Anda di halaman 1dari 9

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG NIKAH WISATA

A. Pengertian Nikah Wisata

Nikah wisata adalah pernikahan yang dilakukan oleh wisatawan muslim untuk

jangka waktu selama ia dalam perjalanan wisata. Pernikahan yang dimaksudkan adalah

bentuk pernikahan yang dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukun pernikahan namun

pernikahan itu diniatkan untuk sementara saja. Melakukan pernikahan waktu terbatas di

Indonesia. Setelah itu pulang, seorang wisatawan asing mengambil keputusan bahwa akan

menikah untuk jangka waktu tertentu selama masih dalam berwisata. Segi lainnya lagi

ialah bahwa dalam pernikahan wisata, mereka lebih bebas menetapkan ketentuan dan

persyaratan menurut kehendak mereka. “Nikah wisata atau biasa dikenal dengan nikah

mu’aqqat. Sepintas, prosesi nikah wisata ini tak jauh beda dengan nikah permanen. Syarat

nikahnya juga terpenuhi. Selain ijab kabul, ada pula wali, saksi minimal dua orang, dan

mahar yang disepakati. Kalaupun ada yang aneh adalah soal status walinya. Dalam nikah

kontrak di Cisarua, wali bisa siapa saja. Tak harus saudara sedarah atau yang punya

pertalian hak waris, yang penting, ada figur "wali" yang bisa menikahkan mempelai

perempuan sudah cukup. Di sini uang lebih berbicara daripada perdebatan soal sah-

tidaknya nikah kontrak atau yang sering disamakan dengan nikah mut'ah ini. Nikah

wisata di Cisarua sudah menjadi sumber penghidupan bagi sebagian wanita di tempat itu.

Honor untuk wali dan saksi biasanya dibebankan pada mempelai laki-laki (orang Arab). 1

Pernikahan seperti ini adalah akal-akalan laki-laki dan faktor kemiskinan dari

keluarga perempuan atau ladang sex bagi wanita pemuas sex ia hanya mengharapkan

1
http://abangdani.wordpress.com/2010/06/29/agar-tamasya-tidak-membawa-murka/. diakses : Maret
2011.

http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
kenikmatan atau materi sesaat, padahal pernikahan itu adalah suatu pertalian yang kokoh

untuk membentuk keluarga bahagia,sejahtera dan kekal.

Pernikahan semacam ini adalah perzinahan yang dianggap halal oleh orang-orang

yang dikuasai oleh syahwat, mereka mengakali syariat Allah untuk melakukan hal-hal

yang Allah perintahkan untuk meninggalkannya. praktek pernikahan seperti ini juga

menjadi ajaran di agama Syiah.

B. Dasar Terjadinya Nikah Wisata.

Awal terjadinya nikah wisata kurang lebihnya adalah Menurut penuturan Kepala

Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, H. Djadjat Sudradjat, cerita

“sejarah” tentang awal mula munculnya kawin kontrak di Cisarua, memiliki rentetan

waktu yang panjang. Cerita itu dimulai sekitar Tahun 1980-an. Ketika itu datang

rombongan keluarga dari Arab Saudi ke kawasaan villa di Puncak. Kedatangan mereka

ketempat itu, murni hanya untuk rekreasi bersama keluarga. Kawasan Puncak memang

dikenal oleh kalangan orang Arab sebagai tempat “Jabal Ahdor” (artinya: bukit yang

hijau). 2

Kawasan Puncak yang sejuk dan asri dengan hijaunya pegunungan, telah

menjadikan orang-orang Arab menyukai daerah ini. Sangat dimaklumi, karena pada

umumnya daerah di tanah Arab terdiri dari bebatuan dan gersang. Sehingga ketika

mereka menemukan tempat yang sangat hijau dan rindang seperti di Puncak, orang Arab

itu seperti menemukan sorganya. Dengan cerita yang disampaikan secara berantai (dari

mulut ke mulut), kisah menariknya kawasan Puncak kemudian menjadi begitu populer di

kalangan orang Arab (Timur Tengah). Kian hari para turis dari Timur Tengah yang

datang ke kawasan Puncak semakin bertambah banyak. Mereka sengaja datang ke

2
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/1_kawin_kontrak.pdf diakses : Maret 2011.

http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
kawasan Puncak hanya untuk bersenang-senang. Bagi orang Arab yang kelebihan uang,

mereka bahkan membeli villa di kawasan itu sebagai tempat peristirahatan ketika mereka

berlibur kembali ke Indonesia. Orang-orang Timur Tengah itu biasanya datang ke Cisarua

pada Bulan Juni sampai Agustus, ini berkaitan dengan masa liburan anak-anak sekolah di

negaranya. Pada bulan-bulan ini jumlah wisatawan Timur Tengah yang datang ke

kawasan Cisarua bisa mencapai angka seribu orang lebih. Belakangan kehadiran orang-

orang Timur Tengah ke Indonesia (khususnya kawasan Puncak), mengalami pergeseran.

Mereka tidak lagi hanya untuk berwisata, melainkan memiliki tujuan lain, yaitu “seks”

(nikah wisata). Jika semula mereka datang ke kawasan Cisarua itu bersama keluarganya,

kini mereka datang ke tampat ini hanya seorang diri, karena memang memiliki tujuan

yang “berbeda”, tidak lagi untuk berwisata menikmati pemandangan alam yang indah di

kawasan Puncak. 3

Namun demikian jumlah para Pelancong dari Timur Tengah yang datang ke

kawasan Puncak dengan tujuan “nikah wisata” prosentasenya hanya sekitar 10 persen

saja. Kawin kontrak atau lebih dikenal nikah wisata menjadi satu-satunya pilihan bagi

para turis Arab (Timur Tengah) yang datang ke kawasan Puncak. Dari pada melakukan

zinah, lebih baik melakukan nikah, baik secara resmi maupun nikah yang tidak resmi

(kawin kontrak).

Demikian pikir para pelancong yang dari dari negeri Arab itu. Para wanita yang

dijadikan sebagai pasangan kawin kontrak, ternyata bukan wanita yang berasal dari

daerah Cisarua (Puncak) sendiri. Melainkan mereka berasal dari luar daerah itu, seperti

dari Sukabumi, Cianjur, bahkan ada wanita yang berasal dari luar Jawa Barat. Dan setelah

mereka melakukan nikah kontrak, kemudian pasangan itu menjadikan kawasan Cisarua

3
http://blog.wahyu-winoto.com/2010/07/3-fatwa-haram-mui-yang-terbaru.html google.com. diakses :
Maret 2011.

http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
sebagai tempat untuk menetap sementara atau menghabiskan waktu liburan orang Arab

tersebut.

C. Praktek Nikah Wisata

Praktek nikah wisata ini sudah lama berlangsung di Indonesia. Salah satu daerah

subur nikah model ini adalah kawasan sejuk Puncak, Cisarua, Bogor-Cianjur, Jawa Barat.

Pelancongnya kebanyakan asal Timur Tengah.

Wisata Seksual BerijabKabul, Sebagian pelancong muslim mancanegara punya

trik menyiasati larangan berzina. Sebelum menyalurkan hasrat seksual, mereka menikahi

pasangannya, dengan memenuhi syarat-rukun nikah. Ada wali, dua saksi, mas kawin

sesuai negosiasi, plus prosesi ijab kabul.Perempuannya lajang tak bersuami.

Bisa janda, tapi kebanyakan pelancong memesan perawan. Bunyi ijab kabul mirip

nikah biasa. Tanpa penyebutan batas waktu seperti nikah mut'ah, nikah yang diharamkan

kalangan Sunni, mayoritas muslim Indonesia.

Pasangan pun merasa aman-nyaman berasyik masyuk, karena berkeyakinan

sebagai suami-istri sah. Bedanya dengan nikah biasa, perkawinan ini tidak berumur

panjang. Bisa sebulan, sepekan, kadang cuma dua hari. Begitu jadwal liburan berakhir,

pasangan pun bercerai.

Agendanya memang sekadar pemuasan berahi. Bila si wanita melahirkan anak,

tak ada lagi urusan dengan sang pria. Akad nikah dilakukan secara lisan, tanpa dicatat

Kantor Urusan Agama. Perceraian pun diselesaikan secara lisan, tanpa pernyataan di

depan pengadilan agama.

Kesediaan pihak perempuan dinikahi model ini cenderung didorong motivasi

finansial. Mahar yang diberikan berkisar Rp 2 juta sampai Rp 10 juta. Ada yang kawin

hanya dua hari, dengan "tarif" Rp 2 juta.

http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Bila beruntung, selain terima mahar, si wanita juga diberi nafkah harian Rp

500.000 sehari. Tapi, mas kawin itu bukan milik penuh si istri, sebagaimana ketentuan

lazim tentang mahar. Pihak perempuan hanya memperoleh separuh. Sisanya dibagi pada

calo, saksi, dan wali nikah.4

D. Akibat Nikah Wisata

1. Dampak Positif

Dampak positif nikah wisata adalah mempermudah sebagian orang

untuk melepaskan nafsu syahwat biologis. Hal ini menjadi sangat mudah,

karena mereka yang menginginkan nikah wisata dapat langsung mencari

pasangannya, melakukan akad nikah di mana saja, tanpa saksi dan wali serta

tentunya tanpa walimah. Setelah puas, mantan suami dan istri dapat kembali ke

rumah masing-masing tanpa menanggung beban dan tanggung jawab. Waktu

pernikahan dapat di atur, paling sedikit adalah sekali hubungan suami istri dan

tidak ada batasan waktu. Dengan nikah wisata seorang laki-laki dapat

membunuh rasa bosan dan memperoleh puncak kenikmatan dengan nikah

wisata setiap minggu, bahkan sesering mungkin dengan "istri" yang berbeda.

Semua itu dilakukan tanpa beban dan dengan penuh harapan memperoleh

"pahala" yang besar kelak.

2. Dampak Negatif

a. Pelecehan terhadap Wanita

Wanita dalam Islam memiliki kedudukan setara dengan pria. Islam

dengan syariatnya yang sempurna diturunkan Allah untuk kemaslahatan

4
http://nikahwisata.google.com : diakses Oktober 2

http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
manusia di dunia dan keselamatan di akherat. Salah satu topik yang menjadi

perhatian syariat Islam adalah masalah wanita. Islam menggariskan aturan-

aturan yang berkenaan dengan wanita, karena wanita memiliki posisi penting

dalam kehidupan, supaya dapat menjalankan fungsinya secara optimal dalam

masyarakat. Dari mulai hukum hijab hingga seluruh aturan perkawinan,

semuanya bertujuan untuk menjaga kesucian wanita. Sementara kita melihat

aturan yang ada dalam nikah mut'ah, menjadikan wanita laksana barang

dagangan yang diperjualbelikan kehormatannya. Wanita dapat dinikmati

untuk kemudian dibuang. Menjual kesuciannya kepada pria dengan imbalan

yang tak seberapa, mengorbankan kehidupan dan fungsi keberadaannya.

Nikah wisata mematikan fungsi utama wanita, yaitu sebagai pemegang

peranan penting di sektor pendidikan generasi penerus, yang mana jika

kehilangan fungsinya maka kita akan kehilangan sebuah generasi. Nikah

wisata menurunkan nilai wanita dari pendidik generasi menjadi pemuas nafsu

saja. Hal ini tidaklah mengherankan, karena memang tujuan nikah wisata

hanyalah pemuasan nafsu semata.

2. Rusaknya Lembaga Rumah Tangga

Adanya nikah wisata akan mengancam eksistensi lembaga rumah

tangga. Suami tak akan merasa aman, karena jangan-jangan istrinya

melakukan wisata dengan pria lain. Nikah wisata bisa jadi pelampiasan bagi

suami maupun istri ketika dilanda masalah dalam kehidupan rumah

tangganya. Begitu juga istri, selalu was was jika suaminya terlambat pulang.

Tidak pernah merasa percaya penuh pada suaminya. Selalu merasa khawatir

http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
jangan-jangan suaminya berkhianat. Ekonomi rumah tangga akan goncang

karena banyak dana yang tersedot keluar untuk keperluan nikah wisata.

Rumah tangga yang selalu dilanda curiga tak akan mampu menjalankan

fungsinya sebagai tempat ketentraman jiwa bagi suami maupun istri. Rumah

tangga yang selalu dilanda curiga hanya akan menghasilkan anak-anak yang

terdidik dalam lingkungan penuh curiga, yang akan berpengaruh pada tatanan

kejiwaan mereka. Rumah tangga yang dilanda curiga akan mendidik anak-

anak berjiwa konflik, yang potensial menciptakan konflik dalam kehidupan

dewasa mereka.

3. Punahnya keluarga

Kehidupan keluarga yang penuh konflik hanya akan menciptakan

trauma bagi suami dan istri, serta menjadikan pelajaran yang berharga bagi

para pemuda dan pemudi. Mereka takut jika dalam rumah tangga kelak

mengalami apa yang telah dialami oleh teman, sanak saudara, tentangga dan

rekan kerja mereka. Akhirnya lembaga perkawinan perlahan-lahan akan

punah, karena para pemuda tidak merasa perlu untuk menikah, karena dapat

melampiaskan nafsu syahwatnya dengan jalan yang benar tanpa harus

berumah tangga, yang hanya akan menimbulkan konflik di kemudian hari.

Rusaknya keluarga akan mengakibatkan rusaknya masyarakat, yang

merupakan kumpulan dari banyak keluarga. Rusaknya masyarakat akan

mengakibatkan rusaknya negara, yang merupakan kesatuan dari masyarakat-

masyarakat.

4. Tersebarnya Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual menjangkiti mereka yang sering berganti

pasangan. Dalam nikah wisata tidak ada batasan untuk pergantian pasangan.

http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Di mana seorang pria maupun wanita bebas untuk memilih pasangannya

untuk kemudian mencari gantinya. Maka tersebarlah penyakit seksual yang

akan menggerogoti masyarakat. Di antara penyakit yang berpeluang

menyebar di kalangan pelaku nikah wisata adalah AIDS. Tidak heran karena

AIDS adalah penyakit yang menimpa akibat perzinaan. Salah satu negeri

yang memperbolehkan nikah wisata adalah Iran. Wakil menteri kesehatan

Iran, Ali Sayyari mengatakan bahwa jumlah penderita virus HIV di Iran saat

ini lebih dari 15.000 orang, enam kali lebih besar dibanding jumlah penderita

HIV lima tahun lalu. Sayyari mengatakan pada BBC bahwa legalisasi nikah

wisata mempersulit pemberantasan HIV karena Undang-undang yang

memperbolehkan laki-laki untuk berganti ganti pasangan telah berperan serta

dalam penyebaran penyakit kelamin, termasuk AIDS. Penyebaran penyakit

kelamin hanya akan membebani masyarakat dan negara.5

5
http://www.islamonline.net/Arabic/news/2001-12/10/Article07.shtm. diakses Oktober 2011

http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai