Anda di halaman 1dari 8

Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No.

1, April 2016 39

Journal of Information Systems for Public Health Volume 1 No. 1 April 2016 Halaman 39 - 46

EFEKTIVITAS PELATIHAN STANDAR PERTUMBUHAN


WHO ANTHRO TERHADAP KUALITAS DATA
STATUS GIZI BALITA
Agus Hendra AL Rahmad1, Toto Sudargo2
1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan, Aceh
2
Program Studi Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
1
4605.ah@gmail.com, 2toto_sudargo@yahoo.co.id

Received: 31 Maret 2015 Accepted: 14 Desember 2015 Published online : 15 April 2016

ABSTRAK end-user, need to employ WHO growth standard to bring


Latar Belakang: Peningkatan dan performance Tenaga in qualified data.
Pelaksana Gizi (TPG) dalam memberikan informasi Method: This was a quantitative research. The study
mutlak diperlukan. TPG Puskesmas merupakan ujung used quasi experimental by means of pretest posttest non
tombak dalam menginput data antropometri yang equivalent group. The subjects of the research were 40
menjadi sumber data bagi dinas kesehatan dan fondasi Community Nutritionists. They were chosen using non-
data status gizi. Untuk menciptakan informasi data random assignment. The data analysis used dependent T-
akurat, representatif dan reliable, maka tenaga gizi test and independent T-test.
sebagai end-user perlu pemberdayaan standar Results: There was significance influence of the training
pertumbuhan WHO untuk menghasilkan data gizi. and the implementation of WHO Antro in improving
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi Community Nutritionists' perception, with p-value<0,05.
petugas gizi dan meningkatkan kualitas informasi data Software-based WHO Anthro training has better
gizi. effectiveness in improving Community Nutritionists'
Metode Penelitian: Penelitian kuantitatif ini menggunakan perception and the quality of nutrition data information,
jenis quasi experimental, dengan rancangan pretest posttest with p-value>0,05. On the other hand, the aspect of
non equivalent group. Subyek diambil sebanyak 40 TPG relevance on perception did not show effectiveness (p-
secara non-random assignment. Analisis data meliputi uji value>0,05).
statistik repeated measures ANCOVA. Conclusion: The training and implementation of
Hasil: Terdapat pengaruh signifikan pelatihan dan standard influenced the improvement of Community
penerapan standar pertumbuhan WHO Anthro dalam Nutritionists' perception and the information quality of
meningkatkan persepsi TPG dan kualitas informasi data nutrition data status. In addition, the training and the
gizi, dengan p-value<0,05. Pelatihan berbasis software implementation had better effectiveness both on
WHO Antro mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam Community Nutritionists' perception and the information
meningkatkan persepsi TPG dan kualitas informasi data quality of nutrition data at Health Office of Banda Aceh.
gizi, dengan p-value < 0,05. Sedangkan, aspek relevansi
(p=0,40) pada persepsi tidak menunjukan efektivitas (p- Keywords : WHO growth standard, WHO Anthro,
value>0,05). Perception, Information quality.
Kesimpulan: Pelatihan dan penerapan standar
pertumbuhan WHO Anthro berpengaruh terhadap PENDAHULUAN
peningkatan persepsi TPG dan kualitas informasi data Target Millenium Development Goals (MDGs) di
status gizi, dan mempunyai efektivitas yang lebih baik bidang kesehatan menyatakan salah satu tujuan paling
persepsi TPG maupun kualitas informasi data status gizi penting yaitu penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi
di wilayah Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. buruk, dengan demikian penurunan prevalensi masalah
menjadi salah satu target paling menentukan dalam MDGs
Kata Kunci : Standar pertumbuhan WHO, WHO-Anthro, ke empat yaitu berhubungan dengan penurunan kematian
Persepsi, Kualitas informasi balita.1 Prevalensi gizi kurang mencapai penurunannya
yaitu sebesar 15% dan gizi buruk sebesar 3,5% yang ingin
ABSTRACT dicapai dalam MDGs pada tahun 2015.2 Dalam program
Background: The improvement and performance of perbaikan gizi terdapat delapan indikator yang ditetapkan,
Community Nutritionists on giving information were dua diataranya yaitu 100% balita gizi buruk dirawat dan
absolutely needed. In order to provide accurate, kabupaten/kota melakukan surveilans gizi.3
representative and reliable data, Nutritionists, as the Pemantauan status gizi (PSG) diperlukan suatu
penilaian terhadap status gizi yang bersumber dari baku

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 40

rujukan. Untuk menilai besarnya masalah gizi suatu dan berkuantitas dalam mengoperasionalkan standar
populasi digunakan indikator status gizi yang pertumbuhan WHO. Dengan tujuan berupaya untuk
merefleksikan keadaan kekurangan gizi.4 PSG sebagai meningkatkan persepsi TPG dan meningkatkan kualitas
salah satu komponen Sistem Kewaspadaan Pangan dan informasi data gizi.
Gizi (SKPG) telah dilakukan semenjak Pelita IV dengan
tujuan memberikan informasi gambaran besaran masalah METODE PENELITIAN
gizi kurang.5 Pengembangan data serta sistem informasi 1. Subyek
kesehatan di kota/kabupaten adalah sebagai pendukung Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
pengambilan keputusan manajemen. Pengumpulan data menggunakan jenis Quasi Experimental. Pendekatan
yang baik dan memadai harus dilakukan secara rutin oleh rancangan yaitu pretest posttest non equivalent Repeated
pemegang program, tetapi data atau informasi sering Measures, dan menggunakan subjek penelitian dengan dua
tidak teranalisis atau tidak dapat diakses secara tepat kelompok yang bersifat non-random assignment.15,16
waktu dan untuk penggunaan yang benar.6,7 Penelitian dilaksanakan pada Puskesmas dalam wilayah
Menurut Lei (2012) pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (kelompok perlakuan)
merupakan indikator dari keberhasilan suatu kegiatan, tanpa dan wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar
pencatatan dan pelaporan, apapun bentuk program gizi yang (kelompok kontrol). Populasi penelitian seluruh TPG yang
dilakukan akan bermanfaat kurang baik. Hasil pencatatan telah memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel
dan pelaporan merupakan sebuah data dan informasi menggunakan rumus ukuran sampel untuk menguji
berharga serta bernilai bila menggunakan metode secara hipotesis satu sisi dua populasi rata-rata ( =4,88 dan
tepat dan benar.8 Peningkatan kinerja dan performance
sistem pelaporan dan informasi pemantauan status gizi =10), dan perhitungannya menggunakan aplikasi
diperlukan pengembangan sistem informasi berbasis Sample Size ver. 2.0. Mempertimbangkan kesesuaian
komputer, untuk menghasilkan kegiatan secara lebih dengan jumlah kelompok intervensi dan faktor lost to
lengkap, cepat dan penyajian data berupa pemetaan follow-up sebesar 10%,17 maka besar sampel yaitu
berdasarkan indikator cakupan gizi.9 Selain itu, data yang sebanyak 40 orang TPG yang telah terpilih secara
dikumpulkan dari Posyandu harus merupakan data yang purposive terbagi kedalam 20 TPG sebagai kelompok
akurat, tepat waktu dan relevan, untuk memberikan perlakuan dan 20 TPG sebagai kelompok kontrol.
informasi berkualitas. Proses sistem informasi gizi
masyarakat (PSG) dimulai dari pengumpulan data lapangan 2. Instrumen
kemudian pengolahan dengan menggunakan teknologi Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data
informasi, sampai penggunaan informasi tingkat dinas sekunder. Data primer terdiri data karakteristik TPG, data
kesehatan, maka data yang dikumpulkan harus merupakan persepsi TPG, dan data kualitas informasi gizi.
fakta yang ada (evidence based).10 Menurut Irasahwadi Pengumpulan data karakteristik diperoleh dengan cara
(2008), sebaran masalah gizi di Provinsi Aceh dan pengisian lembaran formulir oleh TPG dan dilakukan
dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia perlu sewaktu registrasi peserta pelatihan. Data kualitas
mendapat perhatian khusus, berbagai upaya harus informasi, diperoleh dari hasil checklist secara observasi
dilaksanakan secara berkesinambungan disetiap tingkatan dengan penilaiannya didasarkan kepada kesesuaian
administrasi, dengan tujuan menghasilkan kualitas informasi informasi yang dihasilkan dari penilaian sesudah
data gizi yang memadai sebagai pendukung pengambilan pelatihan dan setelah satu bulan pelatihan dibandingkan
keputusan.11 sebelum pelatihan.
Pengolahan dan analisis data PSG di wilayah Dinas
Kesehatan Kota Banda Aceh masih secara manual, mulai 3. Intervensi
input data, penghitungan status gizi, sampai pada Pelatihannya menggunakan alat Software WHO
interpretasi status gizi. Ini membutuhkan waktu yang Anthro v3.2.2 tahun 201114 dan Kepmenkes RI
relatif lebih lama serta peluang kesalahan input maupun No:1995/MENKES/SK/XII/2010 tahun 2011.4 Rincian
kesalahan penghitungan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kegiatan terdapat pada tabel 1.
analisis dan pengambilan keputusan serta kebijakan.
Menurut De Onis et al (2006), pembenahan untuk 4. Analisis
melakukan pengolahan secara komputerisasi sehingga Analisis data menggunakan software R-Statistik
menghasilkan data informasi yang berkualitas, perlu yang bersifat open source. Pengujian prasyarat analisis
dalam upaya untuk meningkatkan validitas data merupakan syarat penting harus dilakukan pada
pelaporan status gizi balita, maka sangat disarankan bagi pendekatan statistik parametrik mengingat model
bidang terkait untuk menggunakan WHO Anthro dalam distribusi dan variansi antar kelompok data yang ada,
melakukan pengolahan data PSG.12–14 yang meliputi uji Kolmogorov Smirnov dan uji F
Berdasarkan latar belakang diatas, untuk (Levene’s Test for Equality of Variances). Dalam
menjadikan TPG Puskesmas di wilayah Dinas menjawab tujuan penelitian serta membuktikan hipotesis,
Kesehatan Kota Banda Aceh sebagai end-user WHO terdapat analisis uji statistik yang digunakan yaitu
Anthro, dan fondasi data gizi bagi dinas kesehatan, Ancova Repeated Measures, yaitu untuk membuktikan
maka perlu dilakukan pelatihan berbasis software hipotesis efektivitas pelatihan dan penerapan standar
sebagai bentuk pengembangan SDM yang berkualitas

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 41

pertumbuhan WHO berbasis software WHO Anthro perlakuan), sedangkan pada kelompok kontrol yaitu
dengan yang berbasis manual.18 aspek kelengkapan pada pretest, aspek kelengkapan dan
keakuratan pada posttest1.
Tabel 1. Kegiatan Pelatihan WHO Anthro Pada kondisi awal, hasil statistik menunjukkan
Pokok Bahasan Waktu Metode Narasumber pada kedua kelompok data mempunyai nilai variansi
(menit)
Standar Kompetensi Ahli 50 Ceramah Ka.Persagi
tersendiri, baik persepsi maupun kualitas informasi.
Gizi Tanya DPD Aceh Data persepsi TPG, sebelum pelatihan terdapat
Jawab beberapa aspek yang mempunyai data dengan varians
Tupoksi Gizi pada Dinas 50 Ceramah Ka.Sie. Gizi sama (p-value>0,05). Sedangkan data kualitas
Kesehatan Kota Banda Aceh Tanya Dinkes Kota
informasi status gizi balita diantara kedua kelompok,
Jawab Banda Aceh
Standar Pertumbuhan WHO 50 Ceramah Dosen hasil uji statistik diketahui semua aspek kualitas
Tanya Jurusan Gizi informasi, baik sebelum pelatihan, setelah pelatihan
Jawab maupun setelah satu bulan pelatihan menunjukkan p-
Pengukuran dan Pengolahan 100 Ceramah Dosen
Data Antropometri Tanya Jurusan Gizi
value>0,05. Kesimpulannya yaitu, kualitas informasi
Jawab data status gizi balita mempunyai nilai variansi yang
Praktek sama diantara kedua kelompok baik kelompok
Interpretasi Indikator 50 Ceramah Agus Hendra perlakuan (pelatihan berbasis software WHO Anthro)
Pertumbuhan Tanya
Jawab
maupun kelompok kontrol (pelatihan berbasis standar
Praktek manual).
Penggunaan Software WHO 100 Praktek Agus Hendra Pencapaian persepsi TPG tentang standar
Anthro dalam PSG pertumbuhan WHO mempunyai peningkatan yang baik
Pengolahan Data 100 Ceramah Agus Hendra
setelah pelatihan diantara kedua kelompok. Tetapi
Antropometri Berdasarkan Z- Tanya
Score (Simpangan Baku) Jawab sebulan setelah pelatihan, peningkatan persepsi TPG
Standar Pertumbuhan WHO Praktek yang berbasis software WHO Anthro lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol berbasis manual. Begitu
HASIL PENELITIAN juga dengan peningkatan kualitas informasi data status
1. Karakteristik Subjek gizi balita.
Karakteristik subjek penelitian meliputi aspek umur,
jenis kelamin, pendidikan dan pelatihan mempunyai
proporsi yang sama baik pada kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol.
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian
Menurut Kelompok Penelitian
Kelompok Penelitian
Karakteristik X2
Perlakuan Kontrol
Subjek (p-value)
n % n %
Umur (tahun):
25–34 8 40,0 6 30,0 0,44
35–50 12 60,0 14 70,0 (0,507) Gambar 1. Pencapaian Persepsi TPG tentang Standar
Jenis Kelamin:
Laki-Laki 4 20,0 3 17,5 0,17
Pertumbuhan WHO Menurut Kelompok Pelatihan
Perempuan 16 80,0 17 82,5 (1,000)
Pendidikan: 2. Kualitas Informasi
D-III 10 50,0 10 50,0 5,00 Kualitas informasi kelompok pelatihan berbasis
S-1 6 30,0 10 50,0 (0,082)
S-2 4 20,0 0 0,0
software WHO Anthro setelah satu bulan pelatihan
Pelatihan Gizi: mempunyai peningkatan yang baik terutama aspek
Ya 11 55,0 6 30,0 2,56 tepat waktu, aspek kelengkapan, dan aspek
Tidak 9 45,0 14 70,0 (0,110) keakuratan. Hal tersebut disajikan pada gambar 1.
Secara deskriptif pelatihan tentang penggunaan
Berdasarkan tabel 2 bisa dipaparkan bahwa kondisi software WHO Anthro selama satu bulan
awal dari karakteristik subjek penelitian menujukan penerapannya dapat meningkatkan kualitas informasi
kondisi yang, dimana masing-masing kelompok data data status gizi balita.
mempunyai karakteristik yang sama baik karakteristik Sedangkan berdasarkan gambar 2, bahwa
pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. pelatihan berbasis manual, menunjukkan ketepatan
Secara statistik hal tersebut dibuktikan dengan nilai waktu merupakan prioritas dimana informasi data
p>0,05 pada CI:95% pada setiap karakteristik sampel. status gizi balita harus disampaikan pada waktu
Pengujian normalitas menggunakan dan hasilnya yang tepat sebagai dasar dalam kepentingan
secara ringkas dapat dikemukakan bahwa data persepsi program gizi.
TPG dan kualitas informasi dari uji Kolmogorov Smirnov
Z, diketahui data yang berdistribusi normal, yaitu aspek
keakuratan kualitas informasi pada posttest2 (kelompok

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 42

WHO pada Puskesmas di wilayah Dinas Kesehatan


Kabupaten Aceh Besar.

Tabel 4. Pengaruh Pelatihan dan Penerapan Standar


Pertumbuhan WHO Berbasis Manual terhadap Persepsi
TPG dan Kualitas Informasi Data Status Gizi Balita
Pretes – Postes1 Postes 1 – Postes 2
p- p-
Mean + SD Mean + SD
value value
Kualitas Data
Informasi :
Tepat Waktu 1,3 + 2,75 0,056* 13,8 + 7,59 0,000
Kelengkapan 2,3 + 5,49 0,099* 1,5 + 3,66 0,095*
Keakuratan 1,8 + 3,73 0,049 4,0 + 6,41 0,011
Gambar 2. Pencapaian Kualitas Informasi Data Gizi Manfaat 1,3 + 3,58 0,135* 1,3 + 4,55 0,089*
menurut Standar Pertumbuhan WHO menurut Kelompok *) Tidak signifikan pada CI:95% dan df=19
Pelatihan
4. Efektivitas Kualitas Informasi Data Status Gizi
3. Pengaruh Pelatihan dan Penerapan Standar Balita Menurut Standar Pertumbuhan WHO
Pertumbuhan WHO berbasis Software terhadap Kualitas informasi data gizi yang mendapat
Kualitas Informasi Data Status Gizi Balita pelatihan berbasis software WHO Anthro mempunyai
Secara statistik (Tabel 3) dapat dibuktikan efektivitas lebih baik dibandingkan pelatihan berbasis
setelah satu bulan pelatihan dan penerapan standar manual pada penelitian ini yaitu di wilayah Kota Banda
pertumbuhan WHO pada kelompok perlakuan Aceh dengan wilayah Kabupaten Aceh Besar. Menurut
berbasis software WHO Anthro menunjukan hasil statistik (Tabel 5), pelatihan menggunakan software
peningkatan persentase kualitas informasi data WHO Anthro memberikan efektivitas signifikan (p-value
status gizi balita mencapai sebesar 13,6% dengan < 0,05) dibandingkan pelatihan menggunakan standar
deviasi 5,623. Statistik membuktikan pada CI:95% manual. Aspek kualitas tersebut yaitu tepat waktu
semua aspek kualitas informasi data status gizi (p=0,000), kelengkapan (p=0,000), keakuratan (p=0,000),
balita (tepat waktu, p= 0,00; kelengkapan, p=0,00; dan manfaat (p=0,034).
keakuratan, p=0,00; dan manfaat, p=0,00) setelah Hasil tersebut menunjukan bahwa, pada tingkat
pelatihan dan penerapan selama satu bulan terdapat kemaknaan 95% terdapat perbedaan rata-rata persetase
perbedaan signifikan (p-value<0,05) pada kualitas informasi data gizi yang signifikan antara
Puskesmas di wilayah Dinas Kesehatan Kota Banda kelompok perlakuan berbasis software WHO Anthro
Aceh. dengan kelompok kontrol berbasis manual. Rerata
persentase kualitas informasi pada kelompok perlakuan
Tabel 3. Pengaruh Pelatihan dan Penerapan Standar berbasis software WHO Anthro lebih tinggi dibandingkan
Pertumbuhan WHO Berbasis Software
pada kelompok kontrol berbasis manual. Kesimpulannya
Kualitas Data Pretest – Postes 1 Postes 1 – Postes 2 yaitu, pelatihan dan penerapan standar pertumbuhan
Mean + SD p-value Mean + SD p-value WHO berbasis software WHO Anthro mempunyai
Tepat Waktu 2,3 + 5,49 0,083* 18,5 + 8,13 0,000 efektivitas yang lebih baik dibandingkan berbasis manual
Kelengkapan 11,0 + 5,98 0,000 22,0 + 4,10 0,000 dalam meningkatkan kualitas informasi data status gizi
Keakuratan 12,3 + 7,86 0,001 7,5 + 4,44 0,000
Manfaat 2,3 + 3,02 0,004 6,3 + 5,82 0,000 balita di Provinsi Aceh.
*) Tidak signifikan pada CI:95% dan df=19
Tabel 5. Efektivitas Kualitas Informasi Data Status Gizi
Sedangkan pada kelompok kontrol, pelatihan yang Balita antara Pelatihan Standar Pertumbuhan WHO Berbasis
Software WHO Anthro dengan Manual
dilakukan pada TPG Puskesmas di wilayah Dinas
Pelatihan dan Penerapan Standar
Kesehatan Aceh Besar belum berhasil meningkatkan Perumbuhan WHO
kualitas informasi data status gizi dalam penggunaan Aspek Kualitas
Setelah Pelatihan 1 Bulan Setelah Pelatihan
Data Informasi
standar pertumbuhan WHO yang mengacu kepada Mean + SD p- Mean + SD p-
(Kepmenkes RI Nomor: 1995/Menkes/ SK/XII/2010). value value
Tepat Waktu
Statistik membuktikan (Tabel 4), setelah dilakukan - Software 65,0 + 6,28 0,012 83,5 + 8,75 0,000
pelatihan dan penerapan standar pertumbuhan WHO - Manual 58,8 + 8,56 72,5 + 6,79
berbasis manual, diketahui kualitas informasi mempunyai Kelengkapan
selisih rerata sebesar 5,2% dengan deviasi 5,55. Hasil - Software 71,3 + 6,26 0,027 93,3 + 5,20 0,000
- Manual 66,8 + 6,13 68,3 + 6,13
statistik membuktikan pada CI:95% terdapat dua aspek
Keakuratan
yang mempunyai nilai perbedaan signifikan (p- - Software 87,0 + 7,50 0,001 94,5 + 5,10 0,000
value<0,05) yaitu tepat waktu (p=0,00) dan keakuratan - Manual 74,8 + 5,73 78,8 + 6,46
(p=0,01). Sedangkan kelengkapan dan manfaat tidak Manfaat
menunjukan perbedaan (p-value>0,05) kualitas informasi - Software 87,8 + 5,96 0,512* 94,0 + 5,03 0,034
- Manual 89,0 + 5,98 90,3 + 5,73
antara setelah pelatihan dibandingkan dengan satu bulan
setelah pelatihan dan penerapan standar pertumbuhan

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 43

Selisih rata-rata persentase kualitas informasi data kesehatan. TPG berargumen, suksesnya
gizi diantara kedua kelompok (gambar 3), menunjukkan mengaplikasikan standar ini dengan baik mengingat
peningkatan baik setelah pelatihan maupun satu bulan pengetahuan dimiliki dalam menyelesaikan
setelah pelatihan dibandingkan sebelum pelatihan. Selisih pekerjaan serta lebih mengerti untuk melaksanakan
rata-rata persentase kualitas informasi data status gizi tugas sesuai standar kerja yang ditetapkan oleh
balita diantara kedua kelompok sangat besar nilainya satu instansi, serta merasa percaya diri dengan
bulan setelah pelatihan dan penerapan standar kemampuan yang dimiliki dan menjadi lebih
pertumbuhan WHO dilaksanakan. bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Selain
itu dukungan pada masing-masing organisasi sangat
membantu TPG dalam peningkatan kualitas data
gizi.
Penigkatan persepsi TPG serta kualitas
informasi pada Puskesmas juga disebabkan substansi
keseriusan dan keuletan TPG selama mengikuti
pelatihan. Kesadaran mereka untuk memberi yang
terbaik serta perubahan sebagaimana tuntutan tupoksi
mereka sebagai ahli gizi, menuntut mereka agar lebih
terampil dalam penggunaan standar pertumbuhan
WHO berbasis software WHO Anthro. Olson
menyatakan bahwa kualitas data sangat tergantung
pada banyaknya keinginan pengguna dalam
menggunakan data. Berarti data yang diinginkan harus
akurat, tepat waktu, relevan, lengkap, mudah dipahami
dan dapat dipercaya.
Gambar 3. Perbedaan Rerata Persentase Kualitas Efektivitas sebuah pelaksanaan pelatihan
Informasi Data Gizi pada Kelompok Pelatihan dan membutuhkan model rancangan pelatihan. Untuk
Penerapan Berbasis Software WHO Anthro dengan Manual menghasilkan pelatihan yang efektif harus
PEMBAHASAN mempersiapkan dan mempertimbangkan beberapa
Evaluasi pelatihan yaitu merancang evaluasi konsep seperti model pembelajaran, motivasi belajar,
secara pra/pasca pelatihan atau pree-post. Evaluasi efektifitas diri dan pendekatan lainnya.19 Untuk
pelatihan ini menilai tingkatan reaksi, pembelajaran, mengetahui kualitas informasi diperlukan berbagai
perilaku dan hasil-hasil dari kegiatannya. 19 Hasil aspek, menurut Aqil et al. bahwa kualitas informasi
penelitian menunjukan bahwa pelatihan dan dan data dilihat menurut dimensi relevansi,
penerapan standar pertumbuhan WHO berpengaruh kelengkapan, ketepatan waktu dan akurasi.23 Hasil
signifikan (p-value<0,05) dalam meningkatkan penelitian menunjukan bahwa pelatihan dan penerapan
kualitas informasi data gizi balita di Dinas Kesehatan standar pertumbuhan WHO berbasis software WHO
Kota Banda Aceh pada tingkat kemaknaan 95%. Anthro terbukti signifikan menunjukan efektivitas (p-
Program intervensi mempunyai pengaruh positif value<0,05) dibandingkan pelatihan dan penerapan
dalam meningkatkan angka kelengkapan rekam medis berbasis manual pada CI:95% dalam meningkatkan
pasien rawat inap.20 Suatu teknologi informasi persepsi TPG Puskesmas maupun dalam meningkatkan
kesehatan dapat menunjukan kemampuan terhadap kualitas informasi data gizi balita di Provinsi Aceh.
peningkatkan efisiensi dan mutu proses kerja, dimulai Tetapi, aspek relevansi pada persepsi TPG tidak
dari pemahaman dan respon positif serta tingkat menunjukan efektivitas yang bermakna (p-
keefektivitasan tersebut menjadi sangat penting [21]. value>0,05).
Tetapi tidak tertup kemungkinan peningkatan Ledakan pertumbuhan teknologi informasi telah
pengetahuan tenaga kesehatan dilapangan tidak hanya merevolusi semua individu terkait sistem kerja. Saat
dengan membaca, tetapi untuk meningkatkan ini banyak pelatihan-pelatihan yang berbasis komputer
pemahaman dan persepsi mereka lebih baik melalui dan memungkinkan peningkatan keterampilan dalam
suatu bentuk kegiatan pelatihan. Suatu bentuk kinerja mereka, misalnya pelatihan dan penerapan
pelatihan yang berkesinambungan harus tetap standar pertumbuhan WHO. Hasil penelitian ini
diperlukan, akibat pergantian jabatan dan perubahan membuktikan bahwa pelatihan dan penerapan standar
uraian kerja serta masih terbatasnya pemahaman dan pertumbuhan berbasis software WHO Anthro
keterampilan tenaga kesehatan lapangan. 22 mempunyai akselerasi yang lebih baik untuk
Pengaruh persepsi serta kualitas informasi memperbaiki pemahaman dan persepsi TPG
data gizi yang sangat signifikan pada TPG, mereka Puskesmas serta meningkatkan kualitas informasi data
telah memahami dan merespon dengan baik gizi balita dibandingkan dengan yang berbasis manual.
mengingat bahwa betapa pentingnya penggunaan Pelatihan yang dikembangkan dengan teknologi
standar tersebut dalam melakukan penilaian status informasi digital lebih cepat menunjukan hasil
gizi balita serta dalam memperbaiki sistem terhadap perubahan nilai persepsi TPG dibandingkan
pelaporan dari tingkat puskemas ke tingkat dinas dengan pelatihan yang mengacu pada standar manual.

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 44

Kesimpulan ini diperkuat De Onis et al., penggunaan Peningkatan kapasitas dan kemampuan serta
software WHO Anthro dapat mempercepat proses serta proses penguatan manajemen yang baik pada tenaga
meningkatkan validitas data input-output yang kerja sangat membantu dalam meningkatkan cakupan
dihasilkan, dan menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan serta didukung oleh penggunaan
penilaian atau pemantauan status gizi.13 Tingkat fasilitas yang baik. Sebaliknya, melemahnya struktur
kepuasan pemakai terhadap sistem informasi berbasis organisasi, proses yang kurang baik dan kurangnya
web sangat berpengaruh terhadap kesediaan mereka pengetahuan serta rendahnya keterampilan menjadi
dalam melanjutkan penggunaan sistem tersebut untuk faktor dasar yang menghambatnya pemberian
memenuhi kebutuhan informasi.24 Selain itu, dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
mengolah data diperlukan suatu peralatan yang bisa Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan
meningkatkan pemahaman serta aksebilitas yang tinggi pertumbuhan dan perkembangan kesehatan balita,
dan tingkat penyimpanan yang lebih baik, mempunyai efektivitas dari proses ketepatan dalam pengukuran
kecepatan pengolahan data, penyajian output lebih serta follow-up merupakan faktor paling
menarik.25 mempengaruhi keberhasilan program tersebut. 26
Komitmen serta kebersamaan akan membentuk Selain itu, untuk menetapkan gambaran terhadap
aspek persepsi petugas sebagai salah satu aspek kinerja keputusan yang tepat merupakan suatu kesulitan
dalam meningkatkan kemampuan dan motivasi yang sangat fundamental dalam perawatan medik,
sebagaimana tuntutan uraian pekerjaan mereka. penggunaan teknologi sistem informasi tidak hanya
Petugas TPG di Puskesmas juga dibutuhkan dan berdampak terhadap organisasi, melainkan juga
diperlukan dalam berbagai integrasi pekerjaan serta berdampak terhadap pengembangan individu, 27
berhubungan antara satu dengan yang lain, maka perlu relevansi sangat bergantung pada proses
intervensi yang lebih terarah pada keterpaduan pengetahuan. Relevansi sangat penting sebagai
sehingga lebih cepat diterima dan diaplikasikan upaya dalam mendudukung proses komunikasi.
dilingkungannya. Pendidikan dan pelatihan merupakan Proses untuk memperoleh pengetahuan termasuk
suatu proses meningkatkan keterampilan terhadap hal- kesadaran dan keinginan serta usaha mengenali
hal yang sifatnya baru maupun proses penyegaran, dan sesuatu diharapkan mampu untuk mengkonfirmasi
akan menjadi faktor sukses untuk pencapaian tujuan dugaan-dugaan dalam berkomunikasi, 28 yang dalam
institusi. hal ini TPG Puskesmas baik yang menggunakan
Pelatihan dan penerapan standar pertumbuhan software WHO Anthro maupun yang tidak
bertujuan memberikan kualitas informasi data status menggunakannya.
gizi yang lebih baik, dan memungkinkan menjadi data Suatu informasi yang akurat dan tepat waktu
pendukung dalam pengambilan keputusan dan sangat diperlukan dalam manajemen dengan tujuan
kebijakan terkait program gizi serta menjadi nilai saing memudahkan proses pengambilan keputusan,
dilingkungan kerja. Ini menyimpulkan suatu teknologi melakukan fungsi perencanaan, pengendalian secara
informasi dibidang kesehatan secara signifikan dapat efektif. Informasi yang tersedia harus berguna dalam
meningkatkan efisiensi dan mutu dari proses kerja. melakukan keputusan, mengatasi masalah maupun
Kemampuan generalisasi serta tingkat keefektivitasan hasilnya, sampai tahap problem solving. Selain itu
suatu teknologi informasi menjadi sangat penting faktor pembimbing atau supervisor diharapkan mampu
karena sistem tersebut merupakan suatu tool dalam berperan dalam membenahi keberadaan informasi data
mendukung proses pelayanan kesehatan.21 gizi serta feedback dalam pelaporan data gizi untuk
Pelaksanaan pelatihan dianggap penting yaitu menjadi lebih baik.29 Keberadaan seorang supervisor
untuk mencapai kebutuhan organisasi serta tujuannya. atau intruktur, feedback serta peningkatan sumber daya
Selain itu faktor terdapatnya pegawai baru dan manusia melalui pelatihan dan pengembangan
terdapatnya penemuan-penemuan baru. Dengan merupakan bagian dari mekanisme positif dalam
kehadiran pegawai baru, maka sebuah organisasi mendukung perbaikan kualitas pelaporan, bertujuan
sangat perlu melakukan berbagai orientasi pelatihan meningkatkan kemampuan mereka terkait bidangnya
untuk memahami tujuan, aturan-aturan serta pedoman sehingga hasil tersebut berguna untuk melakukan
pekerjaan dari organisasi. Sedangkan terdapatnya pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.30
penemuan baru, dimana dengan kemajuan ilmu Berkaitan dengan kegiatan monitoring dan supervisi,
pengetahuan serta teknologi yang semakin modern setiap puskesmas harus secara langsung dan teratur
maka akan banyak ditemukan sistem-sistem baru memantau kegiatan dilapangan yang dilaksanakan oleh
dalam pekerjaan sehingga akan memerlukan pelatihan seorang supervisi, dan hal ini menjadi penting dalam
untuk dapat mengaplikasikannya dengan benar. menentukan kebijakan terkait program pemantauan
Menetapkan sebuah pelatihan maka memiliki 3 jenis dan pertumbuhan.22
tujuan, a) peningkatan pengetahuan yaitu menanamkan Oleh karena itu, tuntutan profesionalisme sangat
informasi kognitif, b) peningkatan keterampilan yaitu ditekankan kepada tenaga gizi pelaksana dan tenaga
mengembangkan perubahan perilaku dalam gizi profesional mengingat pelaksanaan tugasnya
pelaksanaan tugas, c) peningkatan sikap yaitu sebagai pelayan masyarakat, maka aspek yang penting
menciptakan ketertarikan dan kesadaran akan diperhatikan adalah ahli gizi diharapkan dapat
pentingnya pelatihan. menangani permasalahan gizi pada tingkat tinggi yang

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 45

dapat dicapai sesuai dengan perkembangan IPTEK, 5. Depkes RI. Rencana Aksi Pangan dan Gizi
sarana dan prasarana dan kemampuan manajemen Nasional 2001-2005. Jakarta. 2000.
untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi 6. Depkes RI. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan
masyarakat. Berkaitan dengan sistem informasi gizi, Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/
maka di Puskesmas khususnya ahli gizi dengan Kota. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI.
berpijak pada software WHO Anthro, harus memiliki Nomor : 392 Tahun 2002. Jakarta. 2002.
tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan pencatat 7. Husein, MF., & Wibowo, A. Sistem Informasi
dan pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan Manajemen. Penerbit UPP AMP YKPN.
laporan berkala, melakukan pemeliharaan data, Yogyakarta. 2002.
mengupayakan penggunaan data dan informasi pada 8. Lei, J. V. D. Information and Communication
kepentingan masyarakat dan manajemen puskemas dan Technology in Health Care: Do We Need
pihak lainnya baik di wilayah kerja puskesmas maupun Feedback?. International Journal of Medical
pada tingkatan dinas kesehatan. Informatics, 2002; 66 (1-3) p. 75-83. http://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12453561.
KESIMPULAN 9. Mutalazimah. Aplikasi Sistem Informasi Geografis
Pelatihan dan penerapan standar pertumbuhan pada Pemantauan Status Gizi Balita di Dinas
WHO berbasis software WHO Anthro maupun Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Forum
manual berpengaruh dalam peningkatan kualitas Geografi, 2009; Vol.23/No.02/Desember 2009.
informasi data status gizi balita menurut aspek [internet]. Available from: <http://www.eprints.
ketepatan waktu, aspek keakuratan, aspek keakuratan undip.ac.id> [accessed February 2012].
dan aspek manfaat. Sedangkan dari segi efektivitas, 10. Sartika, Dewi SY. Evaluasi Kesuksesan Sistem
pelatihan berbasis software mempunyai efektivitas Informasi Gizi di Dinas Kesehatan Kota Padang.
yang lebih baik dibandingkan pelatihan berbasis Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 2009.
manual dalam meningkatkan kualitas informasi data 11. Irasahwadi. Pemantauan Status Gizi Balita dengan
gizi pada TPG Puskesmas di Provinsi Aceh. Saran Pemanfaatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis
bagi pihak dinas kesehatan terkait, supaya dilakukan Di Kabupaten Nagan Raya Nanggroe Aceh
evaluasi kembali untuk menjaga konsistensi hasil Darussalam. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta.
pelatihan. Serta dijadikan sebagai model untuk 2008.
meningkatkan kualitas data status gizi balita pada 12. De Onis, M., Onyango, A. W., Borghi, E., Garza,
program gizi di dinas kesehatan lainnya. Selain itu, C., & Yang, H. Comparison of the World Health
perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan Organization (WHO) Child Growth Standards and
pengembangan, pelatihan dan penerapan standar the National Center for Health Statistics/WHO
pertumbuhan WHO dengan pelaksanaan intervensi International Growth Reference: Implications for
dan penyusunan modul pelatihan yang lebih baik. Child Health Programmes. Public Health Nutrition,
Selain itu, diharapkan juga untuk mengembangkan 2006; 9(7), 942-947.
software antropometri yang lebih baik dan 13. De Onis, M., Garza, C., Onyango, A. W., & Borghi,
disesuaikan dengan kebutuhan dan pelaporan data E. Comparison of the WHO Child Growth
gizi di puskesmas. Serta menggunakan instrumen Standards and the CDC 2000 Growth Charts. The
yang sudah dibakukan dalam pengukuran persepsi Journal of nutrition, 2007; 137(1), 144-8. Retrieved
dan kualitas informasi. from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
17182816.
KEPUSTAKAAN 14. WHO. WHO Anthro for Personal Computers.
1. Bappenas RI. Laporan Pencapaian Tujuan Software for assessing growth and development of
Pembangunan Milenium Indonesia 2010. the world's children. WHO, Department of Nutrition
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ for Health and Development, Geneva. 2011.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 15. Creswell, JW. Research Design: Pendekatan
(BAPPENAS). Jakarta. 2010. Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Editor: Ahmad
2. Endang, RS. Target MGDs Bidang Kesehatan. Fawaid. Edisi Ketiga. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
[internet]. Available from: <http://www. 2010.
wartapedia.com> [accessed 26 January 2011]. 2011. 16. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan:
3. Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Surveilans Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Edisi
Gizi Di Kabupaten/Kota. Kementerian Kesehatan Ke-13. Alfabeta. Bandung. 2011.
Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Gizi 17. Lameshow, S and Lwanga, S.K. Sample Size
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 2010. Determination in Health Studies, A Practical
4. Kemenkes RI. Standar Antropometri Penilaian Manual. Geneva, WHO, 1990. Software version
Status Gizi Anak, Keputusan Menteri Kesehatan RI 2nd by K.C Lin and Peter Chiam, National
Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010. Kementerian University of Singapore.
Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal 18. Braun, J.W & Murdoch, D.J. A First Course in
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Statistical Programming with R. Cambridge
2011.

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 46

University Press. Cambridge, New York. United Information System. A Master’s paper for the M.S.
States of America. 2007. in I. S. degree. November, 2002. 29 pages. Advisor:
19. Mathis, Robert L. & Jackson, John H. Barbara M. Wildemuth.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Editor: 25. Murdick, R.G., Ross, J.O. & Claggett, J.R. Sistem
Diana Angelica. Penerbit Salemba Empat, Edisi Informasi Untuk Manajemen Modern. Penerbit
ke-10. Jakarta. 2006. Erlangga. Edisi ke-3. Jakarta. 1986.
20. Awliya, N. Evaluasi Angka Kelengkapan Rekam 26. Minarto. Berat Badan Tidak Naik Sebagai Indikator
Medis Dokter Pada Pasien Rawat Inap Sebelum Dini Gangguan Pertumbuhan pada Bayi Sampai
Dan Sesuadah Pelatihan Di RSUD Banjarbaru Usia 12 Bulan di Kab. Bogor Jabar Tahun 2006.
Kalimantan Selatan Tahun 2007. Tesis. Jurnal Info Pangan dan Gizi, 2008; Vol. IX No. 3,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 2007. halaman 23-24.
21. Chaudhry, B., Wang, J., Wu, S., Maglione, M., 27. Bates, David W. & Gawande, Atul A. Improving
Mojica, W., Roth, E., Morton, S.C. & Shekelle, Safety with Information Technology. New
P.G. Systematic Review: Impact of Health England Journal of Medicine, N Engl J Med,
Information Technology on Quality, Efficiency, 2003; 348: 2526-34. http://dx.doi.org/10.1056/
and Costs of Medical Care. Annals of Internal NEJMsa020847.
Medicine Volume, 2006; 144-10. Retrieved 28. Cummings, Louise. Pragmatics, A Mutidicplinary
from http://www. ncbi.nlm. nih.gov/pubmed/ Perspective. New York: Oxford University Press.
16702590. Terjemahan. Ibrahim, Abdul Syukur (editor).
22. Faber, M., Schoeman, S., Smuts. C.M., Adam, V., 2007. Pragmatik: Sebuah Prespektif Multi
Ford, N. Evaluation of Community Based Growth displiner. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 1999.
Monitoring in Rural District of the Eastern Cape 29. Stoner, J.A.F., Freeman,R.E. & Gilbert, D.R.
and Kwazulu Natal Provinces of Sourth Africa. S Manajemen. Jilid Kedua. PT Prenhallindo. Jakarta.
Afr J Clin Nutr, 2009; 22(4) : 185-194 1996.
. 23. Aqil, A., Lippeveld, T., & Hozumi, D. PRISM 30. Mavimbe, J. C., Braa, J., and Bjune, G. Assessing
framework: a paradigm shift for designing, Immunization Data Quality From Routinereports in
strengthening and evaluating routine health Mozambique. BMC Public Health October, 2005; 5
information sistems, Health Policy and Planning, (108) pp. 1-8 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
2009; 24:217–228. articles/ PMC1266378.
24. Ballenger, M. Relationship Between Learning Style
and User Satisfaction with a Web Based Health

Korespondensi
Agus Hendra Al Rahmad
4605.ah@gmail.com
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh
Jl. Soekarno-Hatta, Kampus Terpadu Poltekkes Kemenkes RI Aceh, Lampeunerut, Aceh Besar 23352

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai