Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

“CAN DO HANDS”
DI RUANG MANGGIS RSUD ADJIDARMO LEBAK

Disusun Oleh:
Bambang Sutrisno Lilis Sutianah
Samsul Anwar Hadi Rini Nopiani
Toton Hartanto Feni Feriawati
Suwandi Irma Puspitasari
Mamat Rahmat Rina Nurfitasari
Mia Wahyuni

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

JAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan sebuah bangsa dan
Negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis yang secara tegas
dinyatakan bahwa Negara menjamin hak setiap anak atas keberlangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari kekerasan dan dikriminasi. Oleh
karena itu, kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati sebagai kepentingan terbaik bagi
kelangsungan hidup umat manusia (Menhukam, 2012)
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau kekayaan
orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang
berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan yang
dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.
Anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat
yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Sekitar 1-3 % anak usia 0-5 tahun di dunia mengalami Developmental delay.
Sementara di Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi DiniTumbuh Kembang Anak (SSDIDTK). Hasilnya, dari 476 anak yang diberi
pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak dengan kelainan tumbuh kembang salah
satunya adalah developmental delay (keterlambatan tumbuh kembang) (Perna, 2013).
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar.
Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar
pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman
yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan
lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai
pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang
cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan secara
kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress, komunikasi, dan mencapai hubungan
yang memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri
dan dunia mereka. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit,
tidak bisa bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga
membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi. Reaksi
anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu
atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh karena
seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan serta anak
mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis ini dipengaruhi oleh berbagai hal
yaitu usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau
perawatan di rumah sakit, support system serta keseriusan penyakit dan ancaman
perawatan.
Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak mengetahui dan kooperatif
dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat di rawat. Salah satu cara untuk
menghadapi permasalahan terutama mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat
tindakan invasif yang harus dilakukannya adalah bermain.
Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara
optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari
dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik
dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan
melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa memperhitungkan hasil
akhirnya.
Can Do Hands merupakan suatu bentuk terapi bermain dimana anak bisa
menggambarkan kelima jarinya kemudian menuliskan kata di setiap jari sesuai
keinginannya. Setelah itu menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk
gambar burung. Tujuan dari terapi yang dilakukan di Rumah Sakit adalah memberi
kesenangan dan kepuasan anak, sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara
anak dengan terapis dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan
yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak
untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya melalui media bermain.
Ruang Manggis RSUD Adjidarmo Lebak merupakan bangsal perawatan anak, dimana
pasien yang dirawat merupakan pasien pada usia anak yang masih dalam masa
pertumnbuhan dan perkembangan. Sebagian besar anak yang dirawat mengalami tingkat
kecemasan yang tinggi akibat tindakan medis yang dilakukan dan lingkungan baru yang
belum dikenal, sehingga anak menangis atau menolak terhadap tindakan medis. Dalam
kondisi seperti ini anak membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk permainan dimana
anak bisa menggambarkan setiap jarinya dan memberikan nama sesuai keinginan setelah
itu menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk gambar burung (Can Do
Hands) yang bermanfaat bagi anak selama hospitalisasi di Rumah Sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
c. Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat.
d. Meningkatkan kreatifitas bermain.
e. Meningkatkan perilaku yang baik
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Tumbuh Kembang


1. Definisi
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat
sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013)
Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di
seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-
protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau
sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan,
tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan
fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan
dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ
tubuh.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ
individu.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda
antara satu dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung
pada individu dan lingkungannya. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor-
faktor di antaranya:
a. Faktor heriditer/ genetik
Faktor heriditer pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan
secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif,
psikososial maupun spiritual (Supartini, 2004) merupakan faktor keturunan secara
genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor ini tidak dapat berubah sepanjang
hidup manusia, dapat menentukan beberapa karkteristik seperti jenis kelamin, ras,
rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap
tubuh seperti temperamen. Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas
dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik
yang berkualitas hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif
agar memperoleh hasil yang optimal.
b. Faktor Lingkungan/ eksternal
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai
lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak
potensi yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Lingkungan prenatal (faktor lingkungan ketika masih dalam kandungan)
Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil,
faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, dan anoksia embrio.
2) Lingkungan postnatal (lingkungan setelah kelahiran)
Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi:
a) Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, gizi, perawatan
kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi metabolisme.
b) Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan radiasi.
c) Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman
sebaya, stress, sekolah, cinta kasih, interaksi anak dengan orang tua.
d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau pendapatan
keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang
tua.
c. Faktor Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang
lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih
dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan
dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah.
d. Faktor Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan
proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat
membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan
air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh kembang
selanjutnya dapat terhambat.
e. Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak
dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat
mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan
terjadi perlambatan.

3. Ciri-ciri Tumbuh kembang


Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai
dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu:
a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas
(dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor bawaan daan lingkungan.
b. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda.
c. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak
satu dengan lainnya.
d. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ.
Secara garis besar menurut Markum (1994) tumbuh kembang dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Tumbuh kembang fisis
Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi
organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler
yang sederhana seperti aktifasi enzim terhadap diferensi sel, sampai kepada
proses metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa
pubertas.
2) Tumbuh kembang intelektual
Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan
kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti
bermain, berbicara, berhitung, atau membaca.
3) Tumbuh kembang emosional
Proses tumbuh kembang emosional bergantung pada kemampuan bayi umtuk
membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta kasih.

4. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak


a. Masa Pranatal
1) Masa embrio : konsepsi – 8 minggu
2) Masa janin/ fetus : 9 minggu – lahir
b. Masa bayi : usia 0-1 tahun
c. Masa neonates : 0 – 28 hari
1) Masa neonates dini : 0 – 7 hari
2) Masa neonates lanjut : 8 – 28 hari
d. Masa pasca neonates : 29 hari – 1 tahun
e. Masa pra sekolah : usia 1 tahun – 6 tahun
f. Masa sekolah : usia 6 – 18 tahun
1) Masa pra remaja : usia 6 – 10 tahun
2) Masa remaja
g. Masa remaja dini
1) Wanita : usia 8-13 tahun
2) Pria : usia 10-15 tahun
h. Masa remaja lanjut
1) Wanita : 13-18 tahun
2) Pria : 15-20 tahun

5. Pertumbuhan Fisik
a. Berat Badan
Berat Badan pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan akan menjadi 2 kali
berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan.Berat badan bayi 0-6 bulan setiap
minggunya berat badan akan bertambah 140-200 gr. Sedangkan panjangnya setiap
bulannya akan bertambah 2,5 cm/ bln.
1) Perkiraan berat badan dalam kilogram :
a) Lahir : 3,25 kg
b) 3-12 bulan : Umur (bulan) + 9
2
c) 1 – 6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8
d) 6 -12 tahun : Umur (tahun) x 7 – 5
2
e) Menghitung berat badan ideal
 Berat badan ideal (BBI) bayi ( umur 0 – 12 bulan)
BBI = Umur (bulan) + 4
2
 BBI anak = ( umur1 – 10 tahun )
BBI = (umur (tahun) x 2) + 8
 Remaja dan dewasa
BBI = (TB-100) – (TB-100) X 10%
Atau BBI = (TB-100) 90%
 Berat badan normal
Berat badan normal diperoleh dengan cara menambah dan mengurangi
10% dari BBI.
 Body massa indeks
BMI = BB
(TB)2
Keterangan:
BMI < 18.5 : Berat Badan Kurang
BMI 18.5 – 24 : Normal
BMI 25 – 29 : Kelebihan Berat badan
BMI > 31 : Obesitas

b. Tinggi Badan
Tinggi badan rata-rata lahir adalah 50 cm. secara garis besar, tinggi badan anak
dapat diperkirakan sebagai berikut:
1) Lahir : 50 cm
2) 1 tahun : 75 cm
3) 2 – 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 77

c. Lingkar Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm
1) Usia 0 dan 6 bulan bertambah 1,32 cm / bulan
2) Usia 6 dan 12 tahun bertambah 0,44 cm / bulan
3) Umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm
4) Umur 1 tahun 47 cm, umur 2 tahun 49 cm, dewasa 54 cm.

d. Lingkar Dada
Ukuran normal lingkar dada sekitar 2 cm lebih keil lingkar kepala

B. Konsep Terapi Bermain


1. Definisi
Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari
secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi
anak-anak untuk belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan
kesejahteraan mental dan sosial anak.
Bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal.
Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan lainnya
sehingga hal tersebut memberikan kebebasan bermain untuk anak sehingga orang tua
dapat mengetahui suasana hati si anak. Oleh karena itu dalam memilih alat bermain
hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak sehingga dapat
merangsang perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak
dirawat di rumah sakit, aktifitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan disesuaikan
dengan kondisi anak.
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain
berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2009),
bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain
akan semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak,
kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di
lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin,
2009). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2009). Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginanya sendiri dan memperoleh
kesenangan. (Foster, 1989).
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di
rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

2. Kategori Bermain
Dua kategori bermain adalah sebagai berikut
a. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa
mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.
b. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh orang dewasa. Kategori ini
mambatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Kedua kategori bermain ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbang akan
memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak.

3. Klasifikasi bermain
a. Menurut isinya
1) Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak
tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.
2) Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3) Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu
dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai
sepeda.
4) Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

b. Menurut karakteristik sosial


1) Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang
lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2) Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh: bermain balok
3) Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak
bermain sesukanya.
4) Cooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah
Adolesen.

4. Fungsi bermain secara umum


Anak dapat melangsungkan perkembanganya antara lain
a. Perkembangan sensori motoric
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu.
b. Perkembangan kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk dan kegunaan)
c. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru.
d. Perkembangn sosial
Diperoleh dengan belajat berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
bagaimana belajar dalam kelompok.
e. Kesadaran diri (self awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku
terhadap orang lain.
f. Perkembangan moral
Interkasi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan
dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
g. Terapi
Bermain merupakan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak, misalnya: marah, takut, dan benci.
h. Komunikasi
Bermain adalah salah satu alat komunikasi bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya: menggambar, melukis, dan bermain peran.

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain


a. Energi ekstra atau tambahan
Bermain memerlukan energi tambahan, anak yang sedang sakit ringan
mempunyai keinginan untuk bermain, namun apabila anak mulai lelah atau bosan
maka anak akan menghentiklan permainannya.
b. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain,
c. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf
perkembangan anak.
d. Ruangan atau tempat untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain dihalaman atau ditempat
tidur.
e. Pengetahuaan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya,
atau diberi tahu caranya.
f. Terapi bermain
Anak harus yakin bahwa anak mempunyai teman bermain. Kalau anak bermain
sendiri, maka anak anak kehilangan kesempatan belajar dari teman-temanya.
Akan tetapi kalau anak terlalu banyak bermain dengan anak yang lain, maka anak
tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan
menemukan kebutuhanya sendiri.
g. Reward
Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan
sebuah permainan.

Namun terkadang keseimbangan dalam bermain kadang tidak dapat dicapai, yaitu
apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
a. Kesehatan anak menurun
Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya
Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnta kalau anak tidak
tahu bagaimana cara menggunakannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain
Kalau anak tidak mempunyai teman bermain, maka aktivitas bermain yang dapat
dikerjakan sendiri akan terbatas.
BAB III

PELAKSANAAN

A. Deskripsi Permainan
Can Do Hands merupakan suatu bentuk terapi bermain dimana anak bisa
menggambarkan kelima jarinya kemudian menuliskan kata di setiap jari sesuai
keinginannya. Setelah itu menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk
gambar burung. Langkah – langkah dalam terapi bermain:
1. Membagikan kertas pada anak 1 lembar dan memastikan tangan anak kering.
2. Memberikan instruksi kepada anak untuk mencontoh jarinya di kertas.
3. Mendiskusikan kepada anak-anak tentang apa yang bisa dilakukan terhadap gambar
tangan tersebut.
4. Menuliskan kata pada setiap jari kegiatan yang disukai anak.
5. Menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk gambar burung.
Dengan adanya terapi bermain yang dilakukan di Rumah Sakit diharapkan dapat
memberi kesenangan dan kepuasan anak, sebagai hubungan interpersonal yang dinamis
antara anak dengan terapis dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi
permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi
anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya melalui media bermain.

B. Media
1. Kertas gambar
2. Pensil warna

C. Peserta
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Anak usia 5-10 tahun
b. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
c. Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, Kateter)
d. Tidak Bedrest
e. Tidak Infeksi
2. Kriteria Eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 380C)
b. Terpasang alat-alat invasif
c. Bedrest
d. Infeksi

D. Setting Tempat

M
E
J
A

Keterangan:

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

: Leader

1. Hari/ Tanggal : Sabtu, 02 November 2019


2. Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
3. Tempat : Ruang Manggis RSUD Adjidarmo Lebak
E. Pengorganisasian
1. Melakukan kontrak dengan anak dan orang tua
2. Mengunpulkan anak pada ruangan terapi bermain
3. Menyiapkan alat yang diperlukan
4. Kegiatan dipimpin oleh Leader dibantu dengan fasilitator dan observer
5. Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung

 Leader dan Co Leader: Toton Hartanto, Rina Nurfitasari


Tugas:
1. Membuka Acara
2. Membaca peraturan bermain
3. Memimpin Jalannya permainan
4. Memberi semangat kepada peserta
5. Menciptakan suasana menjadi meriah
6. Mengambil Keputusan
7. Memberikan Reward
 Fasilitator: Bambang Sutrisno, Lilis Sutianah, Feni Feriawati, Mamat Rahmat, Rini
Nopiani, Irma Puspitasari
Tugas:
1. Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
2. Mendampingi anak selama bermainan
3. Memberikan semangat dan motivasi
 Observer: Mia Wahyuni, Suwandi, Samsul Anwar Hadi
Tugas:
1. Mengamati dan mengevaluasi permainan
2. Mengamati tingkah laku anak
3. Memberikan kritik dan saran
F. Rencana Pelaksanaan
No Kegiatan Waktu Respon

1. Persiapan: 3 menit
 Menyiapkan ruangan
 Menyiapkan Alat
 Menyiapkan anak dengan keluarga
2 Proses:
 Membuka proses terapi bermain 2 menit Menjawab salam
dengan mengucap salam, do’a,
memperkenalkan diri, kontrak waktu
 Menjelaskan kepada anak dan keluarga 2 menit Memperkenalkan diri
tentang tujuan dan manfaat bermain
 Menjelaskan cara bermain 3 menit Memperkenalkan

 Memberi kesempatan untuk bertanya/


klarifikasi
 Mengajak anak bermain 20 menit Anak mau bermain
dengan antusias
 Mengevaluasi respon anak dan bersama teman-
keluarga (perasaan) temannya
3 menit
 Menyimpulkan (reward/ reinforcement Memperhatikan
positif)
 do’a
3 Penutup: 2 menit Menjawab salam
 Menyimpulkan
 Mengucapkan salam

G. Kriteria Evaluasi
1. Anak bersedia mengikuti terapi bermain
2. Anak mengikuti kegiatan sampai selesai
3. Anak dapat mengikuti dan melakukan apa yang diharapkan dari leader
4. Kebutuhan anak terpenuhi
5. Anak bersosialisasi dengan temannya
6. Anak mengikuti instruksi yang diberikan
7. Anak berperan aktif dalam permainan
8. Anak bisa melakukan permainan dengan mandiri
9. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai
10. Anak dapat berinteraksi dengan anak-anak lain yang dirawat di ruang kenanga
11. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
Nama Peserta Terapi Bermain

No Nama Peserta Umur


DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba
Medika.

Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. 2004.
Grafindo: Jakarta

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2012). Penjelasan Atas
UndangUndang No.12 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Alinea 1.

Markum, A.H., 1994, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, FKUI, Jakarta

Martin, E., F. Fay, (2009). Genes & Disease Down Syndrome; First Printing, Infobase
Publishing, New York, hal. 38-46, 63-95.

Perna Robert and Loughan Ashlee R (2012). Early Developmental Delays: A Cross
Validation Study. Journal of Journal of Psychological Abnormalities in Children:
10.4172/2329-9525.1000105

Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC;

Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC

Suswati, Alifatin. 2003. Http://www. Pengaruh bermain terhadap pemasangan infus pada
anak. Wordpress.com

Wong, D.L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai