Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No.

2, Februari 2015 : 23-28

ANALISIS SIFAT FISIKA TANAH GAMBUT PADA HUTAN GAMBUT


DI KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

Analysis of Soil Physical Peat Land in Peat Forests in Tambang Sub-District,


Kampar District, Riau Province

SUSANDI1, OKSANA2, DAN AHMAD TAUFIQ ARMINUDIN2

1 Mahasiswa Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau
2 Dosen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau
JL. H.R. Soberantas Km 16 Pekanbaru PO Box 1004, Pekanbaru 28293 Telp.: +62-761-562052,
e-mail : oksana_ry@yahoo.co.id

ABSTRACT

The research was conducted on January to April 2013 in the secondary forest Kualu Nenas Village,
Tambang District, Kampar Regency, Riau Province. This study was done by observation and survey
on 0-50 cm, 50-100 cm, and 100-150 cm of land depth to analysis peat thickness, depth of water
table, the colour of peat, peat maturity, bulk dencity, and water content. Results showed that the peat
was have more than 6 m depth. Thickness of water table average was 30.75 cm, soil colour black
ground colour reddish, very dull red, and dark brown. The decomposition degree of peat on 0-50 cm
and, 50-100 cm were hemik (fiber content 41% and 61%), whereas 100-150 cm was fibric (fiber
content 70.25%). Bulk dencity of 0-50 cm, 50-100 cm and 100-150 cm depth were 0.15 gr/cm3, 0.125
gr/cm3, and 0.105 gr/cm3. Water content of 0-50 cm, 50-100 cm, and 100-150 depth were 541.82%,
719.41%, and 888.30%.

Keywords: Peat land, soil physical, secondary forests.

PENDAHULUAN tinggi, serta kurangnya unsur hara, maka


proses dekomposisi berlangsung lambat
Hutan dan vegetasinya memiliki (Utomo, 2008). Menurut Agus et al. (2011),
peranan penting dalam pembentukan dan hutan gambut yang masih alami berperan
pemantapan agregat tanah. Vegetasinya sebagai penyerap gas CO2 dan menyimpan
berperan sebagai pemantap agregat tanah cadangan air. Tanah gambut memiliki
karena akar-akarnya dapat mengikat partikel- cadangan karbon dalam tanah sebesar 300-
partikel tanah dan juga mampu menahan daya 700 t/ha.
tumbuk butir-butir air hujan secara langsung ke Indonesia memiliki areal gambut
permukaan tanah sehingga penghancuran terluas di zona tropis, diperkirakan mencapai
tanah dapat dicegah. Selain itu seresah yang 21 juta ha, mempresentasekan 70% areal
berasal dari daun-daunnya dapat gambut di Asia Tenggara dan 50% dari lahan
meningkatkan kandungan bahan organik gambut tropis di dunia (Wibowo, 2009). Lahan
tanah. Hal inilah yang dapat mengakibatkan gambut Indonesia terpusat di tiga pulau besar
perbaikan terhadap sifat fisik tanah, yaitu yaitu Sumatra (35%), Kalimantan (32%),
pembentukan struktur tanah yang baik maupun Papua (30%), dan pulau lainnya (3%) dengan
peningkatan porositas yang dapat total luas 21 juta ha (Wahyunto & Heryanto,
meningkatkan perkolasi sehingga memperkecil 2005). Menurut Wahyunto dan Subiksa (2011),
erosi tanah (Arifin, 2010). lahan gambut di Indonesia tersebar mulai dari
Hutan gambut adalah jenis hutan yang daerah dataran rendah hingga daerah dataran
tumbuh pada suatu lapisan tebal dari bahan tinggi.
organik dengan tebal ± 50 cm. Lapisan bahan Pemanfaatan lahan gambut mendapat
organik ini terdiri atas tumbukan tumbuhan perhatian besar, terutama untuk budidaya
yang telah mati seperti dedaunan, akar-akar, tanaman perkebunan. Selain itu lahan gambut
ranting, bahkan batang pohon lengkap, yang juga berpotensi besar untuk budidaya tanaman
terakumulasi selama ribuan tahun. Lapisan pangan (Utama&Haryoko, 2009). Sedangkan
gambut terbentuk karena tumbuhan yang mati menurut Sagiman (2007) pengembangan
dalam keadaan normal dengan cepat lahan gambut untuk pertanian tidak hanya
mengalami penguraian oleh bakteri dan ditentukan oleh sifat-sifat fisika maupun kimia
organisme lainnya. Namun karena sifat tanah gambut, namun dipengaruhi pula oleh
gambut yang anaerob dan memiliki keasaman manajemen usaha tani yang akan diterapkan.

23
Analisis Sifat Fisika Tanah Gambut Pada Hutan Gambut (Susandi, et al.)

Sifat fisika tanah merupakan kunci HASIL DAN PEMBAHASAN


penentu kualitas suatu lahan dan lingkungan.
Lahan dengan sifat fisika yang baik akan Hutan gambut sekunder adalah hutan
memberikan kualitas lingkungan yang baik gambut yang telah mengalami penebangan
juga. Sifat fisika tanah diambil sebagai atau hutan bekas tebang sehingga potensinya
pertimbangan pertama dalam menetapkan menurun dan telah menunjukan adanya
suatu lahan untuk pertanian (Yulnafatmawati et perbedaan dengan jenis alami hutan
al., 2007). Sedangkan menurut Wasis (2005) sebelumnya. Hutan gambut sekunder yang
sifat fisika tanah merupakan komponen yang telah mengalami tekanan yang lebih lanjut
sangat penting dalam penyediaan sarana potensi vegetasinya sangat sedikit
tumbuh tanaman dan mempengaruhi (Rochamayanto et al., 2010). Lokasi penelitian
kesuburan tanah yang pada akhirnya akan merupakan lahan gambut yang pernah
menunjang pertumbuhan, bahkan lebih penting mengalami kebakaran dan telah memiliki
pengaruhnya dibandingkan dengan sifat kimia saluran drainase bagian depan (timur) dengan
maupun biologi tanah. Sifat fisika tanah ukuran lebar dan kedalaman 2 m. Selain itu
gambut merupakan bagian dari morfologi pada bagian belakang (barat) dengan lebar 3
tanah yang penting peranannya dalam m dan kedalaman 2,5 m. Pada hutan gambut
penyediaan sarana tumbuh tanaman (Suswati sekunder ditumbuhi vegetasi jenis pohon
et al., 2011). antara lain tenggek burung (Eudodia redleyi),
Hutan sekunder yang berada di desa mahang (Macarana inflolucrata), pulai
Kualu Nenas Kecamata Tambang Kabupaten (Alstonia sp), pada semak belukar didominasi
Kampar Provinsi Riau merupakan bagian dari paku-pakuan (Pteridophyta), sedangkan
kebun percobaan Fakultas Pertanian dan tanaman rendah ditumbuhi jenis kantong
Peternakan UIN Syarif Kasim Riau. Kondisi semar (Nepenthes sp) dan tanaman jenis
yang belum pernah diolah sebagai lahan anggrek (Dendrobium sp).
pertanian. Oleh karena itu diperlukan kajian
untuk mengetahui status kesuburan tanah 1. Ketebalan Gambut
tersebut. Berdasarkan keterangan di atas, Lokasi penelitian memiliki ketebalan
maka penulis tertarik melakukan penelitian gambut > 6 m (Tabel 1). Ini merupakan
dengan judul “ Analisis Sifat Fisika Tanah golongan gambut sangat dalam sehingga pada
Gambut Pada Hutan Sekunder di Kecamatan lahan gambut yang memiliki kedalaman
Tambang Kabupaten Kampar Provinsi Riau”. gambut sedemikian rupa tidak cocok untuk
dikonversi menjadi lahan pertanian, baik itu
BAHAN DAN METODE tanaman tahunan maupun tanaman lainnya
karena gambut ini tergolong tidak sesuai
Penelitian ini telah dilaksanakan pada permanen (kelas N). Gambut dengan
bulan Januari sampai April 2013. Lokasi ketebalan > 3 m diperuntukan sebagai
penelitian terletak di Desa Kualu Kualu Nenas kawasan konservasi sesuai dengan keputusan
(101º 14’-43,7” BT dan 00º 26’-14,6” LU), presiden No. 32/1990. Hal ini disebabkan oleh
Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, semakin tebal gambut, semakin penting pula
Provinsi Riau. Lokasi penelitian memiliki luas ± fungsinya dalam memberikan perlindungan
21 ha, dengan topografi datar dengan lereng terhadap lingkungan dan sebaliknya kondisi
0%, dan terletak pada ketinggian 4 m dpl. lingkungan lahan gambut tebal semakin rapuh
Pengambilan sampel dilakukan di hutan apabila dikonversi menjadi lahan pertanian.
gambut sekunder dengan menggunakan Pertanian di lahan gambut tebal lebih sulit
metode proposive random sampling terdiri dari pengelolaannya dan mahal biayanya karena
4 titik sampel dengan kedalaman 0-50 cm, 50- kesuburannya rendah dan daya dukung
100 cm, dan 100-150 cm. tanahnya rendah sehingga sulit dilalui
Metode analisis kedalaman muka air kendaraan pengangkutan sarana pertanian
tanah (cm) dan kedalaman gambut (cm) dan hasil panen (Agus & Subiksa, 2008).
dengan pengeboran langsung dilapangan. Semakin tebal lapisan gambut maka
Warna tanah gambut diamati dengan Munsel kesuburan tanahnya semakin menurun
Soil Chart, kematangan gambut dengan sehingga tanaman sulit mencapai lapisan
perbandingan jumlah serat, sedangkan bobot mineral yang berada di lapisan bawahnya. Hal
isi (gr/cm3) dan kadar air (%) menggunakan ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman
metode gravimetric. terganggu, serta mengakibatkan tanaman
mudah condong dan roboh khususnya pada
tanaman tahunan atau tanaman perkebunan
(Suswati et al., 2011)

24
Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 2, Februari 2015 : 23-28

Berdasarkan tingkat kesuburannya curah hujan. Ketinggian muka air tanah akan
lokasi penelitian tergolong gambut oligotropik mempengaruhi kematangan dan dekomposisi
atau gambut yang tidak subur dan terdiri dari tanah gambut. Sebagaimana disebutkan oleh
gambut ombrogen. Gambut oligotrofik adalah Las et al. (2008) bahwa pengaturan tata air
gambut yang mengandung sedikit mineral, makro maupun tata air mikro sangat
khususnya kalsium dan magnesium, serta mempengaruhi karakteristik lahan gambut.
bersifat asam atau sangat asam (pH <4,5), Tinggi muka air tanah akan mempengaruhi
termasuk gambut miskin hara dan umumnya dekomposisi gambut (subsiden) dan kering tak
mempunyai ketebalan > 2 m dan hanya balik (irreversibel drying).
mendapat sumbangan hara dari air hujan dan
perombakan bahan organik setempat 3. Warna Tanah
(Soekardi & Hidayat, 1998). Warna tanah gambut pada setiap titik
Citra lanskap yang mengukur pengamatan lapisan paling atas memiliki
berdasarkan rona penampakan pola sungai, warna lebih gelap dari pada lapisan bagian
elevasi, dan lereng maka lokasi penelitian bawahnya, yakni pada kedalaman 0-29 cm
merupakan kawasan lindung kubah gambut (titik 1), 0-22 cm (titik 2), 0-25 cm (titik 3), 0-26
(KLG). Kubah gambut adalah bagian dari cm (titik 4), dengan warna 10 R 2,5/1 atau
ekosistem gambut yang cembung dan memiliki hitam kemerahan (Tabel 2). Ini dikarenakan
elevasi lebih tinggi dari daerah sekitarnya, bagian atas gambut telah mengalami
yang berfungsi sebagai pengatur kebakaran. Sedangkan pada lapisan
keseimbangan air. Kubah gambut yang bawahnya tanah mengalami perubahan agak
terletak di sekitar titik tengah puncak kubah terang, pada kedalaman 29-64 cm (titik 1), 22-
gambut yang luasnya minimal 30% dari 51 cm (titik 2), 25-53 cm (titik 3), 26-60 cm (titik
seluruh areal kesatuan hidrologis gambut 4), dengan warna 10 R 2,5/2 atau merah
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup Riau, sangat kusam. Tetapi pada lapisan paling
2010). bawah, tanah mengalami perubahan menjadi
agak gelap, pada kedalama 64-119 cm (titik 1),
Tabel 1. Ketebalan dan Kedalaman Muka Air 51-110 cm (titik 2), 53-105 cm (titik 3), 60-100
Tanah Gambut cm (titik 4), dengan warna 5 YR 3/2 atau coklat
Kedalaman kemerahan gelap, dan pada lapisan lebih dari
Tit Ketebalan Gambut
Muka Air Tanah
No ik 1 meter tanah mengalami perubahan warna
(cm) Kategori (cm) Kategori
1 I > 600 Sangat dalam > 600 Sangat dalam
menjadi lebih gelap, pada kedalaman 119-150
2 II > 600 Sangat dalam > 600 Sangat dalam cm (titik 1), 110-150 cm (titik 2), 105-150 cm
3 III > 600 Sangat dalam > 600 Sangat dalam (titik 3), 100-150 cm (titik 4), dengan warna 10
4 IV > 600 Sangat dalam > 600 Sangat dalam YR 2/1 atau coklat kehitaman. Hal ini
dikarenakan pada lapisan paling bawah, tanah
Sumber: Hasil analisis di lapangan (2013).
masih memiliki kandungan bahan organik
sangat tinggi.
2. Kedalaman Muka Air Tanah
Kedalaman muka air tanah dari
Tabel 2. Warna Tanah Gambut
permukaan tanah memiliki kedalaman mulai Kedalaman Warna
No Titik Keterangan
dari 23 cm sampai 38 cm. Pada titik 1 memiliki (cm) Tanah
0-29 10 R 2,5/1 Hitam Kemerahan
kedalaman muka air tanah (38 cm), titik 2 (29
29-64 10 R 2,5/2 Merah Sangat Kusam
cm), titik 3 (23 cm), dan titik 4 (33 cm). 1 I
64-119 5 YR 3/2 Coklat kemerahan gelap
Penurunan muka air tanah terlihat pada titik 1 119-150 10 YR 2/1 Coklat kehitaman
(38 cm) dan titik 4 (33 cm), pada jarak 100-400 0-22 10 R 2,5/1 Hitam Kemerahan
22-51 10 R 2,5/2 Merah Sangat Kusam
m dan 400-100 m dari saluran drainase (Tabel 2 II
51-110 5 YR 3/2 Coklat kemerahan gelap
1). Dari hasil pengamatan di lapangan, 110-150 10 YR 2/1 Coklat kehitaman
diketahui bahwa muka air tanah semakin dekat 0-25 10 R 2,5/1 Hitam Kemerahan
25-53 10 R 2,5/2 Merah Sangat Kusam
dari saluran drainase, maka permukaan air 3 III
53-105 5 YR 3/2 Coklat kemerahan gelap
tanah akan semakin dalam. Hal ini disebabkan 105-150 10 YR 2/1 Coklat kehitaman
oleh pergerakan air tanah semakin tinggi, 0-26 10 R 2,5/1 Hitam Kemerahan
sehingga terjadi pengurangan kadar air tanah 26-60 10 R 2,5/2 Merah Sangat Kusam
4 IV
60-100 5 YR 3/2 Coklat kemerahan gelap
gambut akibat pengeringan, yang 100-150 10 YR 2/1 Coklat kehitaman
menyebabkan daya retensi air tanah
Sumber: Hasil analisis dilapangan (2013).
berkurang, pembuatan saluran drainase
sangat mempengaruhi penurunan muka air
Menurut Suswati et al. (2011), bahwa
tanah gambut (Azri, 1999).
perbedaan warna tanah pada umumnya
Kondisi muka air tanah gambut selain
disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan
dipengaruhi oleh pembukaan saluran drainase
organik, semakin tinggi bahan organik maka
juga dipengaruhi oleh factor iklim, terutama

25
Analisis Sifat Fisika Tanah Gambut Pada Hutan Gambut (Susandi, et al.)

warna tanah akan semakin gelap. gr/cm3 (titik 2), 0,11 gr/cm3 (titik 3), 0,13
Darmawijaya (1997) pada umumnya bahan gr/cm3 (titik 4) dengan nilai bobot isi rata-rata
organik memberi warna kelam pada tanah, 0,125 gr/cm3. Respon nilai bobot isi paling
artinya jika tanah asalnya berwarna kuning kecil terjadi pada kedalaman 100 - 150 cm
atau coklat muda, kandungan bahan organik yaitu sebesar 0,11 gr/cm3 (titik 1, 2, dan 4)
menyebabkan warna lebih cenderung kearah sedangkan 0,09 gr/cm3 (titik 3), dengan nilai
coklat kelam. Makin stabil bahan organik bobot isi rata-rata 0,105 gr/cm3. Hal tersebut
makin tua warnanya, sedangkan makin segar menunjukkan bahwa makin dalam lapisan
maka makin cerah warnanya. tanah maka nilai bobot isi menjadi semakin
rendah atau dengan kata lain kedalaman
4. KematanganGambut (Kadar Serat %) tanah yang lebih dalam menunjukkan kondisi
Kematangan gambut pada lahan hutan bobot isi yang cenderung lebih rendah (Noor
sekunder (titik I, II, II, dan IV) terdiri dari tingkat 2001). Proses dekomposisi yang terjadi pada
kematangan fibrik dan hemik. Gambut memiliki tiap kedalaman berbeda-beda. Nilai bobot isi
kematangan fibrik apabila V2/V1> 66%, hemik yang rendah diakibatkan oleh adanya rongga
apabila V2/V1 antara 33%-66%, dan saprik pada gambut yang dipengaruhi oleh adanya
apabila V2/V1<33%. Pada masing-masing akar-akar tumbuhan maupun dari kayu
kedalaman memiliki kadar serat yang berbeda pepohonan. Nilai bobot isi yang tinggi
pada setiap titiknya, tetapi pada kedalaman diakibatkan oleh terjadinya pemadatan dan
yang sama pada setiap titik yang berbeda pengaruh lapisan liat (Batubara, 2009).
memiliki kadar serat yang hampir sama dan Menurut Hardjowigeno (1989) nilai
memiliki kematangan gambut yang sama. bobot isi menunjukan tingkat kepadatan tanah,
Pada kedalaman 0-50 cm memiliki kadar serat semakin tinggi nilai bobot isi maka semakin
38 % - 44 % tergolong gambut hemik, pada padat suatu tanah dan sebaliknya. Sedangkan
kedalaman 50-100 cm memiliki kadar kadar menurut Subagyono et al. (1997) tanah
serat 59 % - 63 % tergolong gambut hemik, gambut memiliki bobot isi yang rendah antara
sedangkan pada kedalaman 100-150 cm 0,05-0,25 gr/cm3, semakin rendah nilai bobot
memiliki kadar serat 67 % - 74 % tergolong isi maka tingkat dekomposisinya semakin
gambut fibrik. Kandungan kadar serat pada lemah, atau kematangan gambutnya semakin
masing-masing titik dan kedalaman bisa dilihat rendah, karena masih banyak mengandung
pada Tabel 3. bahan organik. Sehingga daya tompang
Secara umum tingkat dekomposisi terhadap beban diatasnya seperti tanaman,
pada lapisan gambut pada lapisan atas dan di bangunan irigasi, jalan, dan mesin-mesin
atas muka air tanah lebih tinggi atau lebih pertanian adalah rendah. Sedangkan gambut
lanjut daripada lapisan gambut di bawah muka yang sudah direklamasi akan lebih padat
air tanah. Berdasarkan penilaian terhadap dengan bobot isi antara 0,1-0,4 gr/cm3.
perubahan kematangan gambut, maka secara Selanjutnya Noor (2001), menyatakan bahwa
ekologis yang menjadi faktor utama yang bobot isi gambut yang rendah mengakibatkan
mempengaruhi adalah tinggi muka air tanah daya dukung tanah rendah sehingga tanaman
(water level) (Suwondo et al., 2010). mengalami kendala dalam menjangkarkan
akarnya, akibatnya banyak tanaman tahunan
5. Bobot Isi (BD) yang tumbuh condong dan tumbang.
Nilai bobot isi pada masing-masing titik
pengamatan diukur disetiap kedalaman 50 cm. 6. Kadar Air
Pada kedalaman 0-50 cm memiliki bobot isi Tanah gambut mempunyai kapasitas
berkisar 0,16 gr/cm3 –0,14 gr/cm3. Pada mengikat atau memegang air yang relatif
kedalaman 50-100 cm memiliki bobot isi sangat tinggi atas dasar berat kering.
berkisar antara 0,14 gr/cm3 – 0,11 gr/cm3, dan Kapasitas mengikat air maksimum untuk
pada kedalaman 100-150 cm memiliki bobot isi gambut fibrik adalah 580-3000 %, untuk
berkisar antara 0,11 gr/cm3-0,09 gr/cm3 gambut hemik 450-850 % dan untuk gambut
(Tabel 3). Pada kedalaman yang berbeda saprik < 450 % (Tabel 3). Gambut akan
menghasilkan nilai bobot isi sangat bervariasi, berubah menjadi hidrofob (menolak air) kalau
disebabkan oleh perbedaan tingkat terlalu kering.
kematangan gambut, terjadinya pemadatan. Pada kedalaman 0-50 cm memiliki
Kedalaman 0-50 cm cenderung kadar air berkisar 442,80 % - 655,61 %. Pada
memberikan respon nilai bobot isi terbesar kedalaman 50-100 cm memiliki kadar air
0,16 gr/cm3 (titik 1), 0,15 gr/cm3 (titik 2 dan 4), berkisar antara 626,20 % - 872,55 %, dan
0,14 gr/cm3 (titik 3), dengan nilai rata-rata 0,15 pada kedalaman 100-150 cm memiliki bobot isi
gr/cm3. Berbeda dengan kedalaman 50 - 100 berkisar antara 815,11 % - 1020,59 %. Pada
cm nilai bobot isi 0,14 gr/cm3 (titik 1), 0,12

26
Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 2, Februari 2015 : 23-28

setiap kedalaman dan masing-masing titik nilai 2. Memiliki kematangan gambut pada
kadar airnya bervariasi (Tabel 3). kedalaman 0-50 cm dan 50-100 cm
tergolong gambut hemik dengan kadar
Tabel 3. Kematangan Gambut, Bobot Isi, dan serat masing-masing 41% dan 61%,
Kadar Air sedangkan kedalaman 100-150 cm
Kematangan Bobot isi Kadar Air tergolong gambut fibrik (kadar serat
No Titik Kedalaman
gambut (gr/cm3) (%)
0-50 Hemik 0,16 474,52
70,25%). Bobot isi (BD) pada kedalaman 0-
1 I 50-100 Hemik 0,14 626,20 50 cm 0,15 g/cm3, 50-100 cm 0,125 g/cm3,
100-150 Fibrik 0,11 888,87 dan 100-150 cm 0,105 g/cm3, kadar air
0-50 Hemik 0,15 442,80
pada kedalaman 0-50 cm 541,82 %, 50-100
2 II 50-100 Hemik 0,12 687,87
100-150 Fibrik 0,11 815,11 cm 719,41 %, dan 100-150 cm 888,30 %.
0-50 Hemik 0,14 655,61
3 III 50-100 Hemik 0,11 872,55 DAFTAR PUSTAKA
100-150 Fibrik 0,09 1020,59
0-50 Hemik 0,15 594,37
4 IV 50-100 Hemik 0,13 691,02 Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan
100-150 Fibrik 0,11 828,61 Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Sumber: Hasil analisis dilaboratorium (2013). Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi
Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA, 12
Kadar air tanah pada kedalaman 100- (2): 72 – 144.
150 cm memiliki kadar yang lebih besar Agus, F., K. Hiriah, dan A. Mulyani. 2011.
dibandingkan dengan kadar air tanah pada Pengukuran Cadangan Karbon. Balai
kedalaman 50-100 cm. Sedangkan kadar air Penelitian Tanah. Bogor. 57 hal.
tanah terendah adalah pada kedalaman 0-50 Azri. 1999. Sifat kering Tidak Balik Tanah
cm. Jadi kedalaman solum atau lapisan tanah Gambut dari Jambi dan Kalimantan
menentukan volume simpan air tanah, Tengah: Analisis Berdasarkan Kadar Air
semakin dalam suatu lapisan tanah maka Kritis, Kemasaman Total, Gugus
kadar air tanah semakin tinggi. Ini disebabkan Fungsional COOH dan OH-Phenolat.
semakin dalam lapisan tanah maka Tesis. Pogram Pascasarjana. Institut
kematangan gambut semakin rendah, Pertanian Bogor.76 hal.
sehingga tanah mampu memegang air lebih Agus, F. dan Subiksa I.G.M. 2008. Lahan
banyak. Noor (2001) menyebutkan bahwa Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan
kemampuan menjerap (absorbing) dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian
memegang (retaining) air dari gambut Tanah. Bogor. 36 hal.
tergantung pada tingkat kematangannya. Batubara, S.F. 2009. Pendugaan Cadangan
Kemampuan tanah gambut untuk menyerap Karbon dan Emisi Gas Rumah Kaca
dan mengikat air pada gambut fibrik lebih Pada Tanah Gambut di Hutan dan
besar dari gambut hemik dan saprik, Semak Belukar yang Telah Didrainase.
sedangkan gambut hemik lebih besar dari Tesis. Pogram Pascasarjana. Institut
saprik (Suwondo et al., 2010). Pertanian Bogor.64 hal.
Sedangkan menurut Saribun (2007), Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah,
ketersediaan air tanah bukan hanya Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
berdasarkan kematangannya saja, tetapi Pelaksanaan Pertanian Indonesia.
dipengaruhi juga oleh curah hujan atau air Universitas Gadjah Mada Press,
irigasi, kemampuan tanah menahan air, Yogyakarta. 19 hal.
evapotranspirasi, dan tinggi muka air tanah. Hardjowigeno. S. 1986. Sumber Daya Fisik
Kadar air selain dipengaruhi oleh disebabkan Wilayah dan Tata Guna Lahan Histosol.
oleh kepadatan tanah, karena tanah akan lebih Fakultas Pertanian Institut Pertanian
sedikit memegang air (Mardina, 2006). Bogor.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN Masterplan Pengelolaan Ekosistem
Gambut Provinsi Riau. 35 hal.
Kesimpulan Las, I., K. Nugroho, dan A. Hidayat.2008.
1. Tanah gambut di Desa Kualu Nenas Strategi Pemanfaatan Lahan Gambut
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar untuk Pengembangan Pertanian
Provinsi Riau, memiliki kedalaman gambut Berkelanjutan. Jurnal Pengembangan
lebih dari 6 meter, dengan kedalaman Inovasi Pertanian, 2(4): 295-298.
muka air tanah rata-rata 30,75 cm, dan Mardiana, S. 2006. Perubahan Sifat-Sifat
memiliki warna tanah hitam kemerahan, Tanah pada Kegiatan Konversi Hutan
merah sangat kusam, dan coklat Alam Rawa Gambut Menjadi
kehitaman.

27
Analisis Sifat Fisika Tanah Gambut Pada Hutan Gambut (Susandi, et al.)

Perkebunan Kelapa Sawit. Skripsi. Kabupaten Kubu Raya Untuk


Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 41 hal. Pengembangan Jagung. Jurnal
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut Perkebunan dan Lahan Tropika, 1: 31-
(Potensi dan Kendala). Kanisus. 40.
Yogyakarta. Suwondo, S., Sabiham., Sumardjo., dan B.
Rochmayanto, Y., D. Darusaman, dan T. Paramudya.2011. Efek Pembukaan
Rusolono. 2010. Perubahan Kandungan Lahan terhadap karakteristik Biofisik
Karbon dan Nilai Ekonominya pada Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit
Konversi Hutan Rawa Gambut Menjadi di Kabupaten Bengkalis. Jurnal Natur
Tanaman Industri Pulp. Jurnal Tanaman Indonesia, 14 (2): 143-149.
Hutan, 7(2):93-106. Utama, M.Z.H. dan W. Haryoko. 2009.
Sagiman, S. 2007. Pemanfaatan Lahan Pengujian Empat Varietas Padi Unggul
Gambut dengan Perspektif Pertanian pada Sawah Gambut Bukaan Baru di
Berkelanjutan. Fakultas Pertanian Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal
Universitas Tanjungpura. Pontianak. Akta Agrosia, 12 (1): 56 – 61.
32hal. Wasis, B. 2005. Kajian Perbandingan Kualitas
Saribun. 2007. Pengaruh Jenis Penggunaan Tempat Tumbuhan Antara Rotasi
Lahan dan Kelas Kemiringan Lereng Pertama dan Rotasi Kedua Pada Hutan
Terhadap Bobot Isi, Porositas Total, dan Tanaman Acacia mangium Willd.Studi
Kadar Air Tanah pada Sub-DAS Kasus di HTI Musi Hutan Persada,
Cikapundung Hulu. Skripsi. Jurusan Ilmu Provinsi Sumatra Selatan. Disertasi.
Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Padjajaran. 61 hal. Bogor.92 hal.
Soekardi M, Hidayat A. 1988. ”Extent and Wahyunto dan I.G.M. Subiksa. 2011.
Distribution of Peat Soils of Indonesia”. Pengelolaan Lahan gambut Indonesia.
In.: Paper Presented at Third Meeting of Balai penelitian Tanah. Bogor.
the CooperativeResearch on Problem Wahyunto dan B. Heryanto. 2005. Sebaran
Soils. Bogor, on Agust 22 – 26, 1988. Gambut dan Status Terkini di Sumatera.
Subagyono, K., T. Vadari., dan I.P.G. Widjaja- In.CCFPI. Pemanfaatan Lahan Gambut
Adhi. 1997. Strategi Pengelolaan Air dan Secara Bijaksana Untuk Manfaat
Tanah pada Lahan Rawa pasang Surut : Berkelanjutan. Pekanbaru. Wetlands
Prospek dan Kendala. Makalah International-Indonesia Programe.
disampaikan pada Pertemuan Bogor.
Pembahasan dan Komunikasi Hasil Yulnafatmawati, U., Luki, dan A. Yana. 2007.
Penelitian Tanah dan Agroklimat Kajian Sifat Fisika Tanah Beberapa
Tanggal 4 s/d 6 Maret. Penggunaan Lahan di Bukit Gajabuih
Suswati, D., B. Hendro, D. Shiddieq, dan D. Kawasan Hutan Hujan Tropik Gunung
Indradewa.2011. Identifikasi Sifat Fisik Gadut Padang. Jurnal Solum, 4 (2): 49-
Lahan Gambut Rasau Jaya III 61.

28
Volume 5 Nomor 2, Februari 2015 PRINT ISSN 2087-0620
ONLINE ISSN 2356-4091

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN CAMPURAN KOMPOS TANDAN KOSONG


KELAPA SAWIT DENGAN ABU BOILER TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
BAWANG MERAH (Allium asacalonicum L.)
The Effect of Potassium Fertilizer and Compost Mixture of Oil Palm Empty Bunches with Boiler Ash
on Growth and Yield of Onion (Allium ascalonicum L.)
Dian Fikri Alfian, Nelvia, Husna Yetti ...................................................................................................... 1-6

DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH


DI KABUPATEN ROKAN HULU
The Impact of Palm Plantation Development in the Economic Region in Rokan Hulu district
Irsyadi Siradjuddin ................................................................................................................................... 7-14

OPTIMASI METODE ISOLASI DNA PADA Jatropha spp.


Optimation of DNA Isolation Method on Jatropha spp.
Kristianto Nugroho, Rerenstradika T. Terryana, dan Puji Lestari ........................................................... 15-22

ANALISIS SIFAT FISIKA TANAH GAMBUT PADA HUTAN GAMBUT DI KECAMATAN TAMBANG
KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU
Analysis of Soil Physical Peat Land in Peat Forests in Tambang Sub-District, Kampar District, Riau
Province
Susandi, Oksana, dan Ahmad Taufiq Arminudin .................................................................................... 23-28

OPTIMASI NAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUNAS MIKRO
TANAMAN KANTONG SEMAR (Nepenthes mirabilis) SECARA IN VITRO
Optimize Of NAA And BAP On Growth And Development Of Micro Shoots Pitcher Plant (Nepenthes
Mirabilis)Through In Vitro
Rosmaina dan Dinni Aryani ................................................................................................................... 29-36

APLIKASI PUPUK KANDANG SAPI DAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN JAHE (Zingiber officinale Rosc.) DI MEDIA GAMBUT
The Application of Cattle Chicken Manures With Different Dosages on The Growth and Yield of
Ginger (Zingiber officinale Rosc.) in Peat Media
Yuliana, Elfi Rahmadani, dan Indah Permanasari .................................................................................. 37-42

Anda mungkin juga menyukai