Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya
(Nurarif, 2015). Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang di sebabkan
oleh karena infeksi atau iritasi dari bahan kimia sehingga alveoli terisi dengan
eksudat peradangan. (Murwani, 2009).

Berdasarkan dari laporan 31 provinsi diindonesi, ditemukan 477.429 anak


balita dengan pneumonia atau 21,52% dengan proporsi 35,02% pada usia
dibawah satu tahun dan 64,79% pada usia hingga 4 tahun. Jika dirata-rata
sekitar 2.788 anak meninggal setiap harinya akibat pneumonia. (Suriani, 2009).
Di indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi
fokus ketiga dari program Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (PPISPA). Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia
lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan
penyebaran informasi tentang penanggualangan pneumonia oleh tenaga
kesehatan (Setiawan, 2009).

Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat


merupakan tindakan utama dalam menghadapi pasien bronchopneumonia
untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharapkan pasien dapat
segera sembuh kembali. Intervensi keperawatan utama adalah mencegah
ketidakefektifan jalan nafas. Agar perawatan berjalan dengan lancar maka
diperlukan kerja sama yang baik dengan tim kesehatan yang lainnya, serta
dengan melibatkan pasien dan keluarganya. Berhubungan dengan hal tersebut
di atas, kelompok tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada An.
A dengan Bronchopneumonia di Ruang Kanak – Kanak Rumah Sakit Abepura.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Utama

Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan


bronkopneumonia.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep keperawatan bronkopneumonia pada
anak.
b. Mampu menjelaskan aplikasi asuhan keperawatan [pada klien dengan
bronkopneumonia
c. Mampu melaksanakan ronde keperawatan pada klien dengan
bronkopneumonia

1.3 Manfaat Penulisan


Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi :

1. Institusi Pendidikan
a. Sebagai tolak ukur mahasiswa dalam melaksanakan dan membuat
asuhan keperawatan.
b. Menghasilkan Sarjana Keperawatan + Ners sebagai seorang perawat
profesional yang memiliki pengetahuan memadai sesuai
perkembangan ilmu dan pengetahuan.
2. Profesi keperawatan

Diharapkan dengan menulis asuhan keperawatan klien dengan


bronkopneumonia ini, dapat menyelesaikan masalah yang terjadi pada klien
dan dapat meminimalkan lamanya hari perawatan klien melalui ronde
keperawatan

3. Bagi Lahan Praktek


a. Sebagai bahan masukkan dan menambah referensi dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang
bronkopneumonia.
b. Membantu mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang terjadi
pada klien dengan bronkopneumonia melalui ronde keperawatan
4. Bagi masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, pencegahan dan
penatalaksanaan kepada masyarakat terkait dengan penyakit
bronkopneumonia
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bronkopneumonia


Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang menggambarkan
pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur, dalam satu area atau
lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Wijayaningsih,
2013). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru dimana
peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (Ringel, 2012).

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang


di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen
yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini
sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi
yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh (Nurarif & Kusuma.
2015). Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

2.2 Etiologi Bronkopneumonia


Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti
diplococus pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus,
haemophilus influenza, basilus friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium
tuberculosis, disebabkan oleh virus seperti respiratory syntical virus, virus influenza
dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur seperti citoplasma capsulatum,
criptococcus nepromas, blastomices dermatides, aspergillus Sp, candinda albicans,
mycoplasma pneumonia dan aspirasi benda asing (Wijayaningsih, 2013).

2.3 Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon
(bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke
dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan
ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan
reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika
terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam
pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama
secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit
& pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan
secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran
cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam
usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.

2.4 Pathway
2.5 Manifestasi Klinis Bronkopneumonia
Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :

a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh


infeksi saluran pernapasan atas.
b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat
dan dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.
d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang
terjadi kejang.
e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.
f. Batuk disertai sputum yang kental.
g. Nafsu makan menurun.

2.6 Pemeriksaan penunjang


Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia Sampel
darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.

2.7 Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk
hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(Whaley Wong, 2006)

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Wong, L dkk (2008) terdapat beberapa penatalaksanaan pada
penderita bronchopneumonia:
a. Mencaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat, pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu
cukup istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan
yang kurang, suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari, dan masukan
cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah
dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infuse dengan cairan glukosa
5% dan NaCl 0,9 %.
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi akan tetapi
karna hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan pinisilin ditambah dengan cloramfenikol atau
diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari karna sebagian
besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan
hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas
darah arteri.

2.9 Pencegahan
a. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat
keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.
b. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
c. Membiasakan melakukan pemberian ASI
d. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai
suara sesak dan sesak pada anak.
e. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

2.10 Asuhan Keperawatan


2.10.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas, meliputi : nama, umur, tempat tanggal lahir, alamat, nama
orang tua
b. Keluhan utama.
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat dan
dangkal, diserai adanya pernapasan cuping hidupng, serta sianosis
disekitar hidung & mulut. Kadang disertai muntah serta diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa adanya lendir, dan anoreksia
c. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan pada bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa
saja meningkat sangat mendadak mencapai 39-40ºC dan kadang pula
disertai adanya kejang akibat demam yang tinggi.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
menurunnya sistem imun
e. Riwayat kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka
keluarga lain dapat tertular.
f. Riwayat kesehatan lingkungan.
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan
lingkungan yg kurang juga dapat menyebabkan anak menderita
sakit.
g. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko
tinggi untuk mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk dapat melawan
infeksi sekunder.
h. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler : Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan : Adanya sesak napas, retraksi dada,
pernapasan cuping hidung, takipnea, ronki, wheezing, batuk
produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler,
pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, terdapat adanya sputum/sekret, lebih memilih
posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas, penggunaan otot bantu
pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra
klatikula, melebarkan hidung), dapat terlihat hiperinflasi dengan
peninggian diameter AP ( bentuk barel), gerakan difragma
minimal dan bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
3) Sistem pencernaan : Anak biasanya malas minum/makan,
muntah, berat badan mengalami penurunan, lemah.
4) Sistem eliminasi : Anak atau bayi menderita diare, atau
dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa memahami mengenai
alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi
(ringan sampai berat).
5) Sistem saraf : Biasanya anak mengalami demam,
kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal : Tonus otot menurun, lemah
secara umum
7) Sistem endokrin : Tidak ada kelainan atau masalah.
8) Sistem integumen : Turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering.
9) Sistem penginderaan : Tidak ada masalah attau kelainan

2.10.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeobonkial. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
(Doengoes,1999 :166).
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen
(Doengoes, 1999 : 166).
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
(Doengoes, 1999 :177).
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral (Doengoes, 1999 :
172).
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi,
anorexia, distensi abdomen
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen (Doengoes,
1999 :170).
2.10.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Bersihan jalan Mengidentifikasi / 1. Kaji frekuensi / 1. Takipneau, pernafasan
nafas tidak menunjukan kedalaman dangkal, dan
efektif perilaku mencapai pernafasan dan pergerakan dada tidak
berhubungan bersihan jalan nafas gerakan dada simetris sering terjadi
dengan dengan KH : karena cairan paru
inflamasi 1. Menunjukan jalan 2. Auskultasi area 2. Penurunan aliran udara
trakeobonkial. nafas paten paru, catat area terjadi pada area
Pembentukan dengan bunyi penurunan atau / konsolidasi dengan
edema, nafas bersih tak ada aliran udara cairan. Krekels, ronki,
peningkatan 2. Tidak ada dan bunyi nafas mengi terdengar
produksi dispenia adventius. inspirasi dan / ekspirasi
sputum Misalnya : krekels pada respon terhadap
atau mengi pengumpulan cairan,
secret kental, dan
spasme jalan nafas/
obstruksi
3. Bantu pasien 3. Nafas dalam
latihan nafas memudahkan ekspansi
sering. Bantu maksimum paru-paru /
pasien mempelajari jalan nafas lebih kecil.
melakukan batuk, Batuk adalah
misalnya dengan mekanisme
menekan dada dan pembersihan jalan
batuk efektif nafas alami, membantu
sementara posisi silia untuk
duduk tinggi. mempertahankan jalan
nafas pasien.
Penekanan
menurunkan
ketidaknyamanan dada
dan posisi duduk
memungkinkan upaya
4. Berikan cairan nafas lebih dalam dan
sedikitnya 1000 lebih kuat
ml/ hari (kecuali 4. Cairan (khususnya
kontraindikasi). hangat) memobilisasi
Tawarkan air dan mengeluarkan
hangat daripada secret
dingin
5. Lakukan
penghisapan sesuai
indikasi 5. Pembersihan jalan
nafas secara mekanik
pada pasien yang tidak
mampu melakukan,
karena batuk tidak
6. Berikan sesuai efektif atau perubahan
indikasi : tingkat kesadaran
mukolitik, 6. Alat untuk menurunkan
ekspektoran, spasme bronkus
bronkodilator, dengan mobilisasi
analgesik secret. Analgesik
diberikan untuk
memperbaiki batuk
dengan menurunkan
ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan
secara hati- hati, karena
dapat menurukan
upaya batuk / menekan
pernafasan

2. Gangguan Menunjukan 1. Kaji frekuensi, 1. Manifestasi distress


pertukaran gas perbaikan ventilasi kedalaman, dan pernafasan tergantung
berhubungan dan oksigen kemudahan pada indikasi derajat
dengan jaringan dengan bernafas. keterlibatan paru dan
membrane GDA dalam rentang status kesehatan umum
alveolus normal dan tidak 2. Observasi warna 2. Sianosis kuku
kapiler, ada gejala distress kulit, membrane menunjukan
gangguan pernafasan, KH : mukosa, dan kuku. vasokonstriksi atau
kapasitas 1. Berpartisipasi Catat adanya respon tubuh terhadap
pembawa pada tindakan sianosis perifer demam / menggigil.
oksigen darah, untuk atau sirkulasi Namun, sianosis daun
gangguan memaksimalkan sentral telinga, membrane
penerimaan oksigenasi mukosa, dan kulit
oksigen sekitar mulut
menunjukan
hipoksemia sistemik
3. Takikardia biasanya
3. Awasi frekuensi ada karena demam/
jantung / irama dehidrasi. Tetapi juga
dapat merupakan
respon terhadap
hipoksemia
4. Mencegah terlalu lelah
4. Pertahankan dan menurunkan
istirahat tidur. kebutuhan/ konsumsi
Dorong oksigen untuk
menggunakan memudahkan
teknik relaksasi perbaikan infeksi
dan aktifitas 5. tindakan ini
senggang mengingatkan
5. Tinggikan kepala inspirasi maksimal,
dan dorong untuk meningkatkan
sering mengubah pengeluaran secret
posisi, nafas dalam untuk perbaikan
dan batuk efektif ventilasi
6. Ansietas adalah
6. Kaji tingkat manifestasi masalah
ansietas. Dorong psikologi sesuai
menyatakan dengan respon
masalah / perasaan. fisiologi terhadap
Jawab pertanyaan hipoksia. Pemberian
dengan jujur, keyakinan dan
kunjungi dengan peningkatan rasa aman
sering sesuai dapat menurunkan
indikasi komponen psikologis,
sehingga menurunkan
kebutuhan oksigen dan
efek merugikan dari
respon fisiologi.
7. Tujuan terapi oksigen
7. Berikan terapi adalah
oksigen dengan mempertahankan
benar PaO2 diatas 60 mmHg.
Oksigen diberikan
dengan metode yang
memberikan
pengiriman dengan
tepat dalam toleransi
pasien
3. Pola nafas Menunjukan pola 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan biasanya
tidak efektif nafas tidak efektif kedalaman meningkat. Dispnea
berhubungan dengan frekuensi pernafasan dan dan terjadi
dengan proses dan kedalaman ekspansi dada. peningkatan kerja
inflamasi rentang normal dan Catat upaya nafas. Kedalaman
dalam alveoli paru bersih pernafasan, pernfasan bervariasi
1. Kriteria Hasil : termasuk tergantung derajat
Partisipasi dalam penggunaan otot gagal nafas
aktifitas/ perilaku bantu/ pelebaran
peningkatan nasal
fungsi paru 2. Auskultasi bunyi
nafas dan catat 2. Bunyi nafas menurun /
adanya bunyi nafas tidak ada jika jalan
adventius seperti nafas obstruksi
krekels atau mengi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan
atau kolaps jalan nafas
kecil ( atelektasis).
Ronki dan mengi
menyertai obstruksi
3. Tinggikan kepala jalan nafas
dan bantu 3. Duduk tinggi
mengubah posisi. memungkinkan
Bantu pasien turun ekspansi paru dan
dari tempat tidur memudahkan
dan ambulasi dini. pernafasan.
4. Observasi pola
batuk dan 4. Kongesti alveolar
karakteristik mengakibatkan batuk
sekret. kering/ iritasi. Sputum
berdarah dapat
diakibatkan oleh
kerusakan jaringan (
infark paru) atau anti
koagulan berlebihan
5. Memaksimalkan
5. Berikan oksigen bernafas dan
tambahan menurunkan kerja
nafas
6. Berikan humidifier 6. Memberikan
tambahan, kelembaban pada
misalnya nebulizer membran mukosa dan
membantu
pengenceran secret
untuk memudahkan
pembersihan

4. Gangguan Tujuan : 1. Kaji perubahan 1. Peningkatan suhu


keseimbangan Menunjukan tanda vital, meningkatkan laju
cairan dan keseimbangan peningkatan suhu metabolik dan
elektrolit cairan tubuh kehilangan cairan
berhubungan 1. Kriteria Hasil : melalui evaporasi
dengan Membran 2. Kaji turgor kulit, 2. Indikator langsung
kehilangan mukosa lembab kelembaban keadekuatan volume
cairan 2. Turgor kulit baik membrane mukosa cairan, meskipun
berlebihan, 3. Pengisian kapiler membrane mukosa
penurunan cepat mulut mungkin kering
masukan oral 4. Tanda vital stabil karena nafas mulut dan
3. Tekankan cairan oksigen tambahan
setidaknya 3. Pemenuhan kebutuhan
1000ml/ hari atau dasar cairan,
sesuai kondisi menurunkan resiko
individual dehidrasi
4. Beri obat sesuai 4. Berguna menurunkan
indikasi, misalnya kehilangan cairan
antipiretik,
antiemetik
5. Berikan cairan 5. Pada dasarnya
tambahan IV penurunan masukan /
sesuai kebutuhan banyak kehilangan.
Penggunaan parenteral
dapat memperbaiki /
mencegah kekurangan

5. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Identifikasi faktor 1. Pilihan intervensi


dari kebutuhan Pemenuhan nutrisi yang tergantung penyebab
tubuh mencukupi menimbulkan masalah
berhubungan kebutuhan mual / muntah,
dengan Kriteria Hasil : misalnya: Sputum
peningkatan 1. Menunjukan banyak,
kebutuhan peningkatan pengobatan, atau
metabolic nafsu makan, nyeri
sekunder 2. mempertahankan 2. Berikan / bantu 2. Menghilangkan tanda
terhadap / meningkatkan kebersihan mulut bahaya, rasa, bau dari
demam dan berat badan setelah muntah, lingkungan pasien yang
proses infeksi, drainase postural dapat menurunkan
anorexia, dan sebelum mual
distensi makan
abdomen 3. Berikan makan 3. Meningkatkan
porsi kecil dan masukan walaupun
sering, termasuk nafsu makan mungkin
makanan kering lambat untuk kembali
dan makanan yang
menarik untuk
pasien
4. Evaluasi status 4. Adanya kondisi kronis
nutrisi umum, ukur (seperti PPOM atau
berat badan alkoholisme) atau
keterbatasan keuangan
dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap
infeksi, dan atau
lambatnya respon
terhadap terapi

6. Intoleransi Tujuan : 1. Evaluasi respon 1. Rasional : Menetapkan


aktifitas Peningkatan pasien terhadap kebutuhan /
berhubungan toleransi terhadap aktifitas. Catat kemampuan pasien dan
dengan aktivitas laporan dispneu, memudahkan dalam
insufisiensi Kriteria Hasil : peningkatan pemilihan intervensi
oksigen 1. tidak ada kelemahan, dan
dispneau, perubahan tanda
2. kelemahan vital selama dan
berlebihan, setelah aktifitas
3. tanda vital 2. Berikan 2. Menurunkan stress dan
dalam rentang lingkungan tenang rangsangan berlebih
normal dan batasi
pengunjung
selama fase akut
sesuai indikasi.
Dorong
penggunaaan
manajemen stress
dan pengalihan
yang tepat
3. Jelaskan 3. Tirah baring
pentingnya dipertahankan selama
istirahat dalam fase akut untuk
rencana menurunkan kebutuhan
pengobatan dan metabolik, menghemat
pentingnya energi untuk
keseimbangan penyembuhan.
antara aktivitas Pembatasan aktivitas
dan istirahat dengan respon
individual pasien
terhadap aktifitas dan
perbaikan kegagalan
pernafasan
4. Bantu pasien 4. Pasien mungkin
memilih posisi nyaman dengan kepala
nyaman untuk tinggi atau tidur di kursi
istirahat / tidur
5. Bantu aktivitas 5. Menurunkan keletihan
perawatan diri dan membantu
yang diperlukan. keseimbangan suplai
Berikan kemajuan dan kebutuhan oksigen
peningkatan
aktivitas selama
fase penyembuhan
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Laboratorium
Tanggal 24/10/ 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HGB 7,7 g/dL 11,0 – 16,5
RBC 3,20 106/uL 3,8 – 5,8
HCT 24,7 % 35,0 – 50,0
MCV 77,2 fL 80,0 – 97,0
MCH 24,1 pg 26,5 – 33,5
MCHC 31,2 g/dL 31,5 – 35,0
RDW-SD 69,3 fl 35 – 47
RDW-CV 24,9 % 10,0 – 15,0
WBC 19,69 103/uL 3,5 – 10,0
EO% 0,0 % 0,0 - 4,0
BASO% 0,1 % 0,0 – 1,0
NEUT% 87,4 % 46,0 – 73,0
LYMPH% 7,8 % 17,0 – 48,0
MONO% 4,7 % 4,0 – 10,0
EO# 0,00 103/uL
BASO# 0,02 103/uL
NEUT# 17,21 103/uL
LYMPH# 1,54 103/uL
MONO# 0,92 103/uL
IG% 7,4 %
IG# 1,45 103/uL
PLT 42 103/uL 150 – 500
LED 45 – 84 Mm/jam 0 - 20
DDR NEGATIF negatif
Kimia Darah
Tanggal 24/ 10/ 2019
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
1. Glukosa (Hexokinase) 110 ≤ 200 mg/dL
2. Creatnine (enzym) 0,32 ↓ 0,8 – 1,2 mg/dL
3. Ureum enzym 22 10 - 50 mg/dL
4. Albumin (Brom CG) 2,5 ↓ 3,5 – 5,6 g/ dL
5. SGOT/ ASAT (enzym) 35 ≤ 50 uL
6. SGPT/ ALAT (enzym) 10 ≤ 50 uL
7. Natrium (ISE) 126,7 135 - 145 Mmol/L
8. Kalium (ISE) 3,00 3,5 – 5,5 Mmol/L
9. Clorida (ISE) 92,0 98 - 108 Mmol/L

2. Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
Keluarga klien mengatakan : Klien tampak :
1. Sesak napas 1. Sesak (dyspnea)
2. Badan panas 2. Menggunakan otot bantu
3. Makan sedikit pernafasan
4. Hanya makan pisang 2 buah 3. Tampak adanya retraksi dada
5. Semakin kurus 4. Tampak pernafasan bibir
5. Pernafasan cuping hidung
6. Bunyi nafas :
7. TTV :
TD : 100/ 70 mmHg
N : 130 x/menit
RR : 60 x/ menit (takipnea)
S : 40ºC
SPO2 : 80%
7. Teraba panas
8. BB :
9. TB :
10. Konjungtiva tampak pucat
11. Membran mukosa tambak pucat
12. Bibir pucat
13. Wajah pucat
14. Nyeri epigastrium
15. Porsi makan tidak dihabiskan
16. Leukosit : 19,69 103/uL

3. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1. DS : Ketidakefektifan
1. pola nafas
DO :
2. DS : Hipertermia
DO :
3. DS : Ketidakseimbanga
DO : n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

3.2 Diagnosa Keperawatan


3.3 Intervensi Keperawatan
3.4 Implementasi Keperawatan
3.5 Catatan Keperawatan
3.6 Catatan Perkembangan

BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis NANDA (NIC-NOC). Jogjakarta: Mediaction.

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta:
EGC

Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Wong, L dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Edisi 6). Jakarta: EGC

Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai