0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas tentang tatalaksana ruptur uteri. Ruptur uteri adalah robekan dinding uterus selama kehamilan atau persalinan dengan atau tanpa robekan peritoneum visceral. Tatalaksananya meliputi persiapan, pelaksanaan seperti identifikasi pasien, pemberian oksigen, infus cairan, dan tindakan bedah seperti reparasi uterus atau histerektomi jika uterus tidak dapat diperbaiki.
Dokumen ini membahas tentang tatalaksana ruptur uteri. Ruptur uteri adalah robekan dinding uterus selama kehamilan atau persalinan dengan atau tanpa robekan peritoneum visceral. Tatalaksananya meliputi persiapan, pelaksanaan seperti identifikasi pasien, pemberian oksigen, infus cairan, dan tindakan bedah seperti reparasi uterus atau histerektomi jika uterus tidak dapat diperbaiki.
Dokumen ini membahas tentang tatalaksana ruptur uteri. Ruptur uteri adalah robekan dinding uterus selama kehamilan atau persalinan dengan atau tanpa robekan peritoneum visceral. Tatalaksananya meliputi persiapan, pelaksanaan seperti identifikasi pasien, pemberian oksigen, infus cairan, dan tindakan bedah seperti reparasi uterus atau histerektomi jika uterus tidak dapat diperbaiki.
Ditetapkan Direktur STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit OPERASIONAL
Robeknya dinding uterus, pada saat kehamilan atau
PENGERTIAN dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya peritoneum visceral. 1. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien TUJUAN dengan “Ruptur Uteri” Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Pindad Nomor:………………………….tentang Kebijakan KEBIJAKAN Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif. 1. PERSIAPAN ALAT 2. Bak instrument 3. Nierbekken 4. Sarung tangan 5. Jarum jahit kulit 6. Jarum jahit otot 7. Pemegang jarum (nailfoeder) PROSEDUR 8. Catgut chromic (ukuran 2/0 atau 3/0) 9. Pinset anatomis 10. Pinset chirugis 11. Gunting benang 12. Lampu sorot 13. Alas bokong B. PELAKSANAAN TATALAKSANA RUPTUR UTERI
2. Identifikasi pasien 3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan 4. Berikan oksigen 5. Perbaiki kehilangan volume darah dengan pemberian infus cairan intra vena ( Nacl 0,9% atau RL ) sebelum tindakan pembedahan 6. Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan dalam untuk menghindari terjadinya pendarahan baru 7. Memberikan profilaksi antibiotika atau antiseptic. Sehingga infeksi dapat dikurangi 8. Jika kondisi ibu stabil lakukan operasi SC untuk melahirkan bayi dan placenta. 9. Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah dari pada Histerektomi dan tepi robekan uterus tidak nekrotik, lakukan reparasi uterus (histerorafi). Tindakan ini membutuhkan waktu yang lebih singkan dan menyebabkan kehilangan darah yang lebih sedikit dibandingkan histerektomi. 10. Jika uterus tidak dapat diperbaiki, lakukan histerektomi subtotal. Jika robekan memanjang hingga serviks dan vagina, histerektomi total mungkin dilakukan