Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH KESMAS

Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang


sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit
penyakit (dr. Nengah Adnyana).
Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 mengemukakan bahwa
kesehatan adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.”
Kesehatan merupakan faktor yang penting bagi kita, agar dapat
menjadi manusia yang produktif dan berkualitas. Dengan menjaga kesehatan,
sangat berguna untuk perkembangan pembangunan ekonomi suatu bangsa
dalam upaya penanggulangan kemiskinan karena dengan menjaga kesehatan
kita dapat berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia,
khususnya di negara Indonesia. Kesehatan merupakan komponen utama selain
pendidikan.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan
menggerakkan potensi seluruh masyarakat. Konsep kesehatan masyarakat
berkaitan dengan perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan bertahan
lama bila dilandasi kesadaran sendiri (internalisasi) sehingga konsep upaya
sehat dari, oleh dan untuk masyarakat sangat tepat diterapkan dengan upaya
Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
Dimensi ini melahirkan pemahaman upaya manusia untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan agar terhindar dari penyakit dan masalah
kesehatan. Masalah-masalah dalam kesehatan masyarakat dapat di
kelompokkan berdasarkan disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan
masyarakat ini, antara lain:
a. Epidemiologi
b. Biostatistik/statistik kesehatan
c. Kesehatan lingkungan
d. Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku
e. Administrasi kesehatan masyarakat
f. Gizi masyarakat
g. Kesehatan kerja
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di
Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah
perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan
menimbulkan berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 1]


anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular.
Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau
komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok
lanjut usia dan kelompok pekerja.
Masalah pada perilaku kesehatan berawal dari tingkat pendidikan yang
rendah, sehingga masyarakat tidak mampu untuk berperilaku sehat. Perilaku
sehat tersebut dapat diwujudkan dengan pengetahuan yang bisa didapat
tentunya dari pendidikan.
Masalah kesehatan lingkungan berawal dari minimnya kepedulian
masyarakat terhadap keadaan lingkungan, sehingga masyarakat tidak dapat
merasakan dampak positif dari lingkungannya itu sendiri. Beberapa contoh
masalah lingkungan di Indonesia adalah kesehatan dalam pengelolaan limbah
dan sampah, kesehatan lingkungan pemukiman, pengolahan makanan,
penyediaan air bersih, dan juga pengelolaan secara umum untuk menunjang
kesehatan.
Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah
cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat
tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah
sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat
dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan
perumahan. Tidak terpenuhi syarat rumah sehat dapat menimbulkan masalah
kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial yang mempengaruhi
produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan
masalah sosial.
Di Indonesia sumber-sumber air minum dapat dari air hujan, air
sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumber-
sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang membutuhkan
pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum. Tidak terpenuhi
kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit
seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.
Masalah pelayanan kesehatan berawal dari standar ketersediaan
sumber daya yang kurang profesional. Sumber daya tersebut biasanya berupa
petugas kesehatan, sarana pendukung, bangunan, dan hal-hal semacamnya
yang dapat membantu perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Kurangnya pengetahuan dan faktor ekonomi sering menjadikan penghambat
masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan
keterpaksaan.
Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor
genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Mellitus,
infertilitas dan lain-lain tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah
tangga sampai perceraian, kemiskinan dan kejahatan. Masalah kesehatan dan

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 2]


penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan kurang
paham terhadap penyebab genetik, disamping sikap penolakan karena faktor
kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilaku genetik yang sehat
diperlukan intervensi pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada
pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat dan penguasa wilayah).
Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui konseling genetik,
penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya pemeriksaan
genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah kesehatan
pada keturunannya.
Cara mengatasi masalah kesehatan masyarakat tersebut salah satunya
adalah dengan menjalin kerjasama yang kuat antara pemerintah dan
masyarakatnya itu sendiri.
Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia Dewasa ini di Indonesia
terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu mendapat
perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada
ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di
daerah endemic, kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok
mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan
meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani
secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas
bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam
transisi kesehatan yaitu :
a. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan
hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara
masalah bayi dan BALITA tetap menggantung
b. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular
yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang
meningkat dengan drastis
c. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih
d. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional
menjadi modern yang cenderung membawa resiko. Masalah kesehatan
tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan
kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental
dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah
kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit. Di
negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15%
sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau
85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan
kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara
sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam
penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 3]


% seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu
mendapatkan upaya promosi kesehatan.

Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan


suatu perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa
permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan
antara lain :
a. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional
kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas
status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar
perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi
b. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah
c. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh
masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang
bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia
menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
d. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih
rendah
e. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
f. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah
g. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Lemahnya dukungan peraturan
perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia, standarisasi,
penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik,
produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.

Masalah Penanggulangan Kesehatan masih menjadi masalah utama


yang belum teratasi oleh Pemerintah Indonesia. Mulai dari rendahnya
anggaran pemerintah untuk kesehatan hingga rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat Indonesia akan kebersihan dan kesehatan diduga menjadi pemicu
utama. Berikut adalah berbagai Permasalahan Kesehatan yang tampak
dominan di Indonesia.
a. Kurangnya SDM Tenaga kesehatan Profesional
Sumber daya manusia di bidang kesehatan terbilang kurang
dalam segi kuantitas, kualitas , distribusi dan produktivitas (WHO,
2010). Total dokter yang tersedia adalah 2,9 per 10.000 penduduk, itu
merupakan setengah dari jumlah rata-rata di negara maju yaitu 5,6 per
10.000 penduduk. Namun, jumlah perawat dan bidan di Indonesia malah
2 kali lipat lebih banyak dari negara maju (Indonesia, 20,4 per 10.000
penduduk, regional, 10,9 per 10.000 penduduk) menurut WHO pada
tahun 2012.
b. Tingginya Angka kematian pada bayi dan ibu melahirkan

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 4]


Pada tahun 2012, dengan jumlah penduduk 239.871.000,
Indonesia memiliki kemungkinan hidup saat lahir untuk laki-laki 66, dan
wanita 71 sama dengan rata-rata global. Tapi, angka kematian dewasa
(kematian antara 15 dan 60 tahun per 1000 penduduk) untuk kedua jenis
kelamin adalah 190 lebih tinggi dari rata-rata global yang 176. Dengan
rasio kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup adalah 220 lebih tinggi
dari rata-rata global yang 210.
c. Tingginya Angka kematian akibat penularan penyakit
Penyakit menular merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di Indonesia. Hampir 250 orang meninggal tuberkulosis (TB)
setiap hari, dengan lebih dari setengah juta kasus baru diperkirakan
terjadi setiap tahun (WHO GTB 2009). Prevalensi Tuberkulosis (per
100.000 penduduk) adalah 289 lebih tinggi dari rata-rata regional (278)
Rata-rata Dan dunia (178) (WHO, 2012). Malaria masih menjadi
penyakit vector-borne besar di sebagian besar Indonesia. Wabah skala
besar demam berdarah dengue dilaporkan setiap tahun. Meskipun kusta
telah dieliminasi di tingkat nasional, Indonesia menempati urutan ketiga
dalam hal beban global. Tingkat kematian kasus flu burung pada tahun
2008 hampir 81%. Upaya yang signifikan terus diinvestasikan dalam
pencegahan dan pengendalian flu burung dan penyakit menular, dengan
pandemi kesiapsiagaan pada intinya. Pengenalan kembali dan
penyebaran polio pada tahun 2005 di beberapa provinsi, setelah jangka
waktu 10 tahun, dan dilaporkan campak dan difteri wabah menunjuk
kelemahan dalam program diperluas rutin imunisasi. Pada akhir tahun
2006, diperkirakan 293,200 orang Indonesia hidup dengan HIV-AIDS
(KPA Nasional Publication, 2009).
d. Rendahnya Alokasi Dana Pemerintah untuk pembiayaan Kesehatan
Dibandingkan dengan tetangga Malaysia dan Thailand, Indonesia
menghabiskan relatif sedikit pada pelayanan kesehatan. Estimasi total
pengeluaran kesehatan per kapita pada tahun 2003 adalah US $ 33 di
Indonesia dibandingkan dengan US $ 149 di Malaysia dan US $ 90 di
Thailand Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih tergolong tidak
cukup, total belanja kesehatan per kapita 112 USD, dan total
pengeluaran kesehatan dari APBD adalah 2,6%.
e. Tingginya Prevalensi perokok aktif dan kurangnya pengendalian
perilaku merokok di tempat umum.
Mengingat tingginya prevalensi penggunaan tembakau di negara
ini dan mengingat fakta bahwa untuk penyakit tidak menular (NCD)
tembakau adalah penyebab paling penting kedua morbiditas dan
mortalitas, pengembangan dan implementasi pengendalian tembakau
yang efektif
f. Tingginya angka kelaparan dan kekurangan gizi

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 5]


Masalah ini masih tetap menjadi masalah yang paling
mengerikan yang dihadapi sebagian besar masyarakat Indonesia,
khususnya bagi masyarakat miskin. Meskipun perbaikan umum dalam
ketersediaan pangan, kesehatan dan pelayanan sosial, kelaparan dan
kekurangan gizi yang ada di hampir setiap kabupaten di Indonesia. Saat
ini, sekitar setengah dari populasi masyarakat masih kekurangan zat besi
dan beresiko gangguan kekurangan yodium. Prevalensi bayi BBLR
(berat badan lahir rendah) di Indonesia adalah dalam kisaran 7-14%,
bahkan mencapai 16% di beberapa kabupaten. Tingginya prevalensi
BBLR umumnya akibat dari kekurangan gizi pada ibu hamil. Hal ini
berada pada kisaran 12 sampai 22% wanita berusia 15-49 menderita
kekurangan energi kronis (BMI <18,5), dan 40% dari ibu hamil
menderita anemia.

Masalah kesehatan di Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh


beberapa faktor. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi masalah
kesehatan yang terjadi di Indonesia diantaranya adalah
a. Urbanisasi salah satu yang sangat sangat mempengaruhi kesehatan
masyarakat Indonesia. Pengertian urbanisasi adalah perpindahan penduduk
dalam jumlah besar dari desa ke kota. Faktor ini mengakibatkan banyak
masalah baru di ibu kota terutama dalam hal kesehatan masyarakat kota.
Masalah ini akibat ketidak adaan skill atau keahlian khusus dari warga
yang pindah ke kota sehingga menimbulkan penganggur atau pengemis
dan masalah lainnya. penduduk yang pindah itu terkadang pindah tampa
memiliki tempat tinggal tetap sehingg menciptakan lingkungan kumuh dll.
b. Kondisi tempat pembuangan limbah dapat menjadi masalah untuk
kesehatan di lingkungan tempat pembuangan sampah. Masalah lingkungan
itu timbul dari limbah rumah tangga, yang dapat mengakibatkan dampak
negatif terhadap lingkungan. Masalah besar yang ditimbulkan oleh limbah
rumah tangga tersebut adalah pencemaran air, tanah, udara serta air sungai
yang menjadikan tempat berkembangbiaknya penyakit agens dan vektor
penyakit menular.
c. Pendidikan juga menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pendidikan
sangat mempengaruhi prilaku masyarakat, kurangnya pendidik
mengakibatkan kurang nya kesadaran untuk menghargai kesehatan.
d. Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan, lingkunganlah yang membuat kita berinteraksi. Jadi situasi
lingkungan yang jelek sangat berpengaruh terhadap status kesehatan.
e. Lingkungan pemukiman khususnya rumah tempat tinggal merupakan
salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia.

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 6]


Masalah kesehatan memang selalu menjadi topik pembicaraan yang
panjang. Dalam beberapa dekade, penyakit selalu menjadi teror yang berada
dekat dengan setiap orang. Tahun ini, setidaknya terdapat enam penyakit yang
meresahkan kesehatan masyarakat secara umum.
1. Aktivitas fisik dan nutrisi
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan aktivitas fisik secara teratur
dapat membantu mencegah penyakit tertentu, seperti kanker, jantung,
diabetes, meringankan depresi dan juga meningkatkan mood. Pada
umumnya aktivitas fisik mulai menurun ketika kita telah mencapai usia
lanjut, walaupun beberapa orang usia lanjut masih melakukan berbagai
aktivitas fisik.
Seperti halnya olahraga, perhatian kita terhadap makan juga akan
semakin menurun. Padahal makanan adalah jalur asupan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Seperti isu kesehatan yang diusung oleh WHO
(World Health Organization) di tahun ini adalah mengenai keamanan
pangan. Selain menjadi jalur asupan nutrisi, makanan juga bisa menjadi
jalur masuk penyakit dalam tubuh kita. Sehingga menjadi sesuatu yang
penting untuk memperhatikan keamanan pangan yang kita konsumsi
sehari-hari.
2. Obesitas
Berat badan yang berlebih atu dalam dunia medis dikenal dengan
obesitas ternyata meningkatkan kemungkinan terjadinya
hipertensi,diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner, stroke,penyakit
kandung empedu,osteoarthritis, sleep apnea, gangguan
pernapasan,penyakit payudara, prostat, kanker usus besar, dislipidemia dan
endometrium.
3. Tembakau
Tembakau yang saat ini lebih banyak dikonsumsi melalui rokok adalah
penyebab terbesar kematian dini, setidaknya ini sesuai dengan catata
kesehatan di Amerika Serikat. Mereka menyebutnya dengan "Tobacco
dependence disease" atau penyakit ketergantungan tembakau. Pusat
pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika (The Centers for Disease
Control and Prevention ) mengatakan bahwa perokok yang mencoba
berhenti lebih berhasil ketika mereka memiliki dukungan dari dokter.
4. Penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat yang dimaksud di sini adalah penyalahgunaan
obat-obatan terlarang dan alkohol. Sebuah masalah kesehatan yang masih
mengakar pada kalangan muda. Seperti yang kita tahu ketergantungan
akan obat-obatan terlarang dan alkohol dapat menyebabkan penyakit yang
serius dan bahkan mampu menyebabkan kematian.
5. HIV/AID

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 7]


Seolah-olah masih belum bisa terlepas dari bayang-bayang HIV/AIDS,
antara tahun 1991 dan 1996, AIDS yang terjadi pada usia dewasa terjadi
dua kali lebih cepat dari usia muda. Alasan utamanya adalah, dalam usia
dewasa (sekitar usia 50-an) kebanyakan orang melakukan hubungan
seksual tanpa menggunakan kondom. Padahal dalam usia ini, sistem
kekebalan tubuh telah menurun. Gejala yang dimunculkan oleh penderita
HIV pada usia ini seperti kelelahan, penurunan berat badan, demensia,
ruam kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala yang
dimunculkan tersebut sangat mirip dengan gejala kesehatan usia lanjut.
6. Kesehatan mental
Kenal demensia? Demensia yang identik dengan kesehatan usia lanjut
ini ternyata bukan penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Demensia
dapat disebabkan oleh penyakit,reaksi terhadap obat-obatan,masalah
penglihatan, masalah pendengaran, infeksi, ketidakseimbangan gizi,
diabetes, dan gagal ginjal.
Ada banyak penyakit demensia (salah satunya Alzheimer) dan
beberapa penyakit bisa bersifat sementara, jika melakukan penanganan
medis yang tepat. Masalah kesehatan mental yang akhir-akhir ini mulai
populer adalah depresi. Jika tidak diobati, depresi dapat menyebabkan si
penderita melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya, termasuk bunuh
diri.

Perihal penyakit, sebenarnya bukan hanya masalah kesehatan di atas saja


yang harus kita wapadai. Di luar sana selalu ada ancaman kesehatan yang
selalu mengintai kita. Pilihan bijak kita terhadap pola hidup, akan sangat
berpengaruh pada kesehatan.

Untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang ada di Indonesia ini


dilakukanlah berbagai cara guna mengatasi masalah tersebut dengan
meningkatkan kesehatan di Indonesia, diantaranya:
a. Melakukan edukasi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan
b. Peningkatan pembangunan jumlah serta meningkatkan kualitas
Puskesmas.
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas dari tenaga kesehatan itu sendiri
d. Peningkatan tingkat pendidikan kesehatan pada lingkungan masyarakat
sejak usia dini
e. Peningkatan sistem jaminan kesehatan terutama untuk penduduk miskin.
f. Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini salah satunya adalah
masalah gizi masyaraka. Masalah gizi masyarakat Indonesia saat ini
belum mendekati normal, ini bermakna bahwa angka kecukupan gizi di
masyarakat Indonesia sangat rendah. Kondisi ini khususnya terjadi di

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 8]


daerah pedesaan. Di pedesaan yang ekonomi masyarakatnya menengah
ke bawah sering terjadi kekurangan gizi.

Dengan begitu banyaknya permasalahan kesehatan masyarakat


diatas, untuk itu penulis ingin membahas salah satu permasalahan kesmas
dibidang kesehatan lingkungan yaitu sampah.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini dibuat yaitu :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pengembangan Profesi
Kesehatan Masyarakat mengenai Permasalahan Kesehatan Masyarakat
di Bidang Kesehatan Lingkungan yaitu sampah
Untuk menambah referensi bagi pembaca tentang mata kuliah Seminar
Pengembangan Profesi Kesehatan Masyarakat mengenai Permasalahan
Kesehatan Masyarakat di Bidang Kesehatan Lingkungan yaitu sampah
Untuk menambah pemahaman dan wawasan penulis tentang mata
kuliah Seminar Pengembangan Profesi Kesehatan Masyarakat
mengenai Permasalahan Kesehatan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Lingkungan yaitu sampah

1.3 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat penulisan dari makalah ini dibuat yaitu :
kita bisa lebih mengerti apa saja permasalahan kesehatan di masyarakat
kita bisa lebih mengerti cara menanggulangi permasalahan yang ada

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 9]


BAB II
PERMASALAHAN

2.1 PERMASALAHAN DALAM KESEHATAN MASYARAKAT DI


BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN YAITU SAMPAH

Di Indonesia permasalahan sampah sudah menjadi hal yang tak asing


lagi bagi kita khususnya masyarakat Pekanbaru, Panam. Sudah 4 bulan
belakangan ini begitu banyak tumpukan sampah-sampah yang berserakkan
dipinggir-pinggir jalan yang tidak baik untuk kesehatan kita begitu juga
kesehatan lingkungan di setiap harinya.
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Chandra, 2006).
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008
menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari
proses alam yang berbentuk padat.
Azwar (1990) sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri)
tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk
kedalamnya.
KAMUS LINGKUNGAN (1994), Sampah adalah bahan yang tidak
mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau
khusus dalam produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama
manufaktur; atau materi berlebihan atau buangan.
Manik (2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak
digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh
kegiatan manusia.
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah
(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,
atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak
terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil
kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan
demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau bahan padat


b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003).

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 10]


Menurut Daniel (2009) terdapat tiga jenis sampah, di antaranya:
1. Sampah organik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai
oleh mikroorganisme tanah secara alamiah/biologis. Sampah jenis ini juga
biasa disebut sampah basah. Sifat sampah organik adalah tidak tahan lama
dan cepat membusuk. Biasanya sampah jenis ini berasal dari makhluk
hidup. Contohnya adalah sayur-sayuran, buah-buah yang membusuk, sisa
nasi, daun, dan sebagainya.
2. Sampah anorganik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit
terurai oleh mikroorganisme tanah secara biologis. Proses
penghancurannya membutuhkan penanganan lebih lanjut di tempat khusus.
Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah kering. Contoh bahan-bahan
anorganik adalah bahan logam, plastik, kaca, karet, dan kaleng. Sifat
sampah anorganik adalah tahan lama dan sukar membusuk. Apabila
dibuang sembarangan, sampah anorganik dapat menimbulkan pencemaran
tanah.
3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3): limbah dari bahan-bahan
berbahaya dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan lain-
lain.

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 11]


2.2 GAMBAR

Bapak Firdaus turun kelapangan untuk melihat kondisi sampah yang mulai
meresahkan warga karna baunya yang menyengat serta mengganggu pernafasan
dan berserakan dipinggir jalan hingga ke badan jalan dan membuat kemacetan.

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 12]


[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 13]
2.3 PENYEBAB PERMASALAHAN

Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya


sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat.
Beberapa faktor yang penting antara lain :

a. Jumlah Penduduk

Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak


penduduk semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah pun
berpacu dengan laju pertambahan penduduk yang ada di pekanbaru
khususnya panam.

b. Keadaan sosial ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin


banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya
pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan
kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan
yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.
Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan
konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun
bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan
bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis
sampah.

c. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas


sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

d. Tingkat pendidikan

Menurut Hermawan (2005) Untuk meningkatkan mutu


lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui
pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah
rumah tangga terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran
terhadap kesehatan manusia dan dengan pendidikan dapat ditanamkan
berpikir kritis, kreatif dan rasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan
selayaknya semakin tinggi kesadaran dan kemampuan masyarakat
dalam pengelolaan sampah.

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 14]


Faktor penyebab ainnya yaitu :

a. volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya


tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.
b. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk
mengangkut sampah kurang efektif.
c. Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu
mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi
menjadi tumpukan sampah.
d. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai
pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya
e. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan

2.4 DAMPAK DARI PERMASALAHAN

1. Dampak Buruk Sampah Terhadap Lingkungan

a. Pencemaran Udara
Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut
merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi
daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi,
dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkali terjadi pada sumber dan
lokasi pengumpulan terutama bila terjadi penundaan proses
pengangkutan sehingga menyebabkan kapasitas tempat terlampaui.
Asap yang timbul sangat potensial menimbulkan gangguan bagi
lingkungan sekitarnya.
Sarana pengangkutan yang tidak tertutup dengan baik juga
sangat berpotensi menimbulkan masalah bau di sepanjang jalur yang
dilalui, terutama akibat bercecerannya air lindi dari bak kendaraan.
Proses dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan berlangsung
dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagai gas seperti CO, CO2, CH4,
H2S, dan lain-lain yang secara langsung akan mengganggu komposisi
gas alamiah di udara, mendorong terjadinya pemanasan global,
disamping efek yang merugikan terhadap kesehatan manusia di
sekitarnya.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam
lokasi pengolahan berpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping
itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap bila sampah
dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti
halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga
timbul akibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik.
Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 15]


sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang
cukup besar dalam tumpukan sampah menyebabkan api sulit
dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu
daerah sekitarnya.
b. Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat
potensial menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran
lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya
pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah
dalam jumlah yang cukup besar pula sehingga potensi lindi yang
dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk menimbulkan
pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari
lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan dari dasar TPA yang
mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di
kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga
dimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang
trerletak pada elevasi yang lebih rendah.
c. Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik
misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara
sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami
pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga
mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi
maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah
terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan
setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia
dan lingkungan sekitarnya.
d. Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan
kesan pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika
lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan
permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya. Proses
pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan
sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak
segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian
pula dengan ceceran sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi
bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan
pembongkaran yang tertiup angin atau ceceran dari kendaraan
pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan
maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 16]


estetika lingkungan sekitarnya. Lokasi TPA umumnya didominasi
oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik,
aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang
dioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak
menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan
dengan lokasi tersebut.
e. Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan sampah
yang biasanya berdekatan dengan sumber potensial seperti pasar,
pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu
lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transfer
station atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang
dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan
upaya-upaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan
pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akan
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya
terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan.

2. Dampak baik sampah terhadap linngkungan

Pengelolaan sampah yang baik di suatu daerah akan membawa


pengaruhbaik pula bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri.
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat dan lingkungannya, sebagai berikut:

Sampah dapat dimanfaatkan untuk lahan semacam rawa-rawa dan


daratan rendah.
Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani
proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah
pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembang biak serangga atau binatang pengerat.
Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya
dengan sampah.
Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan
hidup masyarakat.

3. Dampak Sampah bagi Kesehatan


Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 17]


cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.

Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang


dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut;
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat
bercampur dengan air m inum. Penyakit demam berdarah dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah
d. Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut
oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

4. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi


Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan
yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan
pemandangan yang buruk Karena sampah bertebaran dimana-mana.
b. Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya
pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas)
d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir
dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti
jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
e. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah
yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk
pengelolaan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atu tidak
efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini
mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki
(Gilbert dkk; 1996)

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 18]


Menurut Hadiwiyoto (1983) jika ditinjau dari segi keseimbangan
lingkungan, kesehatan, keamanan dan pencemaran, apabila sampah tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan-gangguan
antara lain sebagai berikut:
a. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung
gas-gas yang terjadi dan rombakan sampah bau yang tidak sedap,
daerah becek dan kadang-kadang berlumpur terutama apabila
musimpenghujan datang.
b. Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari
segi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan normal,
yang dapat mengganggu kehidupan dilingkungan sekitarnya.
c. Disekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan
oksigen. Keadaan ini disebabkan karena selama proses peromabakan
sampah menjadi senyawa-senyawa sederhana diperlukan oksigen yang
diambil dari udara disekitarnya. Karena kekurangan oksigen dapat
menyebankan kehiidupan flora dan fauna menjadi terdesak.
d. Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) sampah
dapat membahayakan kesehatan karena kadang-kadang proses
pembusukan ada mengeluarkan gas beracun.
e. Dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat
ditularkan oleh lalat atau seranngga lainya, binatang-binatang seperrti
tikus dan anjing.
f. Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan
yang nyaman untuk dinikmati.

5. Dampak Sampah Terhadap Ekosistem


a. ekosistem perairan
Sampah yang dibuang sembarangan ke berbagai tempat
dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah an-organik.
Pada satu sisi sampah organik ini juga dianggap dapat mengurangi
kadar oksigen ke dalam lingkungan perairan, sampah an-organik dapat
juga mengurangi sinar matahari yang memasuki ke dalam lingkungan
perairan, sehingga mengakibatkan proses esensial dalam ekosistem
seperti fotosintesis akan menjadi terganggu. Sampah organik dan an-
organik membuat air menjadi keruh, kondisi akan mengurangi
organisma yang hidup dalam kondisi seperti itu. Sehingga populasi
hewan kecil-kecil akan terganggu.

Rembesan cairan yang masuk ke dalam drainase atau sungai


akan tercemari. Berbagai mahluk hidup seperti ikan dipastikan akan
mati sehingga beberapa spesies ikan akan musnah sehingga akan
merubah kondisi ekosistem perairan secara biologis. Penguraian

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 19]


sampah yang dibuang secara langsung ke dalam air atau sungai akan
tercipta asam organik dan gas cair organik, seperti misalnya metana,
selain menimbulkan gas yang berbau, gas ini dengan konsentrasi yang
tinggi akan menimbulkan peledakan.

b. ekosistem daratan
Sampah yang dibuang secara langsung dalam ekosistem darat
akan mengundang organisma tertentu menimbulkan
perkembangbiakan seperti tikus, kecoa, lalat, dan lain sebagainya.
Perkembangbiakan serangga atau hewan tersebut dapat meningkat
tajam.

2.5 SOLUSI DARI PERMASALAHAN

Beberapa solusi dari permasalahan sampah yaitu :


a. Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dan dekat dari
pemukiman warga
b. Adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pemerintah
sehingga adanya kebijakan yang tegas
c. Memberikan penyuluhan agar masyarakat tahu pentingnya kesehatan
pribadi, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.
d. Mengurangi jumlah sampah dengan tidak berlebihan dan gunakan
seperlunya saja.
e. melakukan pengelolaan sampah dengan baik.
f. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya dan memisahkan
sampah organik dan anorganik seperti berikut :
Sampah organik seperti; daun, kulit buah, ranting pohon dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk yang ramah lingkungan.

Sampah anorganik seperti : plastik, kertas bekas dapat


dimanfaatkan menjadi berbagai barang kerajianan. Contohnya
adalah tas, hiasan bunga, dompet, dll.

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 20]


Sumber : balifokus.asia

Sementara itu, untuk sampah daur ulang, bisa menjualnya atau


memberikannya secara cuma-cuma kepada pengumpul barang bekas.
Sampah tersebut kemudian dapat diolah kembali oleh pabrik atau
industri daur ulang sehingga sampah tersebut tidak menumpuk di
lingkungan tempat tinggal.

g. Pembakaran.
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat
dibakar habis. Harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk
menhindari pencemarn asap, bau dan kebakaran.

h. Sanitary Landfill".
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan
yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini
memerlukan areal khusus yang sangat luas.

Solusi Kebersihan Lingkungan Pada Polusi yaitu :

1. Pencemaran udara
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada
pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain.
Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah
berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta
kematian yang diakibatkan karenanya. Pemberian izin bagi angkutan
umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan
massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.

Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu


dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua
kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk
memberi kontribusi polutan udara. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan
bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu,
pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap
pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 21]


lintas dan mengurangi polusi udara. Pemberian penghambat laju
kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan
dengan "polisi tidur" justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor
akan memperlambat laju. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada
kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check).
Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan
bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa
surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain. Penanaman pohon-
pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara

2. Pencemaran udara
Penanggulangan terjadinya pencemaran air. Untuk mencegah agar
tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam memenuhi
kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar
antara lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit,
sampah/limbah industri secara sembarangan, tidak membuang ke dalam
air sungai, danau ataupun ke dalam selokan. Tidak menggunakan pupuk
dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan
mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan
deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman
air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran air.

Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya


jumlah logam-logam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh
manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh melalui pencernaan
karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam
berat meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan logam-
logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan karena terkontaminasi
oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak terjadi
penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya
dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Proses
pencegahan terjadinya pencemaran lebih baik daripada proses
penanggulangan terhadap pencemaran yang telah terjadi.

3. Pengolahan limbah
Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan,
dialirkan ke sungai atau selokan hendaknya dikumpulkan di suatu tempat
yang disediakan, kemudian diolah, agar bila terpaksa harus dibuang ke
sungai tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan kalau
dapat setelah diolah tidak dibuang ke sungai melainkan dapat digunakan
lagi untuk keperluan industri sendiri. Sampah padat dari rumah tangga

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 22]


berupa plastik atau serat sintetis yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan lain yang
berguna, misalnya dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang
dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur dalam lubang tanah,
kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.

Solusi lainnya yaitu


Penerapan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R
menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R
adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi),
Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah),
sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya.
Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant
(menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk
dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang
efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya
pengelolaan sampah.

Gambar 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)

a. Reduce
Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin
melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan.
Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang
dapat dilakukan berkaitan dengan program reduce:

- Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan


sampah dalam jumlah besar
- Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama
atau fungsi lain
- Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
- Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang
memerlukan
- Ubah pola makan (pola makan sehat : mengkonsumsi makanan
segar, kurangi makanan kaleng/instan)

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 23]


- Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan
sachet)
- Membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang
(kertas, daun dan lain-lain)
- Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja
- Tolak penggunaan kantong plastik
- Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan
- Pakai serbet/saputangan kain pengganti tisu
- Kembali kepemakaian popok kain bagi para ibu
b. Reuse
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin
memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Dan juga
menghindari pemakaian barang-barang yang hanya sekali pakai.
Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia
menjadi sampah. Menurut Suyoto (2008) tindakan yang dapat
dilakukan berkaitan dengan program reuse:

- Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang


- Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
- Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah
- Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat
sampah
- Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam
kerajinan
- Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas
- Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem
- Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain
- Majalah atau buku untuk perpustakaan
- Kertas koran digunakan untuk pembungkus

c. Recycle
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin,
barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang.
Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah
banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Menurut Suyoto
(2008) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program
recycle:

- Mengubah sampah plastik menjadi souvenir


- Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos
- Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 24]


d. Replace
Prinsip replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan
barang yang digunakan sehari-hari. Dan juga mengganti barang-
barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama. Prinsip ini mengedepankan penggunaan bahan-bahan
yang ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan
keranjang saat berbelanja, atau hindari penggunaan styrofoam karena
banyak mengandung zat kimia berbahaya.

e. Replant
Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau
lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan,
lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian
menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 25]


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan
menggerakkan potensi seluruh masyarakat. Konsep kesehatan masyarakat
berkaitan dengan perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan bertahan
lama bila dilandasi kesadaran sendiri (internalisasi) sehingga konsep upaya
sehat dari, oleh dan untuk masyarakat sangat tepat diterapkan dengan upaya
Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
Dimensi ini melahirkan pemahaman upaya manusia untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan agar terhindar dari penyakit dan masalah
kesehatan. Masalah-masalah dalam kesehatan masyarakat dapat di
kelompokkan berdasarkan disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan
masyarakat ini, antara lain:
a. Epidemiologi
b. Biostatistik/statistik kesehatan
c. Kesehatan lingkungan
d. Pendidikan kesehahtan dan ilmun perilaku
e. Administrasi kesehatan masyarakat
f. Gizi masyarakat
g. Kesehatan kerja
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di
Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah
perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan
menimbulkan berbagai masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan
anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular.
Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau
komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok
lanjut usia dan kelompok pekerja.
Masalah sampah merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses
alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.
Solusi untuk menanggulangi sampah yaitu salah satu caranya dengan 3 R.

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 26]


3.2 SARAN

Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan


menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan
dengan sampah dengan meningkatkan upaya Promotif dan Preventif. Selain
itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai
lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu.
Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak
maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.

Keberadaan Undang-Undang persampahan dirasa sangat perlukan.


Undang-Undang ini akan mengatur hak, kewajiban, wewenang, fungsi dan
sanksi masing-masing pihak. UU juga akan mengatur soal kelembagaan yang
terlibat dalam penanganan sampah. Menurut dia, tidak mungkin konsep
pengelolaan sampah berjalan baik di lapangan jika secara infrastruktur tidak
didukung oleh departemen-departemen yang ada dalam pemerintahan.

Demikian pula pengembangan sumber daya manusia (SDM).


Mengubah budaya masyarakat soal sampah bukan hal gampang. Tanpa ada
transformasi pengetahuan, pemahaman, kampanye yang kencang. Ini tak bisa
dilakukan oleh pejabat setingkat Kepala Dinas seperti terjadi sekarang. Itu
harus melibatkan dinas pendidikan dan kebudayaan, departemen agama, dan
mungkin Depkominfo.

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 27]


DAFTAR PUSTAKA

Alex S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Soemirat, Juli, 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Slamet Riyadi, 1986. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Surabaya; usaha nasional
karya indah.
James f. Mc kenzie, 2006. Kesehatan Masyarakat. Jakarta; EGC
Sabartiyah. 2008. Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta : CV. Pamularsih.
Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan
Idayu. Jakarta
Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. 1998. Laporan Neraca
Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. Biro Bina Lingkungan
Hidup Provinsi DKI Jakarta. Jakarta

[Seminar Pengembangan Profesi KesMas] [ 28]

Anda mungkin juga menyukai