Anda di halaman 1dari 49

“ PADLI _ 824352869_ Tugas 1 _ Pratikum IPA di SD”

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (GERAK PADA TUMBUHAN)

LEMBAR KERJA (LAPORAN) PRAKTIKUM IPA SD


PDGK4107 MODUL 1
MAKHLUK HIDUP

A. KEGIATAN PRAKTIKUM 1 : CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP


1. Ciri-ciri Umum Makhluk Hidup
a. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan ciri-ciri makhluk hidup

Nama Makhluk Ciri-ciri Makhluk Hidup *)


No. Keterangan
Hidup 1 2 3 4 5
1 Kucing √ √ √ √ √ Melahirkan
2 Ayam √ √ √ √ √ Bertelur
3 Kadal √ √ √ √ √ Bertelur dan melahirkan
4 Semut √ √ √ √ √ Bertelur
5 Kambing √ √ √ √ √ Melahirkan
6 Pohon Mangga √ √ √ √ √ Cangkok
7 Pohon Pisang √ √ √ √ √ Tunas
8 Bawang merah √ √ √ √ √ Umbi
9 Pohon Kersen √ √ √ √ √ Biji
10 Pohon Kemuning √ √ √ √ √ Biji
*) Keterangan :
1. bergerak dan bereaksi terhadap rangsang
2. bernapas
3. perlu makan (nutrisi)
4. tumbuh
5. berkembang

b. Pembahasan dan Kesimpulan


Tumbuhan maupun hewan memiliki ciri-ciri yang sama yaitu bergerak dan
bereaksi terhadap rangsang, bernafas, perlu makan, tumbuh, dan
berkembang.Semua tumbuhan melakukan gerak yaitu gerak tumbuh akar dan
batang. Gerak pada hewan dan tumbuhan berbeda. Hewan dan tumbuhan sama-
sama melakukan pernafasan. Jika Pada tumbuhan oksigen masuk melalui stomata
dan lentisel, sedangkan oksigen masuk ke dalam tubuh hewan melalui organ
pernafasan. Hewan dan tumbuhan memerlukan makan dan air, hanya saja saja
berbeda bentuk dan prosesnya. Tumbuhan makan dengan melakukan fotosintesis,
sedangkan hewan memakan bentuk yang sudah jadi. Hewan dan tumbuhan sama-
sama tumbuh dan berkembang, bertambah ukuran tinggi dan besar maupun
beratnya.
Jadi makhluk hidup mempunyai ciri-ciri yang sama yaitu bergerak dan
bereaksi terhadap rangsang, bernafas, memerlukan makan, serta dapat tumbuh dan
berkembang. Kelima ciri ini pasti melekat pada makhluk hidup baik tumbuhan
maupun hewan meskipun ada sedikit perbedaan misalnya proses bergerak dan
bernafas
c. Jawaban Pertanyaan
1. Ya, Tumbuhan juga bergerak dan bereaksi terhadap rangsang. Gerak
tumbuhan yaitu gerak pindah tempat seluruh tubuh pada tumbuhan bersel
satu gerak sebagian tubuh, tidak ditentukan arah datangnya rangsang gerak
sebagian tubuh, dipengaruhi arang datangnya rangsang.
2. Persamaan ciri kehidupan pada hewan dan tumbuhan yaitu bergerak dan
bereaksi terhadap rangsang, bernafas, memerlukan makan, serta dapat
tumbuh dan berkembang
Perbedaan ciri kehidupan hewan dan tumbuhan:
Tumbuhan :
1. reaksi terhadap rangsang lambat/terbatas, umumnya menetap
atau bergerak sebagian tubuh
2. tidak memiliki alat pernafasan khusus.
3. menyusun zat-zat makanan sendiri
4. tumbuh kembang berlangsung selama hidupnya, ada daerah
tumbuh tertentu.
Hewan :
1. memiliki alat pernafasan khusus.
2. Reaksi terhadap rangsang cepat, simultan, aktif dan dapat
berpindah tempat
3. Makan makhluk hidup lain
4. Tumbuh kembang terjadi dalam masa tertentu.

2. Gerak Pada Tumbuhan


a. Hasil Pengamatan
1) Seismonasti dan Niktinasti
Tabel Hasil Pengamatan Seismonasti
Jenis Sentuhan Pada
No. Reaksi Daun Putri Malu Keterangan
Daun Putri Malu
1. Halus Dari pangkal daun ke Waktu cukup lama
ujung, hanya anak daun di
ujung saja yang mengatup/
melipat
2. Sedang Seluruh daun menutup Waktu agak cepat
Arah gerak daun dengan
sentuhan kasar pada ujung
3. Kasar daun akan melipat dari Waktu lebih cepat
ujung hinga pangkal daun
dengan cepat.

Tabel Hasil Pengamatan Niktinasti

Reaksi putri malu


No Pot putri malu
Mula-mula ½ jam kemudian
1 Disimpan di tempat terang Membuka Tetap membuka
Ditutup dengan penutup yang
2 Membuka Menutup
kedap cahaya

b. Pembahasan
 Seismonasti
Seismonasti adalah gerak pada tumbuhan karena adanya rangsangan
berupa getaran. Daun putri malu akan menutup bila disentuh. Perlakuan
sentuhan yang berbeda, pengaruhnya juga berbeda. Jika sentuhan halus,
proses menutupnya lambat. Bila disentuh dengan sedang, reaksinya agak
cepat menutup. Dan jika disentuh dengan kasar akan dengan cepat menutup
daun dan tangkainya. Reakei ini terjadi akibat perubahan tiba-tiba dalam
keseimbangan air yang terjadi pada bantal daun yang kehilangan tekanan air
sehingga daun maupun tangkai mengatup.
 Niktinasti
Niktinasi merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh suasana gelap,
sehingga disebut juga gerak tidur. Selain disebabkan oleh suasana gelap,
gerak tidur daun-daun tersebut dapat terjadi akibat perubahan tekanan turgor
di dalam persendian daun.Pengamatan niktinasti pada tumbuhan putri malu,
dengan menyimpan putri malu di tempat terang atau terbuka dan
membandingkannya dengan putri malu yang diletakkan di tempat tertutup
atau kedap cahaya. Pada tumbuhan putri malu yang berada di tempat kedap
cahaya, daun-daun putri malu tersebut mulai mengatup. Hal-hal yang
menyebabkannya sama seperti yang terjadi pada saat gerak tidur pada
tumbuhan putri malu.
Jadi kesimpulannya adalah :
1) Sentuhan halus pada daun putri malu menyebabkan gerak
menutup daun dengan pelan.
2) Tumbuhan putri malu yang berada di tempat kedap cahaya,
daun-daun putri malu tersebut mulai mengatup. Sedangkan
tumbuhan putri malu yang berada di tempat terang, daunnya
tetap membuka.
3) Tujuan putri malu mengatupkan daunnya ialah sebagai alat
untuk pertahanan diri dan hewan-hewan yang akan
mengkonsumsinya dan untuk melindungi simpanan airnya dan
penguapan yang dikarenakan oleh angin.
d. Jawaban Pertanyaan
1) Polong-polongan seperti bunga merak dan daun kupu-kupu. Daun-daun tersebut
akan menutup pada malam hari dan akan membuka kembali jika matahari terbit.
2) Pada percobaan di atas, Seismonasti adalah gerak putri malu dipengaruhi rangsang
sentuhan, sedangkan niktinasti adalah gerak daun putri malu dipengaruhi rangsang
dari cahaya.

LAMPIRAN
CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
1.

Kucing sedang makan Kucing melahirkan dan menyusui anaknya

Ayam sedang makan Daur hidup ayam

Kadal
Daur hidup kadal

Semut
Daur hidup semut

Kambing Anak kambing


6

Pohon MAngga Cangkok

Pohon Pisang

Tunas Pisang

Bawang Merah Tanaman bawang merah

Pohon Kersen
Buah Kersen

10

Biji Kemuning
Bungka Kemuning
LAMPIRAN II
GERAK PADA TUMBUHAN
PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN
(VEGETATIF ALAMI ATAU VEGETATIF BUATAN)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukanuntuk
menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program budidaya secara
luas. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dalam duacara, yaitu: perbanyakan secara generatif
dan perbanyakan secara vegetatif.Perbanyakan tanaman secara vegetatif dan generatif
merupakan salah satu bagianyang penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Keduanya
memiliki kelebihandan kekurangan masing-masing untuk diaplikasikan dalam kegiatan
perbanyakantanaman.Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman
tanpamelalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadisecara
alami tanpa bantuan campur tangan manusia.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma,
dan geragih (stolon).Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan
yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji daritanaman
induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tanganmanusia. Beberapa teknik-teknik
perbanyakan secara vegetatif ada yang mudahdilakukan dan sulit dilakukan.
Untuk itu, disusunlah laporan teknologi produksi benih dengan perbanyakan secara
vegetatif agar kita lebih mengerti tentang apa yang dimaksud dengan perbanyakan vegetatif dan
dapat mempraktikkan teknik-teknik perbanyakan vegetatif.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum perbanyakan vegetatif ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mengetahui informasi mengenai perbanyakan tanaman secara vegetatif dan
mampu menerapkan cara perbanyakan dengan vegetatif.
b. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan antara perbanyakan vegetatif secara akami dan
perbanyakan vegetatif buatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbanyakan Vegetatif


2.1.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Alami
Perbanyakan vegetatif alami, yaitu perbanyakan vegetatif dimanamengambil bahan
tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman
(bagian generatif) dan sifat dari keturu-nannya pasti sama dengan induknya (Ashari, 1995).
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau
tidak menggunakan biji tanaman induk yang terjadi secara alamitanpa campur tangan
manusia (Gunawan, I. 2004)

2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami


a. Rhizome
Rhizoma merupakan modifikasi dari batang yang tumbuh menjalar dibawah
permukaan tanah. Salah satu ciri rhizoma yang nampak adalah adanya ruas-ruas, sehingga
dari setiap ruas tersebut dapat tumbuh individu baru. Contoh tumbuhan yang membentuk
rhizoma sebagai alat perkembangbiakan adalah Sansiveira, Jahe, Lengkuas, dll.

b. Umbi
Umbi kecuali berperan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan juga
berperan sebagai alat perkembangbiakan. Berdasarkan cirinya umbi dapat dibedakan
atas umbi batang, umbi akar dan umbi lapis.
1). Bulb (Umbi Lapis) Merupakan umbi yang tersusun atas lapisan-lapisan yang
membungkus bagian yang disebut cakram. Dari cakram inilah nantinya muncul individu
baru sebagai keturunannya. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi lapis adalah :
bawang merah, bakung dll.
2). Corn (Umbi batang)
Umbi batang memiliki ciri terdapat beberapa mata tunas, sehingga dari satu umbi dapat
menghasilkan beberapa individu baru sebagai keturunannya. Contoh tumbuhan yang
menghasilkan umbi batang adalah kentang, ubi jalar dll

3). Umbi akar Umbi akar tidak memiliki mata tunas, sehingga tunas baru hanya muncul
pada satu tempat yaitu pada pangkal umbi yang merupakan tempat pelekatannya dengan
batang. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi akar adalah dahlia, bengkuang dan
lobak.

b. Tunas

Tunas Tunas batang : bambu, pisang, Aglaonema


Tunas akar : cemara, sukun, kesemek

Tunas daun : Cocor bebek (disebut juga tunas adventif)

(Handoyo, 2014)

d. Stolon/Geragih
batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau tumbuh di bawah
permukaan tanah dan pada interval tertentu memunculkan tunas ke permukaan tanah.
Contoh: strawberry, lili paris, arbei (Raharja, dkk, 2003).
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif alami
a. Suhu
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan
adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih
atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat
atau berhenti.
b. Kelembaban udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan.
Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada
pembentukan sel yang lebih cepat.
c. Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis
(khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka
tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada
kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
d. Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan
dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon
giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan
pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang
(Rochiman.2002).

2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan


2.2.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Buatan
Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari
tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia.
Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang
memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping
satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan
(Rochiman.2002).
2.2.2 Macam Perbanyakan vegetatif buatan
a. Cangkok Cangkok adalah perbanyakan tanaman dengan cara menguliti suatu bagian
batang tanaman yang ada, kemudian dibungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh
dan kemudian ditanam pada media yang lain.

Teknik cangkok (marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk


memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara
lain, seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya
memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera indica), sukun
(Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat (Persea americana),
dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa diperbanyak dengan
sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu. 1). Keuntungan mencangkok
Tumbuhan hasil cangkokan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam
dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. 2). Kerugian mencangkok
Tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut
dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.

b. Stek
Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari
tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian - bagian tanaman
tersebut menghasilkan tanaman baru. Teknis sangat mudah. Perbanyakan dengan stek
umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman
yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan
induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat
tumbuhnya akar.

Stek batang stek daun


(Handoyo, 2004)

c.Okulasi
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara
menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata
tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang
sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U
terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian
tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah
tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan
atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi
yaitu : mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata),
alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.) (Hartmann, dkk. 1997).

d.Menyambung/ Mengenten
Menyambung atau mengenten adalah menggabungkan batang bawah dan batang atas dua
tanaman yang sejenis. Misalnya, ada dua tanaman mangga. Tanaman mangga pertama berakar
kuat tetapi buahnya asam, sedangkan tanaman mangga kedua berakar lemah tetapi buahnya
sangat manis. Untuk memperoleh pohon mangga yang berakar kuat dan berbuah manis, maka
batang bawah dari tanaman mangga berakar kuat disambungkan dengan batang atas tanaman
mangga yang berbuah manis.
e. Merunduk
Merunduk adalah memperbanyak tumbuhan dengan cara merundukan batang atau cabang
ke tanah sehingga tumbuh akar. Tumbuhan yang biasa dikembangbiakan antara lain sirih,
strawberry, alamanda, anyelir, apel, selada air,anggur dan sebagainya.

f. Kultur jaringan
Yaitu perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan cara mengambil jaringan tertentu dari
suatu tanaman(tunas,akar,daun) dan dikembangkan dalam media khusus.

(Handoyo, 2014)
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
a. Faktor Intern :
1) Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi)
2) ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)
b. Faktor Ekstern :
1) Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
2) Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi)
3) Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak
banyak, maka perlu diberi naungan)
4) Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan
tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga
menyebabkan kebusukan) (Mangoendidjojo, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
 Cutter = untuk memotong bahan
 Plastik es = untuk mengikat dan menyungkup
 Polibag dan bak pasir = untuk tempat menanam
 Kertas Label = untuk pelabelan

Bahan :
 Bawang merah = untuk bahan tanam umbi lapis
 Kentang = untuk bahan tanam umbi batang
 Tanaman mawar = untuk perbanyakan okulasi
 Tanaman bougenvil = untuk perbanyakan grafting
 Tanaman rosemary = untuk perbanyakan stek batang
 Campuran pasir dan kompos= sebagai media tanam
 ZPT = sebagai zat perangsang pertumbuhan akar

3.2 Lembar Pengamatan


1. Umbi Lapis (Bawang Merah)
Dipotong sebagian
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 8 hst
2. Jumlah tunas 2 2 0 0 0
3. Tinggi tanaman (cm) 10 22 0 0 0

Tanpa dipotong
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 8 hst
2. Jumlah tunas 2 2 1 0 0
3. Tinggi tanaman (cm) 1 1,5 5 0 0

2. Umbi Batang (Kentang)


Utuh
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 10 hst
2. Jumlah tunas 2 5 5 4 0
3. Tinggi tanaman (cm) 0,2 0,6 2 2 0

Dipotong setengah
No. Parameter Pengamatan Minggu ke- (hst)
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 10 hst
2. Jumlah tunas 2 7 5 4 0
3. Tinggi tanaman (cm) 0,2 0,5 0,5 1 0

3. Stek Daun (cocor bebek)


Daun atas
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 11 hst
2. Jumlah tunas 0 8 6 11 15

Daun bawah
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 8 hst
2. Jumlah tunas 0 13 10 11 12

Daun utuh
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 8 hst
2. Jumlah tunas 0 5 6 6 7

4. Stek Batang
Batang atas
Minggu ke-
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 0
2. Jumlah tunas 0 0 0 0 0
3. Persentase tanaman hidup 100% 100% 0% 0% 0%

Batang tengah
Minggu ke-
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 0
2. Jumlah tunas 0 0 0 0 0
3. Persentase tanaman hidup 100% 100% 0% 0% 0%

Batang bawah
Minggu ke-
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 0
2. Jumlah tunas 0 0 0 0 0
3. Persentase tanaman hidup 100% 30% 0% 0% 0%

5. Okulasi
Parameter Minggu ke-
No
Pengamatan 1 2 3 4 5
1. Saat
munculnya 0
tunas
2. Jumlah tunas 0 0 0 0 0
3. Warna Tunas Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat
Kehita Kehitaman Kehitaman Kehitaman Kehitaman
man

6. Grafting
Parameter Minggu ke-
No
Pengamatan 1 2 3 4 5
1. Saat
munculnya 14 hst
tunas
2. Warna Tunas Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat
segar segar segar segar segar
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Perbanyakan Vegetatif Alami


Pada Praktikum Teknologi Produksi Benih Perbanyakan Vegetatif,dilakukan beberapa
kegiatan antara lain perbanyakan tanaman secara vegetative dengan cara umbi lapis pada bawang
merah, okulasi bunga mawar, umbi batang pada kentang, stek baang bunga krisan, stek daun, dan
grafting pada tanaman bunga bougenvile.
Pada perlakuan umbi lapis, didapatkan hasil bahwa pada perlakuan bawang merah
dipotong 1/3 bagian jumlah tunas ada 4 dengan tinggi tanaman 22 cm, sedangkan pada perlakuan
tanpa dipotong, jumlah tunasnya berbeda satu, yaitu sebanyak 5 tunas dengan tinggi tanman
lebih pendek yaitu 5 cm. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bawang merah yang dipotong
1/3 dengan perlakuan yang tidak dipotong hanya berbeda satu tunas, namun untuk tinggi
tanaman lebih tinggi yang dipotong sebagian dari pada yang tanpa potong dan perbedaan nya
cukup jauh. Menurut Rukmana (1994) bahwa pemotong umbi bibit bawang merah mempunyai
keuntungan antara lain: pertumbuhan bibit merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh
dan berpengaruh terhadap banyaknya anakan dan jumlah daun, sehingga hasilnya dapat
meningkat. Sedangkan rendahnya nilai pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada
perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit diduga diakibatkan oleh lambatnya keluar mata tunas,
sehingga pertumbuhan tunas dan pembentukananakan terhambat dan mengakibatkan tanaman
tumbuh tidak maksimal.
Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan, kemungkinan
hal tersebut terjadi karena pada perlakuan yang kurang tepat, pemberian ZPT yang kurang, dan
faktor lingkungan juga dapat berpengaruh.
Untuk perbanyakan vegetatif umbi batang tanaman kentang didapatkan hasil dari
pengamatan selama 5 minggu. Pada kedua perlakuan yaitu umbi yang utuh dengan umbi yang
dipotong setengah keduanya muncul tunas saat 10 hst. Untuk jumlah tunas sama di akhir
pengamatan di minggu ke 4 yaitu berjumlah 4 tunas, sedangkan untuk tinggi tanaman lebih
tinggi pada kentang yang utuh yaitu 2 cm sedangkan yang dipotong setengah hanya 1 cm.
Dapat disimpulkan umbi yang utuh lebih baik dibanding dengan yang dipotong setengah,
berarti pemberian ZPT pada umbi yang dipotong setengah tidak berpengaruh, yang seharusnya
ZPT dapat merangsang pertumbuhan namun pada perlakuan ini tidak berpengaruh, hal tersebut
mungkin ZPT yang sudah terlalu lama jadi kurang baik.
Untuk stek daun yang menggunakan daun cocor beber dilakukan dengan 3 perlakuan
yaitu dengan penanaman daun atas, daun bawah, dan daun utuh. Pada daun atas tunas muncul
pada 11 hst dan jumlah tunas diakhir pengamtan berjumlah 15, pada daun bawah tunas muncul
tunas pada 8 hst dan jumlah tunas 12 sedangkan pada daun utuh tunas muncul pada 8 hst dengan
jumlah 7 tunas. Hal tersebut dapat disimpulkan munculnya tunas yang cepat pada daun yang
utuh dan daun bawah sedangkan pada jumlah tunas yang banyak pada daun atas.
Pada stek batang tidak dapat tumbuh hal tersebut diketahui dari tunas yang tidak ada atau
tidak tumbuh dari awal penanaman sampai di akhir pengamatan. Menurut Pasetriyani (2013)
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek stek dapat ditandai oleh terjadinya regenerasi akar
dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru. Regenerasi akar dan pucuk
dipengaruhi oleh faktor intern dan extern. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi
regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.

4.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan


Pada perbanyakan vegetatif buatan yaitu dengan melakukan okulasi dan grafting. Pada
okulasi tidak tumbuh tunas dan warna nya coklat kehitaman Hal ini mungkin dikarenakan faktor
kesalahan praktikan saat melakukan praktikum, dan kondisi tanaman serta lingkungan yang
kurang mendukung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yohanis Tambing, dkk (2008) yaitu
beberapa kemungkinan penyebab inkompatibilitas: (1) jumlah sambungan yang bertaut relatif
kecil, (2) adanya perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dan batang atas, (3) kedua varietas
yang disambungkan mengalami defisiensi hara/hormon tumbuh maupun translokasi nutrisi yang
abnormal, (4) banyak getah dan mengeras pada luka di bagian sambungan, (5) infeksi penyakit,
(6) beberapa varietas tertentu sangat rendah memperoduksi kalus, (7) bentuk potongan yang
tidak serasi, (8) bidang persentuhan kambium tidak tepat, (9) faktor ketrampilan orang
melakukan penyambungan (Rochiman dan Setyati, 1973 dan Tirtawinata, 2003).
Namun untuk grafting muncul tunas pada 14 hari setelah tanam, dan warna batang coklat
segar hingga pengamatan terakhir hal ini berarti pada grafting dapat tumbuh dengan baik.
Menurut Suwandi (2002) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan grafting : Grafting
tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan. Bagian sambungan kambium
harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya, Pisau dan gunting yang
digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak
terinfeksi oleh penyakit, Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada
kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulangulang, Usahakan untuk
menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan
lembab, Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah
penyambungan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pembiakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atautidak
menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan
manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi,
rizoma, dan geragih (stolon).
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman yangdiperbanyak
secara vegetatif menggunakan umbi lapis (bawang merah) mampu tumbuh dengan baik, baik
yang kontrol maupun perlakuan. Sedangkan untuk umbi batang (kentang) pemberian ZPT tidak
terlalu berbeda nyata hasilnya dengan yang tanpa ZPT, hanya beda masa tumbuhnya tunas
karena yang diberi ZPT tumbuh tunas terlebih dahulu, begitupun tinggi tanaman juga tidak
terlalu beda jauh. Sedangkan stek batang dan okulasi yang mati lebih diakibatkan perawatan
yang kurang maksimal saat pengamatan,
karena penyiraman tidak teratur. Selain faktor tersebut, kesalahan saat melakukan proses
stek batang dan stek daun juga berpengaruh terhadap matinya tanaman yg diperbanyakdengan
stek batang dan stek daun pada praktikum ini.
EKOSISTEM DARAT
A. Tujuan
Membandingkan komponen-komponen yang terdapat pada ekosistem darat alami dan buatan
B. Alat dan Bahan
1. Alat tulis.
2. Loup

1. Barometer
2. Lingkungan sekitar
A. Cara Kerja
 Ekosistem darat alami di sekitar tempat tinggal ditentukan.
 Komponen abiotiknya meliputi suhu udara, pencahayaan, angin, jenis/warna tanah
diamati.
 Suhu udara diamati menggunakan barometer, sementara untuk keadaan pencahayaan,
angin, atau tanah dapat diperkirakan saja
 Semua data dicatat.
 Komponen biotik dapat diamati setelah mengamati komponen abiotik. Semua makhuk
hidup yang ada di ekosistem dicatat.
 Jenis tumbuhan sebagai produsen yang ada dicatat.
 Semua jenis hewan sebagai konsumen yang ditemui di ekosistem tersebut maupun yang
hanya singgah dicatat.
 Hewan-hewan kecil yang mungkin terdapat di dalam tanah, sela-sela daun/batang juga
diamati.
 Sebagai pembanding ditentukan ekosistem darat buatan yang ada disekitar tempat tinggal
 Kesimpulan umum tentang perbedaan pada kedua tipe ekosistem tersebut dibuat.

B. Hasil Pengamatan
Komponen abiotik ekosistem darat alami
No Komponen abiotik Kondisi/keadaan
1 Tanah Kering
2 Udara 32º C
3 Cahaya Redu, tidak panas
4 Angin Semilir, perlahan
5 Air Keruh, tidak jernih

Komponen biotik ekosistem darat alami


No Jenis tumbuhan Jenis hewan Pengurai
1 Rumput Semut Jamur
2 Pohon jati Katak Bakteri
3 Pohon Akasia Belalang
4 Pisang Ular

Komponen abiotik ekosistem darat buatan


No Komponen abiotik Kondisi/keadaan
1 Tanah Kering
2 Udara 32º C
3 Cahaya Redp
4 Angin Semilir
5 Air Keruh

Komponen biotik ekosistem darat buatan


No Jenis tumbuhan Jenis hewan Pengurai
1 Padi Burung Jamur
2 Rumput Capung Bakteri
3 Pohon pisang Tikus
4 Ulat

C. Pembahasan
Ekosistem adalah dimana pada suatu kawasan yang didalamnya terdapat unsur biotik
(hidup) dan abiotik (tak hidup) terjadi hubungan timbal balik antara unsure-unsur tersebut
membentuk system ekologi. Jadi ekosistem merupakan suatu fungsional dan structural dari
lingkungan. Ekosistem berdasarkan terjadinya bisa secara alami atau buatan.
D. Pertanyaan
Menurut pendapat anda ekosistem manakah yang mmepunyai jenis komponen biotik
lebih banyak? Mengapa demikian? Jelaskan secara singkat!
E. Jawaban Pertanyaan
Didalam ekosistem mempunyai jenis komponen yang bermacam-macam, namun
ekosistem yang mempunyai komponen biotic dengan jumlah yang banyak adalah kosistem darat
alami. Ditinjau dari data yang diperoleh, jumlah yang lebih banyak adalah eosistem darat alami.
Hal ini dapat dicontohkan pada kosistem hutan. Hutan mempunyai omponen biotic yang banyak
dan hewannya mempunyai berbagai jenis dan bermacam spesies.

F. Kesimpulan
Dari pengamatan pada lingkungan sekitar dapat disimpulkan bahwa peredaan ekosistem
darat alami dengan darat buatan yaitu dengan mengacu pada bentuk terjadinya. Jika pada
ekosistem darat alami dalam proses terjadinya tidak ada unsure campur tangan dari makhluk
hidup lain yang komponen-komponen didalam ekosistem darat buatan bisa diatur oleh manusia.
Pencemaran Lingkungan (Pengaruh Deterjen)
Pengaruh deterjen terhadap perkecambahan
A. Tujuan
Mengamati pengaruh deterjen terhadap perkecambahan kacang hijau.
B. Alat dan bahan
1. Neraca analitik/ sendok teh 1 buah
2. Gelas kimia 600 ml 10 buah
3. Kertas saring
4. Kertas timah
5. Mistar
6. Kertas untuk label
7. Gelas kimia 1000 ml 1 buah
8. Air ledeng
9. Deterjen serbuk 1gram.

C. Cara kerja
1. Sediakan larutan deterjen 100%, 50%, 25%, 12,50%, 6,25%, 3,10%, serta control air
ledeng. Lalu simpan cairan dengan gelas kimia beri label.
2. Cara menyediakan larutan dapat dilihat pada percobaan 1
3. Sediakan 6 gelas kimia lain, beri label control, I,II,III,IV,V, dan VI masing-masing diberi
lingkaran kertas saring.
4. Masukkan kacang hijau ke dalam air pada gelas kimia. Buanglah kacang yang
mengapung.
5. Ambil 10 butir lalu rendam dalam larutan I, 10 butir dalam larutan II,10 butir dalam
larutan III, 10 butir dalam larutan IV, 10 butir dalam larutan V, 10 butir dalam larutan VI
dan 10 butir dalam larutan control
6. Aturlah kacang hijau dalam gelas kimia dengan label yang sesuai.
7. Isilah gelas kimia yang telah diisi kacang hijau dengan larutan berlabel sama.
8. Tutup kelima gelas dengan kertas timah sehingga tidak ada cahaya masuk.
9. Lakukan pengamatan setelah 24 jam dan 48 jam. Ukur panjang akar dengan mistar.
Kacang hijau yang tidak tumbuh akar dianggap memiliki panjang akar = 0 mm.
10. Buatlah grafik rata-rata pertumbuhan kecambah per konsentrasi setelah 24 jam dan 48
jam.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 2.10.
Pengaruh deterjen terhadap tumbuhan
Konsentrasi larutan deterjen
No. Hari ke-1 (24)
100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,1% Kontrol
1 1 1 2 2 2 3 5
2 1 2 2 2 3 4 6
3 1 2 3 3 3 4 6
4 1 2 2 2 3 3 5
5 1 1 2 0 4 3 7
6 0 2 3 2 3 4 7
7 1 0 0 2 3 4 6
8 1 1 2 2 2 3 7
9 0 2 0 2 3 3 6
10 1 0 0 3 3 4 7
Jumlah 8 13 16 20 29 35 62
Rata-
1 1 2 2 3 4 6
rata

Konsentrasi larutan deterjen


No. Hari ke-2 (24 jam)
100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,1% Kontrol
1 2 2 3 3 3 5 7
2 3 3 3 3 3 5 6
3 2 3 5 4 4 4 6
4 1 3 4 3 4 3 7
5 2 2 4 0 4 6 7
6 0 3 6 3 3 3 6
7 3 0 0 3 3 4 7
8 2 2 4 3 3 6 8
9 0 3 0 4 4 3 7
10 3 0 0 4 4 6 8
Jumlah 18 21 29 30 35 45 69
Rata-
2 2 3 3 4 5 7
rata
Konsentrasi
Grafik 2.2.
Grafik rata-rata pertumbuhan kecambah per konsentrasi pada 24 jam

E. Pembahasan
Pencemaran lingkungan menimbulkan banyak kerugian bagi manusia serta lingkungan. Ada 4
tahap pencemaran
1. Pencemaran tidak menimbulkan kerugian, dilihat dari kadar dan waktu.
2. Pencemaran yang mulai menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem
3. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi yang fatal.
4. Pencemaran yang menimbulkan kematian, dari kadar yang tinggi.

F. Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa kecambah pada kadar konsentrasi tertentu (rendah)
masih bisa mengalami pertumbuhan walaupun ada hambatan, tetapi pada konsentrasi tinggi
kecambah tumbuh namun tidak mengalami pertumbuhan dan pada akhirnya akan mati.

RESPIRASI PADA MAKHLUK HIDUP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita dapat hidup tanpa makanan dan minuman selama beberapa hari, tetapi kita perlu
bernapas setiap beberapa detik. Hanya sedikit makhluk hidup yang dapat tetap hidup lebih dari
lima menit tanpa bernapas. Makhluk hidup perlu bernapas untuk memasukkan oksigen dari udara
dan mengeluarkan gas buangan untuk melakukan respirasi. Respirasi adalah serangkaian reaksi
biokimiawi yang memerlukan oksigen untuk mengoksidasi zat-zat makanan guna menghasilkan
energi yang diperlukan oleh tubuh makhluk hidup untuk melakukan berbagai aktvitas kehidupan,
seperti bergerak, tumbuh, dan bereproduksi.
Dalam pengertian sehari-hari, bernapas sekadar diartikan sebagai proses pertukaran gas
di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi tidaklah demikian. Pernapasan lebih
menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel
tubuh untuk memperoleh energi atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama
adalah karbohidrat.
Selain hewan, tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernapasannya, umumnya diserap
melalui daun (stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi aerob. Bila dalam
keadaan anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal pada
akar yang tergenang air.
Keanekaragaman makhluk hidup baik dari jenis atau spesiesnya menyebabkan adanya
perbedaan sistem respirasinya baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Kebutuhan oksigen
kucing tentu akan berbeda dengan kebutuhan oksigen cacing pita. Hal ini dikarenakan adanya
faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya. Berdasarkan hal tersebut
diadakan praktikum yang berjudul “respirasi” untuk menyelidiki bagaimana makhluk hidup
membutuhkan oksigen, kemudian mengetahui kuantitas pernapasan yang dialami oleh makhluk
hidup yang berbeda baik dari ukuran tubuh dari spesies yang sama maupun dari spesies yang
berbeda.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya.
2. Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat
tubuhnya.
C. Manfaat
Setelah melakukan praktikum mengenai respirasi, mahasisiwa dapat membuktikan bahwa setiap
organisme memerlukan oksigen dan setiap organisme memiliki kebutuhan oksigen yang
berbeda-beda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Resirasi adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida. Udara masuk ke dalam
paru melalu inspirasi dan dikeluarkan melalui ekspirasi. Otot yang membantu proses respirasi
adalah diafragma dan interkostal eksternal dan internal. Selama inspirasi, kontraksi diafragma ke
arah bawah meningkatkan volume rongga thoraks,menyebabkan udara masuk ke dalam paru
dengan cepat. Otot interkostalis eksterna membantu proses inspirasi dengan cara menggerakkan
tulang iga ke atas. Selama ekspirasi, diafragma mengalami relaksasi bergerak menuju/melawan
paru, mengurangi volume rongga thoraks, dan hal ini memaksa udara keluar dari paru. Secara
bersamaan, interkostalis menurunkan tulang iga, membantu ekspirasi (Lyrawati, 2012).
Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada
kekhasannya. Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat makanan sumber
energi (umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia berupa ATP. Namun demikian, zat
sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa, melainkan masih dalam bentuk cadangan
makanan, yaitu berupa sukrosa atau amilum. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di
bongkar secara hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang hendak dibongkar
adalah lipida (lemak) atau protein (Suyitno, 2006).
Penggunaan hasil fotosintesis pada satu proses akan mengurangi penggunaan pada
proses yang lain dan dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu malam terlalu tinggi akan menyebabkan
peningkatan respirasi yang mengakibatkanpeningkatan pembongkaran hasil fotosintesis,
akibatnya hasil fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan
menurun. Adanya peristiwa fotorespirasi juga mengakibatkan pengurangan hasil fotosintesis.
Ketika laju fotosintesis dan laju respirasi seimbang akan menyebabkan tidak adanya hasil
fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan (Sugito dalam
Lestari (2006).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan
organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen. Respirasi
aerob terjadi pada sitoplasma dan di dalam mitokondria dan menghasilkan 36
ATP dari satu molekul glukosa. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi (Andhi, 2011).
Mekanisme pernapasan pada serangga misalnya belalang, adalah sebagai berikut. Jika
otot perut belalang berkontraksi maka trakea memipih sehingga udara kaya karbondioksida
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula
sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan diluar sebagai
akibatnya udara di luar yang kaya oksigen masuk trakea. Sistem trakea berfungsi mengangkut
oksigen dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut karbondioksida
hasil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya
berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan (Yudiarti,
2004).
Perpindahan gas melalui permukaan membran pernapasan, masuk dan keluaar sel tubuh
selalu dengan cara difusi. Jika gas tidak tersedia dalam air, gas itu akan larut dalam permukaan
membran yang basah dan melewatinya menurut gradiaen konsentrasi, karena oksigen itu
dipergunakan oleh sel-sel,maka kadarnya dalam sel dan tubuh akan selalu rendah daripada
dalam lingkungan, baik dalam air maupun di udara tempat hewan itu hidup. Sebaliknya sel-sel
tersebut memprodusi karbondioksida, karena itu dalam sel dan tubuh, gas itu selalu
terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada dalam lingkungannya (Tim Dosen
Biologi Dasar, 2013).
Sel hidup membutuhkan transfusi energi dari sumber-sumber luar untuk melakukan
tugas-tugasnya yang sedemikian banyak misalnya , merakit polimer, memompa zat melintasi
membran, bergerak, dan bereproduksi. Panda raksasa memperoleh energi untuk sel-selnya
dengan cara memakan tumbuhan. Beberapa hewan memakan organisme lain yang memakan
tumbuhan. Energi yang tersimpan dalam molekul-molekul organik dari makanan sebenarnya
berasal dari matahari. Energi mengalir ke dalam ekosistem sebagai cahaya metahari dan
meninggalkan ekosistem sebagai panas. Sebaliknya, unsur-unsur kimia yang esensial bagi
kehidupan didaur ulang. Fotosintesis menghasilkan oksigen dan molekul organik yang
digunakan oleh mitokondria eukariota sebagi bahan bakar untuk respirasi selular. Respirasi
menguraikan bahan bakar ini, menghasilkan ATP. Produk-produk buangan dari tipe respirasi ini,
yaitu karbondioksida dan air, meupakan bahan mentah bagi fotosintesis (Campbell, 2008).
Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain karbohidrat, senyawa lain kadang-kadang dapat
berperan sebagai substrat respirasi. Biji-biji tertentu, misal biji jarak , mengandung banyak
lemak sebagai bahan cadangan yang terdapat dalam jaringan endosperma yang mengelilingi
embrio. Selama beberapa hari pertama perkecambahan, lemak-lemak ini diubah terutama
menjadi sukrosa ysang selanjutnya diserap dan respirasi oleh embrio yang sedang tumbuh.
Metabolisme respirasi dalam endosperma dari biji-biji mengandung lemak yang sedang
berkecambah itu terutama dari penguraian lemak menjadi sukrosa sedangkan embrio yang
sedang tumbuh merespirasi sukrosa menjadi karbondioksida dan air. Perubahan lemak menjadi
sukrosa dalam jaringan endosperma biji yang mengandung lemak (Sasmitamihardja, 1996).
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam proses fosfolirasi oksidatif
untuk menghasilkan ATP. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen. Proses
semacam itu disebut respirasi anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan
ATP dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak ialah
respirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya menghasilkan 2 molekul
ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang sama akan menghasilkan 36 atau 38 molekul
atp. Oleh karena itu, hampir semua hewan sangat bergantung pada proses respirasi (pembentukan
atp) secara aerob. Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan
air, yang harus segera dikeluarkan dari sel (Isnaeni, 2006).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Satu set respirometer simple
b. Spoit 1 buah
c. Stopwatch 1 buah
2. Bahan
a. Vaselin
b. Kapas
c. KOH Kristal
d. Larutan Eosin
e. 10 buah kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus)
f. 1 ekor belalang besar dan 1 ekor belalang kecil (Disosteria carolina)
g. 1 ekor kecoa besar dan 1 ekor kecoa kecil (Blatta orientalis)
B. Langkah Kerja

1. Percobaan I
 Mengambil 1 ekor belalang yang berukuran besar dengan
berat tubuh sama atau hampir sama dengan kecoa besar yang akan diteliti.
 Membungkus 1 butir Kristal KOH dengan kapas tipis
kemudian memasukkannya ke dalam tabung respirometer.
 Memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer.
 Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang
berhubungan dengan pipa kaca berskala, kemudian mengolesinya dengan vaselin
pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk mencegah
kebocoran.
 Meletakkan tabung respirometer pada sandarannya.
 Menetesi ujung pipa kaca berskala dengan larutan eosin
sampai masuk kedalam salurannya.
 Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa
berskala, kemudian mencatat berapa jarak mulai dari skala 0,0 setiap 1 menit
hingga menit ke-5.
 Setelah dilakukan pengamatan selama 5 menit, kemudian
mengeluarkan belalang dari tabung respirometer.
 Mencuci tabung respirometer, dan memasukkan belalang
kecil yang memiliki ukuran tubuh sama atau hampir sama dengan kecoa kecil.
 Mengulang langkah kerja b sampai g untuk pengamatan
belalang kecil.

2. Percobaan II
 Membersihkan kembali respirometer sederhana yang telah digunakan.
 Melakukan percobaan II dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan I,
dengan menggunakan kecoa besar dan kecoa kecil dengan ukuran berat tubuh
yang hampir sama dengan belalang.
3. Percobaan III
 Membersihkan respirometer yang telah digunakan.
 Melakukan percobaan III dengan tata urutan kerja yang
sama pada percobaan I, dengan menggunakan kecambah kacang hijau yang belum
dikuliti dan yang telah dikuliti.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda
Penunjukan skala
Menit ke
Belalang besar Belalang kecil
1 0,40 0,26
2 0,60 0,40
3 0,72 0,57
4 0,80 0,70
5 0,90 0,86

2. Tabel 2. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda


Penunjukan skala
Menit ke
Kecoa besar Kecoa kecil
1 0,18 0,28
2 0,34 0,43
3 0,48 0,60
4 0,60 0,85
5 0,70 0,95

3. Tabel 3. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama


Penunjukan skala
Menit ke
Belalang besar Kecoa besar
1 0,40 0,18
2 0,60 0,34
3 0,72 0,48
4 0,80 0,60
5 0,90 0,70

4. Tabel 4. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama


Penunjukan skala
Menit ke
Belalang kecil Kecoa kecil
1 0,26 0,28
2 0,40 0,43
3 0,57 0,60
4 0,70 0,85
5 0,86 0,95
5. Tabel 5. Perbandingan kecambah yang dikupas dan tidak dikupas
Penunjukan skala
Menit ke
Kecambah dikupas Kecambah tidak dikupas
1 0,06 0,01
2 0,16 0,12
3 0,21 0,17
4 0,30 0,22
5 0,37 0,29

6. Tabel 6. Perbandingan tumbuhan dan hewan


Penunjukan skala
Menit ke
Kecambah dikupas Belalang besar
1 0,06 0,40
2 0,16 0,60
3 0,21 0,72
4 0,30 0,80
5 0,37 0,90

B. Analisis Data
a. Belalang besar
b. Belalang kecil

c. Kecoa besar

d. Kecoa kecil

e. Kecambah yang dikupas


f. Kecambah yang tidak dikupas

A. Analisis Grafik
1. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda

2. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda


3. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama

4. Organisme yang berbeda dengan massa yang sama

5. Perbandingan kecambah yang dikupas dan tidak dikupas

6. Perbandingan tumbuhan dan hewan


C. Pembahasan
1. Perbandingan Laju Respirasi Belalang Besar dan Belalang
Kecil
Perbandingkan dua organisme sejenis dengan ukuran tubuh yang berbeda yakni antara
belalang berukuran tubuh besar dan belalang berukuran tubuh kecil. Berdasarkan pengamatan
diperoleh data bahwa kecepatan rata-rata pernapasan belalang besar adalah 0,264 skala/menit
dan belalang kecil adalah 0,199 skala/menit. Ini menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan
belalang bertubuh besar lebih tinggi daripada belalang bertubuh kecil. Hal ini terjadi karena
belalang besar memiliki sistem tubuh yang lebih kompleks dibandingkan belalang kecil hal ini
berimbas pada kebutuhan oksigen. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan
organisme bergantung pada ukuran tubuh organisme tersebut.

2. Perbandingan Laju Respirasi Kecoa Besar dan Kecoa Kecil


Perbandingkan dua organisme sejenis dengan ukuran tubuh yang berbeda yakni antara
kecoa berukuran tubuh besar dan kecoa bertubuh kecil. Berdasarkan pengamatan diperoleh data
bahwa kecepatan rata-rata pernapasan kecoa besar adalah 0,160 skala/menit dan kecoa kecil
adalah 0,0219 skala/menit. Seharusnya laju respirasi kecoa besar lebih besar dibandingkan
dengan kecoa kecil dengan berasumsi bahwa ukuran tubuh yang besar harus disuplai dengan
jumlah oksigen yang banyak. Namun, kecoa besar yang digunakan memang sudah terlihat tidak
bugar karena telah berada pada botol tertutup semalaman sebelum digunakan. Selain itu,
beberapa organ seperti kaki belakang dan sayap kecoa besar terlepas. Hal ini berbanding terbalik
dengan keadaan kecoa kecil yang terlihat bugar dan organ- oragannya masih utuh.

3. Perbandingan Laju Respirasi Belalang Besar dan Kecoa Besar


Perbandingan dua organisme yang berbeda namun dengan ukuran tubuh yang sama
yakni antara belalang besar dan kecoa besar. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa
kecepatan respirasi belalang besar adalah 0,264 skala/menit dan kecoa besar adalah 0,160
skala/menit. Hal tersebut terjadi karena perbedaan aktivitas masing-masing organisme. Belalang
membutuhkan oksigen yang lebih agar dapat terbang dan melompat, sedangkan kecoa yang
mayoritas aktivitasnya tidak seperti belalang, yakni hanya berjalan dan menetap di satu tempat.
Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan pernapasan suatu organisme bergantung pada aktivitas
dan jenis organismenya.

4. Perbandingan Laju Respirasi Belalang Kecil dan Kecoa Kecil


Perbandingan dua organisme yang berbeda namun dengan ukuran tubuh yang sama
yakni antara belalang kecil dan kecoa kecil. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa
kecepatan respirasi belalang kecil adalah 0,199 skala/menit dan kecoa kecil adalah 0,219
skala/menit. Hal ini terjadi karena belalang yang digunakan telah kehilangan beberapa organ
tubuhnya seperti kaki belakang dan antenanya sehingga kebutuhan oksigennya berkurang.
5. Perbandingan Laju Respirasi Kecambah yang Dikupas dan Tidak Dikupas
Perbandingan dua organisme yang sama yakni antara kecambah yang telah dikupas dan
kecambah yang tidak dikupas. Berdasarkan pengamatan diperoleh data bahwa kecepatan
respirasi kecambah yang dikupas kulitnya adalah 0,072 skala/menit dan kecambah yang tidak
dikupas kulitnya adalah 0,047 skala/menit. Hal ini menunjukkan bahwa kulit memperkecil
kecepatan respirasi kecambah dengan menghalangi biji dengan lingkungan luar sehingga
mempersempit lalu lintas penguapan.

6. Perbandingan Laju Respirasi Tumbuhan dan Hewan


Perbandingan dua organisme yang berbeda yaitu kecambah yang dikupas dengan
belalang besar. Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa kecepatan respirasi kecambah yang
dikupas kulitnya adalah 0,072 skala/menit dan belalang besar adalah 0,264 skala/menit. Hal ini
menunjukkan bahwa hewan memiliki kebutuhan oksigen yang lebih banyak dibandingkan
dengan tumbuhan. Hal terjadi karena hewan melakukan pergerakan secara aktif sedangkan
tumbuhan melakukan pergerakan secara pasif.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Setiap organisme memerlukan oksigen
untuk bernapas karena oksigen digunakan sebagai oksidator makanan dalam tubuh
makhluk hidup untuk diubah menjadi energi.
2. Kebutuhan oksigen setiap makhluk hidup
berbeda-beda tegantung dari ukuran tubuh, spesies, aktivitas, dan kelengkapan organ
tubuh makhluk hidup.
SIMBIOSIS

1. Simbiosis Parasitisme
a. Tujuan
Mengidentifikasi simbiosis parasitisme di lingkungan sekitar
b. Alat dan Bahan
1. Alat-alat tulis
2. Lembar pengamatan
3. Lingkungan sekitar
c. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Pergilah ke lingkungan sekitar tempat tinggal (kebun/hutan)
3. Cobalah identifikasi beberapa simbiosis parasitisme yang terjadi antara hewan dan
tumbuhan, antara hewan dengan hewan, atau antara tumbuhan dengan tumbuhan
4. Temukan setidaknya 5 hubungan yang terjadi
5. Tuliskan hasil identifikasi pada lembar kerja
6. Cobalah analisis makhluk hidup mana yang dirugikan dan diuntungkan
7. Jenis keuntungan dan kerugian apa yang terjadi dalam simbiosis tersebut?
8. Tuangkan hasilnya untuk melengkapi table.
d. Data Hasil Pengamatan
Tabel 1.7.
Hasil pengamatan simbiosis parasitisme
Pihak yang dirugikan Pihak yang diuntungkan
Jenis hubungan Jenis Jenis makhluk Jenis
No
parasitisme makhluk Jenis kerugian hidup keuntungan
hidup
Gatal dan Menghisap
0 Nyamuk pada manusia Manusia Nyamuk
penyakit kulit darah
Gatal dan Menghisap
1 Lalat pada sapi Sapi Lalat
penyakit kulit darah
Benalu pada pohon Makanan Menyerap
2 Pohon mangga Benalu
mangga berkurang makanan
Terhisap
Menghisap
3 Kutu pada anjing Anjing darahnya dan Kutu anjing
darah anjing
gatal
Tali putri pada pohon Menghambat Mendapat
4 Pohon tetehan Tali putrid
tetehan pertumbuhan makanan
Cacing kremi pada Sakit perut dan Menyerap
5 Manusia Cacing kremi
manusia gatal anus makanan

e. Pembahasan
 Simbiosis parasitisme adalah hubungan dua individu berbeda spesies yang hanya
menguntungka sepihak saja dan pihak yang lainnya dirugikan.
 Nyamuk merugikan manusia karena nyamuk menghisap darah manusia. Manusia
dirugikan karena nyamuk menyebabkan gatal dan menyebabkan penyakit yang
berbahaya yang mengancam kehidupan manusia (nyamuk aides aygepty dan nyamuk
cikungunya.
 Lalat menempel, mengganggu, dan menggigit (menghisap darah sapi) sehingga sapi
merasa gatal (dirugikan) darahnya berkurang.
 Kutu pada anjing menghisap darah anjing sehingga anjing dirugikan. Selain dirugikan,
anjing juga akan merasa gatal.
 Putrid malu yang biasanya menempel pada pohon tetehan (tanaman pagar) menyerap
bahan makanan dari inangnya, sehingga pertumbuhan pohon tetehan itu akan
terhambat.
 Cacing kremi yang hidup di saluran pencernaan manusiamenyerap sari makanan yang
telah dicerna manusia, sehingga pencernaan manusia terganggu.

f. Kesimpulan
Segala jenis hubungan dua individu berbeda spesies yang membuat satu pihak untung
dan pihak lain rugi disebut simbiosis parasitisme. Parasit tidak akan membunuh inangnya karena
kalau inangnya mati, maka parasitnya juga akan mati karena kekurangan sumber makanan.

2. Simbiosis Komensalisme
a. Tujuan
Mengidentifikasi simbiosis komensalisme di lingkungan sekitar
b. Alat dan Bahan
1. Alat-alat tulis
2. Lembar pengamatan
3. Lingkungan sekitar
c. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pergilah ke lingkungan sekitar tempat tinggal (hutan / kebun)
3. Cobalah identifikasi beberapa simbiosis komenlisme yang terjadi antara hewan dan
tumbuhan, antara hewan dengan hewan, atau antara tumbuhan dengan tumbuhan
4. Temukan setidaknya 3-5 hubungan yang terjadi
5. Tuliskan hasil identifikasi pada lembar kerja
6. Cobalah analisis makhluk mana yang diuntungkan dan makhluk mana yang tidak
diuntungkan dan tidak dirugikan
7. Jenis keuntungan apa yang diperolehnya
8. Tuangkan hasilnya dengan melengkapi table
d.Data Hasil Pengamatan
Tabel 1.8.
Hasil pengamatan simbiosis komensalisme
Pihak yang diuntungkan Jenis makhluk hidup
Jenis hubungan
No Jenis makhluk yang tidak untung
simbiosis Jenis keuntungan
hidup dan tidak rugi
Tumbuhan paku dan Mendapat tempat
1 Tumbuhan paku Pohon jati
pohon jati hidup
Anggrek dan pohon Mendapat tempat
2 anggrek Pohon mangga
mangga hidup
Terhindar dari bahaya
Ikan remora dan ikan
3 Ikan remora musuh dan mendapat Ikan hiu
hiu
sisa-sisa makanan

e. Pembahasan
 Tumbuhan paku menempel pada pohon jati namun tidak menyerap makanan dari
inangnya karena tumbuhan paku dapat membuat makanan sendiri.
 Anggrek yang hidup dengan cara menempel pada pohon mangga tidak menyerap
makanan dari inangnya karena anggrek dapat membuat makanan sendiri.
 Dalam hubungan ikan remora dan ikan hiu, ikan remora bisa berada di sekitar ikan hiu
agar terhindar dari bahaya musuh dan bias mendapatkan makanan sisa ikan hiu tanpa
mengganggu ikan hiu.

f. Kesimpulan
Simbiosis komensalisme melibatkan dua individu dimana yang satu diuntungkan,
sedangkan yang lainnya tidak diuntungkan dan tidak dirugikan.

3. Simbiosis Mutualisme
a. Tujuan
Menganalisis simbiosis mutualisme di lingkungan sekitar
b. Alat dan Bahan
1. Alat-alat tulis
2. Lembar pengamatan
3. Lingkungan sekitar
c. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pergilah ke lingkungan sekitar tempat tinggal (hutan / kebun)
3. Cobalah identifikasi beberapa simbiosis mutualisme yang terjadi antara hewan dan
tumbuhan, antara hewan dengan hewan, atau antara tumbuhan dengan tumbuhan
4. Temukan setidaknya 5 hubungan yang terjadi
5. Tuliskan hasil identifikasi pada lembar kerja
6. Jenis keuntungan apa yang diperoleh setiap spesies anggota simbiosis tersebut
7. Tuangkan hasilnya dengan melengkapi table

d. Data Hasil Pengamatan


Tabel 1.9.
Hasil pengamatan simbiosis mutualisme
Pihak I yang diuntungkan Pihak II yang diuntungkan
Jenis hubungan Jenis Jenis makhluk Jenis keuntungan
No Jenis
mutualisme makhluk hidup
keuntungan
hidup
Kupu-kupu dengan Menghisap Terbantu proses
0 Kupu-kupu bunga
bunga madu penyerbukannya
Ular sawah dengan Makan tikus Hama tikus
1 Ular sawah petani
petani sawah berkurang
Mendapat
Bakteri Rhizobium – Akar tanaman Mendapat nitrogen
2 Rhizobium habitat pada
akar tanaman polong polong dari bakteri
akar tanaman
Burung jalak dan Kenyang
3 Burung jalak Kerbau Bebas dari kutu
kerbau makan kutu

e. Pembahasan
 Dalam hubungan kupu-kupu dan bunga, kupu-kupu membantu bunga dalam
penyerbukan sedangkan kupu-kupu dapat menghisap madu dari bunga. Jadi keduanya
sama-sama diuntungkan.
 Ular sawah dapat membantu petani mengurangi tikus dengan cara memangsa tikus-
tikus tersebut yang merusak dan makan padi.
 Bakteri Rhizobium mendapatkan habitat habitat hidupnya pada akar tanaman
polongan, sedangkan tanaman polonganmendapat keuntungan berupa nitrogen yang
didapat dari bakteri Rhizobium. Tanpa bakteri tersebut, polongan tidak dapat
mengambil nitrogen dari udara bebas.
 Burung jalak yang hinggap di punggung kerbau memakan kutu-kutu kerbau,
sedangkan kerbau merasa nyaman karena kutu-kutu di tubuhnya berkurang.

f. Kesimpulan
Simbiosis mutualisme adalah hubungan dua spesies yang hidup bersama dan saling
menguntungkan.

EKOSISTEM PERAIRAN
I. Teori
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati
yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem perairan ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya
berupa perairan. terdapat beberapa jenis ekosistem perairan, diantaranya ekosistem air tawar dan
air laut. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk
ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.

II. Tujuan Mengamati komponen-kompnen yang terdapat pada ekosistem perairan.

III. Alat dan Bahan


1. Alat tulis.
2. Loup
2. Barometer
3. Termometer.
4. Lingkungan sekitar

IV. Cara Kerja


1. Tentukan 1 ekosistem perairan alam atau buatan di sekitar tempat tinggal atau sekolah.
2. Amati kompinen abotinya, cata semua data.
3. Amati pula komponen biotiknya catat data yang di peroleh
4. Buat kesimpulan seara singkat

V. Hasil Pengamatan
Tabel 2.5
Komponen abiotik ekosistem perairan
No Komponen Abiotik Kondsi /Keadaan
1 Tanah BerpH masam, ditempat rendah
2 Air rawa Keruh
3 Cahaya matahari Keruh
4 Angin Redup
5 Udara Sejuk

Tabel 2.6
Komponen biotik ekosistem perairan
No Jenis Tumbuhan Jenis Hewan Pengurai
1 Rumput Kuda Ikan Cacing
2 Putri Malu Semut Jamur
3 Kering Bunting Katak Jentik - Jentik
4 Paku – Pakuan Kadal Bakteri
VI. Pembahasan
Ekosistem mempunyai struktur penyusun, yaitu :
 Bahan tak hidup (faktor-faktor abiotik) ü
 Produsen (organisme autotrof)
 Konsumen (organisme heterotrof)
 Pengurai (decomposer)
Detritifor Didalam komponen-komponen ekosistem terutama ekosistem perairan komponen
bahan tak hiduk mengisi hamper banyak dari komponen hidup, dapat dicontohkan yaitu air.

VII. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekosistem perairan
merupakan suatu ekosistem yang komponen abiotiknya yaitu air merupakan suatu komponen
yang jumlahnya paling banyak dibandingkan dengan komponen-komponen lainnya.

Anda mungkin juga menyukai