Penilaian :
Nafsu makan kurang, dan motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang, karena alasan
diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS :
Energi : 64,1%, Protein : 50 %, Lemak 37,6% dan KH : 52%. Nafsu makan (-), sehingga asupan
makan : Kurang, berdasarkan SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak
termakan oleh pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki
asupan yang normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari standar
makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai
memiliki asupan makan yang kurang).
Penggalian Data Biokimia
Antropometri
BB : 48 kg, TB 163 cm, BBI = (TB-100) – 10% = 56,7 Kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2 = 18.07 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (18,07 kg/m2), karena batasan BB
Kurang yaitu <18,5 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific
Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II
Fisik Klinis
Fisik : Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, BU (+).
Penilaian :
Tekanan darah rendah, secara fisik terdapat tanda-tanda malnutrisi (pasien tampak kurus, dan
lemah).
Riwayat Personal
Sosial Ekonomi :
Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen.
Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat ini menjalani perawatan di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3
distal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat di RS
Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsi pasien didiagnosis Ca
recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB tetapi
masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah dank eras seperti kotoran kambing.
Keluhan disertai nyeri perut hilang timbul.
Penilaian :
Pasien memiliki status ekonomi yang rendah, saat ini pasiendidiagnosis Ileus Obstruksi Parsial
ec. Ca Recti 1/3 distal, dan mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.
2. Diagnosis Gizi
NI.2.1 → Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan nafsu makan kurang
(E) ditandai dengan hasil recall Energi : 64,1%, Protein 50 %, Lemak 37,6%, dan KH 52%, (rata-
rata tingkat konsumsi makan : 51%, termasuk kategori kurang) (S/S).
NI.5.1 → Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit pasien (E) ditandai
dengan asupan protein kurang (50%), hipoalbuminemia, anemia (S/S).
NC.1.4 → Gangguan fungsi GI (P) berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif (E) ditandai
dengan rasa nyeri di perut (S/S).
NC.3.1 → BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti) dan malnutrisi (E)
ditandai dengan BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien 18,07 kg/m2 (S/S).
NB.1.3 → Tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang kurang (E)
ditandai dengan pasien tidak mau menerima diet yang diberikan oleh RS, asupan makan rata-rata
hanya 51% (S/S).
3. Intervensi Gizi
Tujuan :
1. Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
2. Memberikan dukungan nutrisi enteral tinggi protein sehingga meningkatkan asupan
asupan protein, kadar hipoalbunemia, dan kadar Hb.
3. Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal, sehingga keluhan
nyeri perut berkurang
4. Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh pada kondisi
penurunan BB yang drastis.
5. Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.
Prinsip Diet : Energi Tinggi, Protein Tinggi (ETPT)
Macam Diet : Diet ETPT.
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (bubur), karena pasien memiliki keluhan nyeri perut, sering timbul.
Syarat :
-Energi dihitung berdasarkan rumusan Harris Benedict, dengan memperhitungkan basal, aktifitas
dan faktor stres, Energi diberikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas
pada saat sakit, mengatasi infeksi pada ileus, dsb,..
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
-Protein tinggi, diberikan sebesar 2 g/kgBB/hari (21,7%) untuk membantu meningkatkan kadar
albumin, membantu dalam proses penyembuhan luka.
Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
Lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total sebagai penghasil energi dan cadangan
energi tubuh terbesar.
Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak, mentega.
-Karbohidrat diberikan sebesar 58,3 % sebagai penghasil energi bagi pasien yang sedang
menjalani perawatan.
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
-Vitamin A diberikan sebesar,….. mg untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : wortel, labu kuning, pepaya
-Vitamin C diberikan sebesar….. untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : jeruk
-Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama,
2X selingan, dan 3 kali enteral.
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan Kebutuhan Menurut Harris Benedict :
BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 48 Kg) + (5 x 163) – (6,8 x 60)
= 66 + 657,6 + 815 – 408 kal
= 1130,6 kal
Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
Wahyuningsing, Retno. 2012 . Contoh Penyelesaian Kasus Berdasarkan Langkah-langkah PAGT
(NCP), (online), (https://retnotbs.wordpress.com/contoh-penyelesaian-kasus-berdasarkan-
langkah-langkah-pagt-ncp-3/), diakses pada 4 Oktober 2019
Handayani, Dian, dkk. 2015. Nutrition Care Prosess (NCP). Yogjakarta : Graha Ilmu.