Anda di halaman 1dari 14

PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA

TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT

Dosen Pengampu :
Dr. Farihah, M.Pd
Ulfa Annida Damanik, M.Pd

Oleh :

KELOMPOK 1

Anggi Pratiwi 5192443007


Nurul Fransisca 5193143010
Rahfi Fusfa Dwita 5182443009
Eni Tara Agasti Manurung 5193143021

PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah “Pandangan Filsafat Pancasila tentang Manusia dan Masyarakat”.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyakkekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman.

Medan, 27 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Filsafat Pancasila........................................................................ 3
B. Pandangan Filsafat Tentang Manusia .......................................................... 4
C. Pandangan filsafat Pancasila Tentang Masyarakat ...................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar/ideologi dari pembentukan negara indonesia
sebagaimana yang dikemukakan oleh Bung Karno didalamnya lahirnya Pancasila.
Fungsi dari ideologi yaitu serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh
setiap warga negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu negara
Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi mempunyai hak untuk mengatur
dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun
kelompok untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Filsafat Pancasila adalah hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya dari
bangsa Indonesia, yang oleh bangsa Indonesia dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai suatu kenyataan, norma-norma, nilai-nilai yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan
mewariskan sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-
dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu
masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan dan prosesnya efektif, maka
dibutuhkan landasan-llandasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai asas normatif
dan pedoman pelaksanaanya. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu
sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan
yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila"
yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha
merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang manusia?
2. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat?
3. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang manusia
2. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat
3. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pancasila


Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-
butirnya termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis
dalam alinia ke empat. Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas
Pancasila. Pernyataan tersebut menegaskan hubungan yang erat antara eksistensi
negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir, tumbuh dan berkembangnya negara
Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis ini dapat
diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati
diri bangsa.
Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa
Indonesia maka proses kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan
tantangan yang besar. Demi perkembangan kebudayaan Indonesia selanjutnya
dituntut adanya rumusan yang jelas yang mampu berperan sebagai pemersatu
bangsa sehingga ciri khas bangsa Indonesia menjadi nyata.
Jadi, Pancasila mengarahkan seluruh kehidupan bersama bangsa,
pergaulannya dengan bangsa-bangsa lain dan seluruh perkembangan bangsa
Indonesia dari waktu kewaktu. Namun dengan diangkatnya Pancasila sebagai jati
diri bangsa Indonesia tidak berati bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang termuat
didalamnya sudah terumus dengan teliti dan jelas, juga tidak berarti pancasila
telah merupakan kenyataan didalam kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila
adalah pernyataan tentang jati diri bangsa Indonesia.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat
dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa
filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila
senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga
Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

3
B. Pandangan Filsafat Tentang Manusia

Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-


kemampuan atau bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada
kebaradaan/eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial
ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk
Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut cipta, rasa dan karsa.
Derajat manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan
kewajiban asasi.

a. Sifat dan Hakekat Manusia


1. Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia
Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari
hewan
2. Pendidikan Bersifat Filosofis
Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal
budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukum, termasuk
termasuk teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan
(berintikan logika, estetika, metafisika, epistemology dan falsafah) Untuk
mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya kajian
yang bersifat mendasar, sistematis dan Universal tentang ciri hakiki
manusia
3. Pendidikan Bersifat Normatif
Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai tujuan/aturan pendidikan
mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia
sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.
b. Wujud Sifat Hakekat Manusia
1. Kemampuan Menyadari Diri
Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya
kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan

4
2. Kemampuan Bereksistensi
Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap
lingkungannya
3. Pemilikan Kata Hati
Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan yang
buruk/salah bagi manusia. Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan
dan kepekaan emosi
4. Moral (etika)
Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai
dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan sebaliknya. Etiket hanya
sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun

5. Kemampuan Bertanggung Jawab


Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)
Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab). Tugas pendidikan membuat
pesreta didik merasa merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat
manusia.

7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak


Dapat ditempuh dengan pendidikan disiplin:
a. Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah
b. Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah
c. Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu
d. Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa

8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan


Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha,
norma-norma, dan Takdir.

c. Dimensi-dimensi Hakekat Manusia


1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain)

5
2. Kesosialan (ketergantungan kebutuhan pada orang lain)
3. Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket)
4. Keberagaman (keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek
kehidupan di luar kemampuan makhlup hidup di dunia)
5. Intelektual(mengembangkan wawasan dan iptek, terampil
mengkomunikasikan pengetahuan dan memecahkan masalah)
6. Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan
kemampuan, keserasian hidup bekeluarga, pandai menempatkan diri
sebagai konsumen dan produsen, serta kreatif dan berkarya)
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk
tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi
kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial.
Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama
memiliki harkat dan martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam
H.A.R. Tilaar. 2002 : 191) mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai
berikut :
1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu
dapat melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan
memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat
menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan
kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu
harus mampu menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta
Nya.
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.

6
6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan
kesadaran keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan
martabat sesama manusia.
7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada
di dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain
dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya
bersama-sama dengan manusia Indonesia yang lain.
10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya.
11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban
menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi
peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah


manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya
sebagai individu dan perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia
ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk
bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

C. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat

Nilai yang terkandcasila ung dalam Pansila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri
kepribadian masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah
keseluruhan jumlah semua orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia.
Hakekat rakyat Indonesia adalah pilar negara dan yang berdaulat. Segala sesuatu
yang merupakan hak dalam hubungan hidup kemanusiaan yang mencakup
hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan negara dengan Negara
dan hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil (Surajiyo, 2008).

7
Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat
disintegrasi bangsa, Hamdi Huruk (dalam H.A.R. Tilaar. 2002: 76)
mengemukakan program sebagai berikut :
1. Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka
dihindarkan cara-cara pemecahan koersif (militeristk), tetapi dengan
menggunakan metode persuasive dan dialogis, serta mengikut sertakan
masyarakat setempat.
2. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik.
3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme,
bahwa berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
4. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar
mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis, saling menghargai, dan
menghormati bagi setiap warga negara. Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar
Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.

Jadi, hubungan antara filsafat, pendidikan dan manusia secara singkat


adalah filsafat digunakan untuk mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa
saja yang ada dalam diri manusia. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh
pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi
keberadaan manusia.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai filsafat Negara maka patut menjadi jiwa bangsa


Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang.Pancasila harus
dipahami dengan menggunakan penalaran rasional akal budi manusia. Pancasila
juga harus dipahami dengan pendekatan kritis, yakni tidak mudah percaya dengan
klaim-klaim luhur ataupun praktek-praktek naif yang mengatas namakan
Pancasila.
Tafsiran atas nilai-nilai Pancasila pun harus runut dan taat asas, sesuai
dengan maksud dan tujuan adanya Pancasila itu sendiri. Seperti segala sesuatu di
bawah langit, Pancasila dan tafsiran atasnya, pun juga harus kontekstual, yakni
sesuai dengan perkembangan jaman.
Maka, nilai fleksibilitas, dalam tegangan dengan keteguhan prinsip-prinsip
dasar harus digunakan semesta berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua anggota
semesta ikut berpartisipasi dalam mewujudkan realitas. Sebab itu, peran manusia
baik sebagai individu maupun kelompok adalah merajut realitas yang
diinginkannya yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dalam hal ini hakikat
pendidikan seyogyanya diletakkan pada upaya-upaya untuk menggali dan
mengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak saja mampu memahami
perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau perajut realitas (A.
Mappadjantji Amien, 2005).
Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat.
Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua
adalah pendidik dikeluarga (dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya
adalah pendidik disekolah; Tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat
dsb. adalah teladan bagi peserta didik. Karena itu, masing-masing individu atau
manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi individu lainnya terutama bagi
peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT.


Gramedia.
http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-
sistem-pendidikan-pendidikan-nasional/
https://www.slideshare.net/HerryPurwantoPanjaitan/pandangan-filsafat-pancasila-
tentang-manusia-masyarakat-pendidikan-dan-nilai

10

Anda mungkin juga menyukai