Anda di halaman 1dari 27

KONSEP STERILISASI DAN DESINFEKSI

(disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas kelompok manajemen patient safety)

Dosen Pembimbing :
Jawiah, S.Pd.,S.Kep.,M.Kes

DisusunOleh
Kelompok 3
1. Afifa Chairany 9. Dhiya Husniyah
2. Annisa Nur Rahma P 10. Diaz Luthfiyah Q
3. Artamevia Mutiara A 11. Dina Arwani
4. Ayu Puspita Sari 12. Dina Fitriani
5. Ayu Saputri 13.`Eka Noviyanti
6. Desti Syafiri 14. Eka Sari
7. Dewi Dian Pertiwi 15. Febrina Sari Putri
8. Dewi Febriani 16. Firma Rani Amalia

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “DESINFEKSI DAN STERILISASI”
dapat berjalan dengan baik, dari awal sampai selesai.

Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan dan
pengalaman kepada pembaca. Penyusun menyadari akan kemampuan yang sangat terbatas
sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya.Oleh karena itu saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 4
C. TUJUAN............................................................................................................................................ 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
A. Pengertian Sterilisasi ......................................................................................................................... 6
B. Pengertian Desinfeksi .......................................................................................................................... 6
C. Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi .................................................................................................... 7
D. Klasifikasi dan Pengolongan Sterilisasi dan Desinfeksi ...................................................................... 8
E. Macam-macam Desinfeksi ................................................................................................................. 13
F. Desinfeksi permukaan ........................................................................................................................ 14
G. Cara dan Metode Sterilisasi dan Desinfeksi...................................................................................... 15
H. Syarat Sterilisasi dan Desinfeksi ....................................................................................................... 18
I. . Aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksasi dalam keseharian dunia Keperawatan .................................... 19
BAB III ....................................................................................................................................................... 23
PENUTUP .................................................................................................................................................. 23
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien yang
beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaiman terjadinya infeksi
sangat penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara
mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu
mikrobiologi.
Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi tersebut
secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar akan kondisi
seperti apa yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan asuhan keperawatan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi dunia
kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan besar.
Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat
menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya dan
lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas tentang
bagaimana penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah ini. Juga bagaimana aplikasinya
dalam keseharian dunia keperawatan.

A. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana pengertian dan tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi?
2) Terdapat berapa jenis Sterilisasi dan Desinfeksi?
3) Bagaimana cara Sterilisasi dan Desinfeksi?
4) Bagaimana syarat Sterilisasi dan Desinfeksi?
5) Bagaimana aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksasi dalam keseharian dunia keperawatan?

4
C. TUJUAN
-Tujuan Umum :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan IV (Mikrobiologi dan
Parasitologi) sub pokok bahasan “Sterilisasi dan Desinfeksi”.
-Tujuan Khusus :
a) Untuk mengetahui pengertian dan tujuanSterilisasi dan Desinfeksi.
b) Untuk mengetahui jenis Sterilisasi dan Desinfeksi.
c) Untuk mengetahui bagaimana cara Sterilisasi dan Desinfeksi.
d) Untuk mengetahui bagaimana syarat Sterilisasi dan Desinfeksi.
e) Untuk mengetahui bagaimana aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksasi dalam keseharian
dunia keperawatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sterilisasi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain)
dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang
patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme
dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman
apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus,
stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.

B. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau
secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat

6
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada
benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari
toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.

.Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok


mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza dan
herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat
dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat
menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah

 Mencegah terjadinya infeksi


 Mencegah makanan menjadi rusak
 Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
 Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni

C. Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi


Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-lain)
dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a
patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen.

7
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi memiliki
perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama. Namun sterilisasi memiliki
guna yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman penyebab penyakit.

D. Klasifikasi dan Pengolongan Sterilisasi dan Desinfeksi


a. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi:
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil
(0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses
ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
Pemanasan Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas
enggunaanya.
3. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok
untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu relatif
lama sekitar 1-2 jam. Kesterilaln tergnatung dengan waktu dan suhu yang digunakan,
apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka sterilisasipun tidak akan bisa
dicapai secara sempurna.
4. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi Teknik disinfeksi termurah
Waktu 15 menit setelah air mendidih Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini:
Clostridium perfingens dan Cl. botulinum
5. Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan
15 lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf
berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus Bila media yang telah
distrerilkan. diinkubasi selama 7 hari berturut-turut apabila selama 7 hari: Media keruh
maka otoklaf rusak Media jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara
suhu dan tekanan dalam autoklaf

8
6. Pasteurisasi: Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu Membunuh
kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri
(kuman yang berasal dari sapi/pemerah) dengan Suhu 65 C/ 30 menit Penyinaran dengan
sinar UV.Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:

 Memiliki daya antimikrobial sangat kuat


 Daya kerja absorbsi as. Nukleat
 Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
 Kelemahan penetrasi lemah

7. Sinar Gamma
Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif Sering digunakan pada sterilisasi bahan makanan,
terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan Bahan
disposable: alat suntikan cawan petri dpt distrelkan dengan teknik ini. Sterilisasi dengan
sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”
8. Sterilisasi dengan Cara Kimia
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia

• Rongga (space)

• Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)

• Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat

• Pengenceran harus sesuai dengan anjuran

• Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat
mudah menguap

• Sebaiknya menyediakan hand lationmerawat tangan setelah berkontak dengan


disinfekstan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:

1. Jenis bahan yang digunakan

9
2. Konsentrasi bahan kimia

3. Sifat Kuman

4. pH

5. Suhu

Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi

 Alkohol
1. Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi
2. Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi  membran sel rusak & enzim tdk aktif
 Halogen
1. Mengoksidasi protein kuman
 Yodium

1. Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit

2. Efektif terhadap berbagai protozoa

 Klorin
1. Memiliki warna khas dan bau tajam
2. Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
 Fenol (as. Karbol)
1. Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan
permukaan.
2. Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
 Peroksida (H2O2)

1. Efektif dan nontoksid

2. Molekulnya tidak stabil

3. Menginaktif enzim mikroba

 Gas Etilen Oksida


1. Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik

b. Desinfektan
Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni (Harper & Row, 1984)

10
1. Senyawa halogen Klor dan yodium merupakan dua unsur halogen yang dalam banyak hal
telah digunakan karena sifatnya yang anti mikroorganisme.
a. Yodium telah digunakan secara luas untuk desinfeksi kulit dan bersifat germisida
terhadap hampir semua kuman pathogen, termasuk fungi dan virus. Begitu pula spora,
walaupun diperlukan waktu lebih lama. Yodium mungkin pula digunakan untuk
mendesinfeksi berbagai barang peralatan dan untuk sanitasi instrumen tertentu.
b. Klor Elemen berbentuk gas ini berkhasiat bakterisid kuat yang dalam konsentrasi kecil
dapat dengan cepat membunuh kebanyakan bakteri, spora, fungi, dan virus. Penggunaan
utamanya adalah sebagai desinfeksi lantai, air minum, dan kolam renang (Dwidjoseputro,
1978).
2. Senyawa Fenol
a. Fenol Larutan fenol (2-4)% berguna sebagai desinfektan. Karbol merupakan nama lain
untuk fenol. Fenol juga digunakan sebagai standar untuk pembanding dengan desinfektan
lain (Dwidjoseputro, 1978). Universitas Sumatera Utara 14
b. Kresol Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol, khasiatnya 3 kali
lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. Digunakan sebagai desinfektan
rumah tangga dan peralatan, misalnya lysol dan kreotin.
3. Zat-zat dengan aktifitas permukaan
a. Zat non ionogen Dalam larutan tidak terurai menjadi ion. Khasiat anti bakterinya
ringan.
b. Zat ionogen Zat-zat ini dapat dibagi dalam senyawa anionaktif dan kationaktif.
 Zat anionaktif (sabun, bahan pembersih sintetis, Na laurilsulfat). Zat-zat ini
memiliki khasiat bakteriostatis terhadap kuman gram positif, sedangkan terhadap
kuman gram negative tidak aktif.
 Zat kationaktif, kerjanya lebih kuat terhadap kuman gram positif daripada terhadap
kuman gram negative, tidak aktif terhadap mycobacteriae, virus dan spora.
c. Sabun
Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak dan memiliki khasiat
bakteriostatis terhadap banyak kuman antara lain Psedomonas, Proteus, dan Salmonella. Sabun
sama sekali tidak aktif terhadap E.coli dan Staphylococcus . Universitas Sumatera Utara 15

d. Basa ammonium kuarterne

11
Quats Senyawa ini berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat kecuali terhadap basil
TBC/lepra, terhadap spora dan virus kurang aktif. Daya kerjanya lebih lambat daripada yodium
dan etanol. Quats sering sekali digunakan sebagai desinfektan kulit. Penggunaan lainnya adalah
sebagai desinfektan instrument ditambah dengan natriumnitrit guna mencegah timbulnya karat
dan antiseptikum pra bedah.

4.Alkohol, Aldehida, dan Asam


a. Etanol Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Etanol dan juga
isopropanol pada kadar 60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat, yang
bekerja cepat. Spectrum kerjanya meliputi kuman gram negatif dan gram positif,
termasuk basil TBC, tetapi tidak efektif terhadap spora. Terhadap virus dibutuhkan
konsentrasi yang relative lebih tinggi dan dalam lingkungan basa.
b. Formaldehid Larutan gas ini dalam air berkhasiat bakterisid, fungisid dan virusid,
termasuk terhadap basail TBC, tetapi kerjanya relatif lambat (beberapa jam). c. Asam
asetat Asam cuka berkhasiat bakterisid dan sangat aktif terhadap Pseudomonas dan
Hemofilus. Universitas Sumatera Utara 16

5. Senyawa logam berat


a. Merkuriklorida, berkhasiat bakteriosatis dan fungistatis.
b. Merbromin peraknitrat, bekerja bakteriostatis lemah terhadap staphylococci dan
streptococci.
c. Peraknitrat, ion perak bersifat bakterisid kuat.
d. Silversulfadiazin, senyawa kompleks dari perak dengan sulfaidiazin ini memiliki kerja
bakterisid kuat terhadap banyak bakteri.
e. Sengsulfat, berkhasiat bakteriostatis lemah

6. Oksidansia
a. Hydrogenperoksida, merupakan antiseptikum yang relative lemah dengan kerja
singkat.
b. Kaliumpermanganat, daya kerjanya agak lambat.
c. Kaliumklorat, zat ini merupakan suatu oksidator yang berkhasiat bakteriostatis.

12
d. Natriumperborat, digunakan sebagai desinfektan dan deodorans mulut.

E. Macam-macam Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan
sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Macam-macam desinfektan yang digunakan:
1. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol
yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk
mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk
mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

2. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan,
diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan
akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa,
operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty.
Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi,
dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.

3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen
digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air

13
digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2%
digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+)
maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya
pada hidroksiapatit dan salivary mucus.

4. Senyawa halogen.

Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun
murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan
oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).

5. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal
dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat
ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.

6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas
sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

F. Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan
dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan
“tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat
membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor,
derivate fenol atau sodium hipokrit :
Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari
dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif
bagi kain atau bahan plastik.

14
Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya
adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
permukaan keras.

Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10


hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis
logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu
menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.

Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas.
Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila permukaan tersebut
dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

G. Cara dan Metode Sterilisasi dan Desinfeksi


Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :
- Pembersihan sebelum sterilisasi.
- Pembungkusan.
- Proses sterilisasi.
- Penyimpanan yang aseptik.

Ada 3 proses Desinfeksi :

1. Desinfeksi tingkat rendah : dipakai untuk membunuh sebagian bakteri , tidak memiliki
daya bunuh terhadap spora bakteri . semua fungsi maupun semua virus kurang kecil juga
maupun ukuran sedang
2. Desinfeksi tingkat Rendah : Membunuh mikroba vegetatif , fungi , mikobacterium
tubercolosis , virus ukuran kecil dan sedang tapi tidak pada spora
3. Desinfeksi tingkat Tinggi : Dapat menghancurkan semua mikroba vegetatif , fungi , virus
, ukuran kecil dan sedang kecuali sejumlah spora bakteri.

- Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi:
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil
(0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses

15
ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
 Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat :
jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas penggunaanya.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok
untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu relatif
lama sekitar 1-2 jam. Kesterilaln tergnatung dengan waktu dan suhu yang digunakan,
apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka sterilisasipun tidak akan bisa
dicapai secara sempurna.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi Teknik disinfeksi termurah
Waktu 15 menit setelah air mendidih Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini:
Clostridium perfingens dan Cl. botulinum
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan
15 lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf
berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus Bila media yang telah
distrerilkan. diinkubasi selama 7 hari berturut-turut apabila selama 7 hari: Media keruh
maka otoklaf rusak Media jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara
suhu dan tekanan dalam autoklaf
 Pasteurisasi: Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu Membunuh
kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri
(kuman yang berasal dari sapi/pemerah) dengan Suhu 65 C/ 30 menit
 Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
- Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
- Daya kerja absorbsi as. Nukleat

16
- Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
- Kelemahan penetrasi lemah
 Sinar Gamma Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif Sering digunakan pada sterilisasi
bahan makanan, terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan
Bahan disposable: alat suntikan cawan petri dpt distrelkan dengan teknik ini. Sterilisasi
dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”

4. Sterilisasi dengan Cara Kimia


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
• Rongga (space)

• Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)

• Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat

• Pengenceran harus sesuai dengan anjuran

• Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat
mudah menguap

• Sebaiknya menyediakan hand lationmerawat tangan setelah berkontak dengan


disinfekstan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:

1. Jenis bahan yang digunakan

2. Konsentrasi bahan kimia

3. Sifat Kuman

4. pH

5. Suhu

Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi


 Alkohol
- Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi
- Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi  membran sel rusak & enzim tdk aktif
 Halogen
- Mengoksidasi protein kuman

17
 Yodium
- Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit

- Efektif terhadap berbagai protozoa


 Klorin
- Memiliki warna khas dan bau tajam
- Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
 Fenol (as. Karbol)
- Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan
permukaan
- Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
 Peroksida (H2O2)
- Efektif dan nontoksid

- Molekulnya tidak stabil

- Menginaktif enzim mikroba

 Gas Etilen Oksida

- Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik

H. Syarat Sterilisasi dan Desinfeksi


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.
Kriteria desinfeksi yang ideal:

a. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar


b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban

18
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia
d. Tidak bersifat korosif
e. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f. Tidak berbau/ baunya disenangi
g. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h. Larutan stabil
i. Mudah digunakan dan ekonomis
j. Aktivitas berspektrum luas

I. . Aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksasi dalam keseharian dunia Keperawatan


Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan
mikrobayang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga
dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang
terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas
tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering,
sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain
menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:
 Mengisap jalan napas pasien
 Memasukkan kateter urinarius
 Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi dengan duk steril atau lapisan tebal kertas berlilin atau
kemasan terbuka tempat bahan-bahan steril dikemas.
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan
suplai dibersihkan serta desterilkan. Hasil proses ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi
secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan yang dijual dalam
keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat suntik, jarum, srung tangan dan masker, tidak saja
mengurangi waktu yang diperlukan untuk membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan
peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi silang.
 Sanitasi lingkungan rumah sakit

19
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh mikrobe
dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran,
dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan. Pinggan-
pinggan petri yang menunjukan adanya pertumbuhan mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan
merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan kombinasi pergeseran
dan penggosokan, serta air dan deterjen. Ini sudah cukup, kecuali bila spencemrannya hebat,
maka perlu digunakan desinfektan. Agar efektif, desinfektan digunakan dalam konsentrasi yang
cukup selama waktu tertentu. Penggunaan desinfektan, misalnya, membantu menjaga air untuk
mengepel agar tidak tercemar. Kain pel harus di cuci dan di keringkan baik-baik setiap hari
untuk mengurangi pencemaran. Seember larutan dan kain pel basah sering kali di gunakan untuk
membersihkan permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai seharian, maka
dapat mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah dibandingkan sebelum di
bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah dicapai.
 Universal Precaution
pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah
.Berlaku universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak tahu
status infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien berpotensi
menularkan berbagai penyakit.
 Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang
mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau yang lainya
(cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan
prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
1. Gown/barakschort :
2. Masker :
3. Sarung Tangan
4. Kaca mata pelindung/goggles

20
 Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak
berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai menjadi
arang.

J. Prinsip Kerja Aseptis


Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
Desinfekatan :
a. Aseptik/Asepsis :
- Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk
mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun yg sering
menyebabkan infeksi.
- Tujuannya :
Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan hidup maupun benda mati agar
alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
b. Antisepsis :
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau bagian tubuh
lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri
pada benda mati dengan merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimia
Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg dilakukan
di RS melalui proses fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit)
termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoclaf),
panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi.
 Pemprosesan Alat
a. Dekontaminasi :

21
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan. Tujuan
dari tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara
aman, terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian berlangsung.
b. Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi resiko bagi mereka yg menangani objek tersebut. Prosesnya terdiri dari
mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan
mengeringkannya.
c. Sterilisasi/DTT

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
bentuk kehidupan. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.

2. Beberapa tujuan sterilisasi dan desinfeksi: Mencegah terjadinya infeksi, Mencegah


makanan menjadi rusak Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan
murni.

3. Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
Adapun desinfeksi dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derifat
fenol atau sodium hipokrit.

23
DAFTAR PUSTAKA

Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba


Ester, Monica.2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta:EGC
Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986),Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.
http://irwanto-fk04usk.blogspot.com/2009/08/sterilisasi-dan-desinfeksi.htm di akses pada
tanggal 30 Maret 2015 pukul 21.33
http://kumpulan-materi-kuliah-s1kep.blogspot.com/2011/03/resume-pengendalian-infeksi.html
diakses pada tanggal 30 Maret pukul 21.54

24
Soal

1.Kriteria desinfektan dikatakan ideal adalah...

a. Bersifat korosif
b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban
c. Tidak mudah diurai
d. Larutan tidak stabil
e. Aktivitas berspektrum sempit

2. Suatu tindakan untuk membunuh jasad penyebab penyakit adalah pernyataan dari istilah-
istilah...

a. Desinfeksi
b. Antiseptik
c. Desinfektan
d. Bakterisidal
e. Bakteriostatik

3. Sterilisasi makanan kaleng terhadap bakteri adalah...

a. Mycobakterium tuberculosis
b. Clostridium botulinum
c. Mycobacterium leprae
d. Vibrio cholerae
e. Streptococcus

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi pemanasan sebagai berikut,kecuali...

a. Jenis alat
b. Lemak
c. Sifat bakteri
d. Jenis bakteri
e. Jenis pemanasan

25
5. Suatu usaha / tindakan untuk membebaskan suatu alat / bahan dari kuman baik bentuk

Vegetatif maupun spora adalah pengertian dari...

a. Sterilisasi
b. Media
c. Medium
d. Tyndalisasi
e. Pasteursasi

6. Contoh sterilisasi yag dipakai untuk sterilasisi bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan

sebagai berikut, kecuali....

a. Enzim
b. Antibiotika
c. Media sintesis
d. Formalin
e. Penyeterilan serum

7. Untuk sterilisasi bahan atau media pemanasan tinggi pada sterlisasi bertingkat

merupakan....

a. Manfaat sterilisasi bertngkat


b. Sifat sterilisasi bertngkat
c. Macam-macam sterilisasi bertngkat
d. Tujuan sterilisasi bertngkat
e. Pengertian sterilisasi bertngkat

Soal untuk 8-10 :

1. Boilling
2. Incenerasi
3. Pemijaran
4. Uap air bertekanan (autoclap)

26
5. Radiasi sinar UV
8. Dari pernyataan diatas, mana yang termasuk penyinaran dalam sterilisasi secara fisik....

a. 5
b. 1
c. 3
d. 4
e. 2

9. Dari pernyataan diatas, mana yang termasuk pemanasan basah dalam sterilisasi secara

fisik....

a. 3 dan 5
b. 1 dan 4
c. 2 dan 3
d. 1 dan 2
e. 5 dan 4

10. Dari pernyataan diatas, mana yang termasuk pemanasan kering dalam sterilisasi secara

fisik....

a. 3 dan 5
b. 1 dan 4
c. 2 dan 3
d. 1 dan 2
e. 5 dan 4

27

Anda mungkin juga menyukai