Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia yang semakin berkembang ini, sudah pastinya kita sudah
sering kali mendengar kata resiko dalam kehidupan sehari-hari
kita. Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan
lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat
menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko - resiko tersebut tidak kita
antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau
keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret
menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis membatasi permasalaha yang akan disajikan
dimana hanya mencakup tentang :
1. Apa pengertian manajemen resiko ?
2. Konsep Risiko berdasarkan paradigm ekonomi islam
C. Tujuan
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen perusahaan organisasi. Proses manajemen risiko
Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga
sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Resiko


Istilah (risk) Resiko memiliki berbagai definisi. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi. Manajemen resiko juga dapat diartikan sebagai suatu
pendekatan yang terstruktur atau metodologi dalam upaya mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
menatasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan
sumberdaya1. Dalam manajemen resiko, strategi yang dapat diambil untuk
mengatasi masalah ini antara lain dengan memindahkan resiko kepada pihak lain,
menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi resiko tertentu.
Pengertian resiko menurut para ahli :
Pengertian manajemen resiko menurut Djohanputro (2008) Manajemen
resiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi,
mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan
memonitor dan mengendalikan penanganan resiko.
Pengertian manajemen resiko menurut Siahaan (Manajemen Resiko. PT
Elex Media Computindo. Jakarta. 2007) manajemen risiko adalah perbuatan
(praktik) dengan manajemen Resiko, menggunakan metode dan peralatan untuk
mengelola Resiko sebuah proyek.
Pengertian manajemen resiko menurut Smith (1990) Manajemen Resiko
didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari
sebuah Resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan
atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan
tersebut.

1
Ronny Kountur, Manajemen Resiko Operasional, PPM, Jakarta, 2004, hlm. 4
Pengertian manajemen resiko menurut Australia/New Zealand
Standards (1999). Manajemen Resiko merupakan suatu proses yang logis dan
sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan,
mengawasi, dan mengkomunikasikan Resiko yang berhubungan dengan segala
aktivitas, fungsi atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi
kerugian dan memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko
ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi Resiko sejak awal dan
membantu membuat keputusan untuk mengatasi Resiko tersebut.
Pengertian manajemen resiko menurut William Manajemen resiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian
pada sebuah organisasi.2
Pengertian manajemen resiko menurut Fahmi (2010) Manajemen resiko
adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi
menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan
menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan
sistematis.
Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko - resiko yang timbul
oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam, tuntutan hukum, kebakaran
maupun kematian). Manajemen resiko keuangan pada sisi lainnya, sangatlah
fokus pada resiko yang bisa dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen
keuangan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi
resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat

B. Konsep Risiko dalam Ekonomi Islam


Risiko yang dalam ekonomi islam disebut gharar secara etimologi
bermakna kekhawatiran atau risiko, dan gharar berarti juga menghadapi suatu
kecelakaan, kerugian, dan atau kebinasaan. Dan taghrir adalah melibatkan diri

2
Mahmud, Manajemen Risiko, UPP STIM YKPN, Yogjakarta, 2006, hlm. 1
dalam sesuatu yang gharar. Dikatakan gharara binafsihi wa maalihi
taghriran berarti 'aradhahuma lilhalakah min ghairi an ya'rif (jika seseorang
melibatkan diri dan hartanya dalam kancah gharar maka itu berarti keduanya
telah dihadapkan kepada suatu kebinasaan yang tidak diketahui olehnya). Gharar
juga dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat ketidakyakinan (uncertainty) (Huda;
2009, h. - )

Dalam bahasa Arab, gharar diterjemahkan sebagai risiko, sesuatu yang


tidak pasti, atau ketidakpastian (uncertainty), sebagaimana Rasulullah saw.
bersabda, Janganlah kalian membeli ikan di dalam air (laut), karena perbuatan
semacam itu termasuk gharar (tidak pasti). (HR. Ahmad).

Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim, menjelaskan gharar sebagai "things


with unknownfate, so selling such things is maysir or gambling ". Dengan
demikian, transaksi jual-beli sesuatu yang tidak pasti (gharar) tersebut dilarang
dalam Islam, karena termasuk kategori perbuatan maysir atau perjudian
(spekulasi).

Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu ada dalam setiap
kegiatan manusia. Terlebih dalam prinsip islam menyatakan tidak ada risk-free di
dunia ini. Dalam Islam resiko dapat diposisikan sama seperti kesulitan (‫)مشقة‬.
Meskipun banyak perbuatan Islam yang melibatkan kesulitan, namun kesulitan
tersebut tidak diperbolehkan terhadap dirinya sendiri.3

Van Deer Heidjen berpendapat bahwa yang termasuk dalam


ketidakpastian diidentifikasikan ada tiga. Pertama, risiko yang diartikan sebagai
kejadian-kejadian di masa lalu yang dapat dijadikan estimasi probabilitas untuk
tiap hasil yang mungkin akan muncul. Kedua, stuctural uncertainty, adalah

3
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2011, hlm. 5
sesuatu yang terjadi dan bersifat unik, tidak mempunyai preseden di masa lalu,
tetapi tetap terjadi dalam logika kausalitas (Achsien; 2003, h. 50).

Sementara Al Suwailem membagi resiko kedalam dua tipe. Pertama,


resiko pasif yang artinya hanya mengandalkan keberuntungan seperti game of
chance. Kedua, resiko responsif yang memungkinkan adanya distribusi
probabilitas hasil keluaran dengan hubungan yang logis, disebut game of skill.

C. KLASIFIKASI RISIKO

Dalam dunia asuransi yang dimaksud risiko adalah, apabila risiko tersebut
diartikan sebagai ketidak pastian yang menimbulkan kerugian (Uncertainty of
loss), yang dimaksud disini kerugian daIam arti financial (financial risk), 4dimana
kerugian tersebut dapat dinilai secara financial atau dinilai dengan uang. Risiko
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Speculative Risks (Risiko Spekulatif)


Risiko spekulatif adalah risiko yang memberikan kemungkinan
untung (gain) atau rugi (loss) atau tidak untung dan tidak rugi (break
even). Risiko Spekulatif disebut juga risiko dinamis (dynamic risk).
Contoh:
- Risiko dalam dunia perdagangan (kemungkinan untung atau rugi)
2. Pure Risks (Risiko murni)
Risiko yang hanya mempunyai satu akibat yaitu kerugian.
Sehingga tidak ada orang yang akan menarik keuntungan dari
risiko ini.
Contoh:
- Kebakaran
3. Risiko yang dapat diasuransikan dan risiko yang tidak dapat
diasuransikan

4
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm.334
Risiko spekulaif tidak dapat diasuransikan karena pada risiko ini
terdapat kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan.
Risiko murni dapat diasuransikan karena hanya mempunyai satu
kemungkinan yaitu mendatangkan kerugian, tetapi berdasarkan
pertimbangan secara yuridis maupun komersial tidak semua risiko
murni dapat diasuransikan. Risiko fundamental; biasanya asuransinya
dikelola oleh pemerintah, hal ini dikarenakan akibat dari risiko ini dalam
jumlah dan area yang luas.
BAB III

STUDI KASUS

A. Sistem Manajemen Risiko BCA


Dalam rangka pengendalian risiko, BCA telah mengimplementasikan
kerangka dasar manajemen risiko (Risk Management Framework) secara terpadu
yang dituangkan dalam Kebijakan Dasar Manajemen Risiko (KDMR). Kerangka
tersebut digunakan sebagai sarana untuk penetapan Strategi, Organisasi,
Kebijakan dan Pedoman, Serta Infrastruktur BCA sehingga dapat dipastikan
bahwa semua risiko yang dihadapi BCA dapat dikenali, diukur, dikendalikan dan
dilaporkan dengan baik. Agar penerapan Manajemen Risiko dapat berjalan
dengan efektif dan optimal, BCA telah memiliki Komite Manajemen Risiko yang
berfungsi untuk membahas permasalahan risiko kepada Direksi. Selain Komite di
atas, BCA telah membentuk beberapa Komite lain yang bertugas untuk
menangani risiko secara lebih spesifik antara lain: Komite Kebijakan Perkreditan,
Komite Kredit Serta Komite Aset Dan Pasiva (Asset and Liability Commite –
ALCO). BCA senantiasa melakukan pengkajian risiko secara menyeluruh atas
rencana penerbitan produk dan aktivitas baru sesuai jenis risiko yang terdapat
dalam PBI No.5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 beserta perubahannya antara
lain melalui PBI No.11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 dan SE BI
No.11/35/DPNP tanggal 31 Desember 2009.
Risiko-risiko yang dikelola

Risiko-risiko yang dikelola terdiri dari 8 (delapan) jenis risiko, yaitu:

1. Risiko kredit
a. Organisasi perkreditan terus disempurnakan dengan berbasis prinsip
“Empat Mata” (“Four eyes principle”) di mana keputusan kredit diambil
berdasarkan pertimbangan dari dua sisi, yaitu sisi pengembangan bisnis
dan sisi analisis risiko kredit.
b. BCA telah memiliki Kebijakan Dasar Perkreditan Bank (KDPB) yang
terus mengalami penyempurnaan sejalan dengan perkembangan BCA,
PBI, POJK serta sesuai dengan “International Best Practice”.
c. Penyempurnaan prosedur dan sistem manajemen risiko perkreditan
dilakukan melalui pengembangan “Loan Origination System” atas alur
kerja proses pemberian kredit (dari awal sampai akhir) sehingga proses
kredit yang efektif dan efisiendapat tercapai. Pengembangan sistem
pengukuran profil risiko debitur terus dikembangkan agar dapat diterapkan
secara menyeluruh, demikian juga dengan proses
pembangunan databae perkreditan terus dilakukan dan disempurnakan.
d. Untuk menjaga kualitas kredit tetap terjaga dengan baik, maka
pemantauan terhadap kualitas kredit terus dilakukan secara rutin, baik
perkategori kredit (Korporasi, Komersial, Small & Mediumenterprise
(SME), Konsumen Dan Kartu Kredit) Maupun Portofolio Kredir Secara
Keseluruhan)
e. BCA telah mengembangkan pengelolaan risiko kredit dengan melakukan
analisis stress testing terhadap portofolio kredit serta melakukan moitoring
terhadap hasil stress testing Sebagai respon atas kondisi perubahan pasar
dan gejolak ekonomi, BCA melakukan analisis stress testing ini secara
berkala. stress testing bermanfaat bagi bank sebagai alat untuk
memperkirakan besarnya dampak risiko pada “stressful
cindition” sehingga BCA dapat membuat strategi yang sesuai untuk
memitigasi risiko tersebut sebagai bagian dari pelaksanaan “contingensy
plan”.
f. Dalam rangka pemantauan dan pengendalian risiko kredit yang terjadi di
perusahaan anak, BCA telah melakukan pemantauan risiko perusahaan
anak secara rutin, sekaligus memutuskan bahwa perusahaan anak telah
memiliki kebijakan manajemen risiko kredit yang baik dan efektif.2.
2. Contoh Kasus Kredit Macet pada Bank Negara Indonesia (BNI)
1. Kasus Pertama
Pada tahun 2011, Direktur PT Siak Raya Timber (Kea Meng Kwang alias
Edmond Kee) melakukan peminjaman kredit di bank BNI 46 Pusat, Jakarta.
Direktur PT SRT mengajukan kredit sebesar Rp 97 Milyar, karena pada saat itu
perusahaan mengalami masalah pemasokan kayu sebagai bahan baku. Direktur
perusahaan di bidang kayu tersebut menyertakan agunan pabrik PT SRT beserta
barang-barangnya5. Pinjaman tersebut dicairkan tahun 2011 sebanya dua kali
pencairan dengan nomor rekening yang berbeda. Uang pertama dicairkan
sebanyak Rp 48 miliar. Beberapa waktu berikutnya, kembali dicairkan sebanyak
Rp 49 Miliar. Namun pada tahun 2012, Edmond Kea mulai macet dalam
membayar kredit yang diajukannya itu. Menurut informasi yang dirangkum,
Edmond Kea sudah melarikan diri ke Singapura dan menjadi Warga Negara (WN)
Singapura.

Ketika sudah terjadi kredit macet, Bank BNI tetap melakukan penagihan,
dan meminta PT. SRT untuk menjual asetnya. Bank BNI juga telah melakukan
beragam uapaya dalam mengembalikan kredit PT SRT, baik dengan menjual
jaminan produktif hingga tidak produktif. Tetapi setelah macetnya kredit tersebut,
barulah diketahui bahwa agunan tersebut hanya senilai Rp 5 Miliar.

2. Kasus kedua
Pada tahun 2013 lalu, tepatnya pada hari senin 4 Februari 2013 di
Pekanbaru terdapat kasus kredit macet yang mencapai Rp 4,9 miliar dengan
agunan lahan fiktif di Bank BNI Capem Pekanbaru. Nasabah atas nama Rosinta
Simarmata dan David Silalahi terbukti bersalah di Pengadilan Negeri Bnagkinan,
Karena mengklaim lahan sawit milik orang lain. Kebun Sawit inilah yang juga
dijadikan sebagai agunan di Bank BNI Cabang Pekanbaru, dengan memalsukan
surat sertifikat tanah dan mengajukan kredit senilai Rp 4,9 Miliar.

5
Ibid, hlm., 334-336
Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata terdapat kelalaian atau kesengajaan
yang dilakukan oleh oknum Bank BNI dalam memberikan kredit. Penyelidikan
tersebut dilakukan oleh Polda Riau dan menetapkan tiga tersangka. Ketiga
tersangka tersebut, AY, CM, dan DS merupakan karyawan Bank BNI yang
menyetujui kredit, padahal agunan berupa sertfifikat palsu. Pihak Bank BNI
dalam memberikan kredit diduga kuat bahwa mereka telah kongkalikong dengan
Rosita.

3. Analisis Kasus Kredit Macet


Pada kasus pertama, sebelum memberikan kredit, hendaknya Bank harus
mensurvei keadaan perusahaan tersebut dan juga mengetahui besar atau nominal
barang yang dijadikan agunan ketika diuangkan. Selain itu kelalaian pada pihak
Bank, nasabah juga telah melanggar ketentuan BMPK. Dala melakukan kredit di
Bank, seharusnya nasabah juga mematuhi segala peraturan yang telah diberikan
Bank, terutama dalam hal pembayaran kredit. Dari keterangan kasus di atas,
nasbah sudah bisa dianggap melanggar ketentuan-ketentuan BMPK. Karena
sesuai dengan pasal 27 ayat 3 dijelaskan bahwa peminjaman dianggap wanprestasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) apabila terjadi tunggakan pokok dan/atau
tagihan lainnya selama 90 (sembilan puluh hari). Sedangkan pada kasus tersebut
sudah terjadi tunggakan selama lebih dari 90 hari. Nasabah dan juga bank bisa
dikenakan sanksi. Sanksi dalam BMPK ada 2 yaitu berupa denda dan sanksi
administratif.

Sedangakan pada kasus kedua, Bank dianggap telah bekerjasama dengan


Nasabah. Selain itu, pengawasan dalam kegiatan perkreditan di Bank tersebut juga
dianggap lemah. Pihak atau oknum bank juga bisa dikatakan melanggar ketentuan
BMPK, yaitu pada pasal 3. Bunyi pasal tersebut yaitu Bank dilarng membuat
suatu perikatan atau perjanian atau menentapkan persyaratan yang mewajibkan
Bank untuk memberikan penyediaan dana yang mengakibatkan pelanggaran
BMPK. Selain itu, bank juga telah dianggap kurang teliti dalam menerima
jaminan yag diberikan oleh nasabah, sehingga terdapat pemalsuan sertfifikat yang
dijaminkan.

Pada intinya, Bank sebelum memberikan kredit pada nasabah, harus benar-
benar menerapkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan teorinya. Selain itu, juga
harus mengetahui ketentuan-ketentuan BMPK. Hal terbebut bertujuan untuk
menghindari bertambahnya kasus krdit macet di Indonesia yang menimbulkan
kerugian dengan jumlah yang besar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko
yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau
yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak
lain,menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko.
Manajemen risiko tidak semata berlaku di sektor bisnis, namun semakin
mendesak untuk diapplikasikan di sektor publik. Banyak argumen pendukung,
dan tampaknya faktor utama adalah perubahan lingkungan dan sumber daya yang
terbatas bagi pencapaian tujaun organisasi.
Risiko memiliki berbagai definisi, dan berkaitan dengan kemungkinan
kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Pada sisi lain, penanganan risiko bahkan dapat memuncul-kan peluang
bagi organisasi. Risiko tidak dapat dihindari oleh organisasi, dan terdapat pada
sumber daya yang dimiliki dan proses operasi termasuk pengendalian. manajemen
risiko diperlukan bagi pencapaian tujuan suatu unit dan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
Mahmud, Manajemen Risiko, UPP STIM YKPN, Yogjakarta, 2006.
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000.
Ronny Kountur, Manajemen Resiko Operasional, PPM, Jakarta, 2004.
http://www.speotics.com/2012/09/pengertian-manajemen-risiko.html (20 Mei
2013 pukul 22:54)

http://mbegedut.blogspot.com/2012/06/pengertian-manajemen-resiko-menurut.
html#UYH9GWr74nA (02 Mei 2013 pukul 12:46)

http://hovidintkj.blogspot.com/2011/11/makalah-manajemen-risiko.html (20 Mei


2013 pukul 22:54)

Anda mungkin juga menyukai