Anda di halaman 1dari 17

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I
PENJELASAN UMUM

Pasal1
LINGKUP PEKERJAAN

1. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Wilayah


Daratan dan Wilayah Kepulauan Kab. Kepulauan Selayar,
dengan rincian sebagai berikut:
I. Kecamatan Benteng
II. Kecamatan Bontomanai
III. Kecamatan Bontomatene
IV. Kecamatan Takabonerate

2. Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan antara lain meliputi :


a. Pekerjaan Persiapan
 Mobilisasi
 Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
 Keselamatan Kerja
b. Pekerjaan Tanah
 Galian Tanah
 Urugan Tanah Kembali
 Timbunan Tanah
 Urugan Pasir
c. Pekerjaan Batu, Beton, dan Plesteran
 Pas. Pondasi Batu Gunung 1PC : 4PS
 Pas. Batu Bata 1PC : 4PS
 Sloof Beton 1PC : 2PS : 3KR
 Kolom Beton 1PC : 2PS : 3KR
 Ring Balk Beton 1PC : 2PS : 3KR
 Pekerjaan Rabat Beton
 Pas. Roster Terawang 15 x 40 cm

1
 Plesteran 1PC : 4PS
d. Pekerjaan Finishing
 Acian Tembok
 Pengecatan Tembok

3. Pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan


sesuai dengan dokumen-dokumen kontrak yang ada yakni
antara lain :
a. Syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam RKS ini serta dengan gambar-gambar dan lampiran-
lampirannya.
b. Berita acara rapat penjelasan pekerjaan (aanwijzing) yang
merupakan lampiran dalam RKS ini.
c. Petunjuk-petunjuk yang diberikan secara tertulis oleh
Konsultan Pengawas/direksi pada waktu pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.

4. Yang dimaksud dengan Direksi dan Pengawas Lapangan di sini


adalah sebagai berikut:
a. Direksi adalah Pemimpin Kegiatan Pembangunan Pagar
Pemakaman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kab. Selayar Tahun Anggaran 2019 atau instansi yang
ditunjuk oleh Pemimpin Kegiatan dengan kewenangan –
kewenangan tertentu.
b. Pengawas Lapangan adalah petugas yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas (Pemimpin Kegiatan) dengan tugas untuk
melaksanakan pengawasan terhadap jalannya pekerjaan di
lapangan baik dari segi teknis maupun administrasi.

2
Pasal2
PERATURAN – PERATURAN

1. Untuk pekerjaan ini dinyatakan berlaku ketentuan


umum :
a. Syarat-syarat umum pelaksanaan pembangunan umum
yang dilelang (SU 41/AV 41)
b. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia.
c. Peaturan Beton Bertulang Indonesia, NI-5 1971.
d. Peraturan Standar Beton, SKSNI-T15-1991-03.
e. Peraturan Semen Portland – NI.8
f. Peraturan Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga
Kerja.
g. Peraturan Perburuan Indonesia (tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Harian, Mingguan, Bulanan dan Borongan)
h. Keputusan Presiden No. 29 tahun 1984 dan No. 30 tahun
1984 beserta Lampiran-lampirannya.
i. Keputusan Presiden No. 6 tahun 1988
j. Keputusan Presiden No. 16 tahun 1998
k. Keputusan Presiden No. 17 tahun 2000 dan Keputusan
Presiden No. 18 tahun 2000.
l. Peraturan Pemerintah Setempat dan peraturan
pemerintah lainnya yang berlaku dan berkaitan dengan
pekerjaan ini.
m. Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan
Umum
Jika terdapat perbedaan antara RKS ini dengan peraturan-
peraturan ayat (1) pasal ini tersebut maka yang berlaku dan
mengikat adalah RKS ini.

3
Pasal 3
PELAKSANAAN DAN GAMBAR PERENCANAAN

Kontraktor diwajibkan meneliti semua gambar – gambar,


peraturan – peraturan dan syarat – syarat yang telah ditentukan
sebelum pekerjaan dilaksanakan.
1. Bila terdapat perbedaan – perbedaan antara kontrak
dan gambar kerja maka Kontraktor wajib berkonsultasi
kepada Konsultan Pengawas dan atau Direksi sebelum
mengambil keputusan.
2. Untuk itu sebelum memulai tahapan pelaksanaan pekerjaan,
Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar – gambar kerja
(shop drawing) dan dikonsultasikan kepada Konsultan
Pengawas untuk kemudian dijadikan dasar pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.

Pasal4
BAHAN – BAHAN DAN ALAT – ALAT

Untuk kelancaran pekerjaan, Pemborong/Kontraktor diwajibkan :


1. Mendatangkan bahan – bahan yang diperlukan untuk
bangunan tersebut tepat pada waktunya dengan kualitas –
kualitas yang dapat diterima oleh Konsultan Pengawas atau
Direksi, apabila ada bahan – bahan yang ditolak maka
pemborong diwajibkan agar segera mengeluarkan bahan –
bahan tersebut dari lokasi proyek paling lambat 1 x 24 jam.
2. Menyediakan alat-alat bantu dan pekerja – pekerja / tenaga
yang diperlukan.

4
Pasal 5
FOTO DOKUMENTASI

1. Kontraktor Sebelum memulai pekerjaan harus mengambil foto


dokumentasi 0% atau foto sebelum ada kegiatan.
2. Dalam pengambilan foto dengan kemajuan fisik dianjurkan
dengan dasar pada titik bidik, foto dalam pelaksanaan
pekerjaan sebanyak 4 kali (0%, 25%, 50% dan 100%)

5
BAB II
SYARAT – SYARAT UMUM BAHAN BANGUNAN

Pasal 1
AIR

1. Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air yang tidak


boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam dan bahan –
bahan organis lain yang dapat merusak bangunan.

Pasal 2
PASIR

1. Pasir yang digunakan harus berbutir tajam, keras dan tidak


boleh mengandung lumpur atau tanah liat lebih dari 3%.
2. Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat, zat
alkali, bahan organik dan kotoran lain yang merusak.
3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, apabila
kadar lumpur melampaui 5 %, maka pasir tersebut harus
dicuci.
4. Bahan batuan untuk beton dan adukan harus memenuhi
pasal 3.3 dan 3.4 Standar Nasional Indonesia NI-2 serta pasal
11 dan 12 dari PUBI.
5. Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir.
6. Penambahan bahan lain seperti pasir dari batu pecah akan
diijinkan, apabila menurut Direksi, pasir yang ada tidak
memenuhi gradasinya.
7. Semua pasir yang akan dipakai untuk beton dengan spesifikasi
ini harus pasir alam dengan mempunyai modulus kehalusan
butir antara 2 sampai 3.
8. Pasir Laut tidak diperkenangkan untuk digunakan dalam
pekerjaan beton

6
Pasal3
SEMEN

1. Semen yang dipakai dalam pekerjaan harus sement Portland


dari perusahaan yang disetujui Direksi dan secara umum
memenuhi Standar Nasional Indonesia NI – 8 dan Pasal 3.2.
NI-2.
2. Untuk seluruh jenis konstruksi hanya menggunakan satu jenis
semen, atas persetujuan pengawas.
3. Type semen yang lain dapat digunakan untuk keperluan
khusus jika diperintahkan oleh Direksi.
4. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan,
dalam kantong (zak) yang asli dari pabrik, dalam keadaan
tertutup rapat terlindung dari air dan diletakkan pada tempat
yang telah ditinggikan paling rendah 30 cm dari lantai/tanah.

Pasal4
BESI TULANGAN DAN KAWAT BETON

a. Besi tulangan dengan diameter lebih kecil sama dengan 12 mm


menggunakan Besi tulangan polos (BJTP 24) dengan tegangan
leleh minimum 240 Mpa dan ulur minimum 22%.
b. Besi tulangan yang digunakan harus baru dan hanya boleh
berkarat ringan. Batang besi harus tidak tertekuk, sehingga
saat akan digunakan tidak usah diluruskan terlebih dahulu.
c. Kawat pengikat (bendrat) harus berukuran minimal
berdiameter 1 mm. Seperti yang disyaratkan dalam NI-2-1971
Bab 3.7.
d. Kawat pengikat tulangan harus terbuat dari besi lunak dengan
diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan lebih dahulu
dan tidak bersepuh seng.

7
Pasal5
KERIKIL

a. Kerikil yang digunakan harus memiliki permukaan kasar


dengan ukuran butiran 2—3 cm.
b. Bahan batuan (kerikil) harus memenuhi persyaratan
bergradasi dari ukuran nominal yang dipersyaratkan klas oleh
beton yang dikehendaki.
c. Kerikil harus terdiri dari butir yang beraneka ragam besarnya,
dan memiliki butir yang keras dan tidak berpori.
d. Kerikil tidak boleh dicampur dengan batu cadas dan harus
dalam keadaan bersih serta tidak mengandung lumpur.
e. Agregat kasar (kerikil atau batu pecah) memiliki ukuran
diameter 5 mm.
f. Bila kandungan lumpur melampaui 1% agregat harus dicuci.
Bahan batuan (kerikil) harus memenuhi persyaratan
bergradasi dari ukuran nominal yang dipersyaratkan klas oleh
beton yang dikehendaki.

Pasal6
BATU GUNUNG

1. Bahan untuk batu gunung ataupun batu kali kecuali


dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan BSN SNI 2010.
2. Batu gunung/batu kali yang digunakan berukuran sesuai
standar kebutuhan untuk pondasi dan untuk pasangan batu
kosong bawah pondasi, berstruktur cukup kuat, awet serta
tidak poreus.
3. Batu gunung/kali yang berdiameter lebih dari 20 Cm harus
dipecah dan yang dalam keadaan bulat tidak dapat
dipergunakan.

8
Pasal7
BATU BATA

Batu bata merah yang digunakan batu bata lokal dengan kualitas
baik dan sama ukurannya.

Pasal8
MATERIAL LAIN

Material lain yang digunakan diutamakan produksi dalam


negeri/material local.

9
BAB III
SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN KONSTRUKSI

Pa s al1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pemeriksaan Lokasi (Site) :


Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus
meninjau site (tapak bangunan) untuk memeriksa keadaan
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

2. Pembersihan Halaman :
Daerah sekitar site/lokasi kerja harus dibersihkan
dari segala tumbuhan, kotoran dan benda-benda yang
mengganggu kelancaran pekerjaan, terutama dalam batas area
rencana bangunan didirikan. Apabila disekitar area rencana
bangunan didirikan terdapat pohon-pohon yang mengganggu
kelancaran pekerjaan, maka kontraktor harus segera
berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Konsultan Pengawas
dan/atau Direksi serta pihak-pihak lain yang berhubungan
dengan pekerjaan agar mendapat izin terlebih dahulu untuk
ditebang. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dari
pihak lain sementara tidak ada koordinasi dengan pihak-pihak
yang berkompoten maka menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal2
PEKERJAAN TANAH DAN URUGAN

1. Galian Tanah
a. Galian tanah untuk pondasi harus dibuat cukup lebar, agar
dapat bekerja dengan leluasa.
b. Dalamnya galian disesuaikan dengan ukuran gambar.

10
c. Bila mendapatkan tanah humus (lembek) harus segera
memberitahukan secara tertulis kepada konsultan
pengawas/direksi untuk dipertimbangkan lebih lanjut.
d. Kelebihan tanah bekas galian pondasi, harus dibersihkan.

2. Pekerjaan Urugan
a. Pekerjaan urugan harus dilakukan dengan pasir bersih atau
pasir batu (sirtu) yang bebas dari sampah-sampah, akar-
akar dan dipadatkan sambil disiram air.
b. Pekerjaan urugan harus dilakukan lapis demi lapis
(maksimal 15 cm)
c. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah
atau disingkirkan tempat-tempat yang akan ditentukan
oleh konsultan pengawas/direksi.

Pasal3
PEKERJAAN BATU GUNUNG

a. Pekerjaan pasangan batu kali hanya boleh dilaksanakan setelah


kedalaman dan lebar galian diperiksa oleh direksi sesuai
ketentuan dalam gambar.
b. Pada seluruh pasangan pondasi batu kali harus didahului
dengan pekerjaan urugan pasir yang dipadatkan.
c. Pasangan pondasi menggunakan campuran 1pc:4ps.
d. Celah-celah yang besar di antara batu-batu diisi dengan batu
kerikil yang dicocok, batu-batu tidak boleh saling menyinggung
dan selalu ada perekat diantaranya dan tidak gundul
(mempunyai sisi).
e. Sebelum dipasang batu-batu tersebut harus dibersihkan dari
segala kotoran/tanah.
f. Pemasangan batu tidak boleh dijatuhkan langsung dari atas,
jadi harus diatur dengan baik agar tidak berongga.

11
Pasal4
PEKERJAAN BETON

1. Material Beton :
a. Semen PC (Portland Cement)
 Semen PC yang digunakan harus terdiri dari satu jenis
merk dan dari mutu yang baik serta atas persetujuan
Direksi.
 Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak
diperkenalkan untuk digunakan.
 Keamanan/tempat penyimpanan semen harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari
kelembaban lantai atau percikan air hujan.
b. Pasir Beton
 Pasir beton harus terdiri dari butir-butir yang bersih,
bebas dari bahan organic, lumpur dan sebagainya serta
memenuhi syarat yang ditentukan dalam BSN SNI 2010.
 Pasir beton sebelumnya digunakan harus dicuci dengan
air bersih.
c. Kerikil Beton
 Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik,
mempunyai gradasi serta kekerasan yang sesuai dengan
syarat yang tercantum dalam BSN SNI 2010.
 Penumpukan bahan kerikil beton harus dipisahkan
dengan bahan beton lainnya sehingga mudah
mempertahankan perbandingan adukan beton yang
digunakan.
d. Air
 Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, tidak
mengandung minyak, asam, garam, alkalis atau bahan
lain yang dapat merusak beton.

12
 Besi beton harus bersih dari lapisan minyak, lemak,
bebas dari cacat seperti retak, serpihan dan sebagainya.
Harus berpenampang bulat dan memenuhi syarat yang
tercamtum BSN SNI 2010.

2. Campuran Beton
Campuran beton yang digunakan adalah campuran 1 PC; 2
PS; 3 KR Setara dengan mutu beton.

3. Pembesian Beton
Pembesian/rakitan besi beton dilaksanakan sesuai dengan
gambar kerja, dam diukur dalam mm (millimeter).

4. Pengadukan Beton
 Beton harus diaduk dilapangan dengan alat – alat yang
sesuai dimana akan dicapai hasil adukan yang homogen
 Bila memakai mesin pengaduk ( Concrite Mixer ) maka
hendaknya kapasitas mesin disesuaikan dengan
kapasitasnya.

5. Pengecoran
 Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan
acuan dan pekerjaan persiapan selesai.
 Sebelum pengecoran, semua material , peralatan, tenaga
kerja sudah harus berada dilokasi, peralatan harus dalam
keadaan bersih dan siap untuk dipakai.
 Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai
pengadukan dan sebelum beton mengeras.
 Untuk maksimalnya pekerjaan pengecoran sebaiknya
dipakai alat vibrator agar rongga beton dapat terisi dengan
baik.

13
Pasal5
PEKERJAAN PASANGAN BATA

 Untuk semua dinding pada pagar digunakan adukan


campuran 1 PC : 4 Pasir.
 Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak
air atau drum hingga jenuh.
 Setelah batu bata terpasang dengan adukan, naad/siar-
siar harus dikerok sedalam 1 cm dan kemudian disiram
air.
 Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah
dua melebihi 5 %. Bata yang patah lebih dari dua tidak
diperkenankan untuk digunakan.
 Pasangan bata merah untuk dinding ½ batu harus
menghasilkan dinding finish setebal 15 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
 Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan
yang berhubungan dengan pekerjaan lain. Jika terjadi
kerusakan akibat kelalaiannya, maka kontraktor harus
mengganti tanpa biaya tambahan.

Pasal6
PEKERJAAN ACIAN DAN PLESTERAN

 Dalam pekerjaan ini acian dibuat dalam campuran 1 PC : 2


Air, plesteran dibuat dalam campuran 1 PC : 4 Pasir.
 Penggunaan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan
yang memadai, pekerjaan plesteran harus rata dengan tebal
plesteran 20 mm dengan toleransi minimal 15 mm dan
maksimal 25 mm kecuali ditentukan lain.
 Bersihkan permukaan dinding batu bata dari noda-noda
debu, minyak cat dan bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya ikat plesteran agar benar-benar siap untuk

14
dilakukan pekerjaan plesteran. Permukaan yang akan
diplester disiram air hingga jenuh.
 Singkirkan semua hal yang dapat merusak/mengganggu
pekerjaan plesteran.
 Basahi seluruh permukaan bidang plesteran untuk
peresapan, jangan menjenuhkan permukaan dan jangan
dipasang plesteran sampai permukaan air yang terlihat
tersebut telah lenyap/kering kembali.
 Letakkan/tempelkan campuran plesteran selama 2,5 jam
(maksimal) setelah proses campuran, kecuali selama udara
panas/kering, kurangi waktu penempatan itu sesuai yang
diperlukan untuk mencegah pengerasan yang bersifat
sementara dari plesteran.
 Pekerjaan plesteran harus lurus, sama rata, datar maupun
tegak lurus.
 Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan
yang sesuai dengan yang disyaratkan, maka dalam memulai
pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih dahulu “kepala
plestreran”.
 Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan
yang berhubungan dengan pekerjaan lain. Jika terjadi
kerusakan akibat kelalaiannya, maka kontraktor harus
mengganti tanpa biaya tambahan.

Pasal7
PEKERJAAN PENGECETAN TEMBOK

 Yang termasuk pekerjaan cat dinding pagar adalah


pengecatan seluruh plesteran dinding pagar dan/atau
bagian-bagian lain yaang ditentukan gambar.
 Sebelum dinding dicat, plesteran sudah harus betul-betul
kering tidak ada retak-retak.

15
 Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan
bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang
dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

16
BAB IV
PEKERJAAN AKHIR

 Setelah selesai pekerjaan seluruh lokasi dalam lingkungan


pekerjaan harus dibersihkan.
 Pekerjaan kecil yang sifatnya penyempurnaan wajib
dilakukan dengan biaya sendiri oleh kontraktor.
 Didalam pelaksanaan pekerjaan ini kontraktor wajib
mematuhi petunjuk dan ketentuan yang disampaikan
pengawas lapangan.
 Dokumentasi berupa photo-photo, awal pelaksanaan,
sedang pelaksanaan yang meliputi segmen-segmen
pekerjaan, dan akhir pelaksanaan mutlak harus ada.
 Kontraktor harus membuat dan menyampaikan laporan
harian, mingguan, dan bulanan kepada pengawas teknik
secara periodik. Biaya pembuatan laporan dan dokumentasi
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

17

Anda mungkin juga menyukai