Secara umum ada 2 jenis retak pada dinding yaitu retak struktur dan retak nonstruktur. Kedua
jenis retak ini memiliki penyebab dan karakteristik yang berbeda.
A. Retak Struktur
Retak struktur merupakan jenis retak yang berbahaya terhadap kekokohan sebuah
bangunan. Ciri utamanya adalah terjadi keretakan dengan lebarnya lebih dari 2 mm dan
tembus pada sisi dinding lainnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
retak struktur ini, diantaranya:
1. Adanya penurunan atau pergeseran pada pondasi karena daya dukung tanah yang
kurang baik. Penyebabnya bisa bermacam-macam antara lain karena terjadinya
perubahan karakteristik tanah akibat kejadian alam seperti banjir, pergerakan tanah
ataupun gempa.
2. Ukuran pondasi yang tidak sesuai dengan beban yang dipikulnya atau
kekurangsempurnaan pada saat proses pengerjaan bangunan.
3. Kerusakan pada kolom (tiang) serta balok yang disebabkan adanya keretakan atau
bengkok karena kurangnya jumlah atau ukuran tulangan besi utama dan besi
pengikat (sengkang). Faktor penyebab lain adalah rendahnya kualitas/mutu beton yang
digunakan serta kekurangsempurnaan pada saat proses pengerjaan.
Retak Struktur
a. Retak Tarik
Penyebab utama retak tarik yaitu adanya penurunan permukaan tanah.
Sebenarnya proses penurunan pada bangunan merupakan hal yang lumrah,
namun bisa menjadi masalah jika penurunan ini terjadi tidak secara bersamaan
(serentak). Kondisi tersebut mengakibatkan perubahan elevasi pada bangunan
yang tidak sama (seragam). Karakteristiknya yang bisa dikenali yaitu
keretakan akan lebih lebar pada bagian atas dan semakin menyempit pada
bagian bawahnya. Faktor penyebabnya antara lain, pemadatan yang tidak
merata, erosi tanah di bawah pondasi akibat adanya aliran air di dalamnya,
pembebanan pada dinding yang tidak merata sehingga menimbulkan beban
terkonsentrasi pada satu bagian serta dapat pula disebabkan karena adanya
getaran gempa ringan.
b. Retak Tekan
Retak tekan terjadi karena adanya tekanan dari atas (beban berat yang harus
dipikul oleh dinding) dan dari bawah dinding (desakan dari atas tanah) yang
berkerja secara bersama-sama. Terjadinya retak tekan bermula karena kolom
pada bangunan yang tidak bisa bekerja secara maksimal. Kondisi ini berakibat
sebagian bebannya harus dipikul oleh dinding (seharusnya beban tersebut
didistribusikan oleh ringbalk menuju kolom-kolom dinding dan diteruskan
oleh sloof yang ada di bawahnya) sementara dari bawah ada desakan ke atas
karena adanya pergerakan dari tanah. Proses inilah yang menyebabkan
terjadinya retak tekan.
Retak Struktur
Apabila keretakan terjadi karena rusaknya struktur pada kolom maka Anda dapat
membuat kolom tambahan di dekat kolom yang retak. Kolom tambahan tersebut
berfungsi untuk membagi pembebanan pada kolom yang rusak. Cara lain yang bisa
dilakukan yaitu memperkuat kolom melalui cara menyuntiknya dengan
cairan epoxykemudian memperlebar ukuran (dimensi) kolom.
Apabila terjadi keretakan kecil pada kolom dan balok, Anda cukup menutupnya dengan
plesteran agar tulangan besi yang ada di dalamnya tidak berhubungan dengan udara luar
dan menyebabkan terjadinya perkaratan.
Melakukan kontrol terhadap aliran air di sekitar pondasi, agar tidak menyebabkan erosi
tanah di bawah pondasi yang berakibat timbulnya retak pada dinding di atasnya.
Proses grouting pada dinding dengan memasukkan cairan kimia khusus (epoxy)
1. Crazing
Retak jenis ini terjadi karena plesteran yang terlalu banyak di trowel serta pasir
yang digunakan banyak mengandung butiran halus. Ciri-ciri retak crazing adalah :
Solusi mengatasi retak jenis crazing ini adalah dengan mengorek retakannya
kemudian menutupnya dengan dempul.
2. Map cracking
Retak jenis ini terjadi karena penggunaan semen yang terlalu banyak serta plesteran
yang dibiarkan terlalu cepat mengering. Ciri-ciri retak jenis map cracking adalah :
a. Pola retakan menyerupai peta (map)
b. Membentuk pola heksagonal dengan jarak hingga 200 mm
c. Struktur retak cenderung lebih dalam dan bersambung
Map Cracking
1. Susut Plastis
Susut plastis terjadi akibat hilangnya kadar air yang berlebih saat plaster masih dalam
kondisi plastis atau awal aplikasi. Retak ini biasa terjadii pada sudut jendela.
Retak susut terjadi akibat kandungan semen yang tinggi, mutu pasir yang buruk serta
plester yang diaplikasikan terlalu tebal
3. Susut yang disebabkan karena perubahan volume plesteran maupun beton pada saat
terjadi proses reaksi kimia antara semen dan air
4. Susut karena karbonasi
Sumber : https://19design.wordpress.com/2011/12/14/mengenal-retak-pada-dinding/