Anda di halaman 1dari 2

Bahaya gigi berlubang pada Balita dan Cara pencegahannya

Hampir semua anak-anak menyukai makanan manis. Gula dan karbohidrat yang dimakan
dalam jangka waktu yang lama merupakan makanan yang disukai bakteri. Proses awal lubang
atau karies berupa kerusakan pada permukaan email (lapisan terluar) yang tampak sebagai
bercak berwarna putih buram yang bila terus berlangsung maka akan terjadi lubang pada
permukaan email sampai ke permukaan dentin dan dapat mencapai pulpa gigi (lapisan terdalam).

Pertumbuhan gigi susu pada anak dimulai pada usia 6 bulan, lalu umumnya pada usia 2
tahun sudah lengkap terdapat 20 gigi susu. Kemudian pada usia 6 tahun gigi tetapnya sudah mulai
tumbuh menggantikan gigi susunya sampai dengan usia 12 tahun.

Terjadinya gigi berlubang di usia dini atau dalam literatur disebut sebagai Early Childhood
Caries (EEC) sangat berbahaya bagi anak, masalah EEC paling banyak timbul karena adanya
kebiasaan minum susu sebelum tidur hingga anak tertidur dan kebiasaan menyikat gigi yang tidak
teratur atau tidak benar. American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) mendefinisikan EEC
sebagai suatu keadaan dimana terdapat > 1 gigi susu yang rusak (dengan atau tanpa kavitas),
telah dicabut (karena karies) atau telah ditambal pada anak usia < 6 tahun. Bila keadaan ini
ditemukan pada anak usia < 3 tahun diindikasikan sebagai severe EEC. Menurut Finn (2003)
sekitar 5 % dari anak usia 1 tahun mengalami karies gigi. Persentase ini meningkat sekitar 10%
pada usia 2 tahun. Pada usia 3 tahun dan 4 tahun persentase semakin meningkat hingga 40-55%.

Beberapa bahaya yang dapat timbul jika EEC tidak dicegah;


1. Gigi tetap akan tumbuh berantakan
Gigi susu yang hilang dini akibat pencabutan akan membuat pertumbuhan rahang tidak
harmonis, rahang anak mengecil dan membuat gigi tetap yang berada dibawah gigi susu tidak
mendapat tempat untuk tumbuh sehingga susunan gigi jadi berantakan. (Finn;2003)
2. Mengganggu Penampilan dan Fungsi Bicara
Gusi bengkak bisa menimbulkan asimetri muka, separuh wajah bengkak dan menimbulkan
demam. Pada gigi yang ompong atau gigis kehitaman pada balita bisa menimbulkan rasa
kurang percaya diri, fungsi bicara terganggu karena pelafalan huruf tertentu menjadi tidak
jelas atau cadel. (Budiyanti ;2006)
3. Fokal Infeksi
Infeksi bakteri dapat menyebabkan sepsis atau infeksi seluruh tubuh. Gigi yang tidak sehat
sebagai fokal infeksi berpengaruh menyebarkan bakteri melalui aliran pembuluh darah ke
jaringan sekitar tubuh yang jauh. Gangguan kesehatan menjalar seperti infeksi pada kelenjar
lympha (Lymphadenitis), infeksi di Mata, Telinga, Kulit, Sinus (Sinusitis), bahkan radang pada
otak (Meningitis) Kematian bisa juga terjadi jika bakteri menyebar ke jantung (Endokarditis
sub akut), Jablonski (2009). Pada Anak dengan Kebutuhan Khusus masuknya bakteri bisa
menghambat perawatan mereka.
4. Anak kekurangan Nutrisi
Gigi berlubang bisa menyebabkan rasa nyeri. Akibatnya Balita jadi malas mengunyah dan
lama kelamaan jadi tidak mau makan, mengakibatkan penurunan berat badan akibat asupan
nutrisi yang berkurang. Lebih jauh tumbuh kembang pada Balita akan terganggu

Untuk mencegah hal tersebut diperlukan peran orang tua terutama ibu pada masa-
masa awal proses pertumbuhan gigi geligi Balita. Lubang pada gigi bisa dicegah dengan tindakan
sederhana menyikat gigi teratur yaitu 2x sehari pagi setelah sarapan dan malam hari sebelum
tidur untuk mencegah penumpukan plak. Pada anak Balita jangan biarkan anak menyikat giginya
sendiri, ibu harus tetap ikut menyikatkan sampai anak usia lebih besar 6 tahun ke atas dimana
sudah bisa diajarkan untuk mandiri, dengan pengawasan orang tua. Gunakan pasta gigi yang
mengandung fluoride dan kalsium. Tindakan menyikat gigi ini akan mengurangi angka karies
hingga 50%. Selain itu makanan manis dan lengket sebaiknya dikurangi karena lebih sulit
dibersihkan. Biasakan Balita untuk membersihkan giginya setelah mengkomsumsi makanan dan
minuman manis, atau paling tidak berkumur dengan air putih, termasuk setelah anak minum
susu. Bila balita sudah terlanjur tidur berikan botol yang diisi air putih setelah anak minum susu
dari botolnya. Sebaiknya biasakan Balita untuk berhenti menghisap Dot, terutama pada usia 4
tahun. Perbanyak minum air putih, konsumsi sayuran dan buah segar sehingga akan membuat
Balita mengunyah lebih lama, saliva yang dihasilkan akan lebih banyak dan lebih encer yang
berfungsi sebagai self cleansing pada gigi.

Jadwalkan kunjungan rutin ke dokter gigi untuk mendeteksi kerusakan gigi sedini
mungkin dan masalah gigi berlubang. Agar Balita tidak takut dan cemas saat berkunjung ke
dokter gigi ada beberapa hal yang bisa orang tua lakukan seperti menceritakan hal positif seperti
jika gigi tidak dirawat maka dia tidak akan bisa menikmati makanan atau minuman kesukaannya.
Pilih dokter gigi yang khusus menangani pasien anak-anak. Dokter ini umumnya mempunyai ilmu
psikologi anak , peralatan yang menarik dan suasana ruangan gigi yang ceria untuk Balita. Gigi
yang terawat sejak dini adalah investasi yang baik untuk masa depan anak, jadi sudahkah anda
menyikat gigi anak anda?

drg Alfia Afanty,Sp.KGA (Spesialis Kedokteran Gigi Anak)


1994 : Universitas Kedokteran Gigi Prof.Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta
2005 : Universitas Gajah Mada, Kedokteran Gigi Anak, Yogyakarta
2010 -sekarang: RS Hermina Daan Mogot, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai