysia jugamemfokuskan pada inisiatif akuntansi

manajemen untuk pengembangan akuntansipemerintahan dan sekarang

mempertimbangkan penggunaan akuntansi akrual dalamupaya untuk

meningkatkan prosedur keuangan manajemen.Jember merupakan salah satu

kota yang pada akhirnya akan menerapkanstandar akuntansi pemerintahan

berbasis akrual. Penerapan sistem akuntansi berbasisakrual di pemerintahan

menyajikan tantangan baru, untuk itu agar prosespenerapannya dapat berjalan

dengan baik perlu dukungan dari sumber daya manusiayang meliputi

pembuat dan pengguna informasi keuangan,sarana dan prasarana sertasistem

informasi yang ada di pemerintahan.

Di sisi lain tuntutan transparansi dalam sistem pemerintah semakin

meningkatpada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam

pengelolaan keuangan

3
4

Pemerintah Daerah. Pemerintah diwajibkan menyusun laporan

pertanggungjawabanyang menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh

pemerintah pusat dalam bentukUndang-undang dan Peraturan Pemerintah

yang bersifat mengikat seluruh PemerintahDaerah. Dalam sistem Pemerintah

terdapat 2 subsistem, yaitu Satuan Kerja PengelolaKeuangan Daerah

(SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). LaporanKeuangan

SKPD merupakan sumber untuk menyusun Laporan Keuangan SKPKD,oleh

karena itu setiap SKPD harus menyusun Laporan Keuangan sebaik

mungkin.Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari

Pemerintah yangmelaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik,

baik secara langsungataupun tidak. Untuk melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya tersebut, SKPDdiberikan alokasi dana (anggaran), diatur dan

dipertanggungjawabkan sesuai denganPeraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 Tentang PedomanPengelolaan Keuangan Daerah dan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. Pemerintah Kabupaten Jember harusmenerapkan SAP pada

masing-masing SKPD yang ada. Terlebih dengan adanyapengembangan

sistem akuntansi dan pengembangan SDM dalam strategi penerapanSAP

berbasis akrual secara bertahap yang menyebabkan perlunya

penyesuaiankembali baik sehingga hal itu menarik penulis untuk

mengidentifikasi kesiapanPemerintah dalam menerapkan SAP berbasis akrual

4
5

1.2 Rumusan Masalah

Berbagai kebijakan telah ditetapkan oleh pemerintah dalam

rangkamewujudkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD

secara efesien, efektif, transparan dan akuntabel. Namun sejauh ini masih

banyak terdapat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/Laporan

Keuangan Pemerintah hasil pemeriksaan BPK, memberikan penilaian Wajar

Dengan Pengecualian bahkan Disclaimer (menolak memberikan pendapat).

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian terkait dengan pelaksanaan PP No. 71

Tahun 2010, sejauh manakah kesiapan Pemerintah Kabupaten Jember dalam

implementasi laporan keuangan SAP berbasis akrual, yang secara rinci

diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kesiapan Pemda Kota Baubau yang diindikasikan

dengankomitmen, SDM, sarana prasarana dan sistem informasi?

2. Apakah yang menjadi kendala dalam implementasi PP No 71 Tahun

2010, Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)?

3. Bagaimanakah model strategis akselerasi implementasi PP No. 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)?

1.3 Tujuan Penellitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

diuraikansebelumnya,maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kesiapan Pemda Kota Baubau yang

diindikasikandengan komitmen, SDM, sarana prasarana dan sistem

informasi

5
6

2. Untuk mengetahui kendala dalam implementasi PP No 71 Tahun 2010,

tentangStandar Akuntansi Pemerintah (SAP).

3. Untuk mengetahui model strategis akselerasi implementasi PP No. 71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini,antara lain:

1. Bagi PenelitiHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

ilmupengetahuan,wawasan dan pengalaman praktis bagi peneliti dalam

menerapkan teori yang telah di dapat selama berada di bangku

perkuliahan.

2. Bagi AkademisiSebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya dan diharapkan dapat menambah wawasan kepada akademisi

mengenai analisa kesiapan sumberdaya manusia di Pemerintah

Kabupaten Jember dalam menerapkan SAP berbasisakrual.

3. Bagi PemerintahHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi dan diharapkandapat memberikan masukkan terhadap

pemerintahan yang akan menggunakanSAP berbasis akrual.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemerintahan Daerah

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (2) Pemerintahan

Daerahadalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daera

dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (3) Pemerintah

adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

2.2 Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi pemerintahan merupakan bidang ilmu akuntansi yang saat

inisedang berkembang sangat pesat. Tuntutan transparansi dan akuntabilitas

publik atasdana-dana masyarakat yang dikelola pemerintah memunculkan

kebutuhan ataspenggunaan akuntansi dalam mencatat dan melaporkan kinerja

pemerintahan.Sebagai salah satu bidang dalam ilmu akuntansi, definisi

akuntansi pemerintahan takakan terlepas dari pemahaman tentang akuntansi

itu sendiri, termasukperkembangannya di Indonesia. Sedangkan pengertian

pemerintahan, meskipuntampaknya konotasi lembaga politik lebih menonjol,

aspek ekonominya tidak dapatdikesampingkan.

Akuntansi pemerintahan mengkhususkan dalam pencatatan dan

pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintah. Akuntan

77
8

pemerintah menyediakan laporan akuntansi tentang aspek kepengurusan dari

administrasi keuangan Negara. Di samping itu, termasuk kesesuaiannya yang

berlaku.(Noerdiawan,2007).

2.3 Perkembangan Akuntansi Pada Pemerintahan Daerah

Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan

reformasipengelolaan keuangan Negara, telah menerapkan sistem pencatatan

single entry.Menurut Abdul Halim (2004) dalam Hafiz Tanjung (2012) pada

sistem pencatatanini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan

mencatat satu kali, transaksi yangmengakibatkan bertambahnya kas akan

dicatat di sisi penerimaan dan transaksiekonomi yang mengakibatkan

berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran.Hasil dari sistem

pencatatan ini, pemerintah tidak memiliki catatan tentangpiutang dan utang,

apalagi catatan tentang aset tetap yang dimiliki dan ekuitas.Sehingga selama

itu pemerintah tidak pernah menampilkan neraca sebagai salah satubentuk

laporan keuangan guna menggambarkan posisis keuangan pemerintah. Hal

inidisebabkan juga karena basis akuntansi yang digunakan selama ini adalah

basis kas.Menurut Indra Bastian (2006), basis kas hanya mengakui arus kas

masuk dan arus kaskeluar. Rekening keuangan akhir akan dirangkum dalam

buku kas, sehingga laporankeuangan tidak bisa dihasilkan karena ketiadaan

data tentang aset dan kewajiban.Setelah pemerintah melakukan reformasi

pengelolaan keuangan Negara baikpada pemerintah pusat maupun pada

pemerintah daerah, terutama denganditetapkannya Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.Pada Undang-Undang Nomor 17


9

tahun 2003 khususnya pada pasal 30,31, dan 32disebutkan bahwa Presiden

atau Gubernur atau Bupati atau Walikota menyampaikanpertangungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporankeuangan.

Laporan keuangan yang dimaksud setidak-tidaknya meliputi laporanrealisasi

APBN/APBD, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan

keuanganlaporan keuangan tersebut disusun dan disajikan sesuai dengan

Standar AkuntansiPemerintahan (SAP).

Tidak berhenti sampai di situ, selanjutnya ditetapkan Undang-Undang No

1 tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara. Pada Undang-Undang tersebut

disebutkan bahwa akuntansi keuangan diselenggarakan sesuai dengan standar

akuntansi pemerintahan. Pada pasal 57 disebutkan bahwa untuk menyusun

standar akuntansi pemerintahan yang berlaku baik pada pemerintaha pusat

maupun pemerintahan daerah, pemerintah membentuk Komite Standar

Akuntansi Pemerintahan (KSAP).

Sesudah Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tersebut ditetapkan,

selanjutnya ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 184 ayat (1) dan (2)

menyatakan bahwa laporan keuangan Pemerintah disusun dan disajikan

sesuai dengan SAP yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, dan

dilanjutkan dengan ditetapkan Undang Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah. Pada pasal 81

mengatur laporan keuangan Pemerintah disusun dan disajikan sesuai dengan

SAP. Sedangkan untuk pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban


10

keuangan Negara juga telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 15 tahun

2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Negara. Guna membentuk KSAP telah dikeluarkan Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan, dan telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 2 tahun 2005.

Setelah kurang lebih lima tahun berlalu, pemerintah melalui KSAP pada

tanggal 22 Oktober 2010 mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71

tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.

Pada Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual ini,beberapa isu

penting perubahan yang perlu dipahami adalah:

a. Laporan keuangan pokok yang disusun pada Standar Akuntansi

Pemerintahanlama (PP No 24 tahun 2005) terdiri dari:

1) Laporan Realisasi Anggaran

2) Neraca

3) Laporan Arus Kas, dan

4) Catatan atas Laporan Keuangan

Sedangkan pada SAP baru (PP No 71 tahun 2010) komponen

laporankeuangan terdiri dari :

1) Laporan realisasi Anggaran (LRA)

2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)

3) Neraca

4) Laporan Operasional (LO)


11

5) Laporan Arus Kas (LAK)Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan

6) Catatan atas Laporan Keuangan

b. Hubungan antar laporan keuangan terbagi atas laporan:

1) Laporan finansial

LO → LPE → Neraca

2) Laporan pelaksanaan anggaran

LRA → Laporan Perubahan SAL

c. Basis pencatatan yang digunakan pada standar akuntansi pemerintah

lamayaitu basis kas menuju akrual. Sedangkan pada SAP baru, basis

yangdigunakan yaitu basis akrual.

d. Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran, pemerintah tetap

menggunakan basis kas, sedangkan penyusunan neraca dan laporan

operasional menggunakan basis akrual. (Hafiz Tanjung,2012).

2.4 Standar Akuntansi Pemerintahan

SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun

danmenyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP

merupakanpersyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya

meningkatkan kualitas laporan keuangan di Indonesia (Peraturan Pemerintah

RI no 24 tahun 2005).

Untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan

keuangan,akuntansi dan audit di pemerintahan,baik pemerintahan pusat

maupun pemerintahan daerah di Republik Indonesia,diperlukan sebuah


12

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang kredibel yang dibentuk oleh

sebuah Komite SAP.

Komite SAP bertugas menyiapkan penyusunan konsep Rancangan

Peraturan Pemerintah tentang SAP sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang

wajib diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. KSAP bertujuan mengembangkan

program-program pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan

pemerintahan,termasuk mengembangkan SAP.

Komite SAP terdiri atas komite konsultatif dan komite kerja. Komite

konsultatif bertugas memberi konsultasi dan atau pendapat dalam rangka

perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang SAP. Komite

kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun konsep

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang SAP, dan dalam melaksanakan

tugasnya, dapat membentuk kelompok kerja. Dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari, Komite SAP melaporkan kegiatannya secara berkala kepada

Menteri Keuangan. Komite SAP bertanggung jawab kepada Presiden melalui

Menteri Keuangan.

Dengan demikian, Komite SAP bertujuan mengembangkan program-

program pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan

pemerintahan, termasuk mengembangkan SAP dan mempromosikan

penerapan standart tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut, SAP telah

disusun dengan berorientasi pada IPSAS. Selain itu dalam penyusunannya,


13

SAP juga telah diharmoniskan dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI.

Dalam menyusun SAP, Komite SAP menggunakan materi yang

diterbitkan oleh:

a. International Federation of Accountant

b. International Accounting Standards Committee

c. International Monetary Fund

d. IAI

e. Financial Accounting Standards Board

f. Govermental Accounting Standards Board

g. Perundang-Undangan dan Peraturan Pemerintah lainnya yang berlaku di

Republik Indonesia

h. Organisasi profesional lainnya di berbagai Negara yang

membidangipelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan.

Pengembangan SAP mengacu pada praktik-praktik terbaik di

tingkatinternasional,dengan tetap mempertimbangkan kondisi di Indonesia,

baik peraturan perundangan dan praktik-praktik akuntansi yang berlaku,

maupun kondisi sumber daya manusia. Selain itu,strategi peningkatan

kualitas pelaporan keuangan

pemerintahan dilakukan dengan proses transisi menuju basis akrual. Saat

ini,pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berbasis kas, sementara aset,

utang, dan ekuitas dana dicatat berbasis akrual.


14

SAP diterapkan di lingkup pemerintahan,baik di pemerintahan pusat dan

departemen-departemennya maupun di pemerintahan daerah dan dinas-

dinasnya. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan

kualitas pelaporan keuangan di pemerintahan pusat dan daerah. Ini berarti

informasi keuangan pemerintahan akan dapat menjadi dasar pengambilan

keputusan di pemerintahan dan juga terwujudnya transparasi serta

akuntabilitas.

Berikut adalah proses penyusunan SAP:

a. Identifikasi topik.

b. Konsultasi topik kepada komite pengarah.

c. Pembentukan kelompok kerja.

d. Riset terbatas oleh kelompok kerja.

e. Draf awal dari kelompok kerja.

f. Pembahasan draf awal oleh komite kerja.

g. Pengambilan keputusan oleh komite kerja.

h. Pelaporan kepada komite pengarah dan persiapan atas draf publikasian.

i. Peluncuran draf publikasian.

j. Dengar pendapat publik dan dengar pendapat terbatas.

Pembahasan tanggapan dan masukan atas draf publikasian dari

dengarpendapat.

k. Permintaan pertimbangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

l. Pembahasan tanggapan BPK.

m. Finalisasi standar.
15

n. Pemberlakuan standar.

o. Sosialisasi awal standar.

SAP terdiri atas sebuah kerangka konseptual dan 11

pernyataan,yaitu:

a. PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan

b. PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran

c. PSAP 03 : Laporan Aliran Kas

d. PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan

e. PSAP 05 : Akuntansi persediaan

f. PSAP 06 : Akuntansi Investasi

g. PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap.

h. PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan

i. PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban

j. PSAP 10 : Koreksi Kesalahan

k. PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian (Noerdiawan,2007).

2.5 Basis Akuntansi Pemerintahan

Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan

kapanpengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan

pelaporan keuangan.Basis akuntansi ini berhubungan dengan waktu kapan

pengukuran dilakukan(Mustofa,2008). Basis akuntansi pada umumnya ada

dua yaitu basis kas dan basis akrual. Namun terdapat modifikasi dari

keduanya, yaitu basis kas dan basis akrual sama-sama digunakan dalam

menyajikan laporan keuangan.


16

2.5.1 Basis Akuntansi Kas (Cash Basis of Accounting)

Menurut Kieso dkk (2008) basis akuntansi kas murni dimana

pendapatanhanya diakui pada saat kas diterima dan beban hanya

diakui pada saat kas dibayarkan.Pada praktek akuntansi pemerintahan

di Indonesia, basis kas digunakan untukmenyajikan Laporan Realisasi

Anggaran yang berarti bahwa pendapatan diakui padasaat kas diterima

oleh Rekening Kas Umum Negara/Daerah, dan belanja diakui

padasaat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.

Akuntansi berbasis kas ini tentu memiliki kelebihan dan

keterbatasan. Kelebihan-kelebihan akuntansi berbasis kas adalah

laporan keuangan berbasis kas memperlihatkan sumber dana, alokasi,

dan penggunaan sumber-sumber kas, mudah untuk dimengerti dan

dijelaskan, pembuat laporan keuangan tidak membutuhkan

pengetahuan yang mendetail tentang akuntansi dan tidak memerlukan

pertimbangan ketika menentukan jumlah arus kas dalam suatu

periode. Sementara itu keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah

hanya memfokuskan pada arus kas dalam periode pelaporan berjalan,

dan mengabaikan arus sumber daya lain yang mungkin berpengaruh

pada kemampuan pemerintah untuk menyediakan barang-barang dan

jasa-jasa saat sekarang dan saat mendatang, laporan posisi keuangann

(neraca) tidak dapat disajikan karena tidak terdapat pencatatan secara

double entry, tidak dapat menyediakan informasi mengenai biaya

pelayanan (cost of service) sebagai alat untuk penetapan harga


17

(pricing), kebijakan kontrak publik, untuk kontrol dan evaluasi kinerja

(Mustofa,2008).

2.5.2 Basis Akuntansi Akrual (Accrual Basis of Accounting)

Menurut Kieso dkk (2008) basis akuntansi akrual (accrual

basis ofaccounting) dimana pendapatan diakui pada saat dihasilkan

dan beban diakui padaperiode terjadinya, tanpa memperhatikan waktu

penerimaan atau pembayaran kas.Pada praktek akuntansi

pemerintahan di Indonesia, basis akrual digunakan untukmenyajikan

aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Aset diakui saat telah diterima

ataudiserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya

berpindah.Sedangkan kewajiban diakui saat dana pinjaman diterima

dan atau pada saat kewajiban timbul. Basis akrual menyediakan

informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya

dicatat,termasuk transaksi internal dan arus ekonomi lainnya. Secara

sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual

ditujukanuntuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk

memberikan data yang lebih akurat. Heather Thompson dalam

Bambang Widjajarso (2008) menyampaikan beberapatujuan

penggunaan basis akrual yakni sebagai berikut:

1) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan

dalam sektorpublik.

2) Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan

budaya sektorpublik.
18

3) Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan

barang dan jasaoleh pemerintah.

4) Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk

mengambilkeputusan.

5) Untuk mereformasi sistem anggaran belanja.

6) Untuk mencapai tramsparasi yang lebih luas atas biaya pelayanan

yangdilakukan oleh pemerintah.

Dengan demikian,tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada

dasarnyauntuk memperoleh informasi yang tepat atas jasa yang

diberikan pemerintah dengan lebih transparan. Tujuan penerapan basis

akrual lainnya adalah untuk meningkatkan kualitas pengambilan

keputusan pemerintah. Negara yang menerapkan basis akuntansi

akrual, yang mensyaratkan pada manajernya bertanggungjawab atas

seluruh biaya yang diproduksi, bukan hanya nilai kas yang

dibayarkan. Ringkasnya, ketika para manajer diberikan fleksibilitas

dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan, mereka

berkepentingan untuk menyediakan informasi yang akurat seperti itu.

Hanya dengan basis akrual,biaya yang sebenarnya dapat

diinformasikan dan hal ini akan mendukung pengambilan keputusan

yang efektif dan efisien.

Manfaat-manfaat penerapan basis akrual menurut H Thompson

dalam Bambang Widjajarso (2008),akan mencakup hal-hal seperti:


19

1) Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan

pemerintah.

2) Menunjukkan bagaimana aktifitas pemerintah dibiayai dan

bagaimanapemerintah dapat memenuhi kebutuhan kasnya.

3) Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang

sebenarnyakewajiban pemerintah.

4) Meningkatkan daya pengelolaan aset dan kewajiban pemerintah.

5) Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan lebih

komprehensif dalam penyajian informasinya.

Lebih lanjut, di dalam study no 14 yang diterbitkan oleh IFAC-

Public SectorCommittee (2003) dalam Budi Mulyana, manfaat

penggunaan basis akrual dapat diuraikan berikut ini. Laporan

keuangan yang disajikan dengan basis akrual memungkinkan

pengguna laporan untuk:

1) Menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya oleh

suatu entitas.

2) Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas,

dan

3) Pengambilan keputusan mengenai penyediaann sumber daya

kepada, ataumelakukan bisnis dengan suatu entitas.


20

2.6. Penelitian terdahulu

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang

menggunakan obyek penelitian seperti pada Tabel :

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Persamaan/
Nama Tujuan Metode Hasil
Perbedaan
No Judul Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian dengan
Penelitian ini
1 Ni Made Ari ANALISIS 1) bagaimana Penelitian menunjukka Persamaan:
Metode
Widyastuti,2 KESIAPAN kesiapan ini n bahwa; 1)
analisis data
015 PEMERINTAH Sumber Daya dilakukan kesiapan
menggunakan
DAERAH Manusia dengan dari SDM analisis
deskriptif
DALAM (SDM) menggunak pemerintah
kualitatif.
MENERAPKAN pemerintah an metode Kabupaten
Perbedaan :
STANDAR Kabupaten kualitatif Gianyar Lokasi
Penelitian dan
AKUNTANSI Gianyar dengan belum siap
tahun amatan
PEMERINTAHA dalam menekanka karena

N BERBASIS menerapkan n pada masih

AKRUAL DI SAP berbasis pendekatan dalam tahap

KABUPATEN akrual, 2) interpretif pembelajara

GIANYAR bagaimana n untuk

kesiapan memahami

Sistem penerapan

Informasi SAP
21

Akuntansi berbasis

(SIA) akrual, 2)

pemerintah kesiapan

Kabupaten dari SIA

Gianyar menunjukan

dalam bahwa

menerapkan sudah ada

SAP berbasis sistem

akrual, dan khusus yang

bagaimana bernama

komitmen Sistem

organisasi Informasi

dalam Manajemen

menerapkan Daerah

SAP berbasis (SIMDA)

akrual. yang

digunakan

dalam

pelaporan

keuangan

pada

pemerintah

Kabupaten
22

Gianyar,

dan 3)

komitmen

organisasi

sangat

mendukung

penerapan

basis akrual.

2 RIRIZ ANALISIS Tujuan dari Metode Berdasarkan Persamaan:


Metode
SETIAWATI KESIAPAN penelitian ini analisis data analisis data
analisis data
KUSUMA,20 PEMERINTAH adalah untuk menggunak sebelumnya
menggunakan
10 DALAM mengetahui an analisi maka analisis
deskriptif
MENERAPKAN kesiapan dekriptif kesiapan
kualitatif.
STANDAR Pemda Pemda
Perbedaan :
AKUTANSI Kabupaten Kabupaten Lokasi

PEMERINTAHA Jember yang Jember Penelitian dan

N BERBASIS diindikasikan yang tahun amatan

AKRUAL dengan diindikasika

KABUPATEN komitmen, n dengan

JAMBER SDM, sarana komitmen,

prasarana dan SDM,

sistem sarana

informasi; prasarana
23

untuk dan sistem

mengetahui informasi

kendala dapat

dalam disimpulkan

implementasi bahwa

PP No 71 Pemerintah

Tahun 2010, Daerah

tentang Kabupaten

Standar Jember

Akuntansi dilihat dari

Pemerintah parameter

(SAP) dan integritas

untuk adalah

mengetahui kategori

model siap dan

strategis untuk

akselerasi kesiapan

implementasi SDM,

PP No. 71 kesiapan

Tahun 2010 sistem

tentang informasi

Standar dan sarana

Akuntansi prasarana
24

Pemerintahan adalah

(SAP) kategori

cukup siap

3 ANALISIS untuk Metode Berdasarkan Persamaan:


Metode
KESIAPAN mengetahui Analisis analisis data
analisis data
PEMERINTAH kesiapan data maka
menggunakan
DALAM Badan menggunak kesiapan analisis
deskriptif
MENERAPKAN Pengelolaan an analisis BPKD Kota
kualitatif.
STANDAR Keuangan deskriptif Medan yang
Perbedaan :
AKUNTANSI Daerah Kota diindikasika Lokasi

PEMERINTAH Medan yang n dengan Penelitian dan

BERBASIS diindikasikan Komitmen, tahun amatan

AKRUAL dengan SDM,

( STUDI KASUS Komitmen, Sarana

PADA BPKD SDM, Sarana Prasarana,

KOTA MEDAN ) Prasarana, dan Sistem

dan System Informasi

Informasi, dapat

untuk disimpulkan

mengetahui bahwa

kendala BPKD Kota

dalam Medan

implementasi dilihat dari


25

PP No.71 parameter

Tahun 2010 integritas

tentang adalah

Standar kategori

Akuntansi sangat siap

Pemerintah dan untuk

Berabsis kesiapan

Akrual dan SDM

untuk adalah siap,

mengetehui kesiapan

model Sistim

strategis Informasi

implementasi dan Sarana

PP No.71 Prasarana

Tahun 2010 adalah

tentang kategori

Standar sangat siap

Akuntasi

Pemerintah

Berbasis

Akrual.
26

2.7. Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir yang diajukan dan efektifnya penelitian ini,

maka penulis melakukan batasan dengan memfokuskan penelitian ini pada

pengeloaan kantor walikota baubau .

2.2. kerangka pikir

Kepala BPKD

Sekretaris
BPKD

Bidang - Sub bagian umum Bidang Bidang


Perbendahara -Sub bagian penyusunan Anggaran Akuntansi
an program
- Sub bagian keuanga
-Sub bidang -Sub bidang Sub bidang
belanja pendapatan akuntansi
–Sub bidang Gaji -Sub bidang belanja -Sub bidang
–Sub bidang langsung
Verifikasi Kas -Sub bidang belanja
tidak langsung
27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BADAN PENGELOLA KEUANGAN

DAERAH KOTA BAUBAU yang beralamat di Jl. Raya Palagimata

Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari Kota Baubau Provinsi Sulawesi

Tenggara.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi diartikan sebagai kumpulan dari unit-unit elementer atau

populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin

kita buat referensi (Moh. Nazir, hal 327,1988). Populasi juga dapat diartikan

sebagai keseluruhan obyek penelitian apabila seseorang akan meneliti

semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi (Suharsini Arikunto, hal 108,2002).

3.2.2. Sampel

Dalam penyusunan propsal ini tidak memerlukan teknik pengambilan

sampel , karena data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis data

Jenis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

27
28

responden untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data ini diperoleh dari

survey responden. (Indriantoro 2009).

3.3.2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari pihak yang diteliti

atau data yg diperoleh dari perusahaannya langsung yang berupa hasil

observasi dan wawancara dengan pihak perusahaan, mengenai:

gambaran umu perusahaan, tujuan organisasi perusahaan, dan yang

berhubungan dengan data tentang pemberian kredit.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak diluar

sasaran penelitian atau data-data yang diperoleh dalam bentuk jadi,

telah diolah, dan yang telah dipublikasikan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dengan

melakukan Survey Lapangan. Survey ini dilakukan secara lebih mendalam

dengan cara mengamati secara langsung pada objek penelitian. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam metode survey dalam penelitian ini

adalah kuisioner dan wawancara.Wawancara adalah teknik pengumpulan data

dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak terkait yang bertujuan

untuk mendalami informasi yang belum didapat pada studi kepustakaan

sedangkan kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan data penelitian pada

kondisi tertentu kemungkinan tidak memerlukan kehadiran peneliti.


29

Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis

melalui suatu kuisioner. Teknik ini memberikan tanggung jawab kepada

responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. (Supomo dan

Indriantoro 2009). Adapun rancangan pertanyaan dalam wawancara tersebut

akan dilampirkan.

3.5. Metode Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:25) analisis deskriptif kualitatif

yaitu dengan memberikan ulasan atau interprestasi terhadap data yang

diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan

sekedar angka-angka. Tahapan yang dilakukan dalam ananalis deskriptif

kualitatif yaitu:

Metode analisis data menggunakan analisi dekriptif. Berdasarkan analisis data

sebelumnya maka kesiapan Pemda Kabupaten Jember yang di indikasikan

dengan komitmen, SDM, sarana prasarana dan system informasi dapat

disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dilihat dari

parameter integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan

sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap.


30

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian diukur dengan komitmen, sumber daya manusia,

infrastruktur, sistem informasi yang dijelaskan sebagai berikut:

3.6.1 Komitmen

Menurut Porter et.al. dalam Miner, (1992:124), komitmen

adalah dukungan yang kuat dari pimpinan dan bawahan satuan kerja

termasuk pimpinan SKPD penerima dana Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan.

3.6.2. Sumber daya manusia

Menurut Hasibuan (2000:3), sumber daya manusia adalah

semua manusia yang terlibat dalam pembuatan laporan keuangan

daerah. Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan

disampaikan masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada

BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran

berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi

diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada DPR dan oleh Pemerintah

kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut

memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat

ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi menjelang penerapan

akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Untuk itu, pemerintah pusat

dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang

akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnyamemberikan sistem


31

insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya

praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan.

Di samping itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi

tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang

kompeten di bidang akuntansi pemerintahan. Resistensi terhadap

perubahan. Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada

pihak internal yang sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan

enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai

kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan

akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik.

Konsepsi tentang Kebijakan komitmen Pemerintahterkait dengan SAP

berbasis akrual.

3.6.3. Infrastruktur

Infrastruktur adalah pendukung utama penerapan sistem

akuntansi Pemerintah berbasis akrual yang diukur dengan aset fisik

yang penting dalam kelancaran penerapan SAP berbasis akrual

(Grigg, 2000).

3.6.4. Sistem informasi

Menurut Mukhtar (2002: 4), sistem informasi adalah sistem

pengendalian intern yang memadai untuk memberikan keyakinan

memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset

negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang undangan. Hal


32

tersebut telah diamanatkan oleh Undang-Undang No 1 tahun 2004

yang menyatakan "Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi

dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku

Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem

Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh”.

SPI ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Untuk melaksanakan hal

tersebut pada tahun 2008 telah terbit PP No.60 tentang Sistem

Pengedalian Intern Pemerintah.

Menurut Kertahadi (dalam fatta, 2007) SitimInformasi adalah

suatu alat untuk menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga

bermanfaat bagi penerimanya. Tujuanya adalah untuk menyajikan

informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan,

pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi suatu perusahaan

yang menyajikan sinergi organisasi pada proses.


33

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. “Sosialisasi Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Pada


Pemerintah Daerah”. Tersedia pada www.gianyarkab.go.id(diakses tanggal
13 Juni 2019).

Arif Bahtiar, Muchlis, Iskandar, Akuntansi Pemerintahan : Salemba Empat,


Jakarta, 2008.

Abdullah,Syukriy.2008.BasisAkuntansiPemerintahan.(Online),http://syukriy.word
press.com/2008/06/28/basis-akuntansi-pemerintahan/. [November2012]

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Bodnar, George H, and William S.Hopwood.2002.Sistem Informasi.


Akuntansi,Buku I. Jakarta: Penerbit salemba empat.

Bungin,Burhan. 2008.Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik,dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Elvis F Purba, Simanjuntak Parulian, Metode Penelitian: Universitas HKBP


Nommensen, Medan, 2011.

Fakhturozi Muhammad, Infrastruktur, Permasalahan dan solusinya: Sekre HATI,


2012 http://hati.unit.itb.ac.id/?p=440

Faradillah, Handi. 2013. “Analisis kesiapan pemerintah daerah dalammenerapkan


standar akuntansi pemerintahan (peraturan pemerintah nomor 71 tahun
2010)”. Skripsi(tidak diterbitkan). Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar.

Herlina, Hetti. 2013. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan


Pemerintah Daerah dalam Implementasi PP 71 Tahun 2010(Studi Empiris
pada Kabupaten Nias Selatan)”. Skripsi(tidak diterbitkan). Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Hill.Mangoloi. Rafliska Septarina. 2013. “Analisis KesiapanPenerapanAkuntansi


Berbasis Akrual pada Biro Keuangan (Kementerian Kelautan dan
Perikanan)”. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ekonomi,Universitas
Indonesia.

Luthans. 2002. Organizational Behavior. Edisi Ke-9. New York : McGraw-

Mardiasmo.2002.Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh


BasisPerekonomian Daerah. Jurnal Ekonomi Rakyat. (Online),artikel 1,

33
34

No.4,http://www.ekonomirakyat.org/edisi_4/artikel_3.htm.[November
2012].

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.

Mulyana, Budi. 2009. “Penggunaan Akuntansi Akrual di Negara-negara Lain:


Trendi Negara-negara Anggota OECD”. Tersedia pada
http://sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/10/akuntansberbasisakrual.pdf(dia
kses tanggal 9 Mei 2014).

Muchtar, A.M.2002.Audit Sistem Informasi: Pendekatan Terstuktur Teori


danPraktek Aplikasi Bisnis.Edisi ke-1. Andi Offset, Yogyakarta

NoerdiawanD,Iswahyudi,Maulidah,2007, Akuntansi Pemerintahan, Jakarta,


Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Putri. (2012). “Pengaruh Sumber Daya Manusia, Teknologi Informasi,


Pengendalian Intern terhadap Keandalan Pelaporan Keuangan pada
Pemda Kab. Bengkalis”. Skripsi.Univeristas Sriwijaya, Bengkalis

Sugiyono.2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

------. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai