Anda di halaman 1dari 3

KULIAH REKAYASA LINGKUNGAN

PEMANASAN GLOBAL
Oleh : Amin Nugroho
Staf. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik – Universitas Diponegoro

I. PENDAHULUAN

Pemanasan Global (Global Warming) merupakan fenomena peningkatan temperatur


rata-rata permukaan bumi.

suatu dokumen yang diformulasikan di bawah Perjanjian Perubahan Iklim yang


diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam hal ini oleh United Nation
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Protokol ini merumuskan secara
rinci langkah yang wajib dan dapat diambil oleh berbagai negara yang meratifikasinya
untuk mencapai tujuan yang disepakati dalam perjanjian internasional perubahan
iklim PBB yakni “Stabilisasi Konsentrasi Gas Rumah Kaca Dalam Atmosfir Pada Tingkat
Yang Dapat Mencegah terjadinya Gangguan Terhadap Manusia/Antropogenis Pada
Sistem Iklim Dunia”.

Protokol Kyoto sesuai dengan namanya diadopsi pada pertemuan ketiga Conference Of
Parties (COP) UNFCCC pada tanggal 1977 di kota Kyoto, Jepang. Protokol ini mengikat
secara hukum negara yang menandatangani dan meratifikasinya. Pada tanggal 16
Pebruari tahun 2005, Protokol Kyoto mulai berlaku setelah berhasil mengumpulkan
jumlah minimum negara yang meratifikasinya. Sejauh ini, 187 negara telah
menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto. Protokol Kyoto menggariskan 37
negara industri yang disebut negara Annex I diwajibkan untuk masing-masing negara
mengurangi emisi gas rumah kaca sampai dengan 5,2% di bawah tingkat emisi pada
tahun 1990. Angka ini disepakati berdasarkan rekomendasi yang tertera dalam laporan
panel ilmuwan PBB (IPCC).

Guna membantu negara Annex I yang terkena kewajiban pengurangan emisi, maka
Protokol Kyoto menetapkan berbagai mekanisme fleksibel (flexible mechanism)
seperti : perdagangan emisi, mekanisme pembanguan bersih (clean development
mechanism) dan implementasi bersama (joint implementation). Mekanisme tersebut
memungkinkan negara industri untuk memperoleh kredit emisi dengan cara membiayai
proyek-proyek pengurangan emisi diluar negara Annex I atau atau dari negara Annex I
yang telah melampaui batas penurunan emisi yang diwajibkan. Protokol Kyoto
memiliki masa komitmen yang akan berakhir pada tahun 2012. Negara-Negara yang
menandatangani UNFCC masih berada dalam proses perumusan perjanjian baru yang
akan meneruskan atau menggantikan Protokol Kyoto setelah masa komitmen I
berakhir. Untuk itu pada tahun 2007 telah dihasilkan Bali Roadmap atau Peta Jalan
Bali yang melandasi perundingan, Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto pada
tanggal 23 Juni tahun 2004.

II. KANADA, JEPANG, DAN RUSIA MUNDUR DARI PROTOKOL KYOTO

1
Konferensi Perubahan Iklim ke 17 yang diselenggarakan di Durban Afrika Selatan pada
tanggal 28 Nopember sampai dengan 11 Desember 2011 menghasilkan 4 keputusan
penting yaitu : (1) Amandemen Protokol Tokyo,(2) Keputusan Terhadap Kerja Sama
Jangka Panjang (Long-Term Cooperative Action), (3) Pendanaan Iklim (Green Climate
Fund), dan (4) masa depan rejim perubahan iklim. Namun keputusan itu tidak dakui
oleh Kanada, Jepang, dan Rusia. Apakah keputusan tersebut akan berkonteribusi
terhadap keberlanjutan hidup dan keselamatan rakyat Indonesia adalah pertanyaan
kita semua. Protokol Kyoto sebagai satu-satunya instrumen yang mengikat secara
hukum sebagai tanggung jawab negara-negara pencemar lingkungan saat ini tinggal
kenangan, karena tidak tegas dinyatakan apakah Protokol Kyoto ini pada pasca tahun
2012 ini akan berlanjut atau tidak. Dengan demikian, Protokol Kyoto sudah kehilangan
keampuhannya dalam menyelamatkan bumi karena Kanada, Jepang dan Rusia telah
meninggalkan tanggung jawabnya. Negara industri maju tersebut tak mau lagi terikat
dengan Protokol Kyoto tersebut. Saat ini yang tersisa hanya Uni Eropa dan beberapa
negara maju lainnya yang tidak terlalu signifikan dalam pengurangan Gas Rumah Kaca
(GRK). Hasil Konferensi Perubahan Iklim yang ke 17 juga memberikan dukungan untuk
ekspansi perdagangan karbon, ekspansi industri kotor ke negara berkembang turut
memberikan kesempatan besar pelibatan lembaga keuangan internasional dan bank-
bank swasta dalam proyek iklim yang kesemuanya diregulasi dalam pasar karbon.
Meskipun kondisi tersebut, WALHI dan Forum Masyarakat Sipil untuk keadilan iklim
menilai penting untuk menyampaikan pada publik bagaimana proses Konferensi
Perubahan Iklim berlangsung apakah Delegasi Negara Republik Indonesia sudah
menjalankan tanggung jawabnya dengan benar selama perundingan, selain itu WALHI
juga mempertanyakan dampak samping pertemuan tersebut terhadap keselamatan
warga. Protokol Kyoto telah mengikat negara-negara maju yang rata-rata menjadi
penyumbang emisi terbesar GRK dari aktivitas industri mereka agar dapat menurunkan
GRK tersebut sebagai penyumbang pemanasan global (global warming) sesuai dengan
target tertentu. Hanya AS yang tidak meratifikasi perjanjian ini sejak awal.

Mundurnya negara-negara maju dari Protokol Kyoto disebabkan oleh anggapan mereka
yang menyatakan bahwa Protokol Kyoto justru menjadi penghambat pemecahan
masalah karena dianggap akan mengganggu perekonomian negara-negara maju.
Mereka meyakini Protokol Kyoto itu, tetapi kami juga membutuhkan pertumbuhan
ekonomi dan lapangan kerja. Untuk memenuhi target yang ditetapka Protokol Kyoto,
maka negara-negara maju harus rela menyingkirkan sebagian mobil tv, truk, dan
kendaraan lainnya. Disamping itu mereka juga harus menutup kegiatan pertanian.
Sebagai contoh dengan mundurnya dari Protokol Kyoto, Kanada telah terbebas dari
kewajiban membayar dana sebesar 123,23 trilyun. Negara-negara maju tersebut
berkilah untuk sementara mereka akan menjalankan rencananya sendiri namun tidak
mau dengan menggunakan target yang rigid.

III. TUJUAN, TARGET DAN MANFAAT PROTOKOL KYOTO

III.1. Tujuan Protokol Kyoto

2
Tujuan Protokol Kyoto adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari 6 gas rumah
kaca yaitu : karbon dioksida (CO2), methane (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Sulfur
Hexaflourida (SF6), HFC, dan PFC yang dihitung sebagai rata-rata selama 5 tahun
antara tahun 2008 – 2012. Target nasional berkisar dari pengurangan 6% untuk
Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia dan penambanhan yang
dijinkan sebesar 8% untuk Australian dan 10% untuk Islandia.

III.2. Tujuan Protokol Kyoto


Target penurunan emisi yang dikenal dengan nama quantified emission limitation
and reduction commitment (QELROs) merupakan pokok permasalahan dalam 10
tahun dalam seluruh urusan Protokol Kyoto dengan memiliki implikasi serta
mengikat secara hukum, adanya periode komitmen, digunakannya rosot (sink)
untuk mencapai target, adanya jatah emisi, setiap pihak di Annex I terhaadap 6
gas karbon dioksida (CO2), methane (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Sulfur
Hexaflourida (SF6), HFC, dan PFC.

III.3. Manfaat Protokol Kyoto


Manfaat Protokol Kyoto adalah untuk mengurangi pemanasan global (global
warming) sehinga ilim dunia dapat menjadi lebih stabil yang pada akhirnya
gangguan terhadap manusia pada iklim dunia menjadi menurun.

Anda mungkin juga menyukai