Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

1. Lingkungan dan Tujuan


Setiap perusahaan asuransi wajib memiliki paling tidak seorang aktuaris yang bertanggung
jawab untuk membuat laporan laporan ke departemen keuangan. Pada bagian ini akan
memberikan gambaran berbagai aspek teknis dan aktuaria dalam sistim asuransi yang
berdasarkan syariah, serta konsep dan pendekatan asuransi syariah yang berbeda dengan asuransi
konvensional.
Pembahasan pada bagian ini tidak terlalu menekankan pada aspek teknis dan matematis
secara detail. Tetapi, lebih ditekankan pada upaya pemahaman terhadap masalah masalah yang
bersifat konseptual.

2. Peran Aktuaria
Peran aktuaria pada perusahaan yang berbasiskan syariah dibagi dalam tiga bagian pokok.1
a) Product Certifiction (Sertifikasi Produk)
Perusahaan asuransi syariah beroperasi berdasarkan peraturan perundangan di bidang
usaha perasuransian yang dikeluarkan oleh pemerintah. Aktuaris akan membuat atau
menghitung premi-premi dasar dari produk asuransi syariah tersebut, yang didasarkan ada
prinsip-prinsip aktuaria.
b) Actuarial Valuation (Penaksiran Aktuaria)
Perusahaan asuransi syariah diharuskan laporan tahunan kepada departemen keuangan.
Aktuaris melaporkan hasil investigasi aktuaria, yaitu tentang kondisi keuangan asuransi
yang layak. Dengan demikian, sebagian dana asuransi khususnya asuransi jiwa, dipisahkan
untuk membayar manfaat asuransi (cover). Dana ini dikenal sebagai dana cadangan, yaitu
untuk pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap peserta pada saat terjadi klaim.
c) Appointed Actuary (Aktuaria yang Ditunjuk)
Apabila perusahaan asuransi syariah tersebut tidakmemiliki seorang aktuaris sendiri,
maka perusahaan harus menunjuk seorang aktuaris atau lembaga yang diakui oleh

1
Zoolkiffly Aziz, Actuarial And Technical Aspect Of The Takaful Bussines, BIRT, Malaysia, 1996, hlm.101-102.
departemen keuangan sebagai konsultan aktuaria. Konsultan inilah yang bertanggung jawab
untuk memeriksa laporan keuangan yang setiap tahun arus dilaporkan ke departemen
keuangan sebagai pihak regulator.
Tugas aktuaris diatas hanya diterapkan pada bisnis asuransi jiwa, dan bukan pada bisnis
asuransi kerugian atau asuransi umum. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa aktuaris tidak
mempunyai peran dan tugas dalam asuransi kerugian. Pengetahuan dan keahlian aktuaris
pada asuransi jiwa dapat diterapkan dan bermanfaat pula untuk asuransi kerugian atau
asuransi umum.

3. Aspek Aktuaris
Yang dimaksud aspekaktuaris di sini adalah sejauh mana seseorang aktuaris dapat dilibatkan
dalam rancangan produk, penentuan rate premi setiap produk, distribusi surplus, valuasi tes
solvensi, membuat retakaful atau perjanjian reas. Juga aspek aspek lain dimana keahlian dan
kemampuan aktuaris dalam teori probabilitas,statistik, bunga majemuk, dan tingkat investasi
banyak digunakan.
Pada asuransi konvensional, peran aktuaris terutama dihadapkkan pada bagaimana
menjawab pertanyaan-pertanyan berikut :
a. Kontrak apakah yang paling baik untuk menentukan kepaastian yang akan terjadi?
b. Berapa tingkat investasi, mortalitas atau biaya yang digunakan untuk menghitung
premi dari suatu polis dan nilai tunai, dan bagaimana tarif yang sesuai untuk
menghadapi perubahan keadaan pada masa mendatang?
c. Berapa tingkat surplus, bagaimana surplus itu ada, dan bagaimana seharusnya?

4. Merancang Produk
Pertanyaan pertama di atas berhubungan dengann rancangan dan pengembangan produk,
yang berhubungan dengan biaya atau hharga. Di samping itu, yang lebih penting adalah validasi
dari asumsi-asumsi yang digunakan dalam biaya tersbut.
Sebagi contoh, perusahaan asuransi A mempunyai produk dimana tarif premi plis whole life
tidak memperhatikan usia. Untuk mendapatkan premi dasar,aktuaris harus memastikan asumsi
tentang penyebaran usia para pemegang polis. Jika ada perusahaan asuransi lain, misalkan
perusahaan B, menawarkan produk seperti di atas tetapi tarif premi ditentukan menurutusia
pemegang polis, maka sangat wajar pemegang polis yangusianya lebih muda akan mmemilih
perusahaan B dengan tarif premi yang lebih rendah dari perusahaan A. Istilah ini
cenderungdisebut perlakuan anti seleksi olehpemegang polis terhadap perusahaan A.
Dalam kondisi seperti ini, pemegang pollis yang lebih tua akan mendapatkan tarif premi
yang lebih rendah di erusahaan A dibandingkan dengan peruahaan B. Oleh karenanya, asumsi
aktuaria semula tentang distribusi usia para pemegang polis tidak berlaku lagi. Akibatnya,
produk perusahaan A dengan tarif premi tunggal yang mengabaikan usia, tidak dapat berjalan.
Dalam merancang dan mengembangkan produk, tujuan utama adalah bahwa produk tersebut
harus memenuhi kebutuhan yang umum dari nasabah. Pada contoh diatas produk tidak
memenuhi kebutuhan dari pemegang polis yang lebih muda untuk mendapatkan premi yang
lebih rendah atau murah. Antiseleksi adalah aspek penting yang harus dimasukan dalam
perhitungan.
Produk juga harus melengkapi portofolio perusahaan yang sudah ada, disamping
menghindari kegiatan yang menimbulkan perubahan-perubahan. Sebagai contohh, nasabah yang
mengakhiri polisnya yang masih aktifdan menggantinya dengan produk yang baru.

5. Teknis Aktuaria
Para aktuaris menggunaan teori probabilitas atau lebih khusus lagi teori life contingency,
statistik, bunga majemuk, dan tingkat investasi. Hal yang terakhir ini meliputi dampak keuangan
dari serangkaian ketidakpastian pembayaran yang dikaitkan dengan usia seseorang. Sebagaimana
yang akan kita lihat berikut ini, teknik teknik tersebut sudah diterapkan pada bisnis asuransi
syariah.2
a. Teori Bunga Majemuk
Teori bunga majemuk bukan teori tentang riba, melainkan pelajaran tentang
pertumbuhan. Mungkin istilah tersebut harus diganti dengan teori pertumbuhan, yang
apat dilihat dalam fenomena alam seperti tumbuhnya pohon pohon, pembiakan
bakteri, dan sebagainya. Sedangkan akhir-akhir ini matematika keuangan digunakan
sebagai pengganti bunga majemuk.
Teori bunga majemuk dapat diadopsi dan diterapkan ke dalam bisnis asuransi
syariah, dengan catatan mengganti bunga dengan hasil operasional dari keuntungan

2
Syahrial Sakni, Aspek-Aspek Teknis dan Aktuaris Asuransi Syariah, 1997, Koperasi Takaful, Jakarta, hlm 42-43
investasi. Teori ini banyak digunakan dalam evaluasi rancangan penggunaan dari
metode discount cashflow.
Penerapan bisnis tersebut dalam asuransi jiwa, dapat dijumpai dalam perhitungan
premi sekaligus untuk produk pembiayaan (credit term insurance). Premi sekaligus
tersebut sudah dikurangi hasil investasi premi sekaligus yang diterima awal
perjanjian. Ketentuan ini ditetapkan dan terrlebih dahulu harus disetuji oleh Dewan
Pengawas Syariah.
Firman Allah dalam Al-Quran, bahwa “Dia menghalalkan bisnis dan melarang
riba”3, tampaknya belum dapat dipahami oleh setiap pelaku bisnis. Misalnya dalam
transaksi pinjaman, pembayaran lebih dari modal (utang), meskipun atas persetujuan
bersama, adalah sama dengan riba. Sebagaimana halnya halnya ketika terjadi
keterlambatan pembayaran cicilaan pinjaman, maka tambahan pembayaran yang
dikenakan akibat perpanjangan waktu tersebut juga termasuk riba.
Adapun transaksi pinjam dalam islam ialah al-qard al-hasan, dimana peminjam
memiliki kerelaan dan semangat untuk membayar utangnya, karena dia tidak
terbebani utangnya. Pada sisi lain, akan timbul kesungguhan dalam seleksi, tanggung
jawab, dan pendampingan manajemen daari pihak yang meminjamkan kepada
peminjam. Pihak yang meminjamkan sangat peduli dengan kemajuan usaha pihak
peminjam, karena akan berakibat langsung pada pengembalian dana yang
dipinjamkan. Konsekuensi logis dan etis dari kegiatan ini adalah pembayaran kembali
dalam jumlah yang lebih besar dari modal (utang). Dengan demikian, pembayaran
lebih diatas moddal awal adalah tidak dilarang, yang dialarang adalah obligasi bagi
peminjam untuk membayar.
Berkaitan dengan hal diatas, kita dapat melihat bahwa Islam menginginkan hak
dan kewjiban masing-masing pihak yangjelas. Sebagai contoh, berdasarkan hukum
waris(fawaidh), seseorang tidak diizinkan untuk mewasiatkan sejumlah harta kepada
seseorang ahli waris. Akan tetapi, tak satupun dapat mencegah ahli waris yang
berhak, untuk menyetujui itikad baiknya dalam hal tersebut, sehingga dapat
melakukan pembagian yang menarik.

3
Baca ayat-ayat tentang riba dalam surah al-Baqarah:275-281; Ali Imran 130-136; an-Nisaa 160-161; dan ar-
Rahman 38-39
Takaful (saling melindungi) dalam keluarga menjadi sempurna dengan adanya
aturan hukum waris. Suatu pembagian harta warisa dengan cara Rabbani yang
menjamin keadilan. Allah memenuhi pesanya kepada orang tua agar
memeperhatikan anak-anak mereka. Ini satu bukti bahwa Allah lebih ahli dari kedua
orang tua terhadap anaknya. Allah telah menetapkan patokan umum dalam hukum
waris.4
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian harta pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu, bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak wanita.
Jika anak itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta, Dan untuk dua orang
ibuk bapak, masing masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak. Jikaa orangbyang meninggal itutidak mempunyai
anak dan ia diwarisi ibu bapaknya maka ibunya mendapat sepertiga. Jika yang
meninggal mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperneman.
(pembagian tersebut) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah
dibayar utangnya. (tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui
siapa diantara mereka yang lebih dekat (lebih banyak) manfaatnya bagimu. Ini
adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (an-Nissa:11)5
b. Pertimbangan Waktu dalam Transaksi
Berkaitan dengan pembahasan diatas, waktu dapat dimasukkan ke dalam
pertimbangan transaksi bisnis. Sebagai contoh ialah Bai’Bitsaman Ajil (BBA), yaitu
penjualan dengan pembayaran yang tertunda, dalam harga yang dikaitkan dengan
perhitungan waktu.
Hubungan dengan produk-produk asuransi syariah, ini memungkinkan untuk
mempunyai tingkat tabarru’ bulanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahunan.

4
Muhammad bin Ahmad ash-Shalih, At-Takaful al-Ijtima’ Fii as-Syari’ah al-Islamiyyah wa Daaruhu fii Himayyah
al-Maal al-‘Aam al-Khaash, Universita Islam Imam Muhammad bin Sa’ud, Saudi Arabia,1402 H, hlm120-121.
5
Lihat juga dalam an-Nisaa, hlm 12 penjelasan lebih lanjut ayat sebelumnya tentang hakwaris, dan Al-Baqarahh,
180 tentang kerabat kerja yang tidak mempunyai hakwaris maka mereka bisa memperoleh melalui wasiat
6. Tingkat Premi

Pada asuransi konvensional, premi netto dihitung hanya dari bunga (tingkat investasi) dan
mortalitas. Tidak diperhitungkan biaya administrasi perusahaan asuransi jiwa. Premi yang
ditawarkan termasuk biaya, di samping dapat pula termasuk margin untuk kontingensi tutupan
dan profit.

Biaya-biaya tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat.

1. Biaya awal; yaitu biaya yang dikeluarkan untuk setiap polis yang dibukukan. Contoh:
- Biaya disebabkan oleh bisnis seperti periklanan dan brosur produk,
- Biaya untuk pemeriksaan kesehatan,
- Pencatatan data base dan file peserta dalam komputer,
- Meterai.
2. Biaya lanjutan; yaitu biaya yang dikeluarkan selama pembayaran premi suatu polis.
Contoh:
- Biaya kolektor,
- Biaya komisi
- Biaya pengiriman surat-menyurat.
3. Biaya tahunan berjalan; yaitu biaya lanjutan yang tidak dikaitkan dengan pembayaran
premi. Contoh:
- Biaya investasi,
- Biaya berkenaan dengan pemeriksaan umum yang ditangani.
- Biaya valuasi aktuaria.
4. Biaya akhir; yaitu biaya yang dikeluarkan saat polis berakhir. Contoh:
- Biaya untuk proses klaim meninggal kecelakaan,
- Biaya akhir kontrak,
- Biaya klaim nilai tunai.

Biaya-biaya tersebut dapat diklarifikasikan dan dimasukkan dalam bentuk atau formula
untuk menghitung premi bruto sebagai berikut.
- Dinyatakan dalam % dari premi. Misal, komisi pertahun.
- Dinyatakan dalam % dari Uang Pertanggungan.
- Di luar dari premi untuk Uang Pertanggungan. Misal:Biaya administrasi, biaya medikal,
biaya polis.

Persamaan yang digunakan:


Nilai Tunai dari premi bruto = Nilai Tunai Manfaat + Nilai Tunai Biaya

Di mana: G a = A + K G a + c a + I
G : Premi Bruto
P : Premi Netto
A : Uang Pertanggungan / manfaat
A : Anuitas selama pembayaran premi
K : Biaya-biaya yang dinyatakan per unit setiap premi bruto
c : Biaya-biaya yang dinyatakan per unit uang pertanggungan setiap tahun
I : Biaya tambahan awal

Dari A = Pa didapatkan
(I – K) Ga = (P + c) a + I
G = 1 / (I – K) x (P + c + I/a)
Selisih antara G dan P disebut biaya.
Kita dapat melihat dari formula di atas bahwa biaya tambahan awal (I) diamaortisasi,
sehingga diharapkan dapat menutupi biaya-biaya tambahan dari pembayaran premi yang akan
datang. Jika polis lapse atau batal, perusahaan tidak akan mendapatkan bagian dari biaya-biaya
tambahan tersebut. Dalam situsai seperti ini, tidak hanya pemegang polis yang rugi melainkan
juga perusahaan. Jika polis batal, tidak seorang pun untung, kecuali mungkin para agen yang
mempunyai kesempatan untuk menjual polis baru.
Formula di atas sesuai dengan produk asuransi syariah, kecuali biaya-biaya yang
mengikutinya. Dalam sistem asuransi syariah, pembayaran iuran/premi adalah bagian dari
mudharabah. Sebagian dan premi dikontribusikan dalam rekening khsus yang disebut sebagai
tabbaru’, untuk tujuan pembayaran manfaat asuransi (manfaat takafuli) bila terjadi klaim.
Dalam sistem mudharabah, pada umumnya biaya-biaya tidak diperkenankan diambil dari
dana peserta. Tapi, biaya seperti pemeriksaan kesehatan dapat diambilkan dari dana tersebut.
Pada bagian lain, Zolkiffly Aziz19 mengatakan bahwa tantangan besar bagi asuransi syariah
seperti Takaful, dimana biaya-biaya tidak diperkenankan mengurangi dana peserta. Ketentuan ini
menjadi faktor penting yang harus menjadi pertimbangan dalam operasional asuransi syariah
(seperti Takaful). Sejumlah biaya awal untuk operasional di Takaful diharapkan dapat dipenuhi
dan diganti dari keuntungan/pendapatan musharabah seperti yang disepakati dalam polis.
Dalam sistem di Takaful Keluarga, kata Zolkiffly Aziz, bagi hasil yang digunkan untuk
operasional Takaful adalah 30 persen (yang dimaksud Takaful Malaysia) dari pendapatan
investasi. Yang masih menjadi pertanyaan ialah apakah Takaful akan tetap survive, jika biaya-
biayanya dibuat sama seperti perusahaan asuransi konvinsional. Sebagian besar biaya diberikan
sebagai komisi agen. Operasional Takaful adalah alternatif dari saluran-saluran marketing.

7. Valuasi Aktuaria (Actuarial Valuation)


Pemeriksaan aktuaria meliputi kondisi keuangan perusahaan asuransi jiwa atau perusahaan
asuransi syariah. Ini penting untuk menaksir apakah perusahaan mengalami solvabilitas yang
wajar. Sebuah perusahaan yang tidak solvet, pada saat tertentu tidak akan dapat memenuhi
kewajibannya terhadap klaim yang akan datang.
1. Dasar Valuasi
Valuasi aktuaria menyangkut kewajiban yang akan datang dalam perjanjian polis.
Valuasi ini memerlukan beberapa asumsi seperti risiko kematian akan datang, tingkat
investasi, dan biaya.
Dasar valuasi minimal ditetapkan dalam peraturan asuransi dan peraturan asuransi
syariah yang diawasi oleh Departemen Keuangan. Dasar minimum valuasi yang wajar adalah
metode valuasi premi netto dengan tabel mortalitas dan dengan asumsi tingkat investasi yang
sesuai.
2. Metode Valuasi
Tiga metode valuasi yang umum adalah metode premi netto, metode premi bruto, dan
metode modifikasi. Dalam metode premi netto, bilai premi adalah murni dihitung
berdasarkan asumsi valuasi, yang hanya dihubungkan dengan mortalitas dan tingkat
investasi. Perbedaan antar premi yang ditawarkan dengan premi netto adalah penggunaan
biaya yang sudah diperhitungkan, keuntungan dan fluktuasi tingkat mortalitas dab investasi
yang sesungguhnya.
Sedangkan, metode premi bruto adalah premi sesungguhnya yang ditawarkan dari
perkiraan tertentu biaya-biaya akan datang yang wajar. Metode cadangan bonus adalah
seperti metode bruto tetapi dengan suatu penambahan item sebgai kewajiban, bonus akan
datang yang diperkirakan.
3. Kebutuhan Valuasi
Terdapat banyak keperluan mengapa valuasi itu ditampilkan. Yakni, untuk
kebutuhan-kebutuhan yang berbeda. Di antara kebutuhan-kebutuhan yang berbeda, dibuat
metode, dasar, dan asumsi valuasi yang berbeda.
Di antara kebutuhan-kebutuhan akan valuasi ialah:
- Untuk menguji solvensi;
- Untuk mengecek ketepatan skala premi;
- Untuk menetapakan kapan dilakukan merger atau transfer suatu kewajiban;
- Untuk mementukan distribusi surplus.

8. Penyebaran Surplus
Surplus dapat diartikan sebagai antisipasi atau perkiraan keuntungan, karena jumlah
keuntungan ataupun kerugian tidak akan diketahui sampai masa perjanjian selesai. Perbedaan
metode valuasi dan dasar valuasi akan berakibat pada insidensi aliran surplus. Hal ini akan
menaikan jumlah equity. Bagaimanapun juga seorang aktuaris harus memelihara suatu
keseimbangan antara solveny dan equity.
Metode valuasi dapat digunakan dalam kegiatan asuransi syariah, kecuali kemungkinan pada
pengurusan biaya-biaya. Bentuk fundamental lain dalam asuransi jiwa syariah adalah pemisahan
pembukuan, yaitu rekening investari atau tabungan rekening tabbaru’ yang sisediakan untuk
menanggulangi risiko dipisahkan dari rekening total dana peserta.

9. Retakaful (Reasuransi Syariah)


1. Retakaful
Fungsi utama asuansi adalah untuk membantu mencegah agar modal atau surplus
perusahaan jangan sampai habis karena pengalaman atas sejumlah klaim besar yang tidak
diharapkan.20
Retakaful atau reasuransi syariah adalah suatu teknik untuk mengurangi
ketidakseimbangan finansial dari keuangan perusahaan yang diakibatkan fluktuasi klaim.
Fluktuasi klaim mungkin disebabkan oleh hal-hal berkut.
a. Perubahan statistikpada jumlah klaim
b. Klaim dengan jumlah manfaat atau uang pertanggungan besar
c. Perhitungan portofolio terlalu kecil.

Sebagai contoh pada rata-rata jumlah manfaat asuransi perpolis 10 juta rupiah. Jika
10 orang klaim untuk jumlah manfaat 10 juta rupiah per orang., mungkin tidak masalah.
Akan tetapi, jika semua dari 10 orang yang klaim dengan jumlah manfaat 100 juta rupiah per
orang, maka ekuivalen dengan 100 orang klaim untuk jumlah manfaat 10 juta rupiah per
orang.

Masalahnya adalah ketidakseragaman atau ketidakhomogenan dalam jumlah manfaat


yang diberikan, akan meningkatkan faktor catasthrope. Yaitu, suatu kejadian satu klaim
meninggal dengan jumlah manfaat 100 juta rupiah per orang.

Persoalan di atas dapat dilihat dengan cara lain. Jika 10 orang klaim meninggal
dunia, serta diasumsikan kemungkinan meninggal untuk satu orang adalah 4 per mil (4
meninggal per seribu), maka kemungkinan dari 10 orang klaim meninggal dunia yang terjadi
secara serentak adalah sama dengan (0,0004)^10. Ini sangat kecil dan sedikit.

Situasi ini adalah sama dengan kasus substandard, di mana jika tingkat mortalita
standar adalah 4 permil tingkat mortalita untuk substandar 40 permil (10x keadaan standar),
berati satu klaim untuk yang substandard sama dengan 10 klaim meninggal secara
bersamaan untuk yang standar. Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat bahwa ketidakstabilan
keuangan mungkin timbul karena ketidakhomogenan risiko kematian atau ketidakseragaman
jumlah manfaat yang diberikan. Dengan demikian, menggunakan retakaful untuk jumlah
manfaat diatas retensi, maka risiko yang ditanggung asuransi syariah akan lebih seragam
(homogen).
2. Retention (risiko yang ditahan)

Batas retensi (retention limit) perusahaan adalah jumlah risiko yang ditahan
(ditanggung) sendiri oleh perusahaan tanpa reasuransi. Perusahaan akan mereasuransikan
jumlah uang pertanggungan yang melebihi batas retensinya. Jadi, dengan reasuransi
memungkinkan perusahaan asuransi menawarkan polis dengan uang pertangggungan yang
lebih besr tanpa mengancam posisi keuangan perusahaan.6

Dalam menentukan tingkat retensi yang tepat, terdapat beberapa factor yang
diberikan dalam pertimbangan.

a. Modal pemegang saham dan cadangan polis


b. Ukuran porfotolio bisnis.
c. Jenis risiko.
d. Penyebaran jumlah manfaat usia peserta.

3. Recapture

Setelah perusahaan asuransi syariah tumbuh, biasanya perusahaan tersebut


meningkatkan retensinya. Untuk alasan ini, kebanyakan perjanjian reasuransi menyatakan
bahwa ceding company boleh melakukan recapture, atau mengambil kembali dari
reasuradur sebagian dari bisnis yang direasuransikan.

Transaksi ini tunduk pada beberapa syarat.

1. Recapture tidak dapat dilakukan sampai berlalunya suatu jangka waktu tertentu, biasanya
10 atau 15 tahun sejak sesi aslinya.
2. Semua polis yang tunduk pada recapture harus di-capture. Batasan tersebut mencegah
coding company dari seleksi melawan reasuradur (antiseleksi) dengan me-recapture
hanya risiko yang diinginkan meninggalkan lebi banyak risiko yang tidak diinginkan
pada reasuradur.

6
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (LIFE GENERAL): Konsep dan Sistem Operasional, 2002, Gema
Insani, Jakarta, hlm 192
4. Retrosi (retrocession)

Semua hanya dengan asuradur (ceding company), reasuradur mungkin


menghadapi kebutuhan untuk mentransfer sebagian risiko tertentu melalui reasuransi.
Transaksi demikian disebut retrosesi. Perusahaan yang menerima bagian risiko dari
reasuradur disebut retrocessionaire. Misalnya, satu ceding company menutup satu polis
uang pertanggungan $1.000.000 dan menahan $200.000, mengirim sisanya sebesar
$800.000 kepada reasuradur. Reasuradur mungkin menahan hanya $500.000 dari
$800.000 yang dikirim oleh ceding company dan memperoleh penutupan reasuransi
sebesar &300.000 dari reasuradur lain. Meskipun terminologinya berbeda, transaksi
antara reasuradur dan retrocessionaire pada dasarnya adalah sama seperti antara ceding
company dan reasuradur.

5. Treaty (Perjanjian Reasuransi)

Kontrak reasuransi biasa juga disebut treaty ‘perjanjian/persetujuan’. Perjanjian


tersebut terletak pada itikad lebih dari biasa (normal) di antara kedua pihak. Perjanjian
tersebut adalah susunan yang sebanding bagi suatu partnership. Misalnya penanggung tidak
menggunakan media reasuransi untuk membebaskan dirinya secara otomatis dari risiko
buruk. Penanggung demikian dapat terkucil tanpa reasuradur dan juga dapat menghadapi
masalah hokum.

Ceding company berkewajiban meluruskan kepada reasuradur semua informasi yang


diketahuinya atau yang dipercayainya mempunyai sangkut paut dengan insurabilityi risiko
yang disesikan. Reasuransi adalahn jalan dua arah. Sangat jarang pihak-pihak dalam
perjanjian reasuransi memasuki posisi yang dapat merugikan.

Perjanjian antara asuradur dengan reasuradur, karena kebutuhan, adalah suatu


dokumen jangka panjang. Perjanjian menguraikan secara terperinci bagaimana dua pihak
akan bekerja bersama. Kalimat-kalimat yang digunakan di seluruh industry terdapat
perbedaan sedikit, tetapi konsep dasar dan struktur semua perjanjian reasuransi adalah sama.

Ada tiga macam perjanjian reasuransi yang umum di asuransi jiwa:

a. Automatic reassurance treaty.


b. Facultative reassurance treaty
c. Facultative- obligatory treaty

6. Perjanjian Otomatis

Menurut perjanjian otomatis, reasuradur setuju:

a. Menerima semua jumlah pertanggungan yang diajukan atas batas retensi ceding
company,
b. Mengizinkan ceding company untuk sepenuhnya melakukan semua tanggung jawab
underwriting untuk semua kasus yang direasuransikan.

Jumlah uang pertanggungjawaban yang wajib diterima oleh reasuradur tanpa


evidence of insurability “keterangan layak asuransi” disebut automatic binding limit atau
automatic binding authority. Biasanya, automatic binding limit diwujudkan berupa
kelipatan atas batas retensi ceding company. Misalnya, sebuah ceding company mempunyai
batas retensi $100 ribu, mempunyai automatic treaty dengan reasuradur yang mengizinkan
ceding company suatu automatic binding authority sebesar empat kali batas retensinya.

7. Perjanjian Fakultatif

Perjanjian reasuransi fakultatif (facultative reinsurance treaty) mengizinkan


reasuradur memilih risiko yang dikehendakinya untuk diterima, bukannya terikat secara
otomatis seperti pada perjanjian reasuransi otomatis.

Berdasar facultative treaty, ceding company memutuskan aplikasi perorangan mana


yang dikirim kepada reasuradur. Semua informasi underwriting yang dimiliki dikirim
kepada reasuradur. Reasuradur, yang mempunyai hak untuk menerima atau menolak risiko
yang ditawarkan, meninjau tiap kasus dan menaksir risiko bebas dari ceding company.
Reasuradur kemudian memberi pemberitahuan kepada ceding company tentang
keputusannya atas kasus yang dikirim untuk reasuransi. Reasuradur, yang mempunyai hak
untuk menerima atau menolak risiko bebas dari ceding company. Reasuradur kemudian
mengirim pemberitahuan ceding company tentang keputusan atau kasus yang dikirim untuk
reasuransi. Reasuradur sepenuhnya tergantung kepada ceding company tentang file kasus
yang dikirim ceding company, Idan dengan itikad baik diminta ceding company mengirim
kepada reasuradur semua dokumen berkaitan dengan risiko yang dikirim untuk
pertimbangan reasuradur.

8. Perjanjian Facultative-Obligatory

Perkembangan baru terakhir dalam industry reasuransi jiwa ialah jenis ketiga
perjanjian reasuransi, facultative-obligatory(fac-ob),yang dikombinasikan keistimewaan
perjanjian otomatis dan perjanjian fakultatif. Dengan fac-ob treaties:

a. Ceding company melakukan semua underwriting kasus atas risiko yang diasuransikan.
b. Tidak mengirim berkas Ceding company kepada reasuradur.

Aspek fakultatifnya ialah ceding company hanya mengirim risiko yang diseleksi
(dipilih) kepada reasuradur seperti perjanjian reasuransi otomatis dan tidak mengirim semua
risiko. Sedangkan, aspek obligatori atau otomasinya ialah bahwa reasuradur wajib menerima
risiko yang dikirim (diserahkan) kevuali jika reasuradur tidak mempunyai kapasitas untuk
menutup risiko yang ditawarkan.

Untuk melindungi ceding company dari peristiwa kasus fac-ob ditolak, reasuradur
biasanya mengizinkan ceding company untuk jangka waktu 7- 10 hari untuk mencari
reasuradur lain. Selama jangka waktu tersebut, reasuradur mengkover risiko, meskipun
risiko itu melampaui batas retensinya.

Anda mungkin juga menyukai