Anda di halaman 1dari 4

A.

CONTOH PROFESIONALISME FARMASIS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. FARMASI DI APOTIK
Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan
keluarga nya dengan sepenuhhati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan
masalah terapi obat pasien.

Tujuan
a. Tercipta komunikasi yang efetif dan etis dengan pasien dan atau keluarganya
sehingga tujuan terapi dapat tercapai.
b. Terhindar dari kesalahpahaman komunikasi yang berakibat pada tidak tercapai
nya tujuan terapi dan ketidakpuasan konsumen serta turunnya citra profesi.

Ruang lingkup
Ruang lingkup kompetensi ini meliputi komunikasi dialogis yang digunakan oleh
farmasis kepada pasien dan keluarganya dengan dasar saling percaya, saling mengha
rgai, jujur dan otentik untuk mencapai tujuan terapi pasien.

Kegiatan
a. Merancang, melengkapi, mengumpulkan dan menganalisa informasi pasien
yang re levan dengan penyakit dan tujuan pengobatan untuk mencapai
keluaran terapi yang optimal
b. Menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi kepada pasien dan/atau keluarga
nya secara jelas dan mudah dipahami sesuai keadaan tingkat pemahaman
pasien dan atau keluarganya
c. Memilih metode dan media komunikasi yang mendukung pemahaman pasien
dan ke luarganya
d. Memotivasi pasien dan keluarganya agar berpartipasi aktif dalam rangka pen
capaian tujuan terapi dengan mengungkapkan kebenaran dan kelengkapan in
formasi serta agar pasien mematuhi rencana pengobatan
e. Memberi kesempatan pasien dan atau keluarganya untuk menyampaikan
keluhan yang dialami berkaitan dengan penggunaan obat
f. Memberikan solusi sesuai norma, etika, keilmuan dan tata hubungan antar pro
fesi
g. Memastikan pemahaman pasien dan atau keluarganya atas informasi yang telah
diberikan, bila perlu informasi disampaikan dalam bentuk peragaan/gambar
h. Mencatat dan mendokumentasikan hasil komunikasi
i. Menghormati keputusan pasien dan keluarganya jika ternyata bertentangan
dengan anjuran yang telah diberikan.

2. HUBUNGAN FARMASIS DENGAN DOKTER


Untuk menjalin suatu hubungan antar professional farmasis dengan dokter
supaya terjalin komunikasi yang baik, seorang farmasis (Apoteker dan Asisten
Apoteker) harus mengetahui lebih dahulu apa yang menjadi tanggung jawab
seorang farmasis dalam pelayanan kefarmasian. Yang biasa dapat dijumpai di
Apotek, Rumah sakit, Poliklinik, Puskesmas dan masih banyak lainnya. Adanya
pemahaman yang baik antar kedua profesi ini, akan sangat memudahkan farmasis
dan dokter berkomunikasi. Dokter juga harus selalu bersikap ramah namun tetap
bertanggung jawab dan memperhatikan aspek medikolegal dalam menjalankan
hubungan kerja professional dengan profesi lain. Dokter wajib memahami semua
peraturan perundangan yg berlaku di bidang kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan praktik kedokteran.
Dalam hubungan antar farmasis dan dokter, biasanya seorang dokter selalu
bertanya atau berkomunikasi dengan farmasis di depo farmasi mengenai info obat
yang tersedia di tempat mereka bekerja. Begitu juga dengan farmasis, mereka
harus selalu memberitahu informasi terbaru mengenai obat di depo farmasi. Jika
dokter lupa memberikan aturan pakai dalam resep obat yang akan di tebus di depo
farmasi, biasanya farmasis akan langsung keruangan dokter untuk bertanya tentang
kelengkapan resep tersebut.
Kita sebagai farmasis juga dapat selalu sharing mengenai fungsi berbagai
macam obat kepada dokter, agar sebagai farmasis kita tahu dan dapat menjelaskan
fungsi obat tersebut kepada pasiennya dan untuk pemilihan obat yang tepat. Akan
tetapi apoteker atau farmasis tidak diizinkan untuk mengganti obat generic dengan
obat paten tanpa sepengetahuan dokter. Dan apabila farmasis menganggap bahwa
dalam resep ada kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, farmasis harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep.
3. HUBUNGAN FARMASIS DENGAN PERAWAT
Hubungan antar farmasis dengan perawat tidak jauh beda dengan hubungan
dokter dan farmasis. Hanya bedanya seorang perawat akan lebih banyak
bertanggung jawab terhadap pasien yang dirawatnya dalam memberikan obat.
Selain itu perawat juga harus banyak berkomunikasi dengan farmasis dalam
pemberian dan pendistribusian obat terhadap pasiennya. Perawat juga wajib
menegur farmasis bila terjadi kesalahan dalam pemberian obat dan memastikan
terlebih dahulu dosis yang akan diberikan ke pasien. Terkadang perawat hanya
memberikan resep yang diberikan kepada dokter untuk di tebus di depo farmasi
untuk pasien rawat inap.

4. HUBUNGAN FARMASIS DENGAN FARMASIS


Hubungan farmasis dengan farmasis adalah termasuk kedalam hubungan antar
professional yang terjalin didalam suatu ruang lingkup yang sama dan di dalam satu
tempat. Hubungan ini biasa terjadi antara apoteker dengan apoteker atau apoteker
dengan asisten apoteker. Namun biasanya seorang apoteker hanya dapat
menaungi satu apotik saja dan terdiri dari beberapa orang asisten apoteker. Dalam
hal inilah terjadi suatu hubungan komunikasi antar profesi.
Biasanya dalam suatu depo farmasi atau apotik, pasien jika ingin bertanya
mengenai fungsi atau aturan pakai obat biasa memanggil apoteker, karena
apotekerlah yang biasa memberikan informasi penggunaan obat secara normative
kepada pasien dari pada asisten apotekernya. Sebenarnya asisten apoteker juga
dapat memberikan informasi obat jika mereka aktif bertanya kepada apoteker
mengenai penggunaan obat dan paham betul fungsi obat tersebut.
Apoteker akan bisa saling mempercayai asisten apoteker dalam memberikan
pelayanan karena mereka sendiri yang telah membantu dan mengawaasi para
asisten apoteker dalam bekerja. Selain itu para asisten apoteker harus aktif kepada
apoteker, karena apoteker sangat memerlukan informasi yang independen,
komprehensif dan mutakhir tentang pelayanan kefarmasian. Kadang-kadang para
farmasis selalu bertukar pikiran mengenai materi promosi obat serta penyebaran
informasi yang telah dievaluasi bersama.
B. UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME FARMASIS:
seorang yang profesional adalah seseorang yang menjalankan profesinya secara
benar dan melakukannya menurut etika dan garis-garis profesionalisme yang berlaku
pada profesinya tersebut.
Untuk menjadi seorang profesional, seseorang yang melakukan pekerjaan
dituntut untuk memiliki beberapa sifat sebagai berikut :
1. Memiliki komitmen tinggi
Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat dalam menjalankan
profesinya.
2. Tanggung jawab
Seorang profesional juga haruss bertanggung jawab penuh terhadap profesinya.
3. Berpikir sistematis
Seorang profesinal harus berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalamannya.
4. Penguasaan materi
Seorang profesional harus menguasai secara mendalam, bahan dan materi yang
berhubungan dengan profesinya.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional
Seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan
profesinya. Titik penekanan dalam profesionalisme adalah penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Kata
isme dalam profesionalisme berarti paham. Ini berarti pula bahwa nilai-nilai
profesional harus menjadi bagian dari jiwa seseorang yang mengemban sebuah
profesi.

Anda mungkin juga menyukai