Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA I

SPEKTRUM ATOM

oleh

Nita Juli Yanti, Ikhsanul Agusti, M. Zhafran Yudistira


10217007, 10217031, 10217066

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019-2020
ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan spektrum atom, panjang gelombang,


dan transisi pada lampu He, Hg, dan yang tidak diketahui jenisnya.
Atom dalam suatu unsur dapat menghasilkan spektrum emisi (spektrum diskret)
dengan menggunakan alat spectrometer. Spektrum garis membentuk suatu deretan
warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Eksperimen diawali dengan
merangkai alat sesuai skema dan mengatur jarak antara layar dengan slit. Catu daya
dinyalakan dan diatur agar cahaya lampu stabil. Jarak antara warna yang sama pada
pola di layar diukur kemudian divariasikan jarak sebanyak lima kali. Data diolah
untuk mendapat nilai panjang gelombang dan jenis transisi setiap atom. Didapatkan
bahwa spektrum warna yang dihasilkan setiap lampu berbeda-beda tergantung
jenisnya. Kemudian nilai panjang gelombang yang didapat berbeda dengan
referensi. Error yang terjadi bisa disebabkan karena ketidaktelitian pengukuran dan
alat. Jenis transisi yang didapat berbeda untuk masing-masing atom.

Kata Kunci : Cahaya, Spektrum Atom, Transisi Elektron


DAFTAR ISI

ABSTRAK i
DAFTAR ISI ii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
Bab II Dasar Teori ............................................................................................ 2
II.1 Spektrum Atom ............................................................................. 2
II.2 Difraksi Grating ............................................................................ 5
Bab III Metode dan Hipotesis ............................................................................ 7
III.1 Metode........................................................................................... 7
III.2 Hipotesis........................................................................................ 7
Bab IV Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 8
IV.1 Hasil Eksperimen .......................................................................... 8
IV.1.1 Eksperimen Pertama .......................................................... 8
IV.1.2 Eksperimen Kedua ............................................................ 9
IV.1.3 Eksperimen Ketiga .......................................................... 10
IV.2 Pembahasan ................................................................................. 12
IV.2.1 Pertanyaan ....................................................................... 12
IV.2.2 Analisis ............................................................................ 13
IV.2.3 Open Problem .................................................................. 14
Bab V Kesimpulan .......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
Bab I Pendahuluan

Grating merupakan salah satu komponen paling penting dalam sistem spektroskopi.
Grating dapat digunakan secara bermanfaat di setiap wilayah spektral, tidak hanya
memenuhi kebutuhan untuk tambahan peralatan komputasi, tetapi juga memberikan
spektrum secara nyata pada waktu yang sebenarnya. Grating bersama dengan
beberapa detektor, adalah komponen dengan "teknologi tinggi" dalam sistem.
Produksi difraksi grating, baik dengan cara optik atau mekanis, membutuhkan
instrumentasi yang canggih. Oleh karena itu sangat diperlukan pemahaman
mengenai difraksi grating sehingga diperlukan eksperimen untuk memahaminya.

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Menentukan spektrum warna yang terjadi pada lampu He, Ne, dan lampu
yang tidak diketahui jenisnya.
2. Menentukan nilai panjang gelombang untuk lampu Ne, He, dan lampu yang
tidak diketahui jenisnya.
3. Menentukan jenis transisi pada atom He, Be, dan atom pada lampu yang
tidak diketahui jenisnya.

Batasan-batasan yang digunakan pada percobaan yang dilakukan adalah:

1. Lampu yang digunakan adalah jenis He, Ne, dan satu lampu yang tidak
diketahui jenisnya.
2. Variasi jarak yang dilakukan adalah dari L=50 cm hingga L=90 cm dengan
kenaikan sebesar 10 cm.
3. Perchitungan panjang gelombang dilakukan menggunakan estimasi sudut
kecil dan tanpa estimasi sudut kecil.

Asumsi yang digunakan dalam eksperimen ini adalah:

1. Posisi pengamat saat mengamati spektrum atom melalui grating sama untuk
setiap pengamatan.
2. Saat pengamatan dilakukan, lampu diasumsikan menyala dengan stabil.

1
Bab II Dasar Teori

II.1 Spektrum Atom

Atom dalam suatu unsur dapat menghasilkkan spektrum emisi (spektrum diskret)
dengan menggunakan alat spectrometer, sebagai contoh spectrum hidrogen. Atom
hidrogen memiliki struktur paling sederhana. Spektrum yang dihasilkan adalah
atom hidrogen yang merupakan spektum yang paling sedehana. Spektrum garis
atom hidrogen berhasil dijelaskan oleh Niels Bohr pada tahun 1913.

Spektrum atom Hydrogen, Helyum, dan Mercury dapat diilihat secara langsung
dengan menggunakan Spectrophotometer grating yang mengukur intensitas
cahaya relatif sebagai fungsi sudut. Dari hasil yang digambar pada kertas grafik,
panjang gelombang dari spektrum dapat diketahui dengan mengukur sudut dari
spektrum maksimum untuk setiap garisnya. Garis orde pertama dan kedua dapat
dipelajari. Spektrum dari sodium (dualisme sodium tidak dapat dipisahkan)
digunakan untuk pengkalibrasi grating difraksi.

Gambar II.1 Spektrum atom Hidrogen, Helium, dan Neon.

Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang


gelombang berbeda. Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling

2
sederhana, deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu
yang dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis. Seorang guru
matematika Swiss bernama Balmer menyatakan deret untuk gas hidrogen sebagai
persamaan berikut ini. Selanjutnya, deret ini disebut deret Balmer, dimana panjang
gelombang dinyatakan dalam satuan nanometer (nm) (Sonya, 2019).

Dalam spektroskopi, pemisahan garis spektral utama atom menjadi dua atau lebih
komponen, masing-masing mewakili panjang gelombang yang sedikit berbeda.
Fine structure dihasilkan ketika sebuah atom memancarkan cahaya dalam
melakukan transisi dari satu keadaan energi ke yang lain. Garis-garis yang terbelah,
yang disebut fine structure dari garis-garis utama, muncul dari interaksi gerakan
orbital dari suatu elektron dengan mekanika “putaran” kuantum dari elektron itu.
Sebuah elektron dapat dianggap sebagai bagian atas yang berputar dengan muatan
listrik, dan karenanya berperilaku sebagai magnet batang kecil. Elektron yang
berputar berinteraksi dengan medan magnet yang dihasilkan oleh rotasi elektron
tentang inti atom untuk menghasilkan fine structure.

Jumlah pemisahan ditandai oleh konstanta tak berdimensi yang disebut konstanta
fine structure. Konstanta ini diberikan oleh persamaan α = ke2 / hc, di mana k adalah
konstanta Coulomb, e adalah muatan elektron, h adalah konstanta Planck, dan c
adalah kecepatan cahaya. Nilai konstanta α adalah 7.29735254 × 10−3, yang hampir
sama dengan 1/137.

Dalam atom-atom logam alkali seperti natrium dan kalium, ada dua komponen fine
structure (disebut doublet), sedangkan dalam atom-atom tanah alkali ada tiga
komponen (kembar tiga). Ini muncul karena atom-atom logam alkali hanya
memiliki satu elektron di luar inti tertutup, atau kulit elektron, sedangkan atom-
atom dari tanah alkali memiliki dua elektron tersebut. Pemisahan Doublet untuk
garis yang sesuai meningkat dengan nomor atom; dengan demikian, dengan litium
(nomor atom 3), doublet mungkin tidak dapat diselesaikan dengan spektroskopi
biasa, sedangkan dengan rubidium (nomor atom 37), doublet dapat dipisahkan
secara luas (Adam, 2019).

Masalah hidrogen dasar yang telah kita selesaikan adalah Hamiltonian berikut.

3
𝑝2 𝑍𝑒 2
𝐻0 = − , (II.1)
2𝜇 𝑟

Dengan p adalah momentum atom (kg.m/s), μ adalah massa atom (kg), Z adalah
nomor atom, e adalah muatan elektron sebesar 1,6 x 10-19 C, dan r adalah jari-jari
elektron (m).

Untuk masalah Coulomb sederhana ini, perlu ada beberapa koreksi:

1. Koreksi relatif terhadap energi kinetik elektron.

2. Koreksi Spin-Orbit.

3. Koreksi `` Darwin Term'' untuk status dari Dirac eq.

4. Efek ((anomalouus) Zeeman) dari medan magnet luar.

Sehingga menghasilkan keadaan splitting pada atom sebagai berikut.

Gambar II.2 Fine structure pada atom (Jim, 2013).

4
II.2 Difraksi Grating

Grating merupakan komponen penting dalam sistem spektroskopi. Grating dapat


digunakan secara bermanfaat di setiap wilayah spektral, tidak hanya meniadakan
kebutuhan untuk tambahan peralatan komputasi, tetapi juga memberikan spektrum
secara nyata pada waktu sebenarnya. Grating bersama dengan beberapa detektor,
adalah komponen dengan "teknologi tinggi" dalam sistem. Produksi difraksi
grating, baik dengan cara optik atau mekanis, membutuhkan instrumentasi canggih.

Perilaku difraksi grating dijelaskan oleh Difraksi Fraunhofer dengan cahaya yang
melewatinya. Difraksi Fraunhofer mengasumsikan bahwa sumber cahaya dan
pengamat jauh dari objek difraksi. Dengan demikian, setiap kelengkungan di muka
gelombang dapat diabaikan, apakah itu insiden pada permukaan kisi atau berasal
dari itu. Ini adalah situasi yang biasa dalam spektroskopi eksperimental.

Pola dengan intensitas tertentu dihasilkan ketika cahaya terdifraksi oleh kisi dapat
ditampilkan sebagai kombinasi pola untuk difraksi dengan celah tunggal,
interferensi di antara pola difraksi yang dihasilkan oleh sejumlah celah jarak dekat.

Setiap alur pada grating bertindak sebagai celah. Penjelasan dari pola difraksi yang
diamati adalah berdasarkan model gelombang klasik Huygens, yang
memperlakukan setiap titik pada kisi sebagai sumber cahaya baru. Young dan
Fresnel memperpanjang Huygens secara independen ' model untuk memasukkan
interferensi antara sekunder gelombang (J). Gelombang ini berada dalam fase
dengan muka gelombang yang menerangi permukaan kisi.

Jika sumber cahaya dengan panjang gelombang λ diarahkan tegak lurus pada grating
dengan konstanta grating k, dengan menggunakan persamaan pola terang difraksi
sebagai berikut

sin 𝜃
= 𝑚𝜆, (II.1)
𝑘

Dengan θ adalah sudut difraksi (rad), k adalah konstanta grating, m adalah bilangan
untuk tingkat pola, dan λ adalah panjang gelombang (m).

5
Penggunaan metode ini membuat setiap panjang gelombang akan teramati pada sudut
yang berbeda sehingga pada akhirnya kita dapat mengamati spektrum atom dengan
masing-masing warna yang terpisah. Lalu dengan menggunakan analisis difraksi, kita
akan mendapatkan panjang gelombang masing-masing foton yang teramati lalu dapat
dianalisis pula transisi elektron yang diwakilkan foton tersebut.

Kemudian, dapat didefnisikan juga nilai sin 𝜃 adalah sebagai berikut.

1
( 𝑑)
sin 𝜃1 = 2
2 (II.2)
√(1 𝑑) + 𝐿2
2

Jika sudut dibuat estimasi sangat kecil maka berlaku :

1
(2 𝑑) (II.3)
sin 𝜃2 =
𝐿2

Dengan θ adalah sudut difraksi (rad), k adalah konstanta grating, dan λ adalah
panjang gelombang (m).

6
Bab III Metode dan Hipotesis

III.1 Metode

Pada praktikum ini dilakukan percobaan difraksi grating menggunakan dua lampu
yang tidak diketahui tetapi salah satunya merupakan Hg dan satu lampu He.
Percobaan dilakukan untuk menentukan panjang gelombang dan jenis transisi pada
lampu yang digunakan.

Sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu harus diingat mengenai prosedur


keselamatan. Pada praktikum ini, diharuskan membaca dan memahami skema alat
percobaan, memperhatikan cara memasang lampu holder dan cover lampu, dan
tidak boleh menyentuh bagian transparan pada grating.

Percobaan dilakukan dengan memasang alat sesuai skema dan mengatur posisi
antara layar dengan grating pada jarak L = 50 cm. Kemudian catu daya dinyalakan
dan diatur hingga lampu menyala dengan stabil. Lalu dapat diamati garis spektrum
berwarna pada layar dengan melihatnya melalui grating. Setiap warna yang
dihasilkan pada layar diukur jaraknya pada warna yang sama degan cara menggeser
batas pengukur pada penggaris yang telah tersedia pada layar sesuai dengan warna
yang akan diukur, jarak tersebut didefinisikan sebagai d. Percobaan diulangi untuk
variasi jarak hingga 90 cm dengan kenaikan 10 cm dan diulangi kembali untuk jenis
lampu yang berbeda. Data yang telah didapat ditabulasikan ke dalam tabel. Dari
data tersebut dapat dihitung nilai sin 𝜃 yang kemudian digunakan untuk
menghitung panjang gelombang dan jenis transisi.

III.2 Hipotesis

Hipotesis yang dapat diambil pada praktikum ini adalah dapat diamati garis
spektrum atom pada masing-masing lampu dan jarak yang terukur pada masing-
masing warna akan berbeda bergantung pada jenis lampu yang digunakan. Nilai
panjang gelombang dan jenis transisi akan berbeda untuk setiap lampu bergantung
pada jenis atomnya.

7
Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil Eksperimen

Eksperimen dilakukan untuk tiga jenis lampu, yaitu lampu He yang telah diketahui
dan dua jenis lampu yang belum diketahui namun dapat dipastikan salah satunya
adalah Hg.

IV.1.1 Eksperimen Pertama

Eksperimen pertama yaitu eksperimen menggunakan lampu pertama yang


merupakan lampu He. dari eksperimen yang dilakukan didapatkan data berupa nilai
jarak antar spektrum warna yang sama pada masing-masing jarak antara grating
dengan layar yaitu sebagai berikut.

Tabel IV.1. Nilai jarak antar spektrum warna yang sama untuk masing-masing
warna pada variasi jarak L=50 cm, L=60 cm, L=70 cm, L=80 cm, dan
L=90 cm untuk lampu He.
d (mm)
Warna
620 720 820 920 1020
Merah 519 619,5 702 790,5 879
Kuning 452,5 532 621 681 761
Hijau 375 445 504,5 575 630
Biru 352,5 415 471 551,5 593,5
Ungu 329,5 388 448,5 504,5 559,5

Kemudian, dapat dihitung nilai panjang gelombang menggunakan persamaan


(IV.1) dengan terlebih dahulu menghitung nilai sin 𝜃 menggunakan persamaan
(IV.2) dan (IV.3) sehingga didapatkan dua nilai panjang gelombang dan dapat juga
ditentukan jenis transisi yang terjadi. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Tabel IV.2. Nilai panjang gelombang berdasarkan eksperimen dan teori, galat, dan
jenis transisi lampu He untuk setiap variasi jarak.
L λ (nm) Galat
Warna λref (nm) Transisi
(mm) λ1 λ2 λ1 λ2
620 600,30 697,58 9,7% 4,9% 3d-2s
Merah 665
720 612,55 717,01 7,9% 7,8% 3d-2s

8
820 610,30 713,41 8,2% 7,3% 3d-2s
920 611,94 716,03 8,0% 7,7% 3d-2s
1020 613,25 718,14 7,8% 8,0% 3d-2s
620 540,47 608,20 9,9% 1,4% 3d-2p
720 545,74 615,74 9,0% 2,6% 3d-2p
Kunin
820 556,35 631,10 600 7,3% 5,2% 3d-2p
g
920 546,51 616,85 8,9% 2,8% 3d-2p
1020 549,90 621,73 8,3% 3,6% 3d-2p
620 463,43 504,03 15,7% 8,4% 4d-2s
720 471,94 515,05 14,2% 6,4% 4d-2s
Hijau 820 470,14 512,70 550 14,5% 6,8% 4d-2s
920 476,38 520,83 13,4% 5,3% 4d-2s
1020 471,68 514,71 14,2% 6,4% 4d-2s
620 439,60 473,79 6,5% 0,8% 4d-2p
720 444,80 480,32 5,4% 2,2% 4d-3p
Biru 820 443,48 478,66 470 5,6% 1,8% 4d-3p
920 459,93 499,55 2,1% 6,3% 4s-2p
1020 448,41 484,89 4,6% 3,2% 4d-3p
620 414,57 442,88 3,6% 10,7% 5p-2p
720 419,64 449,07 4,9% 12,3% 5p-2p
Ungu 820 425,11 455,79 400 6,3% 13,9% 5s-2p
920 426,07 456,97 6,5% 14,2% 5s-2p
1020 426,17 457,11 6,5% 14,3% 5s-2p

IV.1.2 Eksperimen Kedua

Eksperimen kedua yaitu eksperimen menggunakan lampu kedua yang merupakan


lampu Hg yang sebelumnya belum diketahui. Dari eksperimen yang dilakukan
didapatkan data berupa nilai jarak antar spektrum warna yang sama pada masing-
masing jarak antara grating dengan layar yaitu sebagai berikut.

Tabel IV.3. Nilai jarak antar spektrum warna yang sama untuk masing-masing
warna pada variasi jarak L=50 cm, L=60 cm, L=70 cm, L=80 cm, dan
L=90 cm untuk lampu Hg.
d (mm)
Warna
620 720 820 920 1020
biru 342 385,5 495,5 503 548,5
hijau 430,5 502 573 651 706
kuning 458,5 533,5 608,5 684,5 755
merah 577,5 659 759 848 932,5

9
Kemudian, dapat dihitung nilai panjang gelombang menggunakan persamaan
(IV.1) dengan terlebih dahulu menghitung nilai sin 𝜃 menggunakan persamaan
(IV.2) dan (IV.3) sehingga didapatkan dua nilai panjang gelombang dan dapat juga
ditentukan jenis transisi yang terjadi. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Tabel IV.4. Nilai panjang gelombang berdasarkan eksperimen dan teori, galat, dan
jenis transisi lampu Hg untuk setiap variasi jarak.
L λ (nm) Galat
Warna λref (nm) Transisi
(mm) λ1 λ2 λ1 λ2
620 428,25 459,68 8,9% 2,2% 8d-7p
720 417,28 446,18 11,2% 5,1% 5f-6p
Biru 820 463,06 503,56 470 1,5% 7,1% 14p-7f
920 424,96 455,62 9,6% 3,1% 9g-5f
1020 418,86 448,12 10,9% 4,7% 5g-6p
620 519,40 578,63 5,6% 5,2% 7s-6p
720 521,13 581,02 5,2% 5,6% 11p-7s
Hijau 820 522,06 582,32 550 5,1% 5,9% 11p-7s
920 527,35 589,67 4,1% 7,2% 5f-6d
1020 518,08 576,80 5,8% 4,9% 7s-6p
620 546,11 616,26 9,0% 2,7% 7s-6p
720 546,95 617,48 8,8% 2,9% 7s-6p
Kuning 820 547,59 618,39 600 8,7% 3,1% 7s-6p
920 548,71 620,02 8,5% 3,3% 6g-6p
1020 546,50 616,83 8,9% 2,8% 7s-6p
620 648,24 776,21 2,5% 16,7% 18d-7p
720 640,33 762,73 3,7% 14,7% 15s-6p
Merah 820 645,39 771,34 665 2,9% 16,0% 8p-7s
920 643,50 768,12 3,2% 15,5% 13d-6p
1020 639,80 761,85 3,8% 14,6% 15s-6p

IV.1.3 Eksperimen Ketiga

Eksperimen kedua yaitu eksperimen menggunakan lampu ketiga yang merupakan


lampu z. Dari eksperimen yang dilakukan didapatkan data berupa nilai jarak antar
spektrum warna yang sama pada masing-masing jarak antara grating dengan layar
yaitu sebagai berikut.

10
Tabel IV.5. Nilai jarak antar spektrum warna yang sama untuk masing-masing
warna pada variasi jarak L=50 cm, L=60 cm, L=70 cm, L=80 cm, dan
L=90 cm untuk lampu z.
d (mm)
Warna
620 720 820 920 1020
Merah 508 608 701 767,5 876
Biru Muda 362 428,5 494,5 560 673,5

Kemudian, dapat dihitung nilai panjang gelombang menggunakan persamaan


(IV.1) dengan terlebih dahulu menghitung nilai sin 𝜃 menggunakan persamaan
(IV.2) dan (IV.3) sehingga didapatkan dua nilai panjang gelombang dan dapat juga
ditentukan jenis transisi yang terjadi. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Tabel IV.6. Nilai panjang gelombang berdasarkan eksperimen dan teori, galat, dan
jenis transisi lampu z untuk setiap variasi jarak.
L λ (nm) Galat
Warna λref (nm) Transisi
(cm) λ1 λ2 λ1 λ2
620 590,80 682,80 11,2% 2,7% 5s-3p
720 604,19 703,70 9,1% 5,8% 6g-4f
Merah 820 609,67 712,40 665 8,3% 7,1% 5s-3p
920 598,78 695,20 10,0% 4,5% 5s-3p
1020 611,72 715,69 8,0% 7,6% 5s-3p
620 449,74 486,56 4,3% 3,5% 7d-3p
720 457,12 495,95 2,7% 5,5% 7s-3p
Biru
820 462,27 502,54 470 1,6% 6,9% 6d-3p
Muda
920 465,92 507,25 0,9% 7,9% 6d-3p
1020 498,58 550,25 6,1% 17,1% 7f-4s

11
IV.2 Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pertanyaan dan analisis berdasarkan data
yang telah didapatkan.

IV.2.1 Pertanyaan

Dalam mekanika kuantum, keadaan singlet biasanya mengacu pada sistem di mana
semua elektron berpasangan. Istilah singlet awalnya berarti kumpulan partikel yang
terhubung yang momentum sudut nettonya nol, yaitu, yang keseluruhan bilangan
kuantum putarannya adalah nol. Akibatnya, hanya ada satu garis spektral dari status
singlet. Sebaliknya, keadaan doublet berisi satu elektron yang tidak berpasangan
dan menunjukkan pemisahan garis spektral menjadi doublet; dan negara triplet
memiliki dua elektron tidak berpasangan dan menunjukkan tiga kali lipat garis
spektral.

Selection rule menjelaskan bagaimana probabilitas transisi dari satu tingkat ke


tingkat yang lain tidak boleh nol. Ini memiliki dua sub-bagian:yaitu gross selection
rule dan specific selection rule. Gross selection rule menggambarkan persyaratan
karakteristik untuk atom atau molekul untuk menampilkan spektrum dari jenis
tertentu, seperti spektroskopi IR atau spektroskopi gelombang mikro. Setelah atom
atau molekul mengikuti gross selection rule, selectin rule spesifik harus diterapkan
pada atom atau molekul untuk menentukan apakah transisi tertentu dalam jumlah
kuantum dapat terjadi atau tidak. Aturan selection rule meliputi tidak ada batasan
pada prinsip nomor kuantum ‘n’. Ini berarti bahwa elektron dapat berpindah dari
tingkat energi apa pun ke tingkat energi lainnya. Dalam hal transisi elektron
tunggal, hanya transisi-transisi tersebut yang diperbolehkan dengan Δl = ± 1. Dalam
kasus lebih dari satu transisi elektron, jumlah individu ‘l’, ‘s’ diubah oleh unit
ganjil, yaitu transisi yang diizinkan adalah Δl1 = ± 1 dan Δl2 = 0, ± 2. Pada tingkat
atom, transisi yang diizinkan adalah Δl = 0, ± 1 (tetapi Δl = 0 tidak diperbolehkan
untuk transisi elektron sederhana). Dalam kasus transisi elektron tunggal ΔJ = ± 1.
Dalam kasus transisi multi-elektron ΔJ = 0, ± 1.

12
IV.2.2 Analisis

Sebuah kisi difraksi bertindak seperti prisma untuk memisahkan cahaya menjadi
bagian-bagiannya berdasarkan panjang gelombang, biasanya bentuknya kecil,
dengan permukaan yang periodik yang dapat mengubah sudut lintasan cahaya.
Sumber cahaya polikromatik terdiri dari konstituen monokromatik (panjang
gelombang tunggal). Setelah berinteraksi dengan kisi difraksi, cahaya dengan
berbagai panjang gelombang menyebar pada berbagai tingkat. Kisi difraksi
digunakan dalam sistem yang membutuhkan pemisahan panjang gelombang
resolusi tinggi. Salah satu kegunaan yang paling umum adalah dalam laser di mana
sumber cahaya monokromatik adalah fitur penting untuk mendorong penguat.
Karena prinsip kerjanya mirip dengan prisma, maka kisi difraksi bisa diganti oleh
prisma.

Setiap atom memiliki spektrum yang berbeda. Spektrum yang dihasilkan atom
adalah hasil transisi energi dari kulit dengan energi tinggi ke kulit dengan energi
rendah. Setiap atom memiliki keadaan elektron yang berbeda sehingga
kemungkinan transisi yang terjadi juga berbeda-beda sehingga dihasilkan spektrum
yang juga berbeda-beda.

Nilai panjang gelombang yang didapat berdasarkan eksperimen, baik menggunakan


estimasi sudut kecil maupun tidak memiliki perbedaan dengan referensi sehingga
terdapat error. Error yang terjadi bisa disebabkan oleh ketidaktelitian saat mengukur
jarak yaitu batas pengukur pada penggaris tidak tepat seperti pada nilai yang
tercatat, ketidakpastian alat ukur penggaris yang digunakan, posisi pengamat yang
berubah saat melakukan pengamatan, adanya pergerakan pada layar saat menggeser
batas pada penggaris, kondisi pencahayaan yang mengganggu pengukuran.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, nilai galat yang didapatkan berbeda-beda


untuk setiap variasi jarak antara layar ke slit. Didapatkan bahwa untuk sebagian
besar data nilai galat semakin kecil untuk jarak yang semakin besar. Walaupun ada
sebagian data yang tidak demikian, atau terjadi sebaliknya, tetapi jumlahnya sedikit.
Hal ini membuktikan bahwa jarak yang lebih baik digunakan dalam eksperimen
adalah jarak yang lebih besar. Dapat dilihat juga bahwa jenis transisi yang terjadi

13
untuk variasi jarak yang berbeda tetapi warnanya sama adalah sama sehingga jarak
tidak mempengaruhi jenis transisi.

Fine Structure adalah pemisahan garis spektral utama atom menjadi dua atau lebih
komponen, masing-masing mewakili panjang gelombang yang sedikit berbeda.
Fine structure dihasilkan ketika sebuah atom memancarkan cahaya dalam
melakukan transisi dari satu keadaan energi ke yang lain. Garis-garis yang terbelah,
yang disebut fine structure dari garis-garis utama. Pada percobaan ini dapat dilihat
bahwa atom yang mengalami fine structure ialah pada lampu Neon.

Untuk semua lampu didapatkan bahwa transisi yang terjadi telah memenuhi kaidah
seleksi. Telah disebutkan sebelumnya bahwa syarat terpenuhinya kaidah seleksi
adalah tidak ada batasan pada prinsip nomor kuantum ‘n’. Ini berarti bahwa elektron
dapat berpindah dari tingkat energi apa pun ke tingkat energi lainnya. Dalam hal
transisi elektron tunggal, hanya transisi-transisi tersebut yang diperbolehkan
dengan Δl = ± 1. Dalam kasus lebih dari satu transisi elektron, jumlah individu ‘l’,
‘s’ diubah oleh unit ganjil, yaitu transisi yang diizinkan adalah Δl1 = ± 1 dan Δl2 =
0, ± 2. Pada tingkat atom, transisi yang diizinkan adalah Δl = 0, ± 1 dan pada
eksperimen ini didapatkan telah terpenuhinya kaidah seleksi.

Pada eksperimen ini dapat ditemukan spektrum kontinu yaitu pada lampu z yang
kemudian diketahui sebagai lampu Neon.

Lampu x yang tidak diketahui dapat diidentifikasi sebagai lampu Neon. Hal ini
berdasarkan spektrum pada layar yang hanya menghasilkan dua warna yang dapat
diamati dan transisi yang terjadi.

IV.2.3 Open Problem

Untuk menentukan konstanta Planck, bisa digunakan persamaan E=hc/λ yaitu


dengan cara memvariasikan tegangan pada catu daya sehingga energi akan berubah.
Panjang gelombang dapat dihitung seperti pada eksperimen sebelumnya yaitu
menggunakan sin θ lalu variasi tegangan dan panjang gelombang tersebut
diregresikan untuk mendapat nilai konstanta Planck.

14
Bab V Kesimpulan

1. Nilai spektrum atom pada lampu He dapat dilihat pada Tabel V.1, pada lampu
Hg dapat dilihat pada Tabel V.2, dan lampu x dapat dilihat pada Tabel V.3.
warna yang dihasilkan oleh setiap lampu berbeda-beda. Hal ini disebabkan
karena lampu tersebut terdiri dari atom yang berbeda-beda sehingga
memancarkan spektrum yang berbeda-beda.
2. Nilai panjang gelombang pada masing-masing warna spektrum atom pada
lampu He dapat dilihat pada Tabel V.4, lampu Hg pada Tabel V.5, dan lampu x
pada Tabel V.6. Nilai panjang gelombang yang diperoleh berbeda dengan
referensi dan terdapat galat. Penyebab error diantaranya adalah ketidaktelitian
saat mengukur jarak yaitu batas pengukur pada penggaris tidak tepat seperti
pada nilai yang tercatat, ketidakpastian alat ukur penggaris yang digunakan,
posisi pengamat yang berubah saat melakukan pengamatan, adanya pergerakan
pada layar saat menggeser batas pada penggaris, kondisi pencahayaan yang
mengganggu pengukuran.
3. Jenis transisi atom pada lampu He dapat dilihat pada Tabel V.7, lampu Hg pada
Tabel V.8, dan lampu x pada Tabel V.9. Jenis transisi bergantung pada panjang
gelombang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Grossman, William. (1993) : The Oprical Characteristic and Production of


Diffracyion Gratings. Journal of Chemical Education, 70(9), 741 – 748.

Pustaka dari Situs Internet :

Branson, Jim. (2013): Hydrogen Fine Structure,


https://quantummechanics.ucsd.edu/ph130a/130_notes/node345.html,
download(diturunkan/diunduh) pada 18 Oktober 2019.

Gregersen, Erick, dkk. (2019): Fine Structure,


https://www.britannica.com/science/fine-structure,
Download(diturunkan/diunduh) pada 18 Oktober 2019.

Rahayu, Sonya. (2019): Spektrum Atom,


https://www.academia.edu/3560201/Spektrum_Atom,
download(diturunkan/diunduh) pada 18 Oktober 2019.

16

Anda mungkin juga menyukai