DI SUSUN OLEH :
ALBERTHIN GABRIELLA MANO, S. Kep
ERWIN TASMAWINATA, S. Kep
IDA ANTONELA BARU, S. Ke
MARLEN HELEN TABERIMA, S. Kep p
RIWANTI KOGOYA, S. Kep
SANDI TANAN SAMBE, S. Kep
SRI HASTUTI RAHMADANI, S. Kep
WAHYU SETIANINGSIH S. Kep
YULITA KASTERA, S. Kep
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. oleh
karena kasih dan kemurahannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
2.3 Patofisiologi.............................................................................................. 4
iii
3.4. Riwayat keluarga (disertai genogram).................................................... 21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Utama
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep keperawatan bronkopneumonia pada
anak.
b. Mampu menjelaskan aplikasi asuhan keperawatan [pada klien dengan
bronkopneumonia
c. Mampu melaksanakan ronde keperawatan pada klien dengan
bronkopneumonia
1. Institusi Pendidikan
a. Sebagai tolak ukur mahasiswa dalam melaksanakan dan membuat
asuhan keperawatan.
b. Menghasilkan Sarjana Keperawatan + Ners sebagai seorang perawat
profesional yang memiliki pengetahuan memadai sesuai
perkembangan ilmu dan pengetahuan.
2. Profesi keperawatan
2
4. Bagi masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, pencegahan dan
penatalaksanaan kepada masyarakat terkait dengan penyakit
bronkopneumonia
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.3 Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon
(bensin, minyak tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke
4
dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan
ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan
reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, di mana ketika
terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam
pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama
secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit
& pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan
secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran
cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam
usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
2.4 Pathway
5
2.5 Manifestasi Klinis Bronkopneumonia
Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :
6
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk
hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(Whaley Wong, 2006)
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Wong, L dkk (2008) terdapat beberapa penatalaksanaan pada
penderita bronchopneumonia:
a. Mencaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat, pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu
cukup istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan
yang kurang, suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari, dan masukan
cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah
dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infuse dengan cairan glukosa
5% dan NaCl 0,9 %.
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Pengobatan
7
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi akan tetapi
karna hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan pinisilin ditambah dengan cloramfenikol atau
diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari karna sebagian
besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan
hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas
darah arteri.
2.9 Pencegahan
a. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat
keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.
b. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
c. Membiasakan melakukan pemberian ASI
d. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai
suara sesak dan sesak pada anak.
e. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
8
saja meningkat sangat mendadak mencapai 39-40ºC dan kadang pula
disertai adanya kejang akibat demam yang tinggi.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
menurunnya sistem imun
e. Riwayat kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka
keluarga lain dapat tertular.
f. Riwayat kesehatan lingkungan.
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan
lingkungan yg kurang juga dapat menyebabkan anak menderita
sakit.
g. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko
tinggi untuk mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk dapat melawan
infeksi sekunder.
h. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler : Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan : Adanya sesak napas, retraksi dada,
pernapasan cuping hidung, takipnea, ronki, wheezing, batuk
produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler,
pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, terdapat adanya sputum/sekret, lebih memilih
posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas, penggunaan otot bantu
pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra
klatikula, melebarkan hidung), dapat terlihat hiperinflasi dengan
peninggian diameter AP ( bentuk barel), gerakan difragma
minimal dan bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
9
3) Sistem pencernaan : Anak biasanya malas minum/makan,
muntah, berat badan mengalami penurunan, lemah.
4) Sistem eliminasi : Anak atau bayi menderita diare, atau
dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa memahami mengenai
alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi
(ringan sampai berat).
5) Sistem saraf : Biasanya anak mengalami demam,
kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal : Tonus otot menurun, lemah
secara umum
7) Sistem endokrin : Tidak ada kelainan atau masalah.
8) Sistem integumen : Turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering.
9) Sistem penginderaan : Tidak ada masalah attau kelainan
10
2.10.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Bersihan jalan Mengidentifikasi / 1. Kaji frekuensi / 1. Takipneau, pernafasan
nafas tidak menunjukan kedalaman dangkal, dan
efektif perilaku mencapai pernafasan dan pergerakan dada tidak
berhubungan bersihan jalan nafas gerakan dada simetris sering terjadi
dengan dengan KH : karena cairan paru
inflamasi 1. Menunjukan jalan 2. Auskultasi area 2. Penurunan aliran udara
trakeobonkial. nafas paten paru, catat area terjadi pada area
Pembentukan dengan bunyi penurunan atau / konsolidasi dengan
edema, nafas bersih tak ada aliran udara cairan. Krekels, ronki,
peningkatan 2. Tidak ada dan bunyi nafas mengi terdengar
produksi dispenia adventius. inspirasi dan / ekspirasi
sputum Misalnya : krekels pada respon terhadap
atau mengi pengumpulan cairan,
secret kental, dan
spasme jalan nafas/
obstruksi
3. Bantu pasien 3. Nafas dalam
latihan nafas memudahkan ekspansi
sering. Bantu maksimum paru-paru /
pasien mempelajari jalan nafas lebih kecil.
melakukan batuk, Batuk adalah
misalnya dengan mekanisme
menekan dada dan pembersihan jalan
batuk efektif nafas alami, membantu
sementara posisi silia untuk
duduk tinggi. mempertahankan jalan
nafas pasien.
11
Penekanan
menurunkan
ketidaknyamanan dada
dan posisi duduk
memungkinkan upaya
4. Berikan cairan nafas lebih dalam dan
sedikitnya 1000 lebih kuat
ml/ hari (kecuali 4. Cairan (khususnya
kontraindikasi). hangat) memobilisasi
Tawarkan air dan mengeluarkan
hangat daripada secret
dingin
5. Lakukan
penghisapan sesuai
indikasi 5. Pembersihan jalan
nafas secara mekanik
pada pasien yang tidak
mampu melakukan,
karena batuk tidak
6. Berikan sesuai efektif atau perubahan
indikasi : tingkat kesadaran
mukolitik, 6. Alat untuk menurunkan
ekspektoran, spasme bronkus
bronkodilator, dengan mobilisasi
analgesik secret. Analgesik
diberikan untuk
memperbaiki batuk
dengan menurunkan
ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan
secara hati- hati, karena
dapat menurukan
12
upaya batuk / menekan
pernafasan
13
dan aktifitas 5. tindakan ini
senggang mengingatkan
5. Tinggikan kepala inspirasi maksimal,
dan dorong untuk meningkatkan
sering mengubah pengeluaran secret
posisi, nafas dalam untuk perbaikan
dan batuk efektif ventilasi
6. Ansietas adalah
6. Kaji tingkat manifestasi masalah
ansietas. Dorong psikologi sesuai
menyatakan dengan respon
masalah / perasaan. fisiologi terhadap
Jawab pertanyaan hipoksia. Pemberian
dengan jujur, keyakinan dan
kunjungi dengan peningkatan rasa aman
sering sesuai dapat menurunkan
indikasi komponen psikologis,
sehingga menurunkan
kebutuhan oksigen dan
efek merugikan dari
respon fisiologi.
7. Tujuan terapi oksigen
7. Berikan terapi adalah
oksigen dengan mempertahankan
benar PaO2 diatas 60 mmHg.
Oksigen diberikan
dengan metode yang
memberikan
pengiriman dengan
tepat dalam toleransi
pasien
14
3. Pola nafas Menunjukan pola 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan biasanya
tidak efektif nafas tidak efektif kedalaman meningkat. Dispnea
berhubungan dengan frekuensi pernafasan dan dan terjadi
dengan proses dan kedalaman ekspansi dada. peningkatan kerja
inflamasi rentang normal dan Catat upaya nafas. Kedalaman
dalam alveoli paru bersih pernafasan, pernfasan bervariasi
1. Kriteria Hasil : termasuk tergantung derajat
Partisipasi dalam penggunaan otot gagal nafas
aktifitas/ perilaku bantu/ pelebaran
peningkatan nasal
fungsi paru 2. Auskultasi bunyi
nafas dan catat 2. Bunyi nafas menurun /
adanya bunyi nafas tidak ada jika jalan
adventius seperti nafas obstruksi
krekels atau mengi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan
atau kolaps jalan nafas
kecil ( atelektasis).
Ronki dan mengi
menyertai obstruksi
3. Tinggikan kepala jalan nafas
dan bantu 3. Duduk tinggi
mengubah posisi. memungkinkan
Bantu pasien turun ekspansi paru dan
dari tempat tidur memudahkan
dan ambulasi dini. pernafasan.
4. Observasi pola
batuk dan 4. Kongesti alveolar
karakteristik mengakibatkan batuk
sekret. kering/ iritasi. Sputum
berdarah dapat
diakibatkan oleh
15
kerusakan jaringan (
infark paru) atau anti
koagulan berlebihan
5. Memaksimalkan
5. Berikan oksigen bernafas dan
tambahan menurunkan kerja
nafas
6. Berikan humidifier 6. Memberikan
tambahan, kelembaban pada
misalnya nebulizer membran mukosa dan
membantu
pengenceran secret
untuk memudahkan
pembersihan
16
4. Beri obat sesuai 4. Berguna menurunkan
indikasi, misalnya kehilangan cairan
antipiretik,
antiemetik
5. Berikan cairan 5. Pada dasarnya
tambahan IV penurunan masukan /
sesuai kebutuhan banyak kehilangan.
Penggunaan parenteral
dapat memperbaiki /
mencegah kekurangan
17
4. Evaluasi status 4. Adanya kondisi kronis
nutrisi umum, ukur (seperti PPOM atau
berat badan alkoholisme) atau
keterbatasan keuangan
dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap
infeksi, dan atau
lambatnya respon
terhadap terapi
18
3. Jelaskan 3. Tirah baring
pentingnya dipertahankan selama
istirahat dalam fase akut untuk
rencana menurunkan kebutuhan
pengobatan dan metabolik, menghemat
pentingnya energi untuk
keseimbangan penyembuhan.
antara aktivitas Pembatasan aktivitas
dan istirahat dengan respon
individual pasien
terhadap aktifitas dan
perbaikan kegagalan
pernafasan
4. Bantu pasien 4. Pasien mungkin
memilih posisi nyaman dengan kepala
nyaman untuk tinggi atau tidur di kursi
istirahat / tidur
5. Bantu aktivitas 5. Menurunkan keletihan
perawatan diri dan membantu
yang diperlukan. keseimbangan suplai
Berikan kemajuan dan kebutuhan oksigen
peningkatan
aktivitas selama
fase penyembuhan
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.Identitas Data
Nama : An. M.U
Tempat/tgl lahir : Oksibil, 2-5-2008
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 11 tahun
Nama Ayah/ibu : Tn. E.U
Pekerjaan Ayah : PNS
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Kristen Prostetan
Suku : Pengunungan, Oksibil
Tanggal Masuk RS : 7-10-2019
Tanggal pengkajian awal : 24-10-2019
Sumber informasih : Ayah Kandung
No Rek Med : 605378
3.2.Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama saat Masuk Rumah Sakit
Sesak
b. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal
Ayah klien mengatakan, selama masa kehamilan ibunya, ibunya
tidak mengalami sakit apa-apa, makanya baik hasil kebun dll.
2. Intenatal
Ayah klien mengatakan, saat melahirkan ibu klien melahirkan
An.M di rumah dan tanpa komplikasi yang lainnya.
3. Postnatal
20
Ayah klien mengatakan tidak mengetahui berapa BB dan PB saat
lahir
Keterangan
21
: Meninggal
: Klien
: Meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
22
3.7 Keadaan kesehatan saat ini
1. Diagnosa Medis : BP + TB PARU
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Status Nutrisi : Gizi Kurang
𝐵𝐵
𝐵𝑀𝐼 =
(TB dalam meter)2
25
𝐵𝑀𝐼 = = 14,3
(1,32)2
menurut rumus Brosca BMT An. MU kategori nutrisi kurang karena
dibawah batas normal yaitu 18,5 – 25
Jadi status gizi an. MU yaitu gizi kurang
4. Status cairan : Seimbang
Status cairan An. MU dari perhitungan 10 Kg pertama 1000 cc, 10 Kg
kedua 500 cc sisa 5 kg X 20 cc = 100
Kebutuhan An, MU adalah 1000 + 500 + 100 = 1600 cc atau 1,6 L.
Dari kebutuhan yang diberikan kepada pasien sesuai terapi pasien
mendapatkan Ds ½ NS 1500cc/ 24 jam belum ditambah asupan
makanan dan minuman klien.
Jadi status cairan antara kebutuhan dan yang diberikan seimbang.
5. Obat- obat
Ds ½ NS 20 tpm/iv
Meropenen 3x700mg/iv
Amikasin 3x250 mg//iv
Kalnex 3x350 mg/iv
Dexa 2x4 mg/iv
Pct 250cc/iv ( bila suhu > 38)
Ambroxol 2x1 cth
Propiretik 6x250 mg
6. Aktifitas : Klien tidak bisa beraktifitas apa-apa.
7. Tindakan Keperawatan :
8. Hasil laboraterium
Tanggal 24/10/ 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
23
HGB 7,7 - g/dL 11,0 – 16,5
RBC 3,20 106/uL 3,8 – 5,8
HCT 24,7 - % 35,0 – 50,0
MCV 77,2 - fL 80,0 – 97,0
MCH 24,1 - pg 26,5 – 33,5
MCHC 31,2 g/dL 31,5 – 35,0
RDW-SD 69,3 + fl 35 – 47
RDW-CV 24,9 + % 10,0 – 15,0
WBC 19,69 + 103/uL 3,5 – 10,0
EO% 0,0 % 0,0 - 4,0
BASO% 0,1 % 0,0 – 1,0
NEUT% 87,4 % 46,0 – 73,0
LYMPH% 7,8 % 17,0 – 48,0
MONO% 4,7 % 4,0 – 10,0
EO# 0,00 103/uL
BASO# 0,02 103/uL
NEUT# 17,21 103/uL
LYMPH# 1,54 103/uL
MONO# 0,92 103/uL
IG% 7,4 %
IG# 1,45 103/uL
PLT 42 103/uL 150 – 500
LED 45 – 84 Mm/jam 0 - 20
DDR NEGATIF negatif
Kimia Darah
Tanggal 24/ 10/ 2019
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
1. Glukosa (Hexokinase) 110 ≤ 200 mg/dL
2. Creatnine (enzym) 0,32 ↓ 0,8 – 1,2 mg/dL
3. Ureum enzym 22 10 - 50 mg/dL
24
4. Albumin (Brom CG) 2,5 ↓ 3,5 – 5,6 g/ dL
5. SGOT/ ASAT (enzym) 35 ≤ 50 uL
6. SGPT/ ALAT (enzym) 10 ≤ 50 uL
7. Natrium (ISE) 126,7 135 - 145 Mmol/L
8. Kalium (ISE) 3,00 3,5 – 5,5 Mmol/L
9. Clorida (ISE) 92,0 98 - 108 Mmol/L
9. Hasil rontgen
10. Data tambahan
25
9. Dada :
Inspeksi : Dada tampak simetris kiri dan kanan, RR : 60 x/ menit,
pola pernafasan ireguler, tampak terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan, tampak adanya retraksi dinding dada
Palpasi :Tidak terdapat nyeri tekan pada dada, fokal fremitus
simetris di kedua sisi
Auskultasi : suara napas ronki
Perkusi : hipersonor
10. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di linea midsternal sinistra intercostal 5
midclavicularis sinistra
Perkusa : jantung dalam batas normal
Auskultasi :Bunyi jantung 1 dan 2 normal
11. Paru-paru :
Suara napas ronki
12. Perut :
Inspeksi :Tampak datar
Palpasi :Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dengan skala nyeri :
3, nyeri dirasakan apabila ditekan, nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk.
Auskultasi : Bising usus = 25 x/ menit
Perkusi : timpani
13. Punggung :
Inspeksi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat luka, vertebra tampak
simetris
14. Genetalia :
Inspeksi : Klien memakai pempres
15. Ekstremitas :
Atas : Terpasang IUFD D5, terdapat luka lecet dibawah axila kanan,
terpasang O2 masker Rebreathing 7 Lpm, kekuatan otot : 4/5
26
Bawah : Bagian bawah pinggang sampai ke pergelangan kaki terdapat
biji panas tetapi tidak gatal maupun sakit, Klien memakai Pempres
16. Kulit :
Inspeksi :Warna kulit Sawo matang, terdapat biji-biji dibagian
pinggang sampai ke bawah pergelangan kaki
17. Tanda vital
TD : 100/ 70 mmHg
N : 130 x/menit
RR : 60 x/ menit (takipnea)
S : 40ºC
SPO2 : 80%
27
Oksibil untuk mendapatakan layanan kesehatan kemudian puskesmas
setempat melakukan rujukan ke RSUD Abepura
28
15. Porsi makan 3 – 5 sendok
16. Status gizi kurang
17. Leukosit : 19,69 103/Ul
18. HGB : 7,7 g/dL
19. HCT : 24,7 %
20. PLT : 42 103/uL
29
3.12 Analisa data
2. DS : Bakteri Hipertermia
Ayah klien mengatakan Tuberculosis
An.M Badannya panas
Infeksi saluran
DO : pernafasan bawah
1. TTV :
TD : 100/ 70 mmHg Mekanisme tubuh
N : 130 x/menit melawan infeksi
30
RR : 60 x/ menit
(takipnea) Daya tahan tubuh
S : 40ºC menurun
SPO2 : 80%
2. Teraba panas Respon tubuh
3. Leukosit : 19,69 103/uL terhadap infeksi
Hipertermia
3. DS : Bakteri Ketidakseimbanga
Ayah klien mengatakan : Tuberculosis n nutrisi kurang
1. Makan sedikit dari kebutuhan
2. Hanya makan pisang Infeksi saluran tubuh
2 buah pernafasan bawah
3. Semakin kurus
Penurunan kadar
DO : Hb
1. Porsi makan 3 – 5
sendok Gangguan
2. Status nutrisi : penyerapan nutrisi
kurang dan difisiensi folat
3. Konjungtiva tampak
pucat Intake nutrisi
4. Membran mukosa menurun
tambak pucat
5. Bibir pucat Ketidakseimbanga
6. Wajah pucat n ntrisi kurang dari
7. HGB : 7,7 g/dL kebutuhan tubuh
8. HCT : 24,7 %
9. PLT : 42 103/uL
31
3.13 Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan infeksi sauran
pernafasan bawah akibat efusi pleura serta TB Paru
2. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi akibat TB paru
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
inadekuat
32
3.14 Perencanaan Keperawatan
NO Dx Kep Rasional Tindakan Implemtasi Evaluasi
NOC NIC
Hari/tanggal
Rabu, 24 Ketidakefe Setelah 1. Kaji frekuensi / 1. Takipneau, 1. Mengkaji Pukul 14. 00 WIT
Oktober ktifan dilakukan kedalaman pernafasan frekuensi / S : ayah klien
2019 bersihan tindakan pernafasan dan dangkal, dan kedalaman mengatakan
jalan keperawatan gerakan dada pergerakan dada pernafasan dan klien:
napas selama 3 x 24 tidak simetris gerakan dada 1. Masih batuk
berhubung jam menunjukan sering terjadi R : RR 40 x/ 2. Masih sesak
an dengan patensi jalan karena cairan paru menit, tampak O :
infeksi napas dengan 2. Auskultasi area 2. Penurunan aliran adanya retraksi 1. Klien tampak
sauran KH : paru, catat area udara terjadi pada dada lemah
pernafasan 1. Menunjukan penurunan atau / area konsolidasi 2. Kesadaran CM
bawah jalan nafas tak ada aliran udara dengan cairan. 2. Mengauskultasi 3. Tampak batuk
akibat paten dengan dan bunyi nafas Krekels, ronki, area paru, 4. Suara napas
efusi bunyi nafas adventius. mengi terdengar mencatat area ronki
pleura bersih inspirasi dan / penurunan atau / (auskultasi)
33
serta TB 2. Tidak ada Misalnya : krekels ekspirasi pada tak ada aliran 5. TTV :
Paru dispenia atau mengi respon terhadap udara dan bunyi S :38º C
pengumpulan nafas adventius. N : 64 x/ menit
cairan, secret Misalnya : krekels RR : 40 x/ menit
kental, dan spasme atau mengi A : Ketidakefektifan
jalan nafas/ R : bunyi nafas bersihan jalan napas
obstruksi ronki belum teratasi
3. Nafas dalam P : Intervensi 1, 2, 3,
memudahkan 3. Membantu pasien 4, 5, 6,
3. Bantu pasien ekspansi mempelajari
latihan nafas maksimum paru- melakukan batuk,
sering. paru / jalan nafas misalnya dengan
lebih kecil. menekan dada dan
4. Batuk adalah batuk efektif
mekanisme R : Klien mampu
4. Bantu pasien pembersihan jalan melakukan batuk
mempelajari nafas alami, efektif
melakukan batuk, membantu silia
misalnya dengan untuk
34
menekan dada dan mempertahankan 4. Mengatur posisi
batuk efektif jalan nafas pasien. semifowler
Penekanan R : Posisi klien 45
menurunkan derajat
ketidaknyamanan
dada dan posisi 5. Memberikan
duduk cairan sedikitnya
5. Memungkinkan 1000 ml/ hari
upaya nafas lebih (kecuali
5. Atur posisi dalam dan lebih kontraindikasi).
semifowler kuat menawarkan air
6. Cairan (khususnya hangat daripada
hangat) dingin
6. Berikan cairan memobilisasi dan R : klien
sedikitnya 1000 mengeluarkan meminum air
ml/ hari (kecuali secret hangat 240 ml
kontraindikasi).
Tawarkan air 6. Memberikan
sesuai indikasi :
35
hangat daripada 7. Pembersihan jalan mukolitik,
dingin nafas secara ekspektoran,
mekanik pada bronkodilator,
7. Lakukan pasien yang tidak analgesic
penghisapan sesuai mampu R : Ambroxol
indikasi melakukan, karena
batuk tidak efektif
atau perubahan
tingkat kesadaran
8. Alat untuk
menurunkan
spasme bronkus
8. Berikan sesuai dengan mobilisasi
indikasi : secret. Analgesik
mukolitik, diberikan untuk
ekspektoran, memperbaiki
bronkodilator, batuk dengan
analgesik menurunkan
ketidaknyamanan
36
tetapi harus
digunakan secara
hati- hati, karena
dapat menurukan
upaya batuk /
menekan
pernafasan
Rabu, 24 Hyperther Setelah 1. Kaji TTV 1. Menentukan 1. Mengkaji TTV Pukul 14. 00 WIT
Oktober mia dilakukan tindakan R: S : ayah klien
2019 berhubung tindakan selanjutnya TD : 100/ 70 mengatakan
an dengan keperawatan 2. Monitor warna 2. Warna kulit yang mmHg klien:
proses selama 3 x 24 kulit kebiruan N : 130 x/menit 1. Masih panas
infeksi jam menunjukan menunjukkan RR : 60 x/ menit O : Klien Tampak :
akibat TB penurunan suhu klien kekurangan (takipnea) 1. Teraba panas
paru dengan KH : oksigen S : 40ºC 2. TTV :
1. Suhu tubuh 3. Anjurkan kompres 3. Meningkatkan SPO2 : 80% S :38º C
dalam hangat vasodilatasi N : 64 x/
pembuluh darah menit
37
rentang 4. Menganjurkan 4. Memungkinkan 2. Memonitor warna RR : 40 x/
normal memakai pakaian adanya radiasi dan kulit menit
2. Nadi dan RR yang tipis dan penurunan suhu R : warna kulit A : Hipertermi belum
dalam mengurangi tubuh pucat teratasi
rentang penggunaan P : Lanjutkan
normal pakaian atau 3. Menganjurkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5
3. Tidak ada selimut yang tebal kompres hangat
perubahan 5. Kolaborasi 5. Menurunkan R : keluarga
warna kulit pemberian panas mengikuti saran
dan tidak antipiretik perawat dan
pusing melakukan
kompres hangat
pada anaknya
4. Menganjurkan
memakai pakaian
yang tipis dan
mengurangi
penggunaan
38
pakaian atau
selimut yang tebal
R : An. MU
memakai pakaian
dan celana pendek
5. Melakukan
kolaborasi
pemberian
antipiretik
R : pemberian
propiretik 250 mg
Rabu, 24 Nutrisi Setelah 1. Identifikasi faktor 1. Pilihan intervensi 1. Mengidentifikasi Pukul 14. 00 WIT
Oktober kurang dilakukan yang menimbulkan tergantung faktor yang S : ayah klien
2019 dari tindakan mual / muntah, penyebab masalah menimbulkan mengatakan
kebutuhan keperawatan misalnya: Sputum mual / muntah, klien:
tubuh selama 3 x 24 banyak, misalnya: Sputum 1. Makan sedikit
berhubung jam banyak,
39
an dengan menunjukkan pengobatan, atau pengobatan, atau 2. Hanya makan
intake pemenuhan nyeri nyeri pisang 2 buah
nutrisi nutrisi tercukupi 2. Menghilangkan R : klien tidak dan nasi 3
inadekuat dengan KH : 2. Berikan / bantu tanda bahaya, rasa, nafsu makan sendok.
1. Menunjukan kebersihan mulut bau dari
peningkatan setelah muntah, lingkungan pasien 2. Memberikan /
O : Klien Tampak :
nafsu makan, drainase postural yang dapat bantu kebersihan
1. Porsi makan 3
2. mempertahan dan sebelum menurunkan mual mulut setelah
– 5 sendok
kan / makan muntah, drainase
2. Konjungtiva
meningkatka 3. Berikan makan 3. Meningkatkan postural dan
tampak pucat
n berat badan porsi kecil dan masukan sebelum makan
3. Enggan untuk
sering, termasuk walaupun nafsu R : klien tidak
makan
makanan kering makan mungkin nafsu makan
A :
dan makanan yang lambat untuk
Ketidakseimbangan
menarik untuk kembali 3. Memberikan
nutrisi kurang dari
pasien makan porsi kecil
kebutuhan tubuh
dan sering,
belum teratasi
4. Adanya kondisi termasuk
kronis (seperti makanan kering
40
4. Evaluasi status PPOM atau dan makanan P : Intervensi 1, 2, 3,
nutrisi umum, ukur alkoholisme) atau yang menarik 4 dilanjutkan.
berat badan keterbatasan untuk pasien
keuangan dapat R : klien hanya
menimbulkan bisa makan
malnutrisi, pisang
rendahnya tahanan
terhadap infeksi, 4. Mengevaluasi
dan atau status nutrisi
lambatnya respon umum, ukur berat
terhadap terapi badan
R : BB = 25 kg
41
3.15 Catatan Perkembangan
42
3. Memberikan makan porsi kecil dan sering, 5. TTV :
termasuk makanan kering dan makanan yang S :38,9º C
menarik untuk pasien N : 144 x/ menit
R : klien hanya bisa makan pisang RR : 68 x/ menit
4. Mengevaluasi status nutrisi umum, ukur berat A : Ketidakefektifan bersihan jalan napas
badan belum teratasi
R : BB = 25 kg P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
25/ 10/ 2019 Hyperthermia 1. Mengkaji TTV Pukul 14. 00 WIT
Pukul 14.00 WIT berhubungan dengan R: S : ayah klien mengatakan klien:
proses infeksi akibat TB TD : 100/ 70 mmHg 1. Masih panas
paru N : 130 x/menit O : Klien Tampak :
RR : 60 x/ menit (takipnea) 1. Teraba panas
S : 40ºC 2. TTV :
SPO2 : 80% S :38,9º C
N : 144 x/ menit
2. Memonitor warna kulit RR : 68 x/ menit
R : warna kulit pucat A : Hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,5
3. Menganjurkan kompres hangat
43
R : keluarga mengikuti saran perawat dan melakukan
kompres hangat pada anaknya
25/ 10/ 2019 Nutrisi kurang dari 1. Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan mual / Pukul 14. 00 WIT
Pukul 14.00 WIT kebutuhan tubuh muntah, misalnya: Sputum banyak, pengobatan, atau S : ayah klien mengatakan klien:
berhubungan dengan nyeri 1. Masih panas
intake nutrisi inadekuat R : klien tidak nafsu makan O : Klien Tampak :
1. Teraba panas
2. Memberikan / bantu kebersihan mulut setelah 2. TTV :
muntah, drainase postural dan sebelum makan S :38,9º C
R : klien tidak nafsu makan N : 144 x/ menit
44
RR : 68 x/ menit
3. Memberikan makan porsi kecil dan sering, termasuk A : Hipertermi belum teratasi
makanan kering dan makanan yang menarik untuk P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,
pasien
R : klien hanya bisa makan pisang
45
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 24 oktober didapatkan
data bahwa klien masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak, demam, dan
tidak mau makan. Sehingga masalah keperawatan pada An. MU yang
ditegakkan adalah : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
hipertermi, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu mengatur posisi
semifowler pada klien untuk memaksimalkan ventilasi, kolaborasi pemberian
antipiretik dan antibiotic serta pemberian cairan intravena untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan nutrisi.
4.2 Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta:
EGC
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Wong, L dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Edisi 6). Jakarta: EGC
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
47