b. Pembahasan
Seismonasti
Seismonasti adalah gerak pada tumbuhan karena adanya rangsangan
berupa getaran. Daun putri malu akan menutup bila disentuh. Perlakuan
sentuhan yang berbeda, pengaruhnya juga berbeda. Jika sentuhan halus,
proses menutupnya lambat. Bila disentuh dengan sedang, reaksinya agak
cepat menutup. Dan jika disentuh dengan kasar akan dengan cepat menutup
daun dan tangkainya. Reakei ini terjadi akibat perubahan tiba-tiba dalam
keseimbangan air yang terjadi pada bantal daun yang kehilangan tekanan air
sehingga daun maupun tangkai mengatup.
Niktinasti
Niktinasi merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh suasana gelap,
sehingga disebut juga gerak tidur. Selain disebabkan oleh suasana gelap,
gerak tidur daun-daun tersebut dapat terjadi akibat perubahan tekanan turgor
di dalam persendian daun.Pengamatan niktinasti pada tumbuhan putri malu,
dengan menyimpan putri malu di tempat terang atau terbuka dan
membandingkannya dengan putri malu yang diletakkan di tempat tertutup
atau kedap cahaya. Pada tumbuhan putri malu yang berada di tempat kedap
cahaya, daun-daun putri malu tersebut mulai mengatup. Hal-hal yang
menyebabkannya sama seperti yang terjadi pada saat gerak tidur pada
tumbuhan putri malu.
Jadi kesimpulannya adalah :
1) Sentuhan halus pada daun putri malu menyebabkan gerak
menutup daun dengan pelan.
2) Tumbuhan putri malu yang berada di tempat kedap cahaya,
daun-daun putri malu tersebut mulai mengatup. Sedangkan
tumbuhan putri malu yang berada di tempat terang, daunnya
tetap membuka.
3) Tujuan putri malu mengatupkan daunnya ialah sebagai alat
untuk pertahanan diri dan hewan-hewan yang akan
mengkonsumsinya dan untuk melindungi simpanan airnya dan
penguapan yang dikarenakan oleh angin.
d. Jawaban Pertanyaan
1) Polong-polongan seperti bunga merak dan daun kupu-kupu. Daun-daun tersebut
akan menutup pada malam hari dan akan membuka kembali jika matahari terbit.
2) Pada percobaan di atas, Seismonasti adalah gerak putri malu dipengaruhi rangsang
sentuhan, sedangkan niktinasti adalah gerak daun putri malu dipengaruhi rangsang
dari cahaya.
LAMPIRAN
CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP
1.
Kadal
Daur hidup kadal
Semut
Daur hidup semut
Pohon Pisang
Tunas Pisang
Pohon Kersen
Buah Kersen
10
Biji Kemuning
Bungka Kemuning
LAMPIRAN II
GERAK PADA TUMBUHAN
PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN
(VEGETATIF ALAMI ATAU VEGETATIF BUATAN)
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum perbanyakan vegetatif ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mengetahui informasi mengenai perbanyakan tanaman secara vegetatif dan
mampu menerapkan cara perbanyakan dengan vegetatif.
b. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan antara perbanyakan vegetatif secara akami dan
perbanyakan vegetatif buatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Umbi
Umbi kecuali berperan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan juga
berperan sebagai alat perkembangbiakan. Berdasarkan cirinya umbi dapat dibedakan
atas umbi batang, umbi akar dan umbi lapis.
1). Bulb (Umbi Lapis) Merupakan umbi yang tersusun atas lapisan-lapisan yang
membungkus bagian yang disebut cakram. Dari cakram inilah nantinya muncul individu
baru sebagai keturunannya. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi lapis adalah :
bawang merah, bakung dll.
2). Corn (Umbi batang)
Umbi batang memiliki ciri terdapat beberapa mata tunas, sehingga dari satu umbi dapat
menghasilkan beberapa individu baru sebagai keturunannya. Contoh tumbuhan yang
menghasilkan umbi batang adalah kentang, ubi jalar dll
3). Umbi akar Umbi akar tidak memiliki mata tunas, sehingga tunas baru hanya muncul
pada satu tempat yaitu pada pangkal umbi yang merupakan tempat pelekatannya dengan
batang. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi akar adalah dahlia, bengkuang dan
lobak.
b. Tunas
(Handoyo, 2014)
d. Stolon/Geragih
batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau tumbuh di bawah
permukaan tanah dan pada interval tertentu memunculkan tunas ke permukaan tanah.
Contoh: strawberry, lili paris, arbei (Raharja, dkk, 2003).
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif alami
a. Suhu
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan
adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih
atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat
atau berhenti.
b. Kelembaban udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan.
Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada
pembentukan sel yang lebih cepat.
c. Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis
(khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka
tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada
kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
d. Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan
dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon
giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan
pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang
(Rochiman.2002).
b. Stek
Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari
tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian - bagian tanaman
tersebut menghasilkan tanaman baru. Teknis sangat mudah. Perbanyakan dengan stek
umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman
yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan
induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat
tumbuhnya akar.
c.Okulasi
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara
menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata
tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang
sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U
terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian
tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah
tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan
atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi
yaitu : mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata),
alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.) (Hartmann, dkk. 1997).
d.Menyambung/ Mengenten
Menyambung atau mengenten adalah menggabungkan batang bawah dan batang atas dua
tanaman yang sejenis. Misalnya, ada dua tanaman mangga. Tanaman mangga pertama berakar
kuat tetapi buahnya asam, sedangkan tanaman mangga kedua berakar lemah tetapi buahnya
sangat manis. Untuk memperoleh pohon mangga yang berakar kuat dan berbuah manis, maka
batang bawah dari tanaman mangga berakar kuat disambungkan dengan batang atas tanaman
mangga yang berbuah manis.
e. Merunduk
Merunduk adalah memperbanyak tumbuhan dengan cara merundukan batang atau cabang
ke tanah sehingga tumbuh akar. Tumbuhan yang biasa dikembangbiakan antara lain sirih,
strawberry, alamanda, anyelir, apel, selada air,anggur dan sebagainya.
f. Kultur jaringan
Yaitu perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan cara mengambil jaringan tertentu dari
suatu tanaman(tunas,akar,daun) dan dikembangkan dalam media khusus.
(Handoyo, 2014)
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
a. Faktor Intern :
1) Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi)
2) ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)
b. Faktor Ekstern :
1) Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
2) Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi)
3) Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak
banyak, maka perlu diberi naungan)
4) Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan
tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga
menyebabkan kebusukan) (Mangoendidjojo, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
Cutter = untuk memotong bahan
Plastik es = untuk mengikat dan menyungkup
Polibag dan bak pasir = untuk tempat menanam
Kertas Label = untuk pelabelan
Bahan :
Bawang merah = untuk bahan tanam umbi lapis
Kentang = untuk bahan tanam umbi batang
Tanaman mawar = untuk perbanyakan okulasi
Tanaman bougenvil = untuk perbanyakan grafting
Tanaman rosemary = untuk perbanyakan stek batang
Campuran pasir dan kompos= sebagai media tanam
ZPT = sebagai zat perangsang pertumbuhan akar
Tanpa dipotong
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 8 hst
2. Jumlah tunas 2 2 1 0 0
3. Tinggi tanaman (cm) 1 1,5 5 0 0
Dipotong setengah
No. Parameter Pengamatan Minggu ke- (hst)
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 10 hst
2. Jumlah tunas 2 7 5 4 0
3. Tinggi tanaman (cm) 0,2 0,5 0,5 1 0
Daun bawah
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 8 hst
2. Jumlah tunas 0 13 10 11 12
Daun utuh
Minggu ke- (hst)
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 8 hst
2. Jumlah tunas 0 5 6 6 7
4. Stek Batang
Batang atas
Minggu ke-
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 0
2. Jumlah tunas 0 0 0 0 0
3. Persentase tanaman hidup 100% 100% 0% 0% 0%
Batang tengah
Minggu ke-
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 0
2. Jumlah tunas 0 0 0 0 0
3. Persentase tanaman hidup 100% 100% 0% 0% 0%
Batang bawah
Minggu ke-
No. Parameter Pengamatan
1 2 3 4 5
1. Saat munculnya tunas 0
2. Jumlah tunas 0 0 0 0 0
3. Persentase tanaman hidup 100% 30% 0% 0% 0%
5. Okulasi
Parameter Minggu ke-
No
Pengamatan 1 2 3 4 5
1. Saat
munculnya 0
tunas
2. Jumlah tunas 0 0 0 0 0
3. Warna Tunas Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat
Kehita Kehitaman Kehitaman Kehitaman Kehitaman
man
6. Grafting
Parameter Minggu ke-
No
Pengamatan 1 2 3 4 5
1. Saat
munculnya 14 hst
tunas
2. Warna Tunas Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat
segar segar segar segar segar
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembiakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atautidak
menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan
manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi,
rizoma, dan geragih (stolon).
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman yangdiperbanyak
secara vegetatif menggunakan umbi lapis (bawang merah) mampu tumbuh dengan baik, baik
yang kontrol maupun perlakuan. Sedangkan untuk umbi batang (kentang) pemberian ZPT tidak
terlalu berbeda nyata hasilnya dengan yang tanpa ZPT, hanya beda masa tumbuhnya tunas
karena yang diberi ZPT tumbuh tunas terlebih dahulu, begitupun tinggi tanaman juga tidak
terlalu beda jauh. Sedangkan stek batang dan okulasi yang mati lebih diakibatkan perawatan
yang kurang maksimal saat pengamatan,
karena penyiraman tidak teratur. Selain faktor tersebut, kesalahan saat melakukan proses
stek batang dan stek daun juga berpengaruh terhadap matinya tanaman yg diperbanyakdengan
stek batang dan stek daun pada praktikum ini.
EKOSISTEM DARAT
A. Tujuan
Membandingkan komponen-komponen yang terdapat pada ekosistem darat alami dan buatan
B. Alat dan Bahan
1. Alat tulis.
2. Loup
1. Barometer
2. Lingkungan sekitar
A. Cara Kerja
Ekosistem darat alami di sekitar tempat tinggal ditentukan.
Komponen abiotiknya meliputi suhu udara, pencahayaan, angin, jenis/warna tanah
diamati.
Suhu udara diamati menggunakan barometer, sementara untuk keadaan pencahayaan,
angin, atau tanah dapat diperkirakan saja
Semua data dicatat.
Komponen biotik dapat diamati setelah mengamati komponen abiotik. Semua makhuk
hidup yang ada di ekosistem dicatat.
Jenis tumbuhan sebagai produsen yang ada dicatat.
Semua jenis hewan sebagai konsumen yang ditemui di ekosistem tersebut maupun yang
hanya singgah dicatat.
Hewan-hewan kecil yang mungkin terdapat di dalam tanah, sela-sela daun/batang juga
diamati.
Sebagai pembanding ditentukan ekosistem darat buatan yang ada disekitar tempat tinggal
Kesimpulan umum tentang perbedaan pada kedua tipe ekosistem tersebut dibuat.
B. Hasil Pengamatan
Komponen abiotik ekosistem darat alami
No Komponen abiotik Kondisi/keadaan
1 Tanah Kering
2 Udara 32º C
3 Cahaya Redu, tidak panas
4 Angin Semilir, perlahan
5 Air Keruh, tidak jernih
C. Pembahasan
Ekosistem adalah dimana pada suatu kawasan yang didalamnya terdapat unsur biotik
(hidup) dan abiotik (tak hidup) terjadi hubungan timbal balik antara unsure-unsur tersebut
membentuk system ekologi. Jadi ekosistem merupakan suatu fungsional dan structural dari
lingkungan. Ekosistem berdasarkan terjadinya bisa secara alami atau buatan.
D. Pertanyaan
Menurut pendapat anda ekosistem manakah yang mmepunyai jenis komponen biotik
lebih banyak? Mengapa demikian? Jelaskan secara singkat!
E. Jawaban Pertanyaan
Didalam ekosistem mempunyai jenis komponen yang bermacam-macam, namun
ekosistem yang mempunyai komponen biotic dengan jumlah yang banyak adalah kosistem darat
alami. Ditinjau dari data yang diperoleh, jumlah yang lebih banyak adalah eosistem darat alami.
Hal ini dapat dicontohkan pada kosistem hutan. Hutan mempunyai omponen biotic yang banyak
dan hewannya mempunyai berbagai jenis dan bermacam spesies.
F. Kesimpulan
Dari pengamatan pada lingkungan sekitar dapat disimpulkan bahwa peredaan ekosistem
darat alami dengan darat buatan yaitu dengan mengacu pada bentuk terjadinya. Jika pada
ekosistem darat alami dalam proses terjadinya tidak ada unsure campur tangan dari makhluk
hidup lain yang komponen-komponen didalam ekosistem darat buatan bisa diatur oleh manusia.
Pencemaran Lingkungan (Pengaruh Deterjen)
Pengaruh deterjen terhadap perkecambahan
A. Tujuan
Mengamati pengaruh deterjen terhadap perkecambahan kacang hijau.
B. Alat dan bahan
1. Neraca analitik/ sendok teh 1 buah
2. Gelas kimia 600 ml 10 buah
3. Kertas saring
4. Kertas timah
5. Mistar
6. Kertas untuk label
7. Gelas kimia 1000 ml 1 buah
8. Air ledeng
9. Deterjen serbuk 1gram.
C. Cara kerja
1. Sediakan larutan deterjen 100%, 50%, 25%, 12,50%, 6,25%, 3,10%, serta control air
ledeng. Lalu simpan cairan dengan gelas kimia beri label.
2. Cara menyediakan larutan dapat dilihat pada percobaan 1
3. Sediakan 6 gelas kimia lain, beri label control, I,II,III,IV,V, dan VI masing-masing diberi
lingkaran kertas saring.
4. Masukkan kacang hijau ke dalam air pada gelas kimia. Buanglah kacang yang
mengapung.
5. Ambil 10 butir lalu rendam dalam larutan I, 10 butir dalam larutan II,10 butir dalam
larutan III, 10 butir dalam larutan IV, 10 butir dalam larutan V, 10 butir dalam larutan VI
dan 10 butir dalam larutan control
6. Aturlah kacang hijau dalam gelas kimia dengan label yang sesuai.
7. Isilah gelas kimia yang telah diisi kacang hijau dengan larutan berlabel sama.
8. Tutup kelima gelas dengan kertas timah sehingga tidak ada cahaya masuk.
9. Lakukan pengamatan setelah 24 jam dan 48 jam. Ukur panjang akar dengan mistar.
Kacang hijau yang tidak tumbuh akar dianggap memiliki panjang akar = 0 mm.
10. Buatlah grafik rata-rata pertumbuhan kecambah per konsentrasi setelah 24 jam dan 48
jam.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 2.10.
Pengaruh deterjen terhadap tumbuhan
Konsentrasi larutan deterjen
No. Hari ke-1 (24)
100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,1% Kontrol
1 1 1 2 2 2 3 5
2 1 2 2 2 3 4 6
3 1 2 3 3 3 4 6
4 1 2 2 2 3 3 5
5 1 1 2 0 4 3 7
6 0 2 3 2 3 4 7
7 1 0 0 2 3 4 6
8 1 1 2 2 2 3 7
9 0 2 0 2 3 3 6
10 1 0 0 3 3 4 7
Jumlah 8 13 16 20 29 35 62
Rata-
1 1 2 2 3 4 6
rata
E. Pembahasan
Pencemaran lingkungan menimbulkan banyak kerugian bagi manusia serta lingkungan. Ada 4
tahap pencemaran
1. Pencemaran tidak menimbulkan kerugian, dilihat dari kadar dan waktu.
2. Pencemaran yang mulai menimbulkan gangguan pada komponen ekosistem
3. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi yang fatal.
4. Pencemaran yang menimbulkan kematian, dari kadar yang tinggi.
F. Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa kecambah pada kadar konsentrasi tertentu (rendah)
masih bisa mengalami pertumbuhan walaupun ada hambatan, tetapi pada konsentrasi tinggi
kecambah tumbuh namun tidak mengalami pertumbuhan dan pada akhirnya akan mati.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita dapat hidup tanpa makanan dan minuman selama beberapa hari, tetapi kita perlu
bernapas setiap beberapa detik. Hanya sedikit makhluk hidup yang dapat tetap hidup lebih dari
lima menit tanpa bernapas. Makhluk hidup perlu bernapas untuk memasukkan oksigen dari udara
dan mengeluarkan gas buangan untuk melakukan respirasi. Respirasi adalah serangkaian reaksi
biokimiawi yang memerlukan oksigen untuk mengoksidasi zat-zat makanan guna menghasilkan
energi yang diperlukan oleh tubuh makhluk hidup untuk melakukan berbagai aktvitas kehidupan,
seperti bergerak, tumbuh, dan bereproduksi.
Dalam pengertian sehari-hari, bernapas sekadar diartikan sebagai proses pertukaran gas
di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi tidaklah demikian. Pernapasan lebih
menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel
tubuh untuk memperoleh energi atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama
adalah karbohidrat.
Selain hewan, tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernapasannya, umumnya diserap
melalui daun (stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi aerob. Bila dalam
keadaan anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal pada
akar yang tergenang air.
Keanekaragaman makhluk hidup baik dari jenis atau spesiesnya menyebabkan adanya
perbedaan sistem respirasinya baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Kebutuhan oksigen
kucing tentu akan berbeda dengan kebutuhan oksigen cacing pita. Hal ini dikarenakan adanya
faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya. Berdasarkan hal tersebut
diadakan praktikum yang berjudul “respirasi” untuk menyelidiki bagaimana makhluk hidup
membutuhkan oksigen, kemudian mengetahui kuantitas pernapasan yang dialami oleh makhluk
hidup yang berbeda baik dari ukuran tubuh dari spesies yang sama maupun dari spesies yang
berbeda.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya.
2. Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat
tubuhnya.
C. Manfaat
Setelah melakukan praktikum mengenai respirasi, mahasisiwa dapat membuktikan bahwa setiap
organisme memerlukan oksigen dan setiap organisme memiliki kebutuhan oksigen yang
berbeda-beda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Resirasi adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida. Udara masuk ke dalam
paru melalu inspirasi dan dikeluarkan melalui ekspirasi. Otot yang membantu proses respirasi
adalah diafragma dan interkostal eksternal dan internal. Selama inspirasi, kontraksi diafragma ke
arah bawah meningkatkan volume rongga thoraks,menyebabkan udara masuk ke dalam paru
dengan cepat. Otot interkostalis eksterna membantu proses inspirasi dengan cara menggerakkan
tulang iga ke atas. Selama ekspirasi, diafragma mengalami relaksasi bergerak menuju/melawan
paru, mengurangi volume rongga thoraks, dan hal ini memaksa udara keluar dari paru. Secara
bersamaan, interkostalis menurunkan tulang iga, membantu ekspirasi (Lyrawati, 2012).
Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada
kekhasannya. Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat makanan sumber
energi (umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia berupa ATP. Namun demikian, zat
sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa, melainkan masih dalam bentuk cadangan
makanan, yaitu berupa sukrosa atau amilum. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di
bongkar secara hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang hendak dibongkar
adalah lipida (lemak) atau protein (Suyitno, 2006).
Penggunaan hasil fotosintesis pada satu proses akan mengurangi penggunaan pada
proses yang lain dan dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu malam terlalu tinggi akan menyebabkan
peningkatan respirasi yang mengakibatkanpeningkatan pembongkaran hasil fotosintesis,
akibatnya hasil fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan
menurun. Adanya peristiwa fotorespirasi juga mengakibatkan pengurangan hasil fotosintesis.
Ketika laju fotosintesis dan laju respirasi seimbang akan menyebabkan tidak adanya hasil
fotosintesis yang digunakan untuk pertumbuhan dan cadangan makanan (Sugito dalam
Lestari (2006).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan
organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun
anaerobik. Respirasi aerob adalah respirasi yang memerlukan oksigen. Respirasi
aerob terjadi pada sitoplasma dan di dalam mitokondria dan menghasilkan 36
ATP dari satu molekul glukosa. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi (Andhi, 2011).
Mekanisme pernapasan pada serangga misalnya belalang, adalah sebagai berikut. Jika
otot perut belalang berkontraksi maka trakea memipih sehingga udara kaya karbondioksida
keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula
sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tekanan diluar sebagai
akibatnya udara di luar yang kaya oksigen masuk trakea. Sistem trakea berfungsi mengangkut
oksigen dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut karbondioksida
hasil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya
berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan (Yudiarti,
2004).
Perpindahan gas melalui permukaan membran pernapasan, masuk dan keluaar sel tubuh
selalu dengan cara difusi. Jika gas tidak tersedia dalam air, gas itu akan larut dalam permukaan
membran yang basah dan melewatinya menurut gradiaen konsentrasi, karena oksigen itu
dipergunakan oleh sel-sel,maka kadarnya dalam sel dan tubuh akan selalu rendah daripada
dalam lingkungan, baik dalam air maupun di udara tempat hewan itu hidup. Sebaliknya sel-sel
tersebut memprodusi karbondioksida, karena itu dalam sel dan tubuh, gas itu selalu
terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada dalam lingkungannya (Tim Dosen
Biologi Dasar, 2013).
Sel hidup membutuhkan transfusi energi dari sumber-sumber luar untuk melakukan
tugas-tugasnya yang sedemikian banyak misalnya , merakit polimer, memompa zat melintasi
membran, bergerak, dan bereproduksi. Panda raksasa memperoleh energi untuk sel-selnya
dengan cara memakan tumbuhan. Beberapa hewan memakan organisme lain yang memakan
tumbuhan. Energi yang tersimpan dalam molekul-molekul organik dari makanan sebenarnya
berasal dari matahari. Energi mengalir ke dalam ekosistem sebagai cahaya metahari dan
meninggalkan ekosistem sebagai panas. Sebaliknya, unsur-unsur kimia yang esensial bagi
kehidupan didaur ulang. Fotosintesis menghasilkan oksigen dan molekul organik yang
digunakan oleh mitokondria eukariota sebagi bahan bakar untuk respirasi selular. Respirasi
menguraikan bahan bakar ini, menghasilkan ATP. Produk-produk buangan dari tipe respirasi ini,
yaitu karbondioksida dan air, meupakan bahan mentah bagi fotosintesis (Campbell, 2008).
Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain karbohidrat, senyawa lain kadang-kadang dapat
berperan sebagai substrat respirasi. Biji-biji tertentu, misal biji jarak , mengandung banyak
lemak sebagai bahan cadangan yang terdapat dalam jaringan endosperma yang mengelilingi
embrio. Selama beberapa hari pertama perkecambahan, lemak-lemak ini diubah terutama
menjadi sukrosa ysang selanjutnya diserap dan respirasi oleh embrio yang sedang tumbuh.
Metabolisme respirasi dalam endosperma dari biji-biji mengandung lemak yang sedang
berkecambah itu terutama dari penguraian lemak menjadi sukrosa sedangkan embrio yang
sedang tumbuh merespirasi sukrosa menjadi karbondioksida dan air. Perubahan lemak menjadi
sukrosa dalam jaringan endosperma biji yang mengandung lemak (Sasmitamihardja, 1996).
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam proses fosfolirasi oksidatif
untuk menghasilkan ATP. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen. Proses
semacam itu disebut respirasi anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan
ATP dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak ialah
respirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya menghasilkan 2 molekul
ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang sama akan menghasilkan 36 atau 38 molekul
atp. Oleh karena itu, hampir semua hewan sangat bergantung pada proses respirasi (pembentukan
atp) secara aerob. Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan
air, yang harus segera dikeluarkan dari sel (Isnaeni, 2006).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Satu set respirometer simple
b. Spoit 1 buah
c. Stopwatch 1 buah
2. Bahan
a. Vaselin
b. Kapas
c. KOH Kristal
d. Larutan Eosin
e. 10 buah kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus)
f. 1 ekor belalang besar dan 1 ekor belalang kecil (Disosteria carolina)
g. 1 ekor kecoa besar dan 1 ekor kecoa kecil (Blatta orientalis)
B. Langkah Kerja
1. Percobaan I
Mengambil 1 ekor belalang yang berukuran besar dengan
berat tubuh sama atau hampir sama dengan kecoa besar yang akan diteliti.
Membungkus 1 butir Kristal KOH dengan kapas tipis
kemudian memasukkannya ke dalam tabung respirometer.
Memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer.
Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang
berhubungan dengan pipa kaca berskala, kemudian mengolesinya dengan vaselin
pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk mencegah
kebocoran.
Meletakkan tabung respirometer pada sandarannya.
Menetesi ujung pipa kaca berskala dengan larutan eosin
sampai masuk kedalam salurannya.
Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa
berskala, kemudian mencatat berapa jarak mulai dari skala 0,0 setiap 1 menit
hingga menit ke-5.
Setelah dilakukan pengamatan selama 5 menit, kemudian
mengeluarkan belalang dari tabung respirometer.
Mencuci tabung respirometer, dan memasukkan belalang
kecil yang memiliki ukuran tubuh sama atau hampir sama dengan kecoa kecil.
Mengulang langkah kerja b sampai g untuk pengamatan
belalang kecil.
2. Percobaan II
Membersihkan kembali respirometer sederhana yang telah digunakan.
Melakukan percobaan II dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan I,
dengan menggunakan kecoa besar dan kecoa kecil dengan ukuran berat tubuh
yang hampir sama dengan belalang.
3. Percobaan III
Membersihkan respirometer yang telah digunakan.
Melakukan percobaan III dengan tata urutan kerja yang
sama pada percobaan I, dengan menggunakan kecambah kacang hijau yang belum
dikuliti dan yang telah dikuliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda
Penunjukan skala
Menit ke
Belalang besar Belalang kecil
1 0,40 0,26
2 0,60 0,40
3 0,72 0,57
4 0,80 0,70
5 0,90 0,86
B. Analisis Data
a. Belalang besar
b. Belalang kecil
c. Kecoa besar
d. Kecoa kecil
A. Analisis Grafik
1. Organisme yang sama dengan massa yang berbeda
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Setiap organisme memerlukan oksigen
untuk bernapas karena oksigen digunakan sebagai oksidator makanan dalam tubuh
makhluk hidup untuk diubah menjadi energi.
2. Kebutuhan oksigen setiap makhluk hidup
berbeda-beda tegantung dari ukuran tubuh, spesies, aktivitas, dan kelengkapan organ
tubuh makhluk hidup.
SIMBIOSIS
1. Simbiosis Parasitisme
a. Tujuan
Mengidentifikasi simbiosis parasitisme di lingkungan sekitar
b. Alat dan Bahan
1. Alat-alat tulis
2. Lembar pengamatan
3. Lingkungan sekitar
c. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Pergilah ke lingkungan sekitar tempat tinggal (kebun/hutan)
3. Cobalah identifikasi beberapa simbiosis parasitisme yang terjadi antara hewan dan
tumbuhan, antara hewan dengan hewan, atau antara tumbuhan dengan tumbuhan
4. Temukan setidaknya 5 hubungan yang terjadi
5. Tuliskan hasil identifikasi pada lembar kerja
6. Cobalah analisis makhluk hidup mana yang dirugikan dan diuntungkan
7. Jenis keuntungan dan kerugian apa yang terjadi dalam simbiosis tersebut?
8. Tuangkan hasilnya untuk melengkapi table.
d. Data Hasil Pengamatan
Tabel 1.7.
Hasil pengamatan simbiosis parasitisme
Pihak yang dirugikan Pihak yang diuntungkan
Jenis hubungan Jenis Jenis makhluk Jenis
No
parasitisme makhluk Jenis kerugian hidup keuntungan
hidup
Gatal dan Menghisap
0 Nyamuk pada manusia Manusia Nyamuk
penyakit kulit darah
Gatal dan Menghisap
1 Lalat pada sapi Sapi Lalat
penyakit kulit darah
Benalu pada pohon Makanan Menyerap
2 Pohon mangga Benalu
mangga berkurang makanan
Terhisap
Menghisap
3 Kutu pada anjing Anjing darahnya dan Kutu anjing
darah anjing
gatal
Tali putri pada pohon Menghambat Mendapat
4 Pohon tetehan Tali putrid
tetehan pertumbuhan makanan
Cacing kremi pada Sakit perut dan Menyerap
5 Manusia Cacing kremi
manusia gatal anus makanan
e. Pembahasan
Simbiosis parasitisme adalah hubungan dua individu berbeda spesies yang hanya
menguntungka sepihak saja dan pihak yang lainnya dirugikan.
Nyamuk merugikan manusia karena nyamuk menghisap darah manusia. Manusia
dirugikan karena nyamuk menyebabkan gatal dan menyebabkan penyakit yang
berbahaya yang mengancam kehidupan manusia (nyamuk aides aygepty dan nyamuk
cikungunya.
Lalat menempel, mengganggu, dan menggigit (menghisap darah sapi) sehingga sapi
merasa gatal (dirugikan) darahnya berkurang.
Kutu pada anjing menghisap darah anjing sehingga anjing dirugikan. Selain dirugikan,
anjing juga akan merasa gatal.
Putrid malu yang biasanya menempel pada pohon tetehan (tanaman pagar) menyerap
bahan makanan dari inangnya, sehingga pertumbuhan pohon tetehan itu akan
terhambat.
Cacing kremi yang hidup di saluran pencernaan manusiamenyerap sari makanan yang
telah dicerna manusia, sehingga pencernaan manusia terganggu.
f. Kesimpulan
Segala jenis hubungan dua individu berbeda spesies yang membuat satu pihak untung
dan pihak lain rugi disebut simbiosis parasitisme. Parasit tidak akan membunuh inangnya karena
kalau inangnya mati, maka parasitnya juga akan mati karena kekurangan sumber makanan.
2. Simbiosis Komensalisme
a. Tujuan
Mengidentifikasi simbiosis komensalisme di lingkungan sekitar
b. Alat dan Bahan
1. Alat-alat tulis
2. Lembar pengamatan
3. Lingkungan sekitar
c. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pergilah ke lingkungan sekitar tempat tinggal (hutan / kebun)
3. Cobalah identifikasi beberapa simbiosis komenlisme yang terjadi antara hewan dan
tumbuhan, antara hewan dengan hewan, atau antara tumbuhan dengan tumbuhan
4. Temukan setidaknya 3-5 hubungan yang terjadi
5. Tuliskan hasil identifikasi pada lembar kerja
6. Cobalah analisis makhluk mana yang diuntungkan dan makhluk mana yang tidak
diuntungkan dan tidak dirugikan
7. Jenis keuntungan apa yang diperolehnya
8. Tuangkan hasilnya dengan melengkapi table
d.Data Hasil Pengamatan
Tabel 1.8.
Hasil pengamatan simbiosis komensalisme
Pihak yang diuntungkan Jenis makhluk hidup
Jenis hubungan
No Jenis makhluk yang tidak untung
simbiosis Jenis keuntungan
hidup dan tidak rugi
Tumbuhan paku dan Mendapat tempat
1 Tumbuhan paku Pohon jati
pohon jati hidup
Anggrek dan pohon Mendapat tempat
2 anggrek Pohon mangga
mangga hidup
Terhindar dari bahaya
Ikan remora dan ikan
3 Ikan remora musuh dan mendapat Ikan hiu
hiu
sisa-sisa makanan
e. Pembahasan
Tumbuhan paku menempel pada pohon jati namun tidak menyerap makanan dari
inangnya karena tumbuhan paku dapat membuat makanan sendiri.
Anggrek yang hidup dengan cara menempel pada pohon mangga tidak menyerap
makanan dari inangnya karena anggrek dapat membuat makanan sendiri.
Dalam hubungan ikan remora dan ikan hiu, ikan remora bisa berada di sekitar ikan hiu
agar terhindar dari bahaya musuh dan bias mendapatkan makanan sisa ikan hiu tanpa
mengganggu ikan hiu.
f. Kesimpulan
Simbiosis komensalisme melibatkan dua individu dimana yang satu diuntungkan,
sedangkan yang lainnya tidak diuntungkan dan tidak dirugikan.
3. Simbiosis Mutualisme
a. Tujuan
Menganalisis simbiosis mutualisme di lingkungan sekitar
b. Alat dan Bahan
1. Alat-alat tulis
2. Lembar pengamatan
3. Lingkungan sekitar
c. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pergilah ke lingkungan sekitar tempat tinggal (hutan / kebun)
3. Cobalah identifikasi beberapa simbiosis mutualisme yang terjadi antara hewan dan
tumbuhan, antara hewan dengan hewan, atau antara tumbuhan dengan tumbuhan
4. Temukan setidaknya 5 hubungan yang terjadi
5. Tuliskan hasil identifikasi pada lembar kerja
6. Jenis keuntungan apa yang diperoleh setiap spesies anggota simbiosis tersebut
7. Tuangkan hasilnya dengan melengkapi table
e. Pembahasan
Dalam hubungan kupu-kupu dan bunga, kupu-kupu membantu bunga dalam
penyerbukan sedangkan kupu-kupu dapat menghisap madu dari bunga. Jadi keduanya
sama-sama diuntungkan.
Ular sawah dapat membantu petani mengurangi tikus dengan cara memangsa tikus-
tikus tersebut yang merusak dan makan padi.
Bakteri Rhizobium mendapatkan habitat habitat hidupnya pada akar tanaman
polongan, sedangkan tanaman polonganmendapat keuntungan berupa nitrogen yang
didapat dari bakteri Rhizobium. Tanpa bakteri tersebut, polongan tidak dapat
mengambil nitrogen dari udara bebas.
Burung jalak yang hinggap di punggung kerbau memakan kutu-kutu kerbau,
sedangkan kerbau merasa nyaman karena kutu-kutu di tubuhnya berkurang.
f. Kesimpulan
Simbiosis mutualisme adalah hubungan dua spesies yang hidup bersama dan saling
menguntungkan.
EKOSISTEM PERAIRAN
I. Teori
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati
yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem perairan ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya
berupa perairan. terdapat beberapa jenis ekosistem perairan, diantaranya ekosistem air tawar dan
air laut. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk
ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
V. Hasil Pengamatan
Tabel 2.5
Komponen abiotik ekosistem perairan
No Komponen Abiotik Kondsi /Keadaan
1 Tanah BerpH masam, ditempat rendah
2 Air rawa Keruh
3 Cahaya matahari Keruh
4 Angin Redup
5 Udara Sejuk
Tabel 2.6
Komponen biotik ekosistem perairan
No Jenis Tumbuhan Jenis Hewan Pengurai
1 Rumput Kuda Ikan Cacing
2 Putri Malu Semut Jamur
3 Kering Bunting Katak Jentik - Jentik
4 Paku – Pakuan Kadal Bakteri
VI. Pembahasan
Ekosistem mempunyai struktur penyusun, yaitu :
Bahan tak hidup (faktor-faktor abiotik) ü
Produsen (organisme autotrof)
Konsumen (organisme heterotrof)
Pengurai (decomposer)
Detritifor Didalam komponen-komponen ekosistem terutama ekosistem perairan komponen
bahan tak hiduk mengisi hamper banyak dari komponen hidup, dapat dicontohkan yaitu air.
VII. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekosistem perairan
merupakan suatu ekosistem yang komponen abiotiknya yaitu air merupakan suatu komponen
yang jumlahnya paling banyak dibandingkan dengan komponen-komponen lainnya.