“CAN DO HANDS”
DI RUANG MANGGIS RSUD ADJIDARMO LEBAK
Disusun Oleh:
Bambang Sutrisno Lilis Sutianah
Samsul Anwar Hadi Rini Nopiani
Toton Hartanto Feni Feriawati
Suwandi Irma Puspitasari
Mamat Rahmat Rina Nurfitasari
Mia Wahyuni
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan sebuah bangsa dan
Negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis yang secara tegas
dinyatakan bahwa Negara menjamin hak setiap anak atas keberlangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari kekerasan dan dikriminasi. Oleh
karena itu, kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati sebagai kepentingan terbaik bagi
kelangsungan hidup umat manusia (Menhukam, 2012)
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau kekayaan
orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang
berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan yang
dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.
Anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat
yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Sekitar 1-3 % anak usia 0-5 tahun di dunia mengalami Developmental delay.
Sementara di Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi DiniTumbuh Kembang Anak (SSDIDTK). Hasilnya, dari 476 anak yang diberi
pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak dengan kelainan tumbuh kembang salah
satunya adalah developmental delay (keterlambatan tumbuh kembang) (Perna, 2013).
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar.
Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar
pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman
yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan
lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai
pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang
cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan secara
kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress, komunikasi, dan mencapai hubungan
yang memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri
dan dunia mereka. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit,
tidak bisa bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga
membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi. Reaksi
anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu
atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh karena
seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan serta anak
mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis ini dipengaruhi oleh berbagai hal
yaitu usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau
perawatan di rumah sakit, support system serta keseriusan penyakit dan ancaman
perawatan.
Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat di rawat. Salah satu cara untuk
menghadapi permasalahan terutama mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat
tindakan invasif yang harus dilakukannya adalah bermain.
Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara
optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari
dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik
dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan
melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa memperhitungkan hasil
akhirnya.
Can Do Hands merupakan suatu bentuk terapi bermain dimana anak bisa
menggambarkan kelima jarinya kemudian menuliskan kata di setiap jari sesuai
keinginannya. Setelah itu menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk
gambar burung. Tujuan dari terapi yang dilakukan di Rumah Sakit adalah memberi
kesenangan dan kepuasan anak, sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara
anak dengan terapis dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan
yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak
untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya melalui media bermain.
Ruang Manggis RSUD Adjidarmo Lebak merupakan bangsal perawatan anak, dimana
pasien yang dirawat merupakan pasien pada usia anak yang masih dalam masa
pertumnbuhan dan perkembangan. Sebagian besar anak yang dirawat mengalami tingkat
kecemasan yang tinggi akibat tindakan medis yang dilakukan dan lingkungan baru yang
belum dikenal, sehingga anak menangis atau menolak terhadap tindakan medis. Dalam
kondisi seperti ini anak membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk permainan dimana
anak bisa menggambarkan setiap jarinya dan memberikan nama sesuai keinginan setelah
itu menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk gambar burung (Can Do
Hands) yang bermanfaat bagi anak selama hospitalisasi di Rumah Sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
c. Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat.
d. Meningkatkan kreatifitas bermain.
e. Meningkatkan perilaku yang baik
BAB II
LANDASAN TEORI
5. Pertumbuhan Fisik
a. Berat Badan
Berat Badan pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan akan menjadi 2 kali
berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan.Berat badan bayi 0-6 bulan setiap
minggunya berat badan akan bertambah 140-200 gr. Sedangkan panjangnya setiap
bulannya akan bertambah 2,5 cm/ bln.
1) Perkiraan berat badan dalam kilogram :
a) Lahir : 3,25 kg
b) 3-12 bulan : Umur (bulan) + 9
2
c) 1 – 6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8
d) 6 -12 tahun : Umur (tahun) x 7 – 5
2
e) Menghitung berat badan ideal
Berat badan ideal (BBI) bayi ( umur 0 – 12 bulan)
BBI = Umur (bulan) + 4
2
BBI anak = ( umur1 – 10 tahun )
BBI = (umur (tahun) x 2) + 8
Remaja dan dewasa
BBI = (TB-100) – (TB-100) X 10%
Atau BBI = (TB-100) 90%
Berat badan normal
Berat badan normal diperoleh dengan cara menambah dan mengurangi
10% dari BBI.
Body massa indeks
BMI = BB
(TB)2
Keterangan:
BMI < 18.5 : Berat Badan Kurang
BMI 18.5 – 24 : Normal
BMI 25 – 29 : Kelebihan Berat badan
BMI > 31 : Obesitas
b. Tinggi Badan
Tinggi badan rata-rata lahir adalah 50 cm. secara garis besar, tinggi badan anak
dapat diperkirakan sebagai berikut:
1) Lahir : 50 cm
2) 1 tahun : 75 cm
3) 2 – 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 77
c. Lingkar Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm
1) Usia 0 dan 6 bulan bertambah 1,32 cm / bulan
2) Usia 6 dan 12 tahun bertambah 0,44 cm / bulan
3) Umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm
4) Umur 1 tahun 47 cm, umur 2 tahun 49 cm, dewasa 54 cm.
d. Lingkar Dada
Ukuran normal lingkar dada sekitar 2 cm lebih keil lingkar kepala
2. Kategori Bermain
Dua kategori bermain adalah sebagai berikut
a. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa
mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.
b. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh orang dewasa. Kategori ini
mambatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Kedua kategori bermain ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbang akan
memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak.
3. Klasifikasi bermain
a. Menurut isinya
1) Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak
tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.
2) Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3) Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu
dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai
sepeda.
4) Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
Namun terkadang keseimbangan dalam bermain kadang tidak dapat dicapai, yaitu
apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
a. Kesehatan anak menurun
Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya
Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnta kalau anak tidak
tahu bagaimana cara menggunakannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain
Kalau anak tidak mempunyai teman bermain, maka aktivitas bermain yang dapat
dikerjakan sendiri akan terbatas.
BAB III
PELAKSANAAN
A. Deskripsi Permainan
Can Do Hands merupakan suatu bentuk terapi bermain dimana anak bisa
menggambarkan kelima jarinya kemudian menuliskan kata di setiap jari sesuai
keinginannya. Setelah itu menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk
gambar burung. Langkah – langkah dalam terapi bermain:
1. Membagikan kertas pada anak 1 lembar dan memastikan tangan anak kering.
2. Memberikan instruksi kepada anak untuk mencontoh jarinya di kertas.
3. Mendiskusikan kepada anak-anak tentang apa yang bisa dilakukan terhadap gambar
tangan tersebut.
4. Menuliskan kata pada setiap jari kegiatan yang disukai anak.
5. Menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk gambar burung.
Dengan adanya terapi bermain yang dilakukan di Rumah Sakit diharapkan dapat
memberi kesenangan dan kepuasan anak, sebagai hubungan interpersonal yang dinamis
antara anak dengan terapis dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi
permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi
anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya melalui media bermain.
B. Media
1. Kertas gambar
2. Pensil warna
C. Peserta
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Anak usia 5-10 tahun
b. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
c. Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, Kateter)
d. Tidak Bedrest
e. Tidak Infeksi
2. Kriteria Eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 380C)
b. Terpasang alat-alat invasif
c. Bedrest
d. Infeksi
D. Setting Tempat
M
E
J
A
Keterangan:
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Leader
1. Persiapan: 3 menit
Menyiapkan ruangan
Menyiapkan Alat
Menyiapkan anak dengan keluarga
2 Proses:
Membuka proses terapi bermain 2 menit Menjawab salam
dengan mengucap salam, do’a,
memperkenalkan diri, kontrak waktu
Menjelaskan kepada anak dan keluarga 2 menit Memperkenalkan diri
tentang tujuan dan manfaat bermain
Menjelaskan cara bermain 3 menit Memperkenalkan
G. Kriteria Evaluasi
1. Anak bersedia mengikuti terapi bermain
2. Anak mengikuti kegiatan sampai selesai
3. Anak dapat mengikuti dan melakukan apa yang diharapkan dari leader
4. Kebutuhan anak terpenuhi
5. Anak bersosialisasi dengan temannya
6. Anak mengikuti instruksi yang diberikan
7. Anak berperan aktif dalam permainan
8. Anak bisa melakukan permainan dengan mandiri
9. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai
10. Anak dapat berinteraksi dengan anak-anak lain yang dirawat di ruang kenanga
11. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
Nama Peserta Terapi Bermain
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba
Medika.
Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. 2004.
Grafindo: Jakarta
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2012). Penjelasan Atas
UndangUndang No.12 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Alinea 1.
Markum, A.H., 1994, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, FKUI, Jakarta
Martin, E., F. Fay, (2009). Genes & Disease Down Syndrome; First Printing, Infobase
Publishing, New York, hal. 38-46, 63-95.
Perna Robert and Loughan Ashlee R (2012). Early Developmental Delays: A Cross
Validation Study. Journal of Journal of Psychological Abnormalities in Children:
10.4172/2329-9525.1000105
Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC
Suswati, Alifatin. 2003. Http://www. Pengaruh bermain terhadap pemasangan infus pada
anak. Wordpress.com