Anda di halaman 1dari 20

AUDIT KEUANGAN NEGARA

“MAKALAH BAB 4”

DOSEN PENGAMPU:
DR.H.M.RASULI, SE, M.SI, AK, CA

DISUSUN OLEH :
ALYA DWI RAHMADANI (1602122637)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui
“Penilaian Resiko Pengendalian dan Pengujian Sistem Pengendalian internal Pemerintah
(SPIP).”

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 29 September 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penilaian Risiko ...................................................................................... 3
2.2 Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP) ............................... 3
2.3 Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan ................................................ 4
2.4 Menilai Risiko Pengendalian/Pengujian Pengendalian ............................................ 5
2.5 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan ........................................ 6
2.6 Pengaruh Penetapan Strategi Audit Awal terhadap Penetapan Risiko ................... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 16
3.2 Saran ........................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penilaian risiko untuk laporan keuangan merupakan identifikasi dan analisis manajemen
terhadap risiko-risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
PABU. Auditor mendapatkan pengetahuan mengenai proses penilaian risiko manajemen
melalui kuesioner dan diskusi dengan manajemen untuk mengetahui bagaimana manajemen
mengidentifikasikan risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi
risiko-risiko yang signifikan dan kemungkinan terjadinya, serta menentukan tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk menangani risiko tersebut.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah proses integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat
budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi
terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan
yang dapat merugikan negara.
Menilai risiko pengendalian merupakan suatu proses mengevaluasi efektivitas
pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material
dalam laporan keuangan.Unsur SPIP mengacu pada konsep Sistem Pengendalian Intern yang
dikemukakan oleh The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission
(COSO),
Pengaruh Penetapan Strategi Audit Awal terhadap Penetapan Risiko dengan Pendekatan
tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum dan Pendekatan tingkat risiko
pengendalian ditetapkan lebih rendah

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian resiko?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)?
3. Apa tujuan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)?
4. Bagaimana menilai resiko pengendalian atau pengujian pengendalian?
5. Apa saja unsur – unsur sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) ?
6. Bagaimana pengaruh penetapan strategi audit awal terhadap penetapan risiko?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui penilaian resiko.
2. Untuk mengetahui sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP).
3. Untuk mengetahui tujuan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP).
4. Untuk mengetahui menilai resiko pengendalian atau pengujian pengendalian.
5. Untuk mengetahui unsur – unsur sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP).
6. Untuk mengetahui pengaruh penetapan strategi audit awal terhadap penetapan risiko.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian Risiko


Penilaian risiko untuk laporan keuangan merupakan identifikasi dan analisis
manajemen terhadap risiko-risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan keuangan sesuai
dengan PABU. Contoh jika suatu perusahaan sering menjual produk dengan harga di bawah
biaya persediaan karena adanya perubahan teknologi yang sangat pesat, sangat penting bagi
perusahaan untuk menerapkan pengendalian yang tepat untuk mengatasi risiko lebih saji
persediaan. Penilaian risiko manajemen berbeda namun berhubungan erat dengan penilaian
risiko yang dilakukan auditor. Sementara manajemen menilai risiko sebagai suatu bagian
dalam perancangan dan pelaksanaan pengendalian internal untuk meminimalkan kesalahan
dan kecurangan, auditor menilai risiko untuk menentukan bukti audit yang diperlukan. Jika
manajemen secara efektif menilai dan menangani risiko, biasanya auditor akan
mengumpulkan lebih sedikit bukti dibandingkan jika manajemen gagal untuk
mengidentifikasikan atau menangani risiko-risiko yang signifikan.
Auditor mendapatkan pengetahuan mengenai proses penilaian risiko manajemen
melalui kuesioner dan diskusi dengan manajemen untuk mengetahui bagaimana manajemen
mengidentifikasikan risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi
risiko-risiko yang signifikan dan kemungkinan terjadinya, serta menentukan tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk menangani risiko tersebut.

2.2 Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan (SPIP)


Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang: efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses Kegiatan audit, Review, Evaluasi,
Pemantauan, Kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dan Memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan

3
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Organisasi Pengawas terdiri dari; (1) Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden; (2) Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga; (3)
Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada gubernur; (4) Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah adalah “Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”
Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat
budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi terjadinya
sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat
merugikan negara.

2.3 Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Sistem Pengendalian Internal


Pemerintah sendiri memiliki tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap
empat hal tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Mencapai kegiatan pemerintah yang efektif dan efisien


2. Keandalan pelaporan keuangan
3. Pengamanan aset negara
4. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Warongan et. al. (2014)
yang telah dialih bahasakan memaparkan bahwa tujuan dalam merancang sistem
pengendalian internal adalah:
1. Kegiatan efektifitas dan efisiensi
2. Laporan Keuangan yang handal

4
3. Kemanan aset
4. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan

Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi


pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

2.4 Menilai Risiko Pengendalian/Pengujian Pengendalian


Menilai risiko pengendalian merupakan suatu proses mengevaluasi efektivitas
pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material
dalam laporan keuangan.
Langkah-langkah dalam proses penilaian:
1. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh
suatu pemahaman.
2. Mengidentifikasi salah saji potensial.
3. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan.
4. Melaksanakan pengujian pengendalian.
5. Mengevaluasi bukti dan membuat penilaian

Strategi untuk melaksanakan pengujian pengendalian :


1. Menilai risiko pengendalian berdasarkan pengendalian pemakai.
2. Merencanakan suatu penilaian yang rendah berdasarkan pengendalian aplikasi.
3. Merencanakan suatu penilaian risiko pengendalian yang tinggi berdasarkan pada
pengendalian umum dan tindak lanjut manual

Merancang pengujian pengendalian :


1. Jenis bukti
Pertanyaan , pemeriksaan dokumen atau laporan, pengamatan, pelaksanaan ulang dari
pengendalian, atau teknik audit berbantuan komputer.
2. Sumber bukti
Berhubungan dengan bagaimana auditor memperoleh bukti.
3. Ketepatan waktu bukti
Berhubungan dengan kapan bukti diperoleh dan bagian dari periode audit dimana bukti
diterapkan.

5
4. Keberadaan bukti lain
5. Keputusan pemulihan staf
6. Program audit untuk pengujian pengendalian
Keputusan auditor mengenai sifat, luas, dan waktu pengujian pengendalian bersamaan
dengan pemilihan staf audit.
7. Menggunakan auditor internal dalam pengujian pengendalian
 Koordinasi audit dengan auditor internal
 Bantuan langsung

2.5 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan

Unsur SPIP mengacu pada konsep Sistem Pengendalian Intern yang dikemukakan
oleh The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO), yaitu
meliputi:

1. Lingkungan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan


pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem
Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:

a) Penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:


 menyusun dan menerapkan aturan perilaku;
 memberikan keteladanan;
 menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau
pelanggaran;

 menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau


pengabaian pengendalian intern;
 menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku
tidak etis.

b) Komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:


 mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas
dan fungsi pada masing-masing posisi;

6
 menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi;
 menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan
dan meningkatkan kompetensi;
 memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman
teknis yang luas
c) Kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:
 mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan;
 menerapkan manajemen berbasis kinerja;
 mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;
 melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak
sah;
 melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang
lebih rendah;
 merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan
keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.
d) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal
dilakukan dengan cara:
 menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan;
 memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab;
 memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern;
 melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur
organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis;
 menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.
e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan
dengan cara:
 wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat
tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi
Pemerintah;
 pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a
memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait
dengan pihak lain dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan;

7
 pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b
memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait
dengan penerapan SPIP.
f) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber
daya manusia; minimal dilakukan dengan cara:
 penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan
pemberhentian pegawai;
 penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen;
 supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.
g) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
 memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah;
 memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
 memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
h) Hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya
mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko terdiri atas:

a) Identifikasi risiko, minimal dilakukan dengan cara:


 menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan
tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif;
 menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari
factor eksternal dan factor internal;
 menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.
b) Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

8
Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah dengan
berpedoman pada peraturan perundang- undangan. menetapkan:

1. Tujuan Instansi Pemerintah;


Tujuan Instansi memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat
dicapai, realistis, dan terikat waktu serta wajib dikomunikasikan kepada
seluruh pegawai. Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan
Instansi Pemerintah menetapkan:
 strategi operasional yang konsisten
 strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.
2. Tujuan pada tingkatan kegiatan, Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan
memperhatikan ketentuansebagai berikut:
 berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis;
 saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu
dengan lainnya;
 relevan dengan seluruh kegiatan utama;
 mengandung unsur kriteria pengukuran;
 didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup;
 melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan


tingkat risiko yang dapat diterima

3. Kegiatan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai


dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang
bersangkutan. Minimal memiliki karakteristik sebagai berikut:

 kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok;


 kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
 kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi
Pemerintah;
 kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
 prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan;

9
 kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur.

Bentuk-bentuk kegiatan pengendalian:

 review atas kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan dengan


membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
 pembinaan sumber daya manusia; minimal dengan cara:
1) mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi
kepada pegawai;
2) membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia
yang mendukung pencapaian visi dan misi; dan
3) membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan
pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan
fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja,
serta rencana pengembangan karir.
 pengendalian atas pengelolaan sistem informasi yang dilakukan untuk memastikan
akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan
system informasi meliputi:
a. pengendalian umum;
 pengamanan sistem informasi;
 pengendalian atas akses;
 pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat
lunak aplikasi;
 pengendalian atas perangkat lunak sistem;
 pemisahan tugas; dan
 kontinuitas pelayanan.
b. pengendalian aplikasi:
 pengendalian otorisasi;
 pengendalian kelengkapan;
 pengendalian akurasi;
 pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.
 pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,
mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
1. rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik

10
2. rencana pemulihan setelah bencana.- penetapan dan reviu atas indikator
dan ukuran kinerja;
3. menetapkan ukuran dan indikator kinerja;
4. mereview dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan
keandalan ukuran dan indikator kinerja;
5. mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja;
6. membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran
yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.

 pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh


aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
 otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah
wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada
seluruh pegawai.
 pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan
Instansi Pemerintah perlu mempertimbangkan:
1. transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
2. klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh
siklus transaksi atau kejadian.
 pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan
melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala
 akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan
sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut
secara berkala.
 dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan
kejadian penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola,
memelihara, dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup
seluruh Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

11
4. Informasi Dan Komunikasi

Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan InstansiPemerintah harus


sekurang-kurangnya:

a) menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi


b) mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.

5. Pemantauan Pengendalian Internal

Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:

1. Pemantauan berkelanjutan; melalui:


a. pengelolaan rutin
b. pembandingan
c. tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas
d. supervisi
e. rekonsiliasi
2. Evaluasi terpisah
 Dilaksanakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas
Sistem Pengendalian Intern.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern
pemerintah atau pihak eksternal pemerintah.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji
pengendalian intern
3. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; diselesaikan dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya yang ditetapkan.

2.6 Pengaruh Penetapan Strategi Audit Awal terhadap Penetapan Risiko


1. Pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum:
Jika prosedur utk mendapatkan pemahaman dilakukan bersamaan dgn pengujian
pengendalian, maka penetapan awal risiko pengendalian berdasarkan efektivitas operasi
(penetapan risiko pengendalian lebih rendah).

12
Jika prosedur utk mendapatkan pemahaman tidak dilakukan bersamaandgn pengujian
pengendalian, maka penetapan risiko pengendalian pada tingkat maksimum.
2. Pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah
Jika pemahaman komponen SPI mendukungstrategi audit yang direncanakan, maka
penetapan risiko pengendalian lebih rendah. Jika pemahaman komponen SPI tidak
mendukungstrategi audit yang direncanakan, maka lihat bagaimana prosedur utk
mendapatkan pemahaman.

Pengujian Pengendalian
Prosedur pengauditan yang dilakukan untuk menetapkan efektivitas perancangan
dan/atau pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian.
Tiga Pertanyaan yang harus dijawab:
· Bagaimana penerapan pengendalian yang sesungguhnya?
· Apakah penerapan pengendalian dilakukan secara konsisten (sepanjang tahun)?
· Siapa yang melaksanakan pengendalian?

Pengujian Pengendalian Berbarengan (Bersamaan)


Pengujian pengendalian yang dilakukan auditor bersamaan dengan kegiatan untuk
mendapatkan pemahaman.
Terdiri dari prosedur-prosedur utk mendapatkan pemahaman SPI sekaligus juga
menjadi bukti keefektifan suatu kebijakan atau prosedur pengendalian. Terjadi karena
kesengajaan atau sebagai hasil sampingan. Bukti pengujian ini mendukung penetapan risiko
tingkat pengendalian sedikit di bawah maksimum atau tinggi.

PengujianPengendalian Tambahan atau Pengujian Pengendalian Direncanakan


Ada pertanda baik dari hasil pengujian pengendalian berbarengan, maka pendekatan
tingkat risiko ditetapkan maksimum dapat diturunkan menjadi pendekatan tingkat risiko
ditetapkan lebih rendah, sehingga pengujian pengendalian tambahan.
Pengujian tambahan dilakukan bila auditor yakin akan memperoleh bukti tambahan
utk menurunkan penetapan risiko pengendalian awal dengan syarat manfaatnya harus lebih
besar daripada biaya yang harus dikeluarkan.

Perancangan Pengujian Pengendalian


Beberapa jenis pengujian pengendalian tambahan:
13
1.Pengajuan pertanyaan terhadap pelaksanaan tugas-tugas personil perusahaan
2.Observasi pelaksanaan tugas para personil
3.Inspeksi atas dokumen dan laporan ttg pelaksanaan pengendalian
4.Pengerjaan ulang pengendalian oleh auditor

Saat pengujian tambahan dilakukan pada periode interim (beberapa bulan sebelum akhir
tahun yang diperiksa)
Luas pengujian tambahan:
a. Semakin ekstensif, semakin banyak bukti
b. Dipengaruhi tingkat risiko pengendalian yang direncanakan, misal jika tingkat risiko
pengendalian lebih rendah, makan pengujian lebih ekstensif dibandingkan tingkat risiko
pengendalian moderat

Program Audit untuk Pengujian Pengendalian


Berisi daftar prosedur-prosedur yang digunakan dlm melaksanakan pengujian tentang
asersi-asersi dan menyediakan kolom untuk menunjukkan:
a. Referensi silang ke KK yg berisi dokumentasi hasil pengujian
b. Personil yg bertanggung jawab melakukan pengujian
c. Tanggal pengujian diselesaikan

Mengkoordinasi audit dengan auditor intern, dengan cara:


a. Pertemuan rutin dengan auditor intern
b. Mereview jadwal kegiatan aktivitas auditor intern
c. Dapat akses ke KK yang dibuat auditor intern
d. Review laporan auditor intern

Diperbantukan langsung (PSA No. 33, Pertimbangan Auditor atas Fungsi Audit intern dlm
Suatu Audit atas LK-SA 322.27)

Pengujian Bertujuan Ganda


a. Pengujian pengendalian tambahan dalam periode interim
b. Pengujian substantive terhadap pekerjaan akhir tahun
c. Jika pengujian substantif dilakukan selama periode interm, maka pengujian ini
dilakukan bersamaan dengan pengujian pengendalian dan pengujian bertujuan ganda
14
Pertimbangan-pertimbangan Laindalam Penetapan Risiko Pengendalian
a. Penetapan risiko pengendalian untuk asersi-aseri saldo rekening yang hanya
dipengaruhi oleh satu kelompok transaksi
Ditentukan langsung oleh tingkat risiko asersi yang sama dari kelompok transaksi yang
mempengaruhinya.
b. Penetapan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang dipengaruhi oleh
berbagai kelompok transaksi
Penetapan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening tersebut harus
mempertimbangkan risiko pengendalian yang relevan dari setiap kelompok transaksi yg
secara signifikan mempengaruhi saldo.
c. Untuk suatu rekening yang saldonya dipengaruhi oleh lebih dari 1 kelompok transaksi,
penetapan risiko pengendalian untuk suatu asersi saldo rekening tsb didasarkan pada:
Penetapan risiko pengendalian untuk asersi yang sama yang berkaitan dengan masing-masing
kelompok transaksi yang mempengaruhi saldo rekening dengan satu perkecualian.
Perkecualian tersebut adalah penetapan risiko pengendalian utk asersi-asersi keberadaan
keterjadian dan kelengkapan untuk suatu kelompok transaksi yg menyebabkan berkurangnya
suatu saldo rekening berhubungan dengan asersi sebaliknya untuk saldo rekening yang
terpengaruh.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penilaian risiko untuk laporan keuangan merupakan identifikasi dan analisis manajemen
terhadap risiko-risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
PABU. Auditor mendapatkan pengetahuan mengenai proses penilaian risiko manajemen
melalui kuesioner dan diskusi dengan manajemen untuk mengetahui bagaimana manajemen
mengidentifikasikan risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi
risiko-risiko yang signifikan dan kemungkinan terjadinya, serta menentukan tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk menangani risiko tersebut.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah proses integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Dengan adanya SPIP tersebut diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat
budaya pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat mendeteksi
terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta meminimalisir terjadinya tindakan
yang dapat merugikan negara.
Auditor mendapatkan pengetahuan mengenai proses penilaian risiko manajemen melalui
kuesioner dan diskusi dengan manajemen untuk mengetahui bagaimana manajemen
mengidentifikasikan risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi
risiko-risiko yang signifikan dan kemungkinan terjadinya, serta menentukan tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk menangani risiko tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern
merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan yang terdiri dari keandalan laporan, efektif dan efisien.

3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan

16
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley., Auditing dan Jasa Assurance : pendekatan
integrasi jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta. 2008

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang system


pengendalian intern pemerintah

http://maielvasundari.blogspot.com/2014/11/penilaian-resiko-pengendalian-dan.html

https://blogoblokgoblok.blogspot.com/2016/10/rmk-penilaian-resiko-pengendalian-dan.html

http://www.bpkp.go.id/spip/konten/400/sekilas-spip.bpkp

17

Anda mungkin juga menyukai