Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

DI RUANG MELATI 1 RSUD RA. KARTINI JEPARA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Tugas


Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Farida Putri Ariyani


N420174024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


I. KONSEP DASAR DHF

A. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn
Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes
aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar
demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak
mandi, tempayan vas bunga.

C. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

D. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun
Antibodi–virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan
reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan
peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran
palsma.
Adanya komplek imun antibodi–virus juga menimbulkan Agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika
shock tidak teratasi terjadi Hipoksia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi maka
akan terjadi hipoksia jaringan .
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler
sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)
agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1)
peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh
vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Nursalam, 2008).

E. Patways
Arbovirus (Aedes aegypti)

Beredar di aliran darah

Infeksi virus (viremia) Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen


Nyeri

Membentuk dan melepaskan C3a dan C5a

Hypothalamus Hipertermi

Reabsorbsi Na+ +H2O

Resiko syok hipovolemik Permeabilitas kapiler resiko perdarahan

Terjadi renjatan dan hipotensi Trombositopenia

Kebocoran plasma trombosit dalam darah

Ke ekstravaskuler Perdarahan Gangguan volume cairan

Abdomen: asites Hb dalam darah


Kurang pengetahuan
Mual,muntah,anoreksia suplai O2

Perubahan nutrisi kurang dari Gangguan


(Nursalam, 2008).
Kebutuhan tubuh perfusi jaringan
F. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain.
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan
darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.

G. Pemeriksaan diagnostik (Nursalam, 2008)


1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura

H. Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)


1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam.
Dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit.
Apabila hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika
terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan
dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1 tahun
75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis
3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun
diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus
diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak
dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan
hematocrit yang cenderung meningkat.
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan
biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka
dapat diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg
BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem
infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak
mencapai yang diharapkan, maka untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara
paksa dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah. Jenis
minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta larutan oralit.
Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan.
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium
bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam waktu
1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar hematocrit,
dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C
perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari.
Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasien
seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB
(tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam mencegah infeksi
seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi darah
dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata,
dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Hal yang diperlukan
yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau
lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut ( Hidayat Alimul ,
2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan kemungkinan
dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien
akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien
dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
1. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai
sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
3. Kaji riwayat keperawatan.
4. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut
nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada
ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).

K. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d proses patologis penyakit.
2) Gangguan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah
dan demam.
3) Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
5) Resiko tinggi terjadinya perdarahan b.d trombositopenia.
6) Resiko tinggi syok hipovolemik b.d kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan.
7) Gangguan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan.
8) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit b.d kurangnya informasi
L. Intervensi Keperawatan
No Tujuan & KH Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien 1) untuk mengetahui berapa tingkat nyeri yang
keperawatan selama 3x24 jam dengan memberi rentang nyeri (0-10) dialami pasien.
diharapkan Rasa nyaman pasien 2) Berikan posisi yang nyaman, usahakan 2) Untuk mengurangi rasa nyeri
terpenuhi dengan KH : situasi ruangan yang tenang. 3) Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat
3) Alihkan perhatian pasien dari rasa melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang
 Nyeri berkurang atau hilang.
nyeri dialami.
4) Berikan obat-obat analgetik 4) Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri
pasien.
2 Setelah dilakukan tindakan 5) Kaji tanda-tanda vital 5) mengetahui atau memantau keadaan umum klien
keperawatan selama 3x24 jam 6) Monitor tanda-tanda meningkatnya 6) untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan
diharapkan gangguan volume kekurangan cairan intervensi lanjut
cairan tubuh dapat teratasi dengan 7) Observasi dan catat intake dan output 7) untuk mengetahui keseimbangan cairan dan
KH : cairan elektrolit atau balance cairan
8) Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai 8) memenuhi kebutuhan cairan klien
 volume cairan perlahan-lahan
dengan kebutuhan tubuh 9) memantau keseimbangan cairan dalam darah
teratasi
9) Memonitor nilai laboratorium : 10) mengontrol penambahan berat badan karena
 An.R tidak muntah – muntah
elektrolit darah, BJ urine, dan serum pemberian cairan yang berlebihan
lagi
albumin
 Mukosa bibir kembali normal
10) Monitor dan catat berat badan 11) memulihkan dan membantu peredaran darah
11) Monitor tanda syok hipovolemik dalam tubuh supaya lancar sehingga mengurangi
12) Kolaborasi dengan tim medis syok yang terjadi
pemberian terapi parenteral/ infus 12) membantu proses perbaikan tubuh
3 Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji saat timbulnya demam 1) mengidentifikasi pola demam pasien
keperawatan selama 3x24 jam 2) Observasi tanda-tanda vital 2) Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
diharapkan Hipertemia dapat 3) Anjurkan klien untuk banyak minum ± mengetahuikeadaan umum klien
teratasi dengan KH : 2,5 liter/24 jam 3) Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
4) Anjurkan untuk tidak memakai selimut penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
 Suhu tubuh dalam batas
dan pakaian yang tebal diimbangi dengan asupan cairanyang banyak.
normal (36-370 C).
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam 4) Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi
 Mukosa lembab tidak ada
pemberian obat panas dalam tubuh.
sianosis atau purpura
5) Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat
penting bagi klien dengan suhu tinggi yaitu
untuk menurunkan suhu tubuhnya.

4 Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji mual, sakit menelan, dan muntah 1) untuk menetapkan cara mengatasinya
keperawatan selama 3x24 jam yang dialami oleh pasien 2) Cara menghidangkan makanan dapat
diharapkan Anoreksia dan 2) Kaji cara/bagaimana makanan mempengarauhi nafsu makan klien.
kebutuhan nutrisi dapat teratasi dihidangkan 3) Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
dengan KH : meningkatkan asupan makanan karena mudah
ditelan.
 Berat badan stabil dalam batas 3) Berikan makanan yang mudah ditelan 4) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang
normal seperti bubur, tim, dan hidangkan saat nutrisi sehingga motivasi makan meningkat.
 Tidak ada mual dan muntah masih hangat. 5) Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
4) Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi 6) Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
klien terutama saat klien sakit. 7) Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
5) Berikan umpan balik positif pada saat 8) Membantu proses penyembuhan klien
klien mau berusaha menghabiskan
makanan.
6) Catat jumlah/porsi makan yang
dihabiskan oleh klien setiap hari.
7) Timbang berat badan setiap hari
8) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diit yang tepat
5 Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor tanda-tanda perdarahan dan 1) Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-
keperawatan selama 3x24 jam trombosit tanda adanya perforasi pembuluh darah yang
diharapkan Perdarahan tidak 2) Anjurkan klien untuk banyak istirahat pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-
terjadi dengan KH : 3) Berikan penyelasan pada keluarga tanda klinis berupa perdarahan.
untuk segera melaporkan jika ada 2) Aktivitas yang tidak terkontrol dapat
 Tanda-tanda vital normal.
tanda-tanda perdarahan. menyebabkan terjadinya perdarahan.
 Jumlah trombosit klien
4) Antisipasi terjadinya perdarahan 3) Mendapatkan penanganan segera mungkin
meningkat.
dengan menggunakan sikat gigi lunak, 4) Mencegah terjadinya pendarahan
 Tidak terjadi epitaksis, memberikan tekanan pada area tubuh
melena, dan hemotemesis. setiap kali selesai pengambilan darah.

6 Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor keadaan umum kilen 1) mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok
keperawatan selama 3x24 jam 2) Observasi tanda-tanda vital 2) Untuk memastikan tidak terjadi per syok
diharapkan tidak terjadi syok 3) Monitor tanda-tanda perdarahan 3) Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera
hipovolemik dengan KH : 4) Anjurkan keluarga/klien untuk segera teratasi
melapor jika ada tanda-tanda 4) Untuk membantu tim perawat untuk segara
 Tanda-tanda vital dalam batas
perdarahan menentukan tindakan yang tepat
normal.
5) Segera puasakan jika terjadi 5) Untuk membantu mengistirahatkan saluran
 Keadaan umum baik.
perdarahan saluran pencernaan pencernaan untuk sementara selama
 Syok hipovolemik tidak
6) Perhatikan keluhan klien seperti perdarahan berasal dari saluran cerna.
terjadi.
pusing, lemah, ekstremitas dingin, 6) mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan
sesak nafas 7) Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh
7) Kolaborasi dengan tim medis dalam yang hebat yaitu untuk mengatasi syok
pemberian therapi cairan intra vena hipovolemik
dan pemberian trasfusi jika terjadi 8) Untuk mengetahui tingkat kebocoran
perdarahan pembuluh darah yang dialami klien, dan untuk
8) Cek Hb, Ht, Trombosit acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
7 Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji dan catat tanda-tanda vital 1) Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 jam 2) Kaji dan catat sirkulasi pada penurunan perfusi ke jaringan
diharapkan Anak menunjukkan ekstrimitas 2) Suhu dingin, warna pucat pada ekstrimitas
tanda-tanda perfusi jaringan 3) Nilai kemungkinan kematian jaringan menunjukkan sirkulasi darah kurang adekuat
perifer yang adekuat dengan KH : pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri, 3) Mengetahui tanda kematian jaringan ekstrimitas
pembengkakan, kaki. lebih awal dapat berguna untuk mencegah
 Suhu ekstrimitas hangat, tidak
kematian jaringan
lembab, warna merah muda
 Ekstrimitas tidak nyeri, tidak
ada pembengkakan.
 CRT kembali dalam 1 detik.
8 Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga 1) mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang
keperawatan selama 3x24 jam tentang penyakit DHF penyakit yang diderita klien
diharapkan Pengetahuan keluarga 2) Jelaskan tentang proses penyakit,diit, 2) Mengurangi kecemasan dan motivasi klien
bertambah dengan KH : perawatan, obat-obatan pada keluarga untuk kooperatif selama masa
dengan bahasa yang mudah dimengerti perawatan/penyembuhan
Pengetahuan Keluarga tentang
3) Berikan kesempatan pada keluarga 3) Dapat membantu mengingat penjelasan yang
proses penyakit, diit,perawatan
untuk bertanya sesuai dengan penyakit telah
dan obat penderita DHF
yang dialami 4) diberikan karena dapat dilihat atau dibaca
meningkat dan keluarga mampu
4) Gunakan leaflet atau gambar-gambar berulang kali
menjelasakan kembali.
dalam bentuk penjelasan
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta


Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika

Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC

Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika

Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC

Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC

Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.


LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN N
DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)
DI RUANG MELATI 1 RSUD RA. KARTINI JEPARA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Tugas


Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Farida Putri Ariyani


N420174024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai