Anda di halaman 1dari 10

MATERI

Konsep Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses Asuhan Gizi Terstandar atau disingkat PAGT merupakan metoda standar dalam
memecahkan masalah gizi, meningkatkan kualitas dan keberhasilan asuhan gizi, membutuhkan
cara berpikir kritis dan menggunakan terminologi internasional (International Dietetic and
Nutrition Terminology atau disingkat IDNT). PAGT adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktifitas yang
terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan gizi (Depkes RI, 2014)

Assesmen Matriks (II) : Data Biokimia


Biokimia merupakan kumpulan data hasil pemeriksaan laboratorium pasien/klien yang dapat
menunjukkan ada tidaknya permasalahan gizi pasien terkait perubahan data lab.

Penggunaan Data Biokimia


Tanda-tanda atau petunjuk yang dapat memberikan indikasi tentang keadaan keseimbangan
antara asupan (intake) zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis.
Tanda-tanda tersebut antara lain antropometri (ukuran tubuh manusia; BB/U, TB/U, BB/TB),
biokimia gizi (kadar hemoglobin darah, kadar vitamin A serum, kadar ekskresi yodium dalam
urine), tanda-tanda klinis (tanda-tanda kurang gizi berat seperti marasmus, kwasiorkor, atau
marasmus-kwasiorkor), dan konsumsi makanan. Data biokimia tersebut digunakan sebagai
indikator gizi yang selanjutkan akan di interpretasi.

Contoh Penyelesaian Kasus Berdasarkan Langkah-langkah PAGT (NCP)


Tn. I, usia 60 tahun, status menikah, dirawat di RS dengandiagnosis medis Ileus Obstruksi
Parsial ec. Recti 1/3 distal. Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak
tetap tergantung hasil panen. Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan
pasien. Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat kelas
III RS Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsy pasien
didiagnosis Ca recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit -
BAB tetapi masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah, dan keras seperti kotoran
kambing. Keluhan disertai nyeri perut hilang. BB pasien sekarang 48 Kg, dan TB 163 cm.
CONTOH : DATA BIOKIMIA
Hasil pemeriksaan biokimia :
Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 – 17,5 g/dl),
Hematokrit 27 % (N = 40-52 %),
Eritrosit 3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL),
Leukosit 8200 /mm3 (N = 3800 – 10600/mm3),
trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-450.000/mm3),
albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl),
dan protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2 g/dl).
Data klinis pasien adalah TD 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, RR : 20x/menit, suhu afebris.
Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, bising usus (+), dan hanya bisa berbaring di
tempat tidur.
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 x/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur,
ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu, meskipun istrinya sudah memasakkan sayur. Setelah sakit, pasien makan lebih
sedikit dari biasanya. Hasil recall 24 jam saat di RS didapatkan energi : 690 kal, Protein : 34
gram, lemak 20 gram, dan KH 67 gram. Standart makanan RS : Energi 1700 kalori, protein 68
gram, lemak 54 gram, dan karbohidrat 52 gram.
PENYELESAIAN KASUS
A. Gambaran Umum Pasien
Nama : Tn. I
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Ruang/Kelas : Dahlia/III
Hari Perawatan : 5 (hari kelima)
Diagnosis Medis : Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3 distal.
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar
1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Nutrisi Dahulu :
Sebelum sakit, pasien biasa makan nasi 2-3 kali/hari, dengan lauk yang sering dikonsumsi telur,
ikan asin, tahu dan tempe. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran, hanya 1-2
kali/minggu.

Riwayat Nutrisi Sekarang :


Pada saat sakit, pasien makan lebih sedikit dari biasanya, karena nafsu makan kurang. Motivasi
untuk menghabiskan makanan sangat kurang karena alasan diet/makanan RS terasa hambar dan
membosankan. Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1090
kal, Protein : 34 gram, lemak : 20,3 gram, dan KH 166,5 gram.

INTERPRETASI DATA BIOKIMIA

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir


Energi
(Kal) Protein (g)Lemak (g)KH (g)
Asupan Makan 1090 34 20,3 166,5
Standar Makanan RS 1700 68 54 320
% Tingkat Konsumsi 64,1 50 37,6 52
Kategori Tingkat Konsumsi Kurang Kurang Kurang Kurang

Penilaian :
Nafsu makan kurang, dan motivasi untuk menghabiskan makanan sangat kurang, karena alasan
diet/makanan RS terasa hambar dan membosankan.
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS :
Energi : 64,1%, Protein : 50 %, Lemak 37,6% dan KH : 52%. Nafsu makan (-), sehingga asupan
makan : Kurang, berdasarkan SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak
termakan oleh pasien menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki
asupan yang normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari standar
makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai
memiliki asupan makan yang kurang).
Penggalian Data Biokimia

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien


Jenis PemeriksaanHasil PemeriksaanNilai Normal Keterangan
Hb 9,1 g/dl 13,5-17,5 g/dl ↓ Anemia
Haematokrit 27% 40-52% ↓
Eritrosit 3,32 jt/UL 4,5 – 6,5 jt/UL↓ Anemia
Albumin 2,5 g/dl 3,5-5 g/dl ↓ Hipoalbuminemia
Protein Total 4,8 g/dl 6,3 -8,2 g/dl ↓

Penilaian :Pasien mengalami anemia, hipoalbuminemia.

Antropometri
BB : 48 kg, TB 163 cm, BBI = (TB-100) – 10% = 56,7 Kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 48/(1,63)2 = 18.07 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi BB Kurang (18,07 kg/m2), karena batasan BB
Kurang yaitu <18,5 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific
Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II
Fisik Klinis
Fisik : Pasien sadar, secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, BU (+).

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Klinik


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan

1. Tekanan darah2. Nadi 110/70 mmHg84 x/menit 120/80 mmHg80-100x/menit HipotensiNormal


3. Suhu 370C 36-37,2 0C Normal
4. Respirasi 28 x/menit 19-36 x/menit Normal

Penilaian :
Tekanan darah rendah, secara fisik terdapat tanda-tanda malnutrisi (pasien tampak kurus, dan
lemah).

Riwayat Personal
Sosial Ekonomi :
Pasien dan istrinya bekerja sebagai petani dengan penghasilan tidak tetap tergantung hasil panen.
Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah tidak tinggal dengan pasien.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Saat ini menjalani perawatan di RS dengan diagnosis medis Ileus Obstruksi Parsial ec. Recti 1/3
distal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh BAB bercampur darah, dan sempat dirawat di RS
Jampang Kulon Sukabumi selama 4 hari dan dibiopsi. Dari hasil biopsi pasien didiagnosis Ca
recti dan harus menjalani operasi. Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh sulit BAB tetapi
masih bisa buang angin, setiap BAB bercampur darah dank eras seperti kotoran kambing.
Keluhan disertai nyeri perut hilang timbul.

Penilaian :
Pasien memiliki status ekonomi yang rendah, saat ini pasiendidiagnosis Ileus Obstruksi Parsial
ec. Ca Recti 1/3 distal, dan mengalami gangguan fungsi gastrointestinal.
2. Diagnosis Gizi
NI.2.1 → Makanan dan minuman oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan nafsu makan kurang
(E) ditandai dengan hasil recall Energi : 64,1%, Protein 50 %, Lemak 37,6%, dan KH 52%, (rata-
rata tingkat konsumsi makan : 51%, termasuk kategori kurang) (S/S).
NI.5.1 → Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan penyakit pasien (E) ditandai
dengan asupan protein kurang (50%), hipoalbuminemia, anemia (S/S).
NC.1.4 → Gangguan fungsi GI (P) berkaitan dengan penyakit Ileus Obstruktif (E) ditandai
dengan rasa nyeri di perut (S/S).
NC.3.1 → BB kurang (P) berkaitan dengan riwayat penyakit pasien (Ca recti) dan malnutrisi (E)
ditandai dengan BBA (48 kg) <BBI (56,7 kg), IMT pasien 18,07 kg/m2 (S/S).
NB.1.3 → Tidak siap untuk berdiet (P) berkaitan dengan motivasi pasien yang kurang (E)
ditandai dengan pasien tidak mau menerima diet yang diberikan oleh RS, asupan makan rata-rata
hanya 51% (S/S).

3. Intervensi Gizi
Tujuan :
1. Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
2. Memberikan dukungan nutrisi enteral tinggi protein sehingga meningkatkan asupan
asupan protein, kadar hipoalbunemia, dan kadar Hb.
3. Memberikan makanan yang tidak memperberat fungsi gastrointestinal, sehingga keluhan
nyeri perut berkurang
4. Memperbaiki status gizi dan mempertahankan BB agar tidak jatuh pada kondisi
penurunan BB yang drastis.
5. Memberikan edukasi pemahaman pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.
Prinsip Diet : Energi Tinggi, Protein Tinggi (ETPT)
Macam Diet : Diet ETPT.
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (bubur), karena pasien memiliki keluhan nyeri perut, sering timbul.
Syarat :
-Energi dihitung berdasarkan rumusan Harris Benedict, dengan memperhitungkan basal, aktifitas
dan faktor stres, Energi diberikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan basal metabolisme, aktifitas
pada saat sakit, mengatasi infeksi pada ileus, dsb,..
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
-Protein tinggi, diberikan sebesar 2 g/kgBB/hari (21,7%) untuk membantu meningkatkan kadar
albumin, membantu dalam proses penyembuhan luka.
Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
Lemak cukup diberikan 20% dari kebutuhan energi total sebagai penghasil energi dan cadangan
energi tubuh terbesar.
Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak, mentega.
-Karbohidrat diberikan sebesar 58,3 % sebagai penghasil energi bagi pasien yang sedang
menjalani perawatan.
Contoh Sumber Bahan Makanan : bubur, kentang, roti.
-Vitamin A diberikan sebesar,….. mg untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : wortel, labu kuning, pepaya
-Vitamin C diberikan sebesar….. untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Contoh Sumber Bahan Makanan : jeruk
-Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama,
2X selingan, dan 3 kali enteral.
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan Kebutuhan Menurut Harris Benedict :
BEE = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 48 Kg) + (5 x 163) – (6,8 x 60)
= 66 + 657,6 + 815 – 408 kal
= 1130,6 kal

TEE = 1130,6 kal x AF x IF


= 1130,6 kal x 1,2 x 1.3
= 1763,7 kal
Keterangan :
BEE (Basal Energy Expenditure)
TEE (Total Energy Expenditure)
AF (Activity Factor), 1,2 Bedrest
IF (Injury Factor), 1,3 Ileus Obstruksi

Protein (gram) = 2 g/Kg BB


= 2 g x 48 kg
= 96 gram

% Protein = 96 gram x 4 kal/g x 100%

1763,7 kal = 21,7%


Lemak = 20% x TEE
= 20% x 1763,7 kalori
= 352,74 kalori
Lemak (gram) = 352,74 kal : 9kal/gram = 39 gram
% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak)
= 100 % – (21,7% + 20%)
= 100% – 41,7%
= 58,3 %
Karbohidrat (kal) = 58,3% x TEE = 58,3 % x 1763,7 kalori
= 1028,24 kalori
Karbohidrat (g) = 1028,24 kalori : 4 kal/gram = 257,1 gram

Kebutuhan Vitamin dan Mineral : (AKG, 2004)


Vitamin A : 600 RE Vitamin D : 15 ug
Vitamin E : 15 mg Vitamin K : 65 ug
Tiamin : 1 mg Riboflavin : 1,3 mg
Niasin : 16 mg Asam Folat : 400 ug
Piridoksin : 1,7 mg Vitamin B12 : 2,4 ug
Vitamin C : 90 mg Kalsium : 800 mg
Fosfor : 600 mg Magnesium : 300 mg
Besi : 13 mg Yodium : 150 ug
Seng : 13,4 mg Selenium : 30 ug
Mangan : 2,3 mg Fluor : 3 mg
4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

Parameter Target Pelaksanaan


Asupan Makan Asupan makan mencapai 100% dari kebutuhan Setiap hari
Antropometri BB naik dan status gizi normal Akhir Perawatan

Hari kedua pengamatan


Biokimia Hb, albumin, Protein Total kasus

Pucat dan lemah berkurang, TD, nadi, respirasi, suhu


Fisik Kljnis normal Setiap hari
Keluhan Nyeri perut berkurang/hilang Setiap hari

Sikap dan Mengubah perilaku terhadap diet RS (mau menerima diet


Perilaku RS) Setiap hari
Daftar Pustaka

Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
Wahyuningsing, Retno. 2012 . Contoh Penyelesaian Kasus Berdasarkan Langkah-langkah PAGT
(NCP), (online), (https://retnotbs.wordpress.com/contoh-penyelesaian-kasus-berdasarkan-
langkah-langkah-pagt-ncp-3/), diakses pada 4 Oktober 2019
Handayani, Dian, dkk. 2015. Nutrition Care Prosess (NCP). Yogjakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai