Anda di halaman 1dari 5

MANUSIA

Manusia adalah makhluk ciptaan ALLAH swt yang paling sempurna


dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran
untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan
yang tidak dilakukan, dan kita bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau
buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Bukan hanya itu saja pengertian manusia secara
umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Karena bukan
hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu
manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.

A. Hakikat Manusia
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang
memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas
karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia
pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar
adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang
keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh,
kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu.

B. Martabat Manusia
Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya
maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang
juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya
pada saat dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.

2
Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil
ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam
tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya
ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang
menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim
yang paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di
benarkan sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau
ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil
dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui
beberapa proses sebagai berikut :
1. Taubat;
2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang
haram;
3. Merasa miskin diri dari segalanya;
4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati
terhadap tuhan yang maha esa;
5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara
menetapkan ingatan kepadaNya;
10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.

3
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka
seseorang hamba akan muncul sifat berikut :
1. Ketenangan jiwa;
2. Harap kepada Allah Swt;
3. Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;
4. Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.

http://masyarakatdlmislam.blogspot.com/2015/06/hakikat-martabat-dan-tanggung-
jawab.html

Semua manusia bertanggungjawab atas amal perbuatannya kelak di hari


kiamat. Tidak ada yang mampu menolongnya. Satu-satunya hal yang dapat
membantunya adalah amalan masing-masing saat di dunia. Kalau
amalannya baik, niscaya dia tergolong sebagai orang yang selamat.

Namun, jika sebaliknya, maka ia tergolong sebagai orang yang merugi.


Merugi dalam hal ini, bukanlah sama seperti ruginya orang yang berdagang,
melainkan merugi karena kita tidak memiliki amal yang bisa membantu
kita menggapai ridhanya.

Di sisi Allah, tidak ada pembeda antara orang yang kaya dan orang yang
miskin, tidak ada orang biasa dan pejabat negara, juga tidak ada pembeda
antara laki-laki dan perempuan. Yang dilihat oleh Allah adalah derajat kita
berdasarkan amal yang kita lakukan.

Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menjelaskan tiga derajat


manusia di sisi Allah:

Pertama, orang yang selamat (salim). Menurut al-Ghazali, orang-orang


yang termasuk dalam kategori ini adalah orang yang senantiasa
mengerjakan kewajiban-Nya dan meninggal larangan-Nya

Kedua, orang yang beruntung (rabih). Orang yang termasuk dalam ketegori
ini adalah orang yang dengan sukarela mengerjakan ibadah mendekatkan
diri kepada Allah dan menjalankan kesunnahan-kesunnahan. Ia tidak
hanya cukup menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan.

Ketiga, orang yang rugi (Khasir). Ciri-ciri orang yang menjadi bagian dari
kategori ini adalah orang yang ogah-ogahan menjalankan kewajiban.

Menurut al-Ghazali, jika kita tidak bisa menjadi bagian dari golongan yang
beruntung, maka berusahalah untuk menjadi orang yang termasuk dalam
kategori selamat. Dan jangan sampai kita menjadi bagian dari golongan
yang merugi. Naudzubillahi min dzalik.

https://islami.co/tiga-derajat-manusia-di-sisi-allah-anda-yang-m
ana/

menurut ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai berbagai
ciri utamanya adalah:

 Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Tuhan yang
paling sempurna. Firman Allah:
“sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(QS.
At-Tin: 4)

Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada dirinya disebutkan Allah dalam
Al-Qur’an, di antaranya adalah:

1. Melampaui batas.
2. Zalim dan mengingkari karunia.
3. Tergesa-gesa.
4. Suka membantah.
5. Berkeluh kesah dan kikir.
6. Ingkar dan tidak berterima kasih.

Namun untuk kepentingan dirinya manusia harus senantiasa berhubungan dengan


penciptanya, dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan alam
sekitarnya.

 Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman
kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya,
ruh yang berada di alam ghaib itu ditanyai Allah, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an:

”apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) ya, kami
akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami.”(QS. Al-A’raf: 172)

 Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat:

“tidaklah Aku jadikan jin dan manuisa, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.”(QS.
Az-Zariyat: 56)

 Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu dinyatakan Allah
dalam firman-Nya. Di dalam surat Al-Baqarah: 30 dinyatakan bahwa Allah mennciptakan
manusia utuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Perkataan menjadi khalifah dalam ayat
tersebut mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang
kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya dimuka
bumi ini.
 Disamping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.
Dengan akal dan kehendaknya juga manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi
muslim.

“dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barang siapa yang mau
beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia
kafir.”(QS. Al-Kahfi: 29)

 Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya, hal ini
dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an:

“setiap orang terikat (bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.”(QS. At-Thur: 21)
 Berakhlaq adalah ciri utama manusia dibandingkan makhluk lainnya. Artinya manusia
adalh makhluk yang diberikan Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang
buruk.

https://thebutterflyboy.wordpress.com/2012/09/04/manusia-dalam-perspektif-islam/

Anda mungkin juga menyukai