Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan
Keperawatan Anak Dengan Orang Tua HIV. Makalah ini disusun secara sederhana sehingga dapat
memudahkan mahasiswa dan pembaca dalam mempelajari materi yang kami sampaikan.
Pada kesempatan kali ini saya sampaikan terima kasih kepada ibu Puji Purwaningsih,
S.Kep., Ns selaku dosen Keperawatan Anak, yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya, saya menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna dan masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat
bagi teman-teman mahasiswa dan pembaca di kalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai
acuan dengan penyusunan makalah yang lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency
Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa homoseksual,
sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit
yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari
8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV
dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada tahun
1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin
meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur
kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini
merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai
tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa
maupun pada anak – anak tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih dan
14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap tahun juga
diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah
15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang
atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi
HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak dibawah 15 tahun.
(WHO 1999)

B. TUJUAN
1. Mengetahui dan mempelajari tentang AIDS
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang bisa diberikan pada anak yang menderita AIDS.

BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
1. Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan
atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan tertentu yang
timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan
HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah
putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut
dengan T4 atau sel T penolong. ( T helper ), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok
retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak
materi genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan melalui proses ini
HIV dapat mematikan sel - sel T4. ( DEPKES: 1997 )
2. AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV,
yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai
kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual, penyalahgunaan obat intra
vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dan individu
yang terinfeksi virus tersebut. ( DORLAN 2002 )
3. AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam respon
imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)

B. ETIOLOGI
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:

 Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi


 Pemakaian obat oleh ibunya
 Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
 Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi

( DEPKES 1997 )

C. PATOFISIOLOGI
Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber kekebalan
tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 , virus memaksa
limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun, sehingga menyebabkan
tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal ini
menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV / AIDS. Selain menyerang limfosit T4,
virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain, organ yang sering terkena adalah otak dan susunan
saraf lainnya. AIDS diliputi oleh selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel,
khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian
sel otak. Masa inkubasi dan virus ini berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang
mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang dari 11 tahun. (DEPKES 1997)

PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS


Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika antibodi
terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga
HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan ( window period )
2. Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan adaptasi
berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent generalized
lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit infeksi
sekunder
CARA PENULARAN
HIV menular dengan beberapa cara yaitu :
1. Hubungan seksual dengan penderita AIDS
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita HIV. Air mani,
cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga HIV yang ada dalam cairan
tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga melalui lesi mikro pada di dinding alat
tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar
keseluruh tubuh
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau mani yang
terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.
4. Alat-alat untuk menoreh kulit
Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.
5. Menggunakan jarum suntik yang bergantian
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit HIV.

D. Manifestasi Klinis
Gejala mayor :

 Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan


 Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
 Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala utama ).

Gejala minor

 Batuk kronis selama 1 bulan


 Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
 Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
 Munculnya herpes zosters berulang
 Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh

PENATALAKSANAAN MEDIS
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti, nosokomial, atau
sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah: didanosina, ribavirin,
diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi
HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah perilaku
resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat
dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari
sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan
untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS
dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal sekitar
usia 9 –17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :

 Demam dan diare yang berkepanjangan


 Tachipnae
 Batuk
 Sesak nafas
 Hipoksia

Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :

 Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik


 Diare lebih dan satu bulan
 Demam lebih dan satu bulan
 Mulut dan faring dijumpai bercak putih
 Limfadenopati yang menyeluruh
 Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
 Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
 Dermatitis yang mnyeluruh

Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang terinfeksi HIV /
AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat
dimungkinkan :

 Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
 Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
 Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan
 Adanya penularan pada proses melahirkan
 Terjadinya kontak darah dan bayi.
 Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
 Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :

 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual


 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
 Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
 Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang
 Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril
 Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan

Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :

 Gagal tumbuh
 Berat badan menurun
 Anemia
 Panas berulang
 Limpadenopati
 Hepatosplenomegali
 Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur atau
protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas selular seperti adanya
kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru,
encelofati dll

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Mata
 Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
 Retinitis sitomegalovirus
 Khoroiditis toksoplasma
 Perivaskulitis pada retina
 Infeksi pada tepi kelopak mata.
 Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
 Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple
2. Pemeriksaan Mulut
 Adanya stomatitis gangrenosa
 Peridontitis
 Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru dan sering
pada platum (Bates Barbara 1998 )
3. Pemeriksaan Telinga
 Adanya otitis media
 Adanya nyeri
 Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
 Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
 Sesak nafas
 Tachipnea
 Hipoksia
 Nyeri dada
 Nafas pendek waktu istirahat
 Gagal nafas
5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
 Berat badan menurun
 Anoreksia
 Nyeri pada saat menelan
 Kesulitan menelan
 Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
 Faringitis
 Kandidiasis esofagus
 Kandidiasis mulut
 Selaput lendir kering
 Hepatomegali
 Mual dan muntah
 Kolitis akibat dan diare kronis
 Pembesaran limfa
6. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
 Suhu tubuh meningkat
 Nadi cepat, tekanan darah meningkat
 Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV
7. Pemeriksaan Sistem Integumen
 Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
 Haemorargie
 Herpes zoster
 Nyeri panas serta malaise
 Aczematoid gingrenosum
 Skabies
8. Pemeriksaan sistem perkemihan
 Didapatkan air seni yang berkurang
 Annuria
 Proteinuria
 Adanya pembesaran kelenjar parotis
 Limfadenopati
9. Pemeriksaan Sistem Neurologi
 Adanya sakit kepala
 Somnolen
 Sukar berkonsentrasi
 Perubahan perilaku
 Nyeri otot
 Kejang-kejang
 Encelopati
 Gangguan psikomotor
 Penururnan kesadaran
 Delirium
 Meningitis
 Keterlambatan perkembangan
10. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
 Nyeri persendian
 Letih, gangguan gerak
 Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan adanya anemia,
leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal
1000-2000 permikrositer., tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau
tidak, atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks, Agglutination,dan
western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang terinfeksi HIV atau tidak, apabila
dikatakan positif harus dibuktikan dengan tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24 ( dengan polymerase
chain reaction - PCR ). Kulit dideteksi dengan tes antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir
dengan ibu terjangkit HIV ).

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS antara
lain :
1. Resiko infeksi
2. Kurang nutrisi
3. Kurangnya volume cairan
4. Gangguan intregitas kulit
5. Perubahan atau gangguan membran mukosa
6. Ketidakefektifan koping keluarga
7. Kurangnya pengetahuan keluarga

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Resiko infeksi
Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan adanya penurunan
daya tahan tubuh sekunder AIDS.
o Tujuan :
Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak
o Rencana tindakan keperawatan
1. Kaji perubahan tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, peningkatan kecepatan nafas,
kelemahan tubuh atau letargi )
2. Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status nutrisi, penyakit kronis lain
3. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan indikator terjadinya infeksi
4. Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor terjadinya neutropenia
5. Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara umum ( universal
), untuk menyiapkan keluarga dan pengunjung memutus rantai penularan
6. Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
memasuki ruangan pasien
7. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik, anyiviral, antijamur,
8. Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal precaution
2. Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )
Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare, nyeri
o Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi
o Rencana tindakan keperawatan :
1. Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari
2. Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Rencanakan makanan enternal dan parenteral
3. Kurangnya Volume Cairan
Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya infeksi oportunitis saluran
pencernaan ( diare )
o Tujuan :
Volume cairan tubuh dapat terpenuhi
o Kriteria hasil :
a. Asupan dan keluaran seimbang
b. Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
c. Nadi perifer teraba
d. Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3 detik
e. Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam
o Rencana tindakan keperawatan
1. Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi
2. Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja
3. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
4. Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4 jam
5. Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
4. Gangguan intregitas kulit
Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan ( kontak yang berulang
dengan feces yang bersifat asam )
o Tujuan :
Tidak terjadi gangguan intregitas kulit
o Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih
o Rencana tindakan keperawatan :
1. Ganti popok dan celana anak apabila basah
2. Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar
3. Gunakan salep atau lotion
5. Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut
Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa membran dampak dari jamur
dan infeksi herpes
o Tujuan :
Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
o Kriteria hasil
a mukosa mulut lembab
b tidak ada lesi
c kebersihan mulut cukup
d anak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut
o Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kaji membran mukosa
2. Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter
3. Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam
4. Gunakan sikat gigi yang lembut
5. Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut
6. Kolaborasi pemberian obat profilaksis ( ketokonazol, flukonazol ) selama pengobatan
7. Gunakan antiseptik oral
8. Check up gigi secara teratur
6. Ketidakefektifan Koping Keluarga
Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit menahun dan progresif
o Tujuan :
Koping keluarga efektif
o Kriteria hasil :
a Orang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut
b Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat
c Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis kekuatan diri dan dukungan sosial
o Rencana tindakan keperawatan
1. Konseling keluarga
2. Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah, dan kehilangan
3. Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme koping dengan
mengidentifikasi dukungan sosial
4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
5. Monitor interaksi orang tua dan anak
6. Monitor tingkah laku orang
7. Kurang pengetahuan
Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan perawatan anak yang kompleks
dirumah
o Tujuan :
Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit, penularan, pencegahan dan
perawatan
o Kriteria hasil :
a Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism, proses penyakit dan kebutuhan
home care
b Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis obat
c Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi anak dan mengetahui
bagaimana HIV menular
o Rencana Tindakan keperawatan
1. Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan home care
2. Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis
3. Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus
4. Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya
5. Anjurkan cara hidup normal pada anak

Komplikasi HIV AIDS


Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
1. Pneumonia pneumocystis (PCP)
2. Tuberculosis (TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6. Leukoensefalopati multifocal prigesif
7. Sarcoma Kaposi
8. Kanker getah bening
9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

Pencegahan HIV AIDS


Ada beberapa poin penting untuk pencegahan penyebaran dan penularan HIV/AIDS tersebut,
diantaranya yaitu:
1. Pencegahan yang utama adalah melalui pendidikan Agama dan pendidikan seks yang benar.
2. Menghindari perilaku seks bebas dan penyimpangan seksual
3. Tidak mengkonsumsi narkoba
4. penggunaan jarum suntik yang steril
5. pemantauan kaum lelaki di lingkungan kerja serta perlindungan terhadap perempuan dan remaja
putri
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah
penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada
seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-
seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS,
ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media
elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan
virus AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Irhezt. 2010. “Makalah HIV/AIDS”. Online


(http://id.wordpress.com/?ref=foocter.blog) Diakses 11 Juni 2014
Lushi Rosmayanti. 2012. “Makalah HIV/AIDS”. Online.
(http://lushirosmayanti.blogspot.com/2012/11/makalah-hiv-aids-html) Diakses 11 Juni 2014.
Ari Saputra. 2013. “Contoh Makalah Tentang HIV AIDS bagi murid SMA”. Online.
(http://arisaputra18.blogspot.com/2013/08/contoh-makalah-tentang-hivaids-bagi.html) Diakses
11 Juni 2014.
Blogger. 2013. “Contoh Makalah Tentang HIV AIDS Terbaru”.
Online. (http://artikelunikl.blogspot.com/2013/07/contoh-makalah-tentang-hiv-aids-
terbaru.html) Diakses 11 Juni 2014
Feri Pricopandi. 2014. “Makalah HIV AIDS”. Online.
(http://independent.academi/edu/feripricopandi) Diakses 11 Juni 2014
Hulwaanah Kalhuriyyah. 2013. “Askep HIV AIDS”. Online
(http://shiniciranmowi.blogspot.com) Diakses 11 Juni 2014
Ismail Boy .2013. “Makalah HIV/AIDS”. Online
(http://ismailboy23.wordpres.com.2013/10/27/makalah-hivaids) Diakses 11 Juni 2014

Mansjoer. dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 . FK UI : Jakarta


Munijaya, Gdde. 1999 . AIDS di Indonesia . Jakarta : EGC
http://childrenhivaids.wordpress.com/
http://www.who.int/hiv/paediatric/en/index.html.
Sudoyo, W.A 2006 . Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
World Health Organization. Paediatric HIV and treadment of cildren living with
HIV.
www.google/AIDSpadaanak.com
www.google/asuhankeperawatananakdenganAIDS.com
Sebagian besar anak di bawah usia sepuluh tahun yang terinfeksi HIV tertular dari ibunya. Penularan
dapat terjadi dalam kandungan, waktu melahirkan atau melalui menyusui. Belum pernah dilaporkan
kasus anak yang terinfeksi akibat kegiatan sehari-hari di rumah, walaupun ibu atau anggota keluarga lain
terinfeksi HIV. Sebaliknya, HIV tidak dapat menular melalui hubungan langsung dengan anak. Misalnya
memeluk, mencium, memandikan, mengganti popok, atau waktu bermain. Sebagian besar anak yang
terinfeksi HIV di negara berkembang didiagnosis berdasarkan gejala penyakit terkait HIV, diikuti oleh tes
HIV dengan hasilnya positif. Diagnosis HIV pada anak hampir pasti berarti bahwa ibunya dan mungkin
pasangan ibu juga terinfeksi HIV. Jadi keluarga membutuhkan banyak dukungan setelah diagnosis HIV
pada anaknya. Lagi pula, sebelum anak dites HIV, sedikitnya ibunya harus diberi konseling prates dan
memberi persetujuan agar anak dites.

Anak tersebut cenderung mengembangkan bukti kerusakan berat pada sistem kekebalan tubuh pada
usia 7-8 tahun. Kehilangan sel CD4 akan berlanjut berangsur-angsur. Gejala dapat mencakup
limfadenopati dan penyakit masa kanak-kanak yang kambuhan. dengan fungsi kekebalan tubuh yang
tidak terlalu parah mempunyai harapan hidup yang lebih baik. anak HIV akan tetap sehat dgn
sedikit/tanpa gejala penyakit HIV, jumlah CD4 yg normal atau sedikit ditekan sampai dengan usia
sembilan tahun.
patwey

Anda mungkin juga menyukai