Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga Makalah yang kami buat dengan judul “ Neropati ferifer
pada Odah” dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini bukanlah usaha dari kami
sendiri melainkan berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu baik
secara moril maupun materil.

Tentunya dalam penulisan dan penyusunan makalah ini tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
perbaikan atas segala kekurangannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

1
DAFTAR ISI
1 KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
2 PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
2.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
2.2 TUJUAN ................................................................................................... 4
2.3 RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 4
2.4 MANFAAT ............................................................................................... 4
3 PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
3.1 Pengertian ................................................................................................. 5
3.2 Etiologi...................................................................................................... 7
3.3 Patofisiologi. ............................................................................................. 9
3.4 Tanda dan Gejala ...................................................................................... 9
3.4.1 Faktor-Faktor Mempengaruhi.......................................................... 11
3.5 Komplikasi .............................................................................................. 12
3.5.1 Pengobatan ...................................................................................... 13
3.5.2 Terapi ............................................................................................... 16
3.6 KLASIFIKASI ........................................................................................ 17
3.7 PENATAKLAKSANAAN ..................................................................... 18
3.8 Manifestasi Klinis ................................................................................... 20
3.9 Askep ( Neuropati Ferifer pada Odah ) .................................................. 21
4 PENUTUP ...................................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan. ............................................................................................ 24
4.2 Penutup. .................................................................................................. 24

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Barangkali dimulai dengan sedikit kesemutan atau mati rasa di ibu jari
kaki atau pergelangan kaki pada masing-masing kaki sesuatu yang begitu kecil
sehingga kita tidak memedulikannya. kerusakan saraf ferifer (neuropatik ferifer)
baik disebabkan oleh HIV, kencandungan alkohol, Diabetes atau faktor lain, tau
dampak toksin pengobatan dapat berbahaya. Justru,umumnya orang yang
menghubungkan gejala awal dengan peredaran darah yang buruk kurang tidur,
kedinginan, cedera saat bekerja atau olah raga.
Orang yang berbeda mungkin mengalami gejala yang berbeda, berragam
mulai kehilangan kepekaan sehingga paraestesias (merasa kesemutan atau
terbakar) dan kepekaan saat menentu yang meningkat secara luar biasa. Namun
sebgaiman itu kian memburuk dan menjalar dari telpak kaki ke pergelangan kaki
dan kaki, perubahan sensorik menjadi kian bertahan.namun demikian,raksi yang
paling umum terhadap gejla yang awal yang begitu ringan adalah
mengabaikannya atau barangkali mengobatinya sendiri, memkai obat penghilang
nyeri atau jamu atau minuman berakohol.
Nueropati ferifer adadalah komplikasih neurologi yang sering terjadi pada
infeksi HIV. Namun semua terlalu lasim sehingga orag tidak mengobatinya tau
memberi tau dokter hingga keadaan mulai menjadi melemahkan dan mengganggu
tidur serta kemampuan bekerja. Dan karena berjalan keseimbangan tidak normal
sehingga kedaan bertambah berat, hal itu bakan dapat terjadi pada ODAH yang
berpengetahuan, kemungkinan karena seharusnya seharusnya kesehtan mereka
membaik dengan terapi antretrovira (ART).

3
1.2 TUJUAN
 Mahasiswa dapat mengetahui apa penyakit HIV yang
terinfeksi penyakit neuropati ferifer.
 Mahasiswa dapat mengetahui apa itu devinisi HIV tentang
neuropati ferifer
 Mahasiswa dapat mengetahui apa penyebab tentang neuropati
ferifer
 Mahasiswa dapat mengetahui apa tandan dan gejala tentang
neuropati ferifer
 Mahasiswa dapat mengetahui apa patofisiologi tentang HIV
sampai terjadi neuropati ferifer.
 Mahasiswa dapat mengetahui manisfestasi klinis neuropati
ferifer
 Mahasiswa dapat mengetahi apa itu pemeriksaan penunjang
neuropati ferifer
 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan
neuropati ferifer
 Mahasiwa dapat mengetahui bagamana cara seseorang ODAH
yang terkena penyakit neuropati ferifer.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Bagaiman proses penyakit dari neuropati ferifer pada seseorang
yang terkena ODAH dan bagaiaman cara mengatasi masalah yang
di alami pasien tersebut.

1.4 MANFAAT
Dari makalah yang kami buat tentang HIV dimana odah yang
sudah terkena mengalami penyakit neuropati ferifer. Dan penting
buat mahasiwa agar lebih mengerti dan memahami apa itu penyakit
HIV yang berhubungan dengan Neuropati ferifer.

4
BAB II

PEMBAHASAN
1.5 Pengertian
Neuropati adalah gejala yang umum pada Odha. Hal itu mungkin
disebabkan oleh ARV, penyakit HIV, infeksi oportunistik, isoniazid, atau dampak
kondisi yang terjadi secara bersamaan misalnya diabetes, kecanduan alkohol,
kusta. Neuropati yang berkembang cepat atau yang berpusat di satu tempat,
biasanya terkait dengan diabetes, infeksi misalnya CMV, limfoma, reaksi
kekebalan otomatis atau penyebab yang menular. Neuropati terkait obat atau HIV
cenderung muncul secara perlahan, berdampak pada kedua tungkai (walaupun
diabetes atau kusta mungkin juga berdampak pada beberapa orang).

Neuropati terkait obat disebabkan oleh d4T atau ddI.

Neuropati terkait HIV muncul lebih sering pada orang dengan penekanan sistem
kekebalan berat, bahkan setelah mulai pengobatan dan walaupun mereka tidak
memakai d4T. Kemungkinan mengembangkan neuropati perifer mungkin
beragam berdasarkan kelompok etnis, tetapi membutuhkan lebih banyak bukti.
Ada bukti bahwa orang yang lebih tua berisiko lebih tinggi terhadap
pengembangan neuropati perifer, dan orang yang lebih tinggi juga lebih berisiko.
d4T tampak memburukkan risiko itu pada orang yang lebih tua dan lebih tinggi.
Usia dan tinggi badan mungkin menjadi sebagai alat skrining yang bermanfaat
untuk me nentukan apakah pasien harus menghindari d4T sama sekali.

Neuropati perifer pada Odha di rangkaian terbatas sumber daya distal


symmetrical sensory polyneuropathy (DSPN), neuropati sensori yang mulai
dengan sangat kuat (menyebar dari ibu jari kaki dan jarang mulai dari jari-jari
tangan) pada kurang lebih kedua sisi tubuh secara seimbang dan atau
antiretroviral toxic neuropathy (ATN) , yang tidak dapat dibedakan secara klinis.

Namun, susunan saraf perifer dapat menjadi rusak akib at banyak penyebab,
berkisar mulai dari neuropati ringan dan sementara (misalnya salah satu kaki
‘jatuh tidur’) hingga kedarurata neurologi yang dapat mengakibatkan
kelumpuhan, kehilangan fungsi tubuh yang penting lalu kematian. Keadaan yang

5
paling lazim adalah neuropati fokal atau mononeuropati (kerusakan saraf tunggal
atau sekelompok saraf) dan radikulopati (kerusakan yang be rdampak pada akar
saraf tulang belakang) yang dapat mengakibatkan gangguan sensori dan atau
melema hnya salah satu bagian atau salah satu sisi tubuh, termasuk
mononeuropati terkait cedera misalnya carpal tunnel syndrome (tekanan saraf
median di pergelangan tangan).

Pada Odha, sejumlah kelainan susuna n saraf perifer tampak disebabkan oleh
virus, infeksi oportunistik (IO) atau neoplasma, oleh obat yang umum dipakai
atau oleh reaksi sistem kekebalan terhadap infeksi. Hal itu dapat dibedakan
berdasarkan tempat kejadian itu (apakah kelainannya fokal atau multifokal, dan
apakah simetris atau tidak), dan apakah sensori utama (misalnya DSPN atau
ATN) dibandingkan apakah juga menyebabkan kelemahan dan hilangnya fungsi
gerak/otonomik – walaupun mungkin ada beberapa keadaan yang saling tumpang
tindih. Peninjauan ini tidak akan membahas tentang masalah saraf tulang
belakang, mielopati atau miopati.

Neuropati perifer adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan gangguan


pada system saraf perifer. Sistem saraf perifer terdapat pada persarafan diwajah,
lengan, kaki, badan, dan beberapa persarafan pada kepala. Persarafan perifer
adalah semua persarafan yang tidak terletak pada system saraf pusat yaitu otak
dan medulla spinalis.

Neuropati dapat merusak satu saraf ( mononeuropati ) atau beberapa saraf


(polineuropati). Serabut – serabut saraf menjalin hubungan antara otak dan otot,
kulit, organ interna dan pembuluh darah. Pada keadaan yang berbahaya, saraf –
saraf tidak dapat menjalin hubungan sebagaimana mestinya dan gangguan
hubungan tersebut menyebabkan gejala seperti nyeri atau kebas. Neuropati
perifer sering terdapat pada pasien penderita diabetes dan penyakit autoimun
seperti arthritis rheumatoid dan lupus.

Defisensi vitamin tertentu, obat – obatan, dan alkohol dapat juga merusak
saraf perifer. Perawatan kondisi umum dapat mengurangi beberapa kasus
neuropati perifer. Pada kasus lainnya, pengobatan perifer berfokus pada
penatalaksanaan nyeri. Saraf- saraf perifer mempunyai kemampuan yang hebat

6
untuk berenegerasi dan pengobatan terbaru neuropati perifer mempergunakan
faktor – faktor growth nervus atau terapi gen yang dapat memberikan kesempatan
yang lebih baik untuk perbaikan saraf dimasa mendatang.

Neuropati perifer cukup sering ditemukan pada pasien usia lanjut, dan seringkali
dianggap sebagai bagian dari proses penuaan. Berbagai kondisi pada usia tua
seperti diabetes, alkoholisme, defisiesi nutrisi, infeksi, keganasan maupun
kelainan autoimun, dapat mempengaruhi kualitas fungsional saraf yang
mengakibatkan neuropati. Selain itu seringkali penderita usia lanjut mengalami
neuropati perifer dengan sebab yang tidak diketahui. Prevalensinya tidak banyak
diketahui, dan cenderung terbatas pada penyakit maupun kelainan yang
mendasarinya. Gangguan ini pada usia lanjut mengakibatkan penurunan kualitas
hidup yang bermakna.

1.6 Etiologi
Sejumlah faktor dapat menyebabkan neuropati. Pada saat suatu saraf rusak,
misalnya disebabkan oleh trauma atau penggunaan yang berulang yang
menyebabkan penekanan pada saraf. Penekanan pada saraf dapat diakibatkan
oleh penggunaan pembalut pada tangan atau penyokong dalam waktu yang lama
dalam posisi yang tidak sesuai misalnya pada saat mengetik dikomputer atau
adanya tumor atau pertumbuhan tulang yang tidak normal. Pada saat kerusakan
terjadi pada beberapa saraf, penyebab tersering adalah diabetes.

Hampir setengah dari penderita diabetes menjadi beberapa bentuk neuropati .


penyebab lainnya seperti alkohol, HIV/AIDS, gangguan herediter, amiloidosis
dan defisiensi vitamin-vitamin tertentu khususnya vitamin B. Penyebab lain
kerusakan poli neuropati adalah penyakit lain. Termasuk penyakit auto immun
misalnya lupus dan rhematoid artritis, penyakit ginjal,penyakit hati dan hipotiroid
paparan racun. Termasuk beberapa zat toksis dan obat –obatan khususnya yang
digunakan untuk pengobatan kanker. Genetik. Anda mungkin cendrung mewarisi
untuk terjadinya. Neuropati perifer infeksi bakteri dan viral.

Kondisi akut yang disebut sindroma guillian barre sering menyebabkan


kerusakan seluruh atau sebagian dari saraf perifer melalui kerusakan selubung

7
mielin yang menutup serabut saraf. Serabut mielin sering bertindak sebagai
penyekat saraf dan membantu menghantarkan impuls saraf. Meskipun penyebab
pasti sindroma guillain barre tidak diketahui, kebanyakan kasus terjadi setelah
infeksi, pembedahan atau immunisasi.

Meskipun, tidak selalu mudah untuk memastikan penyebab piloneuropati.


Kenyataannya, bila anda menderita neuropati yang tidak berhubungan dengan
diabetes, mungkin saja penyebabkan tidak pernah ditemukan. Neuropati adalah
gejala yang umum pada Odha. Hal itu mungkin disebabkan oleh ARV, penyakit
HIV, infeksi oportunistik, isoniazid, atau dampak kondisi yang terjadi secara
bersamaan misalnya diabetes, kecanduan alkohol, kusta. Neuropati yang
berkembang cepat atau yang berpusat di satu tempat, biasanya terkait dengan
diabetes, infeksi misalnya CMV, limfoma, reaksi kekebalan otomatis atau
penyebab yang menular. Neuropati terkait obat atau HIV cenderung muncul
secara perlahan, berdampak pada kedua tungkai (walaupun diabetes atau kusta
mungkin juga berdampak pada beberapa orang). Neuropati terkait obat
disebabkan oleh d4T atau ddI. Neuropati terkait HIV muncul lebih sering pada
orang dengan penekanan sistem kekebalan

berat, bahkan setelah mulai pengobatan dan walaupun mereka tidak memakai
d4T. Kemungkinan mengembangkan neuropati perifer mungkin beragam
berdasarkan kelompok etnis, tetapi membutuhkan lebih banyak bukti.

Ada bukti bahwa orang yang lebih tua berisiko lebih tinggi terhadap
pengembangan neuropati perifer, dan orang yang lebih tinggi juga lebih berisiko.
d4T tampak memburukkan risiko itu pada orang yang lebih tua dan lebih tinggi.
Usia dan tinggi badan mungkin menjadi sebagai alat skrining yang bermanfaat
untuk me nentukan apakah pasien harus menghindari d4T sama sekali.

8
1.7 Patofisiologi.
HIV- neuropati masih belum jelas. DSP di tandai dengan adanya trauma atau
hilangnya serabut aferen primer yang menyebabkan degenerasi aksonal distal.
Lokasi awal proses patologi mencakup bagian distal dari suatu akson yang
panjang, fenomena ini dikenal sebagai dying back. Proses tersebut dapat
dimediasi oleh HIV itu sendri atau suatu mekanisme imun sitotoksik. Mekanisme
direk terjadi yaitu bila enfelope virus glikoprotein sub unit gp 120 secara langsung
menyerang syaraf perifer dan dorsalrob ganglia ( DRG) yang menyebabkan
neurotoksistas. Gliko protein gp 120 ini dapat berkerja pada reseptor kemokin
syafar neosispektif. Hal ini menjadi dasar terjadinya nyeri hebat seperti Allodinia
dan Hiperetesia. ( Verma dkk,2005.): ( Hahn ddk 2008)

Mekanisme indrek meliputi factor immunopatogenik sebagai penyebab


difungsi syaraf perifer HIV dapat menyebabkan kerusakan indrek melalaui
infiltrasi maklofag pada syafar perifer dan ganglion dorsalis. Bnayak jumlah
makrofa retain dalam syaraf perifer akan menyebabkan pelepasan sitokkin
poriinflamasi neorotoksik setempat seperti ( TNF. ,Interfron, IL.1 dan IL.6 yang
akan menyebabkan degenerasi aksonal.( Verma ddk; 2005) (Chi ddk 2011).

Pengunaan anti revtroviral juga dapat penyebabkan polineuropati taksik


(ATN: anti rektroviral tokxit neuropati) melalui mekanisme toksistasi mito kondia
oleh ARV golongan NRTI seperti stafudin, didanosin dan zauciltabin. Saat ini
diperkirakan DSP akibat ARV terjadi pada 20% sampai lebih dari 50% kasus.

1.8 Tanda dan Gejala


Semua gejala neurologi yang terjadi berhubungan dengan system saraf pusat
yang terdiri dari otak dan medulla spinalis atau system saraf perifer yang
menghubungkan medulla spinalis dan otak ke semua bagian tubuh. Jaringan saraf
perifer terdiri dari saraf motorik yang dapat mengkontraksi otot dan sensorik yang
dapat memberikan batasan sensasi rasa. Saraf perifer dapat mengkontrol beberapa
fungsi involunter system saraf otonom yang mana mengatur beberapa organ
interna, kelenjar keringat dan tekanan darah.

9
Namun, saraf – saraf perifer mudah rapuh dan rusak. Kerusakan saraf perifer
dapat menganggu hubungan antara area yang dipersarafi dan otak, yang
menganggu kemampuan untuk pergerakan otot – otot tertentu atau sensasi rasa
yang normal.

Gejala tersebut tidak tergantung pada penyebab neuropati dan satu atau
beberapa saraf yang terlibat. Jika saraf sensorik mengalami kerusakan , gejala –
gejala yang muncul :

 Nyeri
 Kebas
 Rasa gatal
 Kelemahan otot
 Rasa terbakar
 Hilang rasa
Gejala – gejala tersebut sering dimulai secara bertahap. Anda mungkin merasa
geli atau kebas yang dimulai pada jari – jari kaki atau kaki dan menyebar ke atas.
Rasa geli mungkin juga dimulai pada tangan dan meluas ke lengan. Pada saat
gejala baru saja muncul dan beberapa penderita tidak menyadari adanya kelainan.
Bagi penderita lainnya, gejala menetap dan terutama pada malam hari gejalanya
hampir tidak bisa ditahan.

Gejala dan tanda antara lain :

 Tidak ada perasaan saat memakai sarung tangan atau kaus kaki
 Nyeri seperti terbakar
 Nyeri tajam, tertusuk atau seperti terkena listrik
 Kepekaan berlebihan terhadap sentuhan, bahkan sentuhan ringan
 Kurangnya koordinasi
Bila saraf motorik rusak, anda mengalami kelemahan atau paralisis otot yang
dikendalikan oleh saraf tersebut. Dan bila saraf tersebut rusak yang mana
mengontrol fungsi sistem saraf otonom tertentu, anda akan mengalami gangguan
dengan buang air besar dan kecil, berkurangnya keringat atau impotensi. anda
mungkin juga mengalami penurunan tajam tekanan darah pada saat berdiri yang
menyebabkan pingsan dan pusing.

10
1.9 Faktor-Faktor Mempengaruhi
Penyakit diabetes mempunyai resiko untuk terjadinya kerusakan saraf perifer.
Secara nyata, sebagian dari penderita diabetes mempunyai beberapa macam
neuropati. Resiko meningkat selama penderita menderita diabetes dan resiko
paling tinggi pada penderita yang menderita penyakit tersebut lebih dari 25 tahun.
Bahkan resiko bertambah bila penderita berumur lebih dari 40 tahun atau
kesulitan dalam mengontrol kadar gula darah.

Meskipun peneliti tidak memahami secara tepat bagaimana terjadinya


kerusakan tersebut. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak kemampuan saraf
untuk mengirim sinyal. Penderita dapat menurunkan resiko tersebut bila
mengikuti anjuran medis untuk mempertahankan kadar gula darah senormal
mungkin.

Resiko terjadinya polineuropati meningkat bila mempunyai satu atau beberapa


faktor resiko berikut ini:

1. Penggunaan alkohol
Minum alkohol yang berlebihan dapat mempengaruhi sistem saraf,
menyebabkan kebas pada tangan dan kaki.

2. Defisiensi vitamin
Kekurangan vitamin tertentu khususnya B1 ( tiamin ) dan B12
menyebabkan poineuropati, seperti anemia perniosa yang terjadi saat
tubuh tidak dapat mengabsorbsi sebagaimana mestinya sering menjadi
polineuropati perifer

3. Gangguan sistem immun


Sering terjadinya polineuropati bila menderita penyakit autoimmun seperti
lupus atau rheumatoid artritis atau bila sistem immum menurun oleh
Human immunodefisiensi virus (HIV) atau AIDS

4. Masalah kesehatan
kondisi medis termasuk jenis kanker tertentu, penyakit ginjal, penyakit
hati, dapat menyebabkan resiko kerusakan saraf.

5. Tekanan berulang

11
pekerjaan atau hobbi yang menyebabkan penekanan pada suatu persarafan
dalam waktu yang lama akan meningkatkan terjadinya neuropati perifer.
Pada sindroma carpal tunnel misalnya terjadinya penekanan pada nervus
medianus sepanjang pergelangan tangan sampai jari. Tekanan yang
berulang kali saat bekerja atau perkerjaan yang membutuhkan waktu lama,
genggaman yang kuat dapat menekan nervus medianus

6. Zat toksis
paparan beberapa zat toksis dapat membuat saraf tepi rusak. Zat tersebut
terdiri dari logam berat misalnya merkuri dan arsenik, larutan organik dan
obat-obatan tertentu misalnya yang digunakan untuk kanker dan AIDS.

1.10 Komplikasi
Neuropati diabetik dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Kerusakan saraf
pada kaki disertai dengan sirkulasi yang jelek dapat menyebabkan ulkus dan
bahkan ganggren. Tidak hanya kaki yang diserang oleh diabetes yang
berhubungan dengan neuropati tetapi dapat juga mempengaruhi organ tubuh
lainnya.

Bila saraf yang berhubungan dengan pencernaan mengalami kerusakan,


pengosongan lambung dapat mengalami perlambatan yang dapat menyebabkan
mual, muntah dan kembung. atau sering terjadinya konstipasi atau diare. Pada
beberapa kasus dapat mengalami masalah dengan pengontrolan kandung kemih
dan impontensi .

Komplikasi lainnya antara lain :

 Menurunnya gerakan atau sensasi baik partial atau komplet


 Penurunan tekanan darah
 Impotensi
 Depresi
 Penurunan berat badan

12
1.11 Pengobatan
Tujuan pengobatan untuk penanganan kondisi penyebab neuropati dan
memperbaiki kerusakan seperti menghilangkan gejala. bila dokter tidak dapat
menentukan penyebab neuropati, dokter akan memberikan beberapa obat untuk
menghilangkan gejala dari penderita. Pengendalian penyakit kronik tidak dapat
menghilangkan neuropati tetapi hal tersebut berperan dalam penatalaksanaannya.
Dokter akan merekomendasikan pengobatan pada beberapa kondisi :

 Diabetes
Bila menderita diabetes, penderita dan dokter dapat bekerja sama untuk
mempertahankan kadar gula darah senormal mungkin.
Mempertahankan kadar gula darah yang normal dapat melindungi saraf.
meskipun gejala awal sebelum diperbaiki jelek.

 Defisiensi vitamin
Bila neuropati disebabkan oleh defisiensi suatu vitamin, gejala tersebut
akan membaik saat defiisensi dikoreksi. Dokter akan
merekomendasikan untuk penyuntikan vitamin B12 untuk beberapa
hari kemudian satu bulan sekali. Bila menderita anemia perniosa,
penderita membutuhkan penyuntikan yang teratur dan mungkin
tambahan suplemen vitamin. Penderita juga membutuhkan diet makan
yang sehat.

 Gangguan autoimmun
Bila neuropati disebabkan oleh suatu peradangan atau proses autoimun,
pengobatan ditujukan pada pengontrolan respon immun

 Penekanan saraf
Pada beberapa kasus, neuropati disebabkan oleh penekanan pada saraf.
Pengobatan utama dengan menghindari sumber penekanan. hal itu
mungkin dengan membuat kursi,meja atau keyboard yang sesuai
dirumah atau kantor, merubah cara memegang alat atau instruments
atau beristirahat sebentar pada hobi atau olah raga tertentu. pada
beberapa kasus penekanan saraf, penderita membutuhkan pembedahan
untuk perbaikan.

13
 Zat toksis atau obat – obatan
Bila toksin atau obat - obatan penyebab neuropati, segera hentikan
pemakaian obat –obatan atau menghindari paparan toksin untuk
mencegah neuropati yang progresif.

 Obat- obatan
Obat – obatan dapat mengurangi gejala nyeri. Tetapi obat tersebut
mempunyai beberapa efek samping terutama bila penggunaan jangka
panjang. Bila penggunaan obat nyeri secara teratur termasuk obat OTC
( over the counter ) diskusikan dengan dokter tentang keuntungan dan
efek sampingnya. Obat –obat yang dapat mengurangi nyeri pada
neuropati antara lain:

 Pain reliers.
OTC pain reliver seperti acetaminofen ( tylenol ) dan obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAIDS) seperti aspirin dan ibuprofen (
advil, motrin, lainnya )biasanya digunakan untuk gejala ringan.

Untuk beberapa gejala berat, dokter akan


merekomendasikan untuk meresepkan NSIADs). Bila penderita
menggunakan dan NSIADs dalam waktu yang lama dan dosis besar
penderita dapat mengalami mual, nyeri lambung, perdarahan
bahkan ulkus

 Obat anti kejang


Obat seperti gabapentin( neurontin ), carbamazepin ( tagretol ) dan
phenytoin (dilantin) biasanya digunakan pada pengobatan dengan
gangguan kejang ( epilepsi ). Dokter sering juga meresepkannya
untuk nyeri seperti tertusuk. Efek sampingnya antara lain
mengantuk dan pusing
 Injeksi Lidokain
Injeksi berisi lidokain obat anastesi yang bersifat topikal. Anda
menggunakan pada lokasi nyeri bila nyerinya berat dan anda dapat
menggunakan 3 injeksi perhari untuk mengurangi nyeri.
Pengobatan ini hampir tidak mempunyai efek samping, pada

14
beberapa penderita timbulnya kemerahan pada tempat lokasi
penyuntikan

 Antidepresi trisiklik
Obat – obatan antidepresi seperti amitriptyilin, nortriptylin (
pamelor ), desipramin (norpramin) dan imipramine ( tofranil )
dapat mengurangi gejala ringan sampai sedang dengan menganggu
proses kimia didalam otak yang menyebabkan nyeri. Efek samping
obat- obatan tersebut terdiri dari gangguan keseimbangan, mulut
kering, mual, kelelahan, konstipasi dan pertambahan berat badan.
Untuk mengurangi efek samping tersebut dokter akan memulai
dengan dosis terendah dan pemakainnya ditingkatkan secara
perlahan – lahan. Bila penderita terdapat insomnia, dokter akan
merekomendasikan obat anti depresi atau obat tidur. Beberapa
peneliti telah menyarankan pemakaian selektif serotinin reuptake
inhibitor ( SSRIS) misalnya proxetin ( paxil ) dan flouxetine
hidroklorida (prozak) untuk mengurangi tanda dan gejala neuropati
perifer. Obat lainnya Analgesik opioid misalnya kodein atau
oxycodone ( oxycontin ) dapat digunakan untuk mengurangi nyeri.
Golongan obat ini mempunyai beberapa efek samping antara lain
adiksi yang tidak menyenangkan bila digunakan dalam waktu yang
lama. mexiletine ( mexitil ) suatu obat yang biasanya digunakan
untuk mengobati gangguan irama jantung yang tidak teratur,
kadang – kadang dapat mengurangi nyeri seperti terbakar.

Untuk mendiagnosis neuropati perifer secara komprehensif dan efisien,


diperlukan pendekatan yang sistematis dan logis, terutama pada neuropati perifer
yang dapat diobati. Pendekatan klinis melalui riwayat gejala, kebiasaan dan
pekerjaan perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologis meliputi tanda klinis
gangguan sensorik, motorik atau otonom dapat menentukan topografi dan sumber
neuropati.

 Penunjang pemeriksaan

15
laboratorium untuk diagnosis diperlukan sesuai indikasi dan khusus seperti
pemeriksaan biokimia, imunologi, pemeriksaan cairan serebrospinal, dan
biopsi otot. Pemeriksaan elektrodiagnostik dapat mencatat luasnya defisit
saraf, menentukan kerusakan demielinisasi atau aksonal. Aplikasi
elektrodiagnostik yang non invasif cukup memuaskan untuk menegakkan
diagnosis, walaupundalam kasus tertentu diperlukan pemeriksaan
elektrodiagnostik invasif.

1.11.1 Terapi
Beberapa obat bebas dan tehnik dapat juga mengurangi nyeri. dokter sering
menggunakan tambahan pada obat – obatan, tetapi beberapa menjadi tidak efektif
pada pasien sendiri, antara lain :

1. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)


Dokter dapat menentukan jenis terapi ini, yang dapat mencegah
rangsang nyeri yang dihasilkan oleh otak. TENS membawa impuls listrik
yang kecil ke jaras saraf tertentu melalui electrode yang diletakkan
dikulit. Meskipun aman dan sedikit nyeri. TENS tidak dapat bekerja pada
setiap penderita atau semua jenis nyeri

2. Biofeedback
Terapi ini menggunakan sebuah mesin untuk mengajarkan anda
bagaimana untuk mengendalikan respon tubuh tertentu yang mengurangi
nyeri. Anda kemudian belajar bagaimana mengendalikan respon yang
sama pada diri anda. Tehnik Biofeedback sering digunakan pada rumah
sakit dan pusat kesehatan

3. Akupuntur
National institutes of health telah menemukan bahwa akupuntur dapat
menjadi pengobatan yang efektif untuk nyeri yang kronik, mungkin
termasuk nyeri neuropati, mengingat bahwa anda tidak dapat
memperoleh hasil yang segera dengan akupuntur dan dibutuhkan lebih
dari satu kali hasil pertemuan.

16
4. Hipnotis
Penderita dewasa dapat dihipnotis oleh tenaga professional, tetapi agar
hipnotis lebih efektif, anda harus bersedia dan termotifasi untuk ikut
serta. Selama dihipnotis,anda akan menerima kesan tertentu untuk
mengurangi persepsi nyeri.

5. Tehnik releksasi
Bertujuan untuk mengurangi penegangan otot yang membuat nyeri
bertambah. Tehnik relekasi berasal dari latihan pernafasan yang dalam
sampai penglihatan (contohnya gambaran yang melayang) yoga dan
obatan. anda mungkin dapat menggunakan atau beberapa tekhnik atau
anda dapat belajar sendiri menggunakan buku atau tipe.

1.12 KLASIFIKASI
Klasifikasi nyeri neuropati terbagi menjadi 2, yakni berdasarkan penyakit
yang mendahului dan letak anatomisnya, dan berdasarkan gejala.
Berdasarkan penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya, nyeri
neuropati terbagi menjadi :
a. Perifer, dapat diakibatkan oleh neuropati, nueralgia pasca herpes
zoster, trauma susunan saraf pusat, radikulopati, neoplasma, dan lain-
lain
b. Medula spinalis, dapat diakibatkan oleh multiple sclerosis, trauma
medula spinalis, neoplasma, arakhnoiditis, dan lain-lain
c. Otak, dapat diakibatkan oleh stroke, siringomielia, neoplasma, dan
lain-lain
Berdasarkan gejala, nyeri neuropati terbagi menjadi :
a. Nyeri spontan (independent pain)
b. Nyeri oleh karena stimulus (evoked pain)
c. Gabungan antara keduanya

17
1.13 PENATAKLAKSANAAN
Obat-obatan yang banyak digunakan sebagai terapi nyeri neuropati adalah anti
depresan trisiklik dan anti konvulsan karbamasepin.

a. Anti depresan

Dari berbagai jenis anti depresan, yang paling sering digunakan untuk terapi nyeri
neuropati adalah golongan trisiklik, seperti amitriptilin, imipramin, maprotilin,
desipramin. Mekanisme kerja anti depresan trisiklik (TCA) terutama mampu
memodulasi transmisi dari serotonin dan norepinefrin (NE). Anti depresan
trisiklik menghambat pengambilan kembali serotonin (5-HT) dan noradrenalin
oleh reseptor presineptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga menurunkan
jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampu
meningkatkan konsentrasi 5-HT dicelah sinaptik. Hambatan reuptake norepinefrin
juga meningkatkan konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik. Peningkatan
konsentrasi norepinefrin dicelah sinaptik menyebabkan penurunan jumlah
reseptor adrenalin beta yang akan mengurangi aktivitas adenilsiklasi. Penurunan
aktivitas adenilsiklasi ini akan mengurangi siklik adenosum monofosfat dan
mengurangi pembukaan Si-Na. Penurunan Si-Na yang membuka berarti
depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.(4,6-9)

b. Anti konvulsan

Anti konvulsan merupakan gabungan berbagai macam obat yang dimasukkan


kedalam satu golongan yang mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan
abnormal dari neuron-neuron di sistem saraf sentral. Seperti diketahui nyeri
neuropati timbul karena adanya aktifitas abnormal dari sistem saraf. Nyeri
neuropati dipicu oleh hipereksitabilitas sistem saraf sentral yang dapat
menyebabkan nyeri spontan dan paroksismal. Reseptor NMDA dalam influks
Ca2+ sangat berperan dalam proses kejadian wind-up pada nyeri neuropati.
Prinsip pengobatan nyeri neuropati adalah penghentian proses hiperaktivitas
terutama dengan blok Si-Na atau pencegahan sensitisasi sentral dan peningkatan
inhibisi. (4,6-9)

c. Karbamasepin dan Okskarbasepin

18
Mekanisme kerja utama adalah memblok voltage-sensitive sodium channels
(VSSC). Efek ini mampu mengurangi cetusan dengan frekuensi tinggi dari
neuron. Okskarbasepin merupakan anti konvulsan yang struktur kimianya mirip
karbamasepin maupun amitriptilin. Dari berbagai uji coba klinik, pengobatan
dengan okskarbasepin pada berbagai jenis nyeri neuropati menunjukkan hasil
yang memuaskan, sama, atau sedikit diatas karbamazepin, hanya saja
okskarbasepin mempunyai efek samping yang minimal.

d. Lamotrigin

Merupakan anti konvulsan baru untuk stabilisasi membran melalui VSCC,


merubah atau mengurangi pelepasan glutamat maupun aspartat dari neuron
presinaptik, meningkatkan konsentrasi GABA di otak. Khusus untuk nyeri
neuropati penderita HIV, digunakan lamotrigin sampai dosis 300 mg perhari.
Hasilnya, efektivitas lamotrigin lebih baik dari plasebo, tetapi 11 dari 20 penderita
dilakukan penghentian obat karena efek samping. Efek samping utama lamotrigin
adalah skin rash, terutama bila dosis ditingkatkan dengan cepat.

e. Gabapentin

Akhir-akhir ini, penggunaan gabapentin untuk nyeri neuropati cukup populer


mengingat efek yang cukup baik dengan efek samping minimal. Khusus mengenai
gabapentin, telah banyak publikasi mengenai obat ini diantaranya untuk nyeri
neuropati diabetika, nyeri pasca herpes, nyeri neuropati sehubungan dengan
infeksi HIV, nyeri neuropati sehubungan dengan kanker dan nyeri neuropati
deafferentasi. Gabapentin cukup efektif dalam mengurangi intensitas nyeri pada
nyeri neuropati yang disebabkan oleh neuropati diabetik, neuralgia pasca herpes,
sklerosis multipel dan lainnya. Dalochio, Nicholson mengatakan bahwa
gabapentin dapat digunakan sebagai terapi berbagai jenis neuropati sesuai
denngan kemampuan gabapentin yang dapat masuk kedalam sel untuk
berinteraksi dengan reseptor α2β yang merupakan subunit dari Ca2+-channel.

19
1.14 Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul tergantung pada jenis syaraf yang dikenal, yaitu
sensori, motorik ataupun otonom. Neuropati dapat mengenai salah satu
jenis syaraf tersebu, teteapi dapat pula mengenai 2 atau 3 jenis syaraf
tersebut. Gejala juga tergantung pada jumlah syaraf yang rusak pada
seluruh tubuh, atau hanya satu daerah tubuh saja.
I . Pemeriksaan Penunjang
Riwayat penyakit yang lengkap mendeteksi nuropati. Pemeriksaan
neorologis dapat menilai abnormalitas pada sistem gerak,sensasi, maupun
kerusakan sistem organ. Perubahan pada refleks kuantitas otot dapat
dinilai dari awal diagonestik sangat penting untuk mencari penyebab
neoropati secara dini, karena hal tersebut dapat menurunkan resiko
kerusakan syaraf menjadi kerusakan yang bersifat permanen.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain:
-pemeriksan fisik
-pemeriksaan neorogis
-pemeriksaan kecepat sistem hantaran syaraf
-elektromiografi ( EMG)
-EEG
- pungsi lumbal
-biopsi syaraf

20
1.15 Askep ( Neuropati Ferifer pada Odah )
A. Pengkajian
a. Identitas :
Nama : Ny.A
Umur : 45 thn.
Alamat : Kotaraja dalam jln jeruk
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Sudah Menikah
Agama : Kristen

b. Riwayat Penyakit Dahulu


- Klien mengatakan 2 tahun lalu mengalami sakit malaria dan
asam urat.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
- Klien mengatakan kesemutan pada bagian kaki, dan rasa nyeri
pada bagian tubuh yang dirasakannya.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri yang berhubungan dengan sistem syaraf neuropati ferifer.
2. Kerusakan saraf neuropati ferifer yang berhubungan dengan kulit.
C. Intervensi Keperawatan.
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Nyeri yang NOC. NIC


berhubungan  Circulation status  Peripheral
dengan sistem  Tissue perfusion : cerebral. sensation
syaraf neuropati KH. management (
ferifer. -Mendemonstrasikan status Manajemen
sirkulasi yang di tandai dengan : sensasi oerifer )
 Tekanan systole dan - Monitor
diastole dalam rentang adanya daerah
yang diharapkan. tertentu yang
 Tidak ada ortostatik hanya peka
hipertensi terhadap

21
 Tidak ada tanda-tanda panas,dingin,ta
peningkatan interkranial jam,tumpul.
( Tidak lebih dari 15 - Monitor
mmHg.) adanya
- Mendemostras paretase
ikan intruksikan
kemampuan keluarga untuk
kognitif yang mengobserfasi
ditandai kulit jika ada
dengan : isi atau laserasi
 Berkomunikasi - Gunakan
dengan jelas dan sesuai sarung tangan
dengan kemampuan untuk proteksi
 Menunjukkan - Batasi gerakan
perhatian, konsentrasi dan pada
orentasi. kepala,leher
 Memproses dan pungung.
informasi - Monitor
 Membuat kemampuan
keputusan dengan BAB
benar,menunjukkan fungsi - Kolaborasi
sensori motori,keanial pemberian
yang utuh: tingkat analgesik
kesadaran membaik,tidak - Monitor
ada gerakan-gerakan adanya
involuter. strombobpeblit
is
- Diskusikan
mengenai
perubahan
sensasi.

22
Kerusakan
3. 2 saraf NOC NOC
2. neuropati ferifer  Tissue integrity : Skin  Peassure
yang and Mucous. Management.
berhubungan  Membranes - Anjurkan pasien
dengan kulit  Hemodyalis akses. untuk
faktor eksternal KH menggunakan
dan internal. - Integritas kulit yang baik pakian yang
dapat dipertahankan ( longgar
sensasi - Merubah posisi
elestisitas,temperatur,hid pasien setiap 2
rasi, pigmentasi ) tidak jam sekali
ada luka pada kulit. - Menjaga
- Perfusi jaringan yang kembersihkan
baik kulit agar tetap
- Menunjukan pemahaman bersih dan
dalam proses perbaikan kering.
kulit dan mencegah - Monitor aktifitas
terjadinya cidera yang dan mobilisasi
berulang. pasien
- - Monitor status
nutrisi pasien.

23
BAB III

PENUTUP
1.16 Kesimpulan.
Sitem saraf neropati ferifer yang berhubungan dengan odah Susunan saraf, baik di
pusat atau tulang belakang dapat terjangkiti nyeri yang datang dan pergi. Nyeri
diinformasikan oleh perujungan saraf yang disebut nosiseptor yang memindai
rangsangan gangguan pada tubuh. Dalam tubuh kita sendiri terdapat banyak
perujungan saraf tersebut, dan kesemua nosiseptor memiliki tugas yang berbeda.
Misalnya, merespon rasa terbakar, panas, teriris, infeksi, perubahan struktur
kimia, tekanan, dan sensasi lainnya. Nosiseptor menyampaikan pesan ke serabut
saraf kemudian meneruskan pesan pada saraf tulang belakang dan otak pada
hitungan kecepatan cahaya.(1-3)

Pesan nyeri yang diterima oleh otak dipilah menjadi dua jenis, pertama nyeri
akut yang umumnya disebabkan oleh trauma atau perlukaan yang disebabkan
gangguan fisik. Sementara nyeri kronis dapat disebabkan oleh gangguan dalam
sistem persarafan itu sendiri. Sehingga meski pesan telah diteruskan ke otak,
namun penyebab gangguan pada persarafan tak mudah untuk diketahui sebagai
sumber nyeri.

1.17 Penutup.
Semogah makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami yang
membuat jika dalam penulisan makalah yang kami buat ada kekurangan , dan bagi
pembaca kami ingin untuk ada masukan atau saran dari makalah kami.

24
Daftar Pustaka

Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarakan diagnosa medis dan NANDA NIC-


NOC jilid 2 2015.

1. Purba JS. Penggunaan Obat Antiepilepsi sebagai terapi Nyeri Neuropatik.


[serial online] Oktober 2006 [cited 2008 February 8] : [3 screens]. Available
from: URL: http://www.dexa-medica.pdf

2. Meliala L, Pinzon R. Breakthrough in Management of Acute Pain. [serial


online] Oktober 2007 [cited 2008 February 2008] : [4 screens]. Available from:
URL : http://www.dexa-medica.pdf

3. Nicholson B. Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic Pain. The


American Journal of Managed Care. Juni 2006. p256-61.pdf

4. Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical
Practice. [online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from:
URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm pdf

5. Romanoff ME. Neuropathic Pain. In: Ramamurthy S, Alanmanou E, Rogers


JN. Decision Making in Pain Management. 2nd ed. Philadelphia: Mosby, 2006:
p86-89

6. Richeimer S. Understanding neuropathic pain. [online] 2007 [cited 2008


February 8] : [6 screens]. Available from URL : http://www.spineuniverse.com
pdf

7. Suzuki R, Dickenson A. Neuropathic pain. [serial online] 2003 Maret 3 [cited


2008 February 8]: [3 screens]. Available from: URL:
http://www.chemistanddruggist.pdf

8. Beydoun A. Symptomatic treatment of neuropathic pain: a focus on the role of


anticonvulsants. [online] April 2001 [cited 2008 Februari 2008] : [20 screens].
Available from: URL : http://www.medscape.com/viewprogram/220.htm.pdf

9. Zeltzer L. The use of topical analgesics in the treatment of patofisiologi. Pdf

25

Anda mungkin juga menyukai