Oleh:
Adrian Reza Saputra
Reni Agustin
Siti Nurkomala Sari
Brian Rocky Ramadhan
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Rehabilitasi Medis Dasar dan Sosial di
Layanan Primer” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan makalah ini
adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas di Puskesmas Kampung Sawah.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para dokter pembimbing dan
pengampu ilmu kedokteran komunitas di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung yang telah meluangkan waktunya untuk kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bukan hanya
untuk kami, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................... ......
1.2 Tujuan ................................................................................................ ......
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2015)
yang dianut saat ini dititik beratkan pada strategi rehabilitasi pencegahan,
2.2 Tujuan
Sawah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah suatu rangkaian kegiatan professional dalam
upaya mengembalikan dan meningkatkan kemampuan warga masyarakat
baik perorangan, keluarga maupun kelompok penyandang masalah
kesejahteraan sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar, dan dapat menempuh kehidupan sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaannya (Depsos, 2002). Penegertian menurut The National
Council on Rehabilitation, rehbilitasi social adalah perbaikan atau
pemulihan menuju penyempurnaan ketidakberfungsian fisik, mental,
social, dan ekonomi sesuai kapasitas potensi mereka.
3. Rehabilitasi Psikologis
Rehabilitasi psikologis merupakan bagian dari proses rehabilitasi penca
yang berusaha untuk menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi
semaksimal mungkin pengaruh negatif yang disebabkan oleh kecacatan
terhadap mental penca serta melatih mempersiapkan mental mereka agar
siap dan mampu menyesuaikan diri di masyarakat.
Proses pekerjaan rehabilitasi secara umum terdiri dari 3 tahapan, yaitu: tahap
pra rehabilitasi, tahap pelaksanaan rehabilitasi, dan tahap evaluasi serta tindak
lanjut. Tahap-tahap tersebut satu dengan yang lainnya berurutan dan
dilaksanakan secara berkelanjutan.
1. Tahap Pra Rehabilitasi/tahap Persiapan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: pengumpulan data,
penelaahan data dan pengungkapan masalah, penyusunan program
layanan rehabilitasi, dan konferensi kasus (case conference).
2. Tahap Pelaksanaan Rehabilitasi
Dalam tahap pelaksanaan rehabilitasi terdiri dari dua bentuk layanan,
yaitu:
a. Bentuk layanan rehabilitasi yang bersifat umum dan berlaku bagi semua
penderita cacat. Misalnya: pelayanan pengobatan umum, layanan
rehabilitasi mental keagamaan, rehabilitasi aspek budi pekerti,
pencegahan penyakit menular, dan sebagainya.
b. Bentuk layanan rehabilitasi yang bersifat khusus. Misalnya: pemberian
bantuan kacamata bagi pasien tunanetra yang tajam penglihatannya
kurang, bantuan alat bantu dengar, fisio terapi, terapi bicara, terapi
okupasi, latihan ADL (activity of daily living), terapi prilaku
menyimpang, dsb.
3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Pada tahap ini yang menjadi sasaran adalah:
a. Pasien yang telah memperoleh hasil-hasil rehabilitasi yang
maksimal agar tetap mampu menjaga kondisinya.
b. Pasien yang telah memiliki keterampilan khusus tertentu untuk
disalurkan ke tempat kerja
c. Pasien yang pernah memperoleh layanan rehabilitasi dan telah
kembali ke lingkungan keluarga untuk mengetahui dan membantu
pemecahan kesulitan yang dihadapi.
d. Pasien cacat yang pernah menjadi peserta didik yang kemudian
tinggal di suatu sanggar keterampilan/kelompok usaha produktif
(Depkes, 2007).
Kegiatan rehabilitasi dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak dan tempat. Para
petugasnya pun dapat dari bagian medik dan nonmedik, para petugas yang
tergabung dalam tim dan pembagian tugasnya adalah sebagai berikut:
1. Kepala instansi Rehabilitasi Medik
Penanggung jawab, pengatur pelayanan, dan melakukan koordinasi
dengan instalasi terkait.
2. Staf medis fungsional
Melakukan pemeriksaan, penegakkan diagnosis medis dan fungsional
serta melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative.
3. Perawat rehabilitasi medis
Membantu dokter melakukan asuhan keperawatan umum.
4. Tenaga keterapian fisik (Fisioterapis, Terapi Okupasi, Terapis Wicara)
Melakukan asesmen dan terapi menurut kompetensi masing-masing dan
seseuai arahan dokter.
5. Tenaga keteknisian medis (Ortotis-Prostetis)
Merancang, membuat, dan mengepas alat bantu atau alat pengganti
anggota gerak sesuai arahan dokter.
6. Tenaga non medis (Psikolog, Petugas Sosial Medik, Rohaniawan,
Pedagog)
Melakukan asesmen dan terapi menurut kompetensi masing-masing dan
seseuai arahan dokter.
7. Penanggung jawab administrasi dan keuangan
Membantu kepala instansi dalam membuat laporan hasil kegiatan
berkala, membuat catatan keuangan, dan bertanggung jawab terhadap
hasil pekerjaannya.
8. Penanggung jawab pelayanan
Pengawasan pelaksanaan pelayanan setiap hari dan mengatasi
permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan.
9. Penanggung jawab logsitik
8. Perawat rehabilitasi
Perawat rehabilitasi mempunyai tugas dan keahlian dalam
perawatan khusus selain perawatan umum, terutama dalam
mencegah komplikasi istirahat/tirah baring lama. Meskipun ahli-ahli
tersebut sudah ada, belum menjamin berhasilnya usaha rehabilitasi,
bila tidak mengikuti konsep rehabilitasi medik sedini mungkin
Pelayanan mencakup:
a. Layanan rehabilitasi medic spesialistik
b. Layanan fisioterapi dengan peralatan dasar
c. Layanan okupasi terapi dengan alat dasar
d. Layanan ortotik-prostetik, tidak punya bengkel sendiri
e. Layanan asuhan keperawatan rehabilitasi medik
Pelayanan mencakup:
a. Layanan rehabilitasi medic spesialistik dan subspesialistik
(musculoskeletal, neuromuscular, pediatric, kardiorespirasi,
geriatric, dan subspesialistik lain sesuai kebutuhan)
b. Layanan asuhan keperawatan rehabilitasi medik
c. Layanan fisioterapi dengan alat canggih
d. Layanan okupasi terapi dengan alat canggih
e. Layanan terapi wicara dengan alat canggih
f. Layanan ortotik-prostetik dengan bengkel lengkap dan atau bengkel
kursi roda
g. Layanan psikologi
h. Layanan social medic
i. Layanan konseling persiapan vokasional
Intervensi keterapian fisik dan rehabilitasi terhadap pasien dilakukan
melalui layanan individu atau kelompok. Kegiatan pelayanan ini merupaka
pelayanan tersendiri baik rawat jalan atau rawat inap RS, maupun layanan
terpadu. Pada beberapa kasus yang spesifik, misalnya cedera medulla
spinalis, trauma kepala, diperlukan rawat inap khusus yang berada di bagian
rehabilitasi medis. Adapun kriteria rawat inapnya berupa:
1. Pasien kandidat rehabilitasi medic yaitu yang akibat
penyakit/trauma/cedera mengalami gangguan fungsi serta aktifitas
sehari-hari.
2. Pasein yang dinyatakan tidak lagi membutuhkan perawatan dari segi
penyakitnya, tapi memerlukan pelayanan rehabilitasi medic secara
terpadu.
Judul
Faktor yang berhubungan dengan minat home care pada lansia penderita
diabetes melitus di puskesmas sudiang raya.
1. Problem
Kurang nya minat serta peran keluarga terhadap penggunaan pelayanan
home care.
2. Intervention
Pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi pada subjek penelitian.
3. Comparison
Berdasarkan hasil uji statisik dengan chi-squeare test di peroleh nilai ρ =
0,004. Karena nilai α < 0,05, maka Hα diterima. Jadi ada hubungan antara
pengetahuan dengan minat home care pada lansia penderita diabetes
melitus di Puskesmas Sudiang Raya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh mohamad judha
(2016) dimana responden dengan status ekonomi tinggi taat dalam
melakukan kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus.
4. Outcome
a. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan minat home care pada lansia
penderita diabetes melitus.
b. Ada hubungan antara Dukungan keluarga dengan minat home care pada
lansia penderita diabetes melitus.
c. Ada hubungan antara Status ekonomi dengan minat home care pada
lansia penderita diabetes melitus
1. Validity
a. Penulisan Judul: “Faktor yang berhubungan dengan minat Home Care
pada lansia penderita Diabetes Melitus di puskesmas sudiang raya”.
Judul pada penelitian terdiri dari 16 kata. Judul singkat, jelas, dan
menarik serta memudahkan pembaca untuk mendapatkan gambaran
mengenai isi jurnal.
b. Nama Penulis: Faisal, Muzakkir, Wahyuni Maria.
Penulisan nama penulis sesuai dengan peraturan jurnal karena tidak
disertai dengan gelar dan menggunakan nama belakang sebagai sitasi.
c. Alamat Penelitian dan Asal Institusi
Pada jurnal ini dicantumkan alamat korespondensi dan Asal institusi.
Abstrak:
Penulisan abstrak terstruktur, terdiri atas latar belakang, metode, hasil,
kesimpulan dan kata kunci. Jumlah kata dalam abstrak adalah 217 kata
sedangkan penulisan abstrak yang baik memiliki jumlah kata antara 200-
250. Oleh karena itu, abstrak jurnal ini memenuhi syarat abstrak yang
baik. Secara keseluruhan abstrak memiliki nilai informatif memberikan
informasi tersendiri yang dirangkum secara ringkas dan mudah
dimengerti.
Latar Belakang:
Home care lanjut usia merupakan pelayanan pendampingan dan
perawatan lanjut usia di lingkungan keluarga atau di rumah. Lanjut usia
merupakan individu yang berada dalam tahapan usia late adulthood atau
yang dimaksud dengan tahapan usia dewasa akhir, dengan kisaran usia
dimulai dari 60 tahun keatas.
Masih banyak keluarga yang belum memahami kebutuhan lanjut usia,
mengingat bahwa kebutuhan dari lanjut usia bukan hanya sebatas
tercukupi dengan makan, minum, dan menjaga kesehatan fisik saja, tetapi
lebih dari itu diperlukan juga kepedulian keluarga dalam memenuhi
kebutuhan kesehariannya. Maka dari itu lanjut usia perlu mendapatkan
perhatian khusus dari keluarga agar mereka tidak merasa kesepian dan
hendaknya kebutuhan lanjut usia tersebut dapat di penuhi, sehingga
lanjut usia dapat hidup dengan bahagia dan merasa masih berguna bagi
masyarakat.
Metode:
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sudiang Raya pada tanggal 09
juni-09 juli tahun 2017. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah metode survei analitik
dengan rancangan Cross sectional yaitu dalam penelitian seksional
silang, variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada
objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penderita diabetes melitus
yang berkunjung di Puskesmas Sudiang Raya sebanyak 57 orang
sedangkan Jumlah sampel dalam penelitian yaitu 37 responden.
Hasil:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari total 37 responden
(100%) didapatkan 19 responden (51.3%) dengan pengetahuan baik
untuk melakukan home care, diantaranya terdapat 15 responden (40.5%)
yang memiliki minat home care tinggi hal ini karena adanya informasi
dan penjelasan yang didapatkan dari petugas pelayanan kesehatan serta
manfaat dan kelebihan yang didapatkan menggunakan jasa pelayanan
home care. Dan terdapat 4 responden (10.8%) yang memiliki minat home
care kurang, hal ini karena jarak tempuh dari rumah ke tempat
pemeriksaan kesehatan dekat sehingga responden lebih memilih untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas.
Kesimpulan:
berdasarkan hasil Penelitian menyimpulkan bahwa status ekonomi
berpengaruh terhadap minat home care. Seseorang yang status sosial
ekonomi yang cukup baik, maka akan mengurangi beban dalam
memenuhi kebutuhan kesehariannya sedangkan seseorang yang
memiliki status sosial ekonomi yang kurang juga akan berdampak dalam
memenuhi kebutuhan kesehariannya, maksudnya dalam memenuhi
kebutuhan keseharian seseorang dibutuhkan biaya, termasuk untuk
penggunaan jasa pelayanan home care pasti dibutuhkan juga finansial.
2. Importance
Penelitian ini penting karena untuk mengetahui penilaian Faktor yang
berhubungan dengan minat Home Care pada lansia penderita Diabetes Melitus
di puskesmas sudiang raya. Dengan adanya penelitian ini, maka pemegang
program puskesmas dan kader posyandu dapat mengevaluasi berbagai Faktor
yang berhubungan dengan minat Home Care pada lansia penderita Diabetes
Melitus di puskesmas sudiang raya.
3. Applicability
Hasil penelitian ini baik dan dapat diterapkan di Puskesmas Kampung Sawah
sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan primer di Indonesia. Pelayanan
kesehatan primer di Indonesia harus mengedepankan peran aktif dalam
memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat melalui program-program
puskesmas yang ada didalamnya. Posyandu lansia merupakan salah satu
program puskesmas yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada
lansia.
BAB IV
KESIMPULAN