Anda di halaman 1dari 13

SOSIOLOGI

NAMA KELOMPOK :

1. BAIQ WIDI

2. YUNI EVA AULIA

3. DEVIA RIZKI

4. MARIATUN KIBTIA

5. DHIPA ADYATMA

6. ILHAM MANZIS

7. MUHAMMAD DAFFA

KELAS : X IIS 3

MAN 1 MATARAM
2019
Soerjono Soekanto

Buku Sosiologi Suatu Pengantar Karya Soerjono Soekanto

Soerjono Soekanto, adalah Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.[1] Soerjono Soekanto Pernah menjadi Kepala Bagian
Kurikulum Lembaga Pertahanan Nasional (1965-1969).[1] Ia juga pernah menjadi
Pembantu Dekan Bidang Administrasi pendidikan Fakultas ilmu-ilmu sosial, Universitas
Indonesia (1970-1973), dan kini menjadi pembantu Dekan bidang Penelitian dan
Pengabdian masyarakat Fakultas Hukum Universitas Indonesia (sejak tahun 1978)
yang bersangkutan tercatat sebagai Southeast Asian Specialist pada Ohio University
dan menjadi Founding Member dari World Association of Lawyers. [1] Ia mendapat
gelar SarjanaHukum dari Fakultas Universitas Indonesia (1965), sertifikat metode
penelitian ilmu-ilmu sosial dari Universitas Indonesia (1969), Master of Arts dari
University of California, Betkeley (1970), Sertifikat dari Academy of American and
International Law, Dallas (19972) dan gelar doktor Ilmu Hukum dari Universitas
Indonesia (1977).[1] Diangkat sebagai Guru besar sosiologi hukum Universitas
Indonesia (1983).[1]

Prof. DR. Soerjono Soekanto, S.H., M.A[2]. adalah anak tunggal keluarga Prof.Dr.
Soekanto, S.H. yang memegang teguh pesan ayahnya. "Tidak boleh mencampuri
urusan orang lain, peri laku harus nyata, kalau membantu orang jangan mengharap
imbalan," kata Soerjono Soekanto, mengulangi pesan sang ayah. Pesan itu dibawanya
dalam mendidik ketiga anaknya. Ia tidak memaksa anak-anaknya memilih jurusan di
perguruan tinggi. Juga tidak memanjakannya. "Dulu saya juga tidak dimanja," katanya.

Soerjono Soekanto, yang dibesarkan di Jakarta, mengaku lahir dari keluarga "setengah
seniman". Ayahnya yang guru besar sejarah dan hukum adat FS UI itu suka main biola.
Ibunya, Sri Suliyah, gemar bermain piano. Ia sendiri pada masa mudanya pernah ikut
Orkes Keroncong Tetap Segar.

Ketika berusia 19 tahun, Soerjono diminta menjadi asisten Prof. Soeyono Hadinoto
dalam kuliah sosiologi. "Kebetulan ada mahasiswi yang gua taksir, tapi gua ditolaknya.
Gua mikir, 'gimana kalau ujian gua lulusin apa enggak," katanya dalam dialek Betawi.
Soerjono memang suka berseloroh.

Tetapi, sebagai dosen, ia sangat memegang disiplin. Terlambat satu menit saja,
mahasiswanya tidak diizinkan mengikuti kuliahnya. Kini ia tidak saja mengajar di FH UI,
melainkan juga di Perguruan Tinggi Hukum Militer, Universitas Sriwijaya, dan beberapa
universitas swasta di Jakarta.

Banyak menulis tentang masalah hukum di beberapa media, doktor lulusan UI, 1977 --
disertasinya: Kesadaran Hukum dan Keputusan Hukum -- ini melihat bahwa kesadaran
hukum warga masyarakat dan pejabat masih rendah. "Mereka hanya tahu dan
mengerti. Tetapi, peri laku nyata belum sesuai," katanya.

Pendidik yang senang musik klasik dan jazz ini selalu berbicara terbuka. Ia sangat
prihatin karena banyak sarjana yang malas menulis. Ia mengharapkan agar kebiasaan
menulis digalakkan di kalangan mahasiswa. Namun, ia juga melihat, ada beberapa
dosen muda yang berhenti menulis hanya karena dosen seniornya tidak ingin
dilangkahi. Celakanya, dosen senior itu pun jarang menulis. Soerjono sendiri mengaku
memegang disiplin dalam menulis. "Paling tidak sehari satu halaman," katanya. Bila
mengantar istrinya ke dokter, ia menunggu di mobil untuk membaca atau menulis.

Soerjono, yang sudah ditinggalkan ibunya sejak berusia 5 tahun, hampir tidak
mengenali wajah Almarhumah. Sebagai anak tunggal ia ditempa untuk berdisiplin dan
teratur, tanpa kehilangan kebebasan. Didikan sang ayah menyebabkannya juga ingin
mengimbangi ayahnya, dengan meraih beberapa gelar. Tahun 1983, Soerjono pun
berhasil mengimbangi ayahnya setelah dikukuhkan menjadi guru besar di UI.

Menikah dengan Nani Wardani, 1962, ia dikaruniai empat anak.

Soerjono Soekanto, adalah Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.

Soerjono Soekanto Pernah menjadi Kepala Bagian Kurikulum Lembaga Pertahanan


Nasional (1965-1969).

Ia juga pernah menjadi Pembantu Dekan Bidang Administrasi pendidikan Fakultas ilmu-
ilmu sosial, Universitas Indonesia (1970-1973), dan kini menjadi pembantu Dekan
bidang Penelitian dan Pengabdian masyarakat Fakultas Hukum Universitas Indonesia
(sejak tahun 1978) yang bersangkutan tercatat sebagai Southeast Asian Specialist
pada Ohio Univercity dan menjadi Founding Member dari World Association of
Lawyers.

Ia mendapat gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Universitas Indonesia (1965), sertifikat
metode penelitian ilmu-ilmu sosial dari Universitas Indonesia (1969), Master of Arts dari
University of California, Betkeley (1970), Sertifikat dari Academy of American and
International Law, Dallas (19972) dan gelar doktor Ilmu Hukum dari Universitas
Indonesia (1977).

Diangkat sebagai Guru besar sosiologi hukum Universitas Indonesia (1983).


Karya-karyanya

Berikut ini merupakan karya-karya dari Soerjono Soekanto:

1. Perundang-undangan dan Yurisprudensi (2008), diterbitkan oleh PT Citra Aditya


Bakti.[1]
2. Hukum Adat Indonesia, Soerjono Soekanto (2008), diterbitkan oleh Rajawali
Pers.[3]
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (2008), diterbitkan oleh
Rajawali Pers.[3]
4. Sosiologi Suatu Pengantar (2006), diterbitkan oleh Rajawali Pers.[3]
5. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum (2006), diterbitkan oleh Rajawali Pers.[3]
6. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat (2006), diterbitkan oleh
Rajawali Pers.[3]
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (2008), diterbitkan oleh
Rajawali Pers.[3]
8. Mengenal 7 Tokoh Sosiologi (2002), diterbitkan oleh Rajawali Pers.[3]

Pengertian Sosiologi menurut Soerjono Soekanto

Soekanto mengatakan pengertian sosiologi adalah ilmu yang mempelajari


kemasayarakat secara umum dan berupa mendapatkan pola-pola sosial yang tampak
di masyarakat.

Cabang-Cabang Sosiologi

1. Sosiologi Agama

Sosiologi agama mempelajari hubungan antara fenomena yang terjadi dalam


masyarakat dengan agama. Dalam sosiologi agama dipelajari beberapa materi yang
meliputi perilaku manusia yang berhubungan dengan keyakinan yang dipeluknya,
peranan agama sebagai pranata sosial, peranan agama dalam perubahan
masyarakat, dan peranan agama sebagai agen pengendalian sosial.

Agama merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang
perlu dipelajari oleh antropolog ataupun para ilmuwan social lainnya. Di dalam
kehidupan masyarakat, agama muncul karena sifat ketauhidan masyarakat tersebut.
Oleh karena itu agama perlu dipelajari dan dihayati oleh manusia karena kebutuhan
manusia terhadap sang maha pencipta.

Di dalam agama dijumpai ungkapan materi dan budaya dalam tabiat manusia
serta dalam sistem nilai, moral, etika, kajian agama, khususnya agama Islam
merupakan kebutuhan hidup bagi masyarakat Indonesia, khususnya mayoritas.
Oleh karena itu, kajian agama seperti Islam, Budha, Hindu tidak hanya sebatas
konsep saja, teori dan aspek-aspek kehidupan manusia beserta hukumnya, tapi
harus dihayati dan direnunggi untuk diamalkan dalam kehidupan manusia.
Ide-ide keagamaan dan konsep-konsep keagamaan itu tidak dipaksa oleh hal-hal
yang bersifat fisik tapi bersifat rohani. Karenanya agama merupakan suatu institusi
ajaran yang menyajikan lapangan ekspresi dan implikasi yang begitu halus yang
berbeda dengan suatu konsep hukum ataupun undang-undang yang dibuat oleh
masyarakat.

2. Sosiologi Pendidikan

Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi umum
dan sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara
umum. Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu
menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya:
sosiologi masayarakat desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama, sosiolog
hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya.Jadi sosiologi pendidikan merupakan
salah satu sosiologi khusus.

Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:


a. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang
tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur
mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan,
struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat.
Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan
kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.

b. Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa


sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied
sociology.

c. Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang


berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.

d. Menurut F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang
membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman.
Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk
mengontrolnya.

e. Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang
segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.

f. Menurut Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan


yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau
pendekatan sosiologis.
3. Sosiologi Pengetahuan

Sosiologi pengetahuan merupakan “cabang baru” dalam sosiologi yang secara


umum mulai ramai dikembangkan semenjak tahun 1960-an. Semenjak saat itu
sampai kini, sosiologi pengetahuan tetap menarik perhatian, meskipun terjadi
beberapa perubahan penekanan dalam perkembangannya. Paper berikut disusun
dari Buku Coser dan Dant, khususnya berkenaan dengan penjelasan konsep dan
sedikit perkembangan sosiologi pengetahuan yang “hanya” menjadi wacana di
kawasan Eropa dan AS.

Secara sederhana, sosiologi pengetahuan dapat dimaknai sebagai upaya


menjadikan pengetahuan sebagai objek perhatian dengan menerapkan perspektif
sosiologi. Dalam bukunya, Tim Dant dijelaskan bahwa pengetahuan merupakan key
factor dalam masyarakat. Ia merupakan komponen sehingga seklompok orang layak
disebut ‘masyarakat”. Objek sosiologi pengetahuan berbeda dengan sosiologi dan
juga discourse. Sosiologi pengetahuan adalah suatu perspektif yang menekankan
tentang karakter sosial dari pengetahuan. Ia merefleksikan nilai-nilai dalam
masyarakat yang ditransfer melaui diskursus.

Pengetahuan selalu dibentuk dalam konteks. Hal-hal yang secara subjektif


dianggap benar, hanya benar secara subjektif. Dengan demikian, pengetahuan di
satu masyarakat tidak bisa dibandingkan dengan di masyarakat lain. Demikian pula,
pengetahuan orang awam tidak berarti lebih rendah dibandingkan ekspert.
SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI

Sejarah perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern dimulai pada abad
19 di Eropa Barat pasca Revolusi Politik di Perancis dan Revolusi Industri di Inggris.
Namun sebelum menelisik sejarah perkembangan sosiologi lebih jauh, perlu ditegaskan
terlebih dahulu bahwa ilmu pengetahuan tentang masyarakat telah ada berabad-
abad lamanya sebelum istilah ’sosiologi’ itu sendiri ditemukan.

Bagaimana sejarah perkembangan sosiologi dimasa lalu?

Filsuf besar era Yunani Kuno, Plato dan Arostoteles telah menulis buku tentang
bagaimana mendesain masyarakat yang adil dan bahagia. Ilmuwan dari Timur Ibnu
Khaldun menulis tentang integrasi sosial (Asabiyah) dan peradaban manusia pada
abad 14, sebelum Eropa memasuki era Renaisans. Pada periode awal era Pencerahan
di Eropa Barat, Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jacques Rouseau telah
menulis tentang bagaimana mengorganisir masyarakat agar hidup harmonis dalam satu
sistem pemerintahan melalui istilah yang dikenal dengan ’kontrak sosial’. Dengan
demikian, jika sosiologi dipahami sebagai studi tentang masyarakat, maka sosiologi
sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Artinya, ’sosiologi’ sudah ada sebelum istilah
sosiologi ada.

Sejarah perkembangan sosiologi abad 19

Sejarah perkembangan sosiologi yang sering diajarkan adalah sosiologi sebagai


ilmu pengetahuan modern yang saintifik atau ilmiah. Istilah ilmiah sendiri baru muncul
pada abad pencerahan di perancis. Pencerahan memiliki konotasi rasional dan empiris.
Ilmu pengetahuan bersifat rasional ketika berasal dari pikiran manusia, bukan metafisik
dan teologis. Ilmu pengetahuan bersifat empiris ketika bisa dicercap oleh indra untuk
diuji kebenarannya. Maka sosiologi sebagai ilmu pengetahuan ilmiah adalah sosiologi
yang rasional dan empiris.

Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang rasional dan empiris, sosiologi berusia
relatif lebih muda ketibang ilmu sosial lainnya. Auguste Comte, tokoh intelektual
Perancis dalam bukunya ”Course de philosophie positive” (1838) mencetuskan istilah
sosiologi yang saat itu memiliki konotasi fisika sosial. Hukum tiga tahap yang
dielaborasikan Comte menegaskan bahwa sosiologi atau fisika sosial adalah ilmu yang
berada pada tahap positif. Positif artinya rasional, empiris, dan bisa diteliti dengan
hukum-hukum ilmiah seperti pada ilmu alam. Berada di tahap positif artinya
meninggalkan unsur teologis dan metafisis. Dengan demikiran sejarah perkembangan
sosiologi modern pada awal mula ditemukannya adalah ilmu pengetahuan yang positif.
Metodologinya mengikuti hukum-hukum dalam ilmu alam oleh karena itu dinamakan
fisika sosial.

Pada tahun 1876, intelektual Inggris Herbert Spencer menulis buku pertama
yang menggunakan istilah ’sosiologi’ di judulnya ”Principle of Sociology”. Spencer
adalah orang yang percaya pada teori evolusi Darwin. Ia menerapkan hukum evolusi
biologi pada sosiologi. Spencer mengenalkan teori besar tentang evolusi sosial yang
diterima secara luas beberapa tahun kemudian. Pada tahun 1883, intelektual Amerika
Lester F. Ward menulis buku berjudul ”Dynamic Sociology”. Buku tersebut dianggap
sebagai buku pertama tentang desain tindakan sosial yang harus dilakukan masyarakat
untuk menuju kemajuan. Berikutnya, pada 1895, Email Durkheim menerangkan secara
detail metodologi ilmiah sosiologi dalam bukunya ”The Rules of Sociological Mehod”.

Sosiologi berkembang pesat di Eropa Barat pada abad 19. Perkembangan


tersebut banyak dipengaruhi oleh Revolusi Politik dan Revolusi Industri yang mengubah
tatanan kehidupan sosial secara dramatis. Minat kaum intelektual untuk mengetahui
perubahan sosial masyarakat saat itu menjadi poin penting dalam sejarah
perkembangan sosiologi. Salah satu tokoh berpengaruh dalam sosiologi adalah
intelektual Inggris Karl Marx. Marx tidak pernah mengklaim dirinya secara spesifik
sebagai sosiolog. Ia studi dampak politik ekonomi dari perubahan sosial di Eropa.
Teorinya tentang perjuangan kelas memengaruhi perkembangan teori sosiologi bahkan
sampai hari ini. Teori-teori Marx melahirkan aliran Marxisme dalam sosiologi.
Perubahan sosial, dengan demikian menjadi faktor utama kelahiran sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan modern.
Sejarah perkembangan sosiologi abad 20

Memasuki abad 20, terjadi ’migrasi tradisi ilmiah’ sosiologi dari Eropa Barat ke Amerika
Serikat. Sosiologi pada abad 20 berkembang pesat di Amerika Serikat. Perlu
diperhatikan pula konteks Amerika Serikat pada abad awal 20. Saat itu, industrialisasi
dan urbanisasi terjadi secara besar-besaran di perkotaan di Amerika Serikat. Akibat dari
industrialisasi ini adalah perubahan sosial dengan ekskalasi yang besar. Masyarakat
desa dan kota terlihat mencolok perbedaannya. Kondisi demikian memantik kaum
intelektual Amerika untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang timbul akibat perubahan
sosial. Sosiologi menjadi salah satu studi ilmu sosial yang paling diminati.

Sejarah perkembangan sosiologi di Amerika Serikat pada periode sebelum Perang


Dunia pertama sampai dengan kisaran 1930an didominasi oleh aliran Chicago School
dengan tokoh utamanya Albion W. Small, yang sekaligus menjadi inisiator jurnal
sosiologi paling prestisius di dunia sampai saat ini, American Journal of Sociology.
Pada fase berikutnya, perkembangan Chicago School melahirkan tokoh besar Pitrim
Sorokin yang banyak berkontribusi memperluas aspek metodologi sosiologi. Sejumlah
ahli sosiologi pasca Ward muncul di Amerika Serikat, antara lain: W. I. Thomas, Robert
E. Park, Charles Horton Cooley, George Herbert Mead, Jane Addams, Charlotte
Perkins Gilman, Anna Julia Cooper, Marianne Webber, Beatrice Potter Webb, dan W.
E. B. du Bois.

Perlu ditegaskan pula di sini, migrasi tradisi ilmiah sosiologi ke Amerika Serikat tidak
lantas membuat sejarah perkembangan sosiologi di Eropa Barat berhenti. Intelektual
Jerman Max Weber mengkritik metode ilmiah sosiologi yang muncul pada abad 19.
Weber berpendapat, metode ilmu alam tidak relevan diterapkan pada ilmu sosial. Ilmu
sosial menjadikan manusia sebagai subjeknya, sehingga terkandung unsur subjektivitas
dalam ilmu sosial. Hal ini berbeda dengan ilmu alam yang mengedepankan unsur
objektivitas. Weber mengusulkan, alih-alih menjadikan masyarakat sebagai objek
penelitian, sosiologi seharusnya meneliti tindakan-tindakan sosial yang bersifat
subjektif.
Secara kontras, unsur objektivitas sosiologi justru berkembang di Amerika Serikat
melalui karya tokoh besar Talcott Parsons. Pada 1937 Parsons menerbitkan buku ”The
Structure of Social Action” yang secara signifikan berpengaruh pada perkembangan
teori sosiologi. Parsons banyak dipengaruhi oleh Dukheim dan Weber, tanpa menaruh
perhatian sama sekali pada Marx. Interpretasinya terhadap masyarakat Amerika Serikat
mempengaruhi perkembangan teori sosiologi Amerika beberapa tahun kemudian.
Implikasinya, teori Marxisme terkekslusi dari legitimasi ilmiah sosiologi Amerika.
Parsons banyak mengelaborasikan teori fungsionalisme struktural dalam menganalisis
sistem sosial. Sosiologi yang berkembang di Amerika pada periode Parsonian adalah
sosiologi makro.

Perdebatan antara objektivitas-subjektivitas, agensi-struktur, dan mikro-makro dalam


sosiologi berlangsung sejak abad 20 sampai hari ini. Sejumlah aliran pemikiran ekstrem
yang condong pada subjektivitas mengkritik keras sosiologi pada awal berdirinya.
Sosiologi positivistik yang dicetus oleh Comte belakangan mulai ditinggalkan. Salah
satu aliran pemikiran paling keras yang mengkritik sosiologi Comte adalah The
Frankfurt School, yang terdiri dari intelektual kritis dari Jerman. The Frankfurt School
menapaki periode popularitasnya pada pertengahan abad 20. Kritik paling pedas yang
dilontarkan adalah sosiologi positivistik tidak berkontribusi apa-apa pada sejarah
manusia karena mengabaikan aspek transformatif dan emansipatoris yang seharusnya
menjadi agenda sosiologi. Ilmu sosial tidak bisa netral, melainkan harus berpihak cita-
cita transformasi sosial.

Sejarah perkembangan sosiologi era kontemporer

Menjelang abad 21, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern mendapat serangan
bertubi-tubi dari aliran-aliran sosiologi yang menyandang label post-, seperti
postmodernisme, poststrukturalisme, postpositivisme, postkolonialisme, dan lain
sebagainya. Memasuki abad 21, sejarah perkembangan sosiologi menuju variasi aliran
pemikiran dan disiplin yang semakin banyak. George Ritzer telah memformulasikan
sebelumnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berparadigma multiple. Artinya,
cara pandang sosiologi tidak tunggal sehingga sosiologi secara historis adalah ilmu
pengetahuan yang luas cakupannya. Abad millenium menandai sosiologi sebagai ilmu
yang sangat cair dan luas. Objek kajian tidak sebatas pada perubahan struktur sosial
dalam konteks industrialisasi, urbanisasi, perdesaan dan perkotaan, melainkan juga
sampai pada aspek dinamika masyarakat yang sifatnya kekinian. Seperti misalnya,
sosiologi pada masyarakat informasi. Sosiologi abad 21 adalah sosiologi kontemporer.

Indikasi semakin meluasnya ruang lingkup sosiologi bisa dilihat dari berkembang
biaknya subdisiplin yang menjadi cabang sosiologi. Beberapa diantaranya yang bisa
disebutkan adalah Sosiologi Digital, Sosiologi Turisme, Sosiologi Pemuda, Sosiologi
Kesehatan, Sosiologi Olah Raga, Sosiologi Sastra, Sosiologi Hukum, Sosiologi
Ekonomi, Sosiologi Gender, dan Sosiologi kontemporer lainnya. Kecenderungan lain
yang bisa diidentifikasi adalah semakin menjauhnya sosiologi dari tradisi positivisme.
Sejarah perkembangan sosiologi di era kontemporer cenderung menolak relevansi
hukum-hukum alam pada ilmu sosial. Saat ini, fakultas-fakultas ilmu sosial di seluruh
dunia mulai mengajarkan sosiologi terlepas dari bapak pendirinya. Tak heran, tokoh-
tokoh seperti Michel Foucault, Pierre Bourdieu dan Slavoj Zizek lebih diminati
ketimbang Auguste Comte dan Emile Durkheim yang memang makin usang.

Anda mungkin juga menyukai