Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM KASUS KONTRAK PT.

FATAHILLAH ANUGERAH NIBRAS DENGAN KAMUNTING TEXTILE INDUSTRIES


MALAYSIA 2017

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Hukum Perdata Internasional

Oleh
Kelompok 8

Ela Nurlela 110110170002


Hanifah Alya 110110170004
Annisa Nur Fadhila 110110170031
Azizah Kamilah Putri 110110170036
Vincensia Anindya 110110170046

Dosen :
Prof. Dr. H. Ahmad M. Ramli, S.H., M.H.

Dr. Muhammad Amirullah, S.H., M.H.

Helitha Novianty Muchtar, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ ala atas limpahan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tanpa suatu halangan yang berarti. Tidak lupa sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad Shallallahu ‘ alaihiwasallam.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul ” ANALISIS HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL DALAM KASUS KONTRAK PT. FATAHILLAH ANUGERAH NIBRAS
DENGAN KAMUNTING TEXTILE INDUSTRIES MALAYSIA 2017 " ini adalah sebagai
pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya
makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Hormat Kami

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Hukum Perdata Internasional ................................................................... 3
2.2 Titik-titik Taut Dalam HPI............................................................................................ 3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasus ......................................................................................................................... 5
3.2 Analisis Kasus............................................................................................................ 5
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 7
4.2 Saran ......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum Perdata Internasional (HPI) merupakan bagian dari Hukum Perdata,
meskipun mengunakan istilah Internasional, bukan berarti Hukum Perdata
Internasional menjadi bagian dari Hukum Internasional. Penggunakan istilah
Internasional merujuk pada adanya unsur asing yang terlibat dalam hubungan maupun
peristiwa hukum di bidang keperdataan yang mengandung unsur-unsur asing, hal
tersebut dapat kita lihat dalam pengertian dari Hukum Perdata Internasional itu sendiri.
Yang mana Hukum Perdata Internasional merupakan keseluruhan peraturan dan
keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku atau
apakah yang merupakan hukum,1 serta Hukum Perdata Internasional mengatur setiap
peristiwa atau hubungan hukum mengandung unsur asing, baik peristiwa itu termasuk
bidang hukum publik ( seperti hukum tata usaha negara, hukum pajak atau hukum
pidana), maupun termasuk bidang hukum perdata.2
Didalam Hukum Perdata Internasional juga dikenal adanya tiitk pertalian,
yang mana titik pertalian atau titik taut adalah hal-hal atau keadaan yang
menyebabkan berlakunya suatu stelsel hukum. Dewasa ini banyak pelaku usaha
menjalankan kegiatan perdagangan barang yang melintasi batas-batas negaranya.
Batas-batas negara tidak lagi menjadi hambatan dalam melakukan perdagangan
Internasional. Sebagian besar transaksi perdagangan Internasional mencakup
ketentuan dan persyaratan yang beragam yang berhubungan dengan perjanjian
mereka.3 Seringkali para pihak tidak memiliki pemahaman yang sama tentang
ketentuan hukum yang mengatur perjanjian mereka tunduk pada sistem hukum yang
berbeda. Isi peraturan yang berbeda-beda antara satu negara dengan negara yang
lain mengakibatkan munculnya kesulitan antara pelaku usaha dalam pembuatan
kontrak dagang Internasional.4
Dengan perbedaan yang tidak sepaham mengenai sistem hukum yang
berbeda itulah menjadilan timbulnya permasalahan-permasalah di dalam melakukan

1
S. Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, P.T. Rindang Mukti Unit
Percetakan Cikapundung, Bandung, 1977, hlm. 21
2
C.F.G Sunarjati Hartono,Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional Indonesia,Karya Nusantara,
Bandung 1976, hlm. 13
3
Rubab Razvi,Ikhtisar tentang Undang-undang yang Mengatur Transaksi Penjualan Internasional,
USC Law School LMM, hlm. 1
4
R. Subekti (a), Hukum Perjanjian, Cet. 23, Jakarta, Intermasa, 2010, hlm. 1-3

1
perdagangan yang melintasi batas-batas Negara. Salah satu contohnya dapat kita
lihat dalam kasus PT. Fatahillah Anugerah Nibras dengan Kamunting Textile
Industries Malaysia, yang mana dalam kasus tersebut PT. Fatahillah Anugerah Nibras
dengan Kamunting Textile Industries Malaysia melakukan sebuah perjanjian untuk
mengirim 2000 kodi kain, namun terjadi sebuah permasalah serta mengakibatkan
Lawyer Malaysia menuntut PT. Fatahillah Anugerah Nibras atas dasar tak memenuhi
prestasi dengan sempurna.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang :
1) Hakim pengadilan mana yang berwenang?

2) Apakah peristiwa atau perkara tersebut termasuk ke dalam HPI?

3) Berdasarkan kualifikasi, termasuk dalam bidang hukum apakah peristiwa atau


perkara tersebut?

4) Hukum negara manakah yang seharusnya diberlakukan terhadap peristiwa atau


perkara tersebut dan bagaimana hukum negara tersebut menyelesaikan peristiwa
atau perkara?

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Hukum Perdata Internasional


Menurut Prof. Van Brakel Hukum Perdata Internasional adalah hukum
nasional yang dibuat untuk hubungan-hubungan Hukum Internasional.5 Hukum
Perdata Internasional juga dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan dan
keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku atau
apakah yang merupakan hukum,6 serta Hukum Perdata Internasional mengatur setiap
peristiwa atau hubungan hukum mengandung unsur asing, baik peristiwa itu termasuk
bidang hukum publik ( seperti hukum tata usaha negara, hukum pajak atau hukum
pidana), maupun termasuk bidang hukum perdata. Hukum Perdata Internasional
merupakan salah satu sub. bidang hukum dalam sebuah sistem hukum nasional yang
bersama-sama dengan sub-sub bidang hukum lain, seperti hukum keperdataan,
hukum dagang, hukum pidana, dan sebagainya membentuk suatu sistem hukum
nasional yang utuh.7
2.2 Titik-titik Taut Dalam HPI
Titik-titik taut dalam HPI dapat didefinisikan sebagai fakta-fakta di dalam
sekumpulan fakta perkara HPI yang menunjukkan pertautan antara perkara itu dengan
suatu tempat (Negara) tertentu, dan karena itu menciptakan relefansi antara perkara
yang bersangkutan dengan kemungkinan berlakunya sistem atau aturan hukum
interen dari tempat itu. Berdasarkan pendekatan tradisional, proses penyelesaian
perkara HPI sebenarnya dimulai dengan efaluasi terhadap titik taut (primer) dan
setelah melalui proses kualifikasi fakta, konsep titip taut kembali digunakan (dalam arti
sekunder) dalam rangka menentukan hukum yang diberlakukan dalam perkara HPI
yang bersangkutan.8
Dalam HPI dikenal dua jenis titik taut, yaitu :
a) Titik Taut Primer

5
Bayu Seto Hardjowahono,Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi
Kelima,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 8
6
S. Gautama,Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia,
P.T. Rindang Mukti Unit Percetakan Cikapundung, Bandung, 1977, hlm. 21
7
Bayu Seto Hardjowahono,Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi
Kelima,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 5
8
Bayu Seto Hardjowahono, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi Kelima,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 84

3
Titik Taut Primer yaitu fakta-fakta di dalam sebuah perkara atau peristiwa hukum
yang menujukkan bahwa peristiwa hukum ini mengandung unsur-unsur asing
(foreign elements) dan peristiwa hukum yang dihadapi adalah peristiwa Hukum
Perdata Internasional, bukan peristiwa hukum intern atau domestik semata.
b) Titik Taut Sekunder
Titik Taut Sekunder merupakan faktor-faktor yang menentukan hukum manakah
yang harus dipilih dari pada stelsel-stelsel hukum yang dipertautkan.9 Titik taut
sekunder dipergunakan untuk menentukan hukum negara manakah yang harus
berlaku dalam suatu peristiwa Hukum Perdata Internasional.

9
Sudargo Gautama,Hukum Perdata Internasional,Jilid Kedua Bagian Pertama (Buku 2), Bandung,
1986, hlm 31

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Telah terdapat kesepakatan antara PT. Fatahillah Anugerah Nibras dengan
Kamunting Textile Industries Malaysia untuk melakukan jual beli kain. Barang yang
diperjualbelikan adalah kain sebanyak 2000 kodi. Syaratnya kain yang dibeli adalah
kain dengan jenis bahan mosscrape grade A asal Indonesia. Maka PT. Fatahillah
Anugerah Nibras harus mengirim kain sebanyak 2000 kodi ke Kamunting Textile
Industries Malaysia. Kesepatan harga antar keduanya untuk satu kodi kain adalah 500
ribu rupiah, dan Kamunting Textile Industries sudah membayar lunas sebesar 1
miliyar. Sayangnya, kain yang diterima oleh Kamunting Textile Industries hanya 1600
kodi kain dengan jenis bahan mosscrape grade A, sedangkan 400 kodinya itu kain
mosscrape grade B. Seorang lawyer dari Malaysia menuntut pihak dari PT. Fatahillah
Anugerah Nibras dengan alasan telah tidak mampu memenuhi prestasis sebagaimana
yang telah dijanjikan secara sempurna.

3.2 Analisis Kasus


Fakta- fakta dalam kasus PT. Fatahillah Anugerah Nibras dengan Kamunting Textile
Industries Malaysia :
1) PT. Fatahillah Anugerah Nibras melakukan perjanjian dengan Kamunting
Textile Industries Malaysia untuk melakukan jual beli kain sebanyak 2000 kodi.
2) Kamunting Textile Industries Malaysia hanya membutuhkan kain dengan jenis
bahan mosscrape grade A asal Indonesia.
3) Harga satu kodi kain adalah 500 ribu rupiah, dan Kamunting Textile Industries
sudah membayar lunas sebesar 1 miliyar.
4) Kain yang diterima oleh Kamunting Textile Industries hanya 1600 kodi kain
dengan jenis bahan mosscrape grade A, sedangkan 400 kodinya itu kain
mosscrape grade B.
5) Lawyer dari Malaysia menuntut pihak dari PT. Fatahillah Anugerah Nibras
dengan alasan telah tidak mampu memenuhi prestasis sebagaimana yang
telah dijanjikan.
 Hakim pengadilan mana yang berwenang?

Pengadilan Indonesia, yaitu Pengadilan Negeri Tangerang, karena sesuai


dengan prinsip actor sekuitor forumrei yaitu guagatan diajukan ke pengadilan tempat
dimana tergugat tinggal, dalam kasus ini PT. Fatahillah beralamat di Tangerang.

5
 Apakah peristiwa atau perkara tersebut termasuk ke dalam HPI?

Dalam kasus ini titik taut primernya adalah kewarganegaraan dari para pihak
dalam kasus tersebut. Dimana pihak penggugat yaitu Lawyer yang
berkewarganeraan Malaysia , serta pihak tergugat yaitu Direktur PT. Fatahillah
Anugerah Nibras yang berkewarganegaraan Indonesia. Yang mana menurut hakim
pengadilan tempat diajukannya gugatan perkara ini berpandangan bahwa perkara ini
merupakan perkara Hukum Perdata Internasional karena kewarganegaraan
penggugat yaitu Malaysia yang merupakan unsur asing dalam perkara ini.

 Berdasarkan kualifikasi, termasuk dalam bidang hukum apakah peristiwa atau


perkara tersebut?

Kasus ini termasuk ke dalam kualifikasi hukum perjanjian (kontrak) karena


mengenai wanprestasi dari pihak PT. Fatahillah Anugerah Nibras ( jumlah kain yang
dikirim hanya 1600 kodi kain dengan jenis bahan mosscrape grade A, sedangkan
400 kodinya itu kain mosscrape grade B. Seharusnya mengirim 2000 kodi bahan
mosscrape grade A.)

 Hukum negara manakah yang seharusnya diberlakukan terhadap peristiwa atau


perkara tersebut dan bagaimana hukum negara tersebut menyelesaikan peristiwa
atau perkara?

Dalam kasus perkara PT. Fatahillah Anugerah Nibras perjanjian dengan


Kamunting Textile Industries diatas tidak ada pilihan hukum yang diatur secara jelas
dan tegas, dengan demikian faktor – faktor ( titik taut sekunder ) dari kasus tersebut
yaitu:

1) Lex loci contractus, merupakan tempat dimana perbuatan hukum dilangsungkan.10


Dalam kasus ini maka hukum yang berlaku adalah hukum perdata indonesia, karena
perjanjian dibuat di Indonesia.

2) Berdasarkan the most characteristic connection, merupakan hukum dari Negara


yang mempunyai prestasi yang paling kuat. Dalam kasus ini hukum yang berlaku
adalah hukum Indonesia karena yang melakukan prestasi yang paling kuat atau
dominan adalah PT. Fatahillah Anugerah Nibras sebagai penjual kain, dan memilih
serta memastikan kain dengan jenis bahan mosscrape grade A sebanyak 2000 kodi
dengan baik sampai diserahkan kepada Kamunting Textile Industries.

10
S. Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Binacipta, Bandung,1977, hlm. 40

6
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hukum Perdata Internasional merupakan keseluruhan peraturan dan
keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku atau
apakah yang merupakan hukum. Dewasa ini banyak pelaku usaha menjalankan
kegiatan perdagangan barang yang melintasi batas-batas negaranya di dalam
menjalankan usahanya seringkali timbulnya permasalahan-permasalah, salah satu
contohnya dapat kita lihat dalam kasus PT. Fatahillah Anugerah Nibras dengan
Kamunting Textile Industries Malaysia.
Dalam kasus ini hakim pengadilan yang berwenang yaitu Pengadilan Negeri
Tangerang, karena sesuai dengan prinsip actor sekuitor forumrei. Kemudiam kasus ini
titik taut primernya adalah kewarganegaraan dari para pihak , yaitu pihak penggugat
Lawyer yang berkewarganeraan Malaysia , serta pihak tergugat yaitu Direktur PT.
Fatahillah Anugerah Nibras yang berkewarganegaraan Indonesia. Sehingga hakim
berpandangan bahwa perkara ini merupakan perkara Hukum Perdata Internasional
karena kewarganegaraan penggugat yaitu Malaysia yang merupakan unsur asing
dalam perkara ini. Kasus ini termasuk ke dalam kualifikasi hukum perjanjian (kontrak)
karena mengenai wanprestasi dari pihak PT. Fatahillah Anugerah Nibras kepada
Kamunting Textile Industries. Sehingga berdasarkan Lex loci contractus, maka hukum
yang berlaku adalah hukum perdata indonesia, karena perjanjian dibuat di Indonesia
dan berdasarkan the most characteristic connection, hukum yang berlaku adalah
hukum Indonesia karena yang melakukan prestasi yang paling kuat atau dominan
adalah PT. Fatahillah Anugerah Nibras sebagai penjual kain, dan memilih serta
memastikan kain dengan jenis bahan mosscrape grade A sebanyak 2000 kodi dengan
baik sampai diserahkan kepada Kamunting Textile Industries.

4.2 Saran
Terkait mengenai permasalahan-permasalahan yang timbul didalam
hubungan-hubungan yang melintasi batas negara khususnya dalam hal perjanjian
internasional, untuk meminimalisir terjadinya permasalahan tersebut agar kedepannya
dalam melakukan suatu perjanjian internasional dipertegas mengenai pemahaman
serta isi dari perjanjian tersebut, agar nantinya penyelesaian tersebut dapat
menemukan titik temu serta tidak merugikan pihak-pihak Negara.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bayu Seto Hardjowahono, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi
Kelima, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Bayu Seto Hardjowahono, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, Edisi
keempat, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.

C.F.G Sunarjati Hartono, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional Indonesia,Karya


Nusantara,Bandung 1976.

Rubab Razvi, Ikhtisar tentang Undang-undang yang Mengatur Transaksi Penjualan


Internasional, USC Law School LMM R.

R. Subekti (a), Hukum Perjanjian, Cet. 23, Jakarta, Intermasa, 2010.

Sudargo. Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Binacipta,


Bandung,1977.

Anda mungkin juga menyukai