Anda di halaman 1dari 24

Tugas Kelompok

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN KERUSAKAN INTEGRITAS


JARINGAN POST OP DIABETES MELLITUS
DI RUANG MENUR RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA

Disusun untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1

Silvia Salwa I4B019047


Mega Angraeni I4B019040
Hanifa Humanisa I4B019020
Nur Ahmad Yanu Saputra I4B019014
Tiana Dwi I4B019015
Labaryo Sihite I4B019030
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2019

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang
kemudian disertai dengan adanya berbagai kelainan metabolik yang dapat
diakibatkan oleh adanya gangguan hormonal sehingga dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi kronik pada berbagai macam organ yaitu mata, saraf, ginjal,
pembuluh darah yang disertai lesi pada membrane basalis 2 dengan menggunakan
pemeriksaan dalam mikroskop (Mansjoer et. al 2005). Indonesia menurut
International Diabetes Federation (2017) memiliki kecenderungan meningkat pada
epidemic diabetesnya. Indonesia sendiri memasuki peringkat ke enam di dunia
dengan jumlah penderita Diabetes usia antara 20-79 tahun yaitu sekitar 10,3 juta
orang setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko.
Gejala klinis yang khas pada Diabetes Melitus yaitu terdiri dari poliuria,
polidipsia, polifalgia, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan gejala klinis tidak khas pada penyakit Diabetes Melitus yaitu di antaranya
lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi
pada pria, dan pruritus vulva pada wanita. Pemeriksaan glukosa darah abnormal
dilakukan satu kali pada pasien yang memiliki gejala klinis khas penyakit diabetes
mellitus, sedangkan 2 kali pemeriksaan glukosa darah abnormal dilakukan apabila
pasien tidak di memiliki gejala klinis khas penyakit diabetes mellitus. Diagnosis DM
dapat ditegakkan melalui tiga kriteria yaitu jika keluhan klasik ditemukan maka
pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM, jika keluhan klasik ditemukan, dilakukan pemeriksaan glukosa darah
puasa ≥ 126 mg/dL, bila ada keraguan perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral
(TTGO) dengan mengukur kadar glukosa darah 2 jam setelah minum 75 g glukosa
(Purnamasari, 2009).

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan asuhan keperawatan ini adalah untuk
mengetahui asuhan keperawatan yang dapat di gunakan terhadap pasien post op
Diabetes Mellitus.
BAB II. ISI

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS

Tanggal : 24 September 2019 Alamat : Brakas Rt/03, Rw/01


Jam : 14.30 WIB No RM : 00754386
Nama : Ny. T Diagnosa Medis : Post op dekubitus
Usia : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Pekerjaan Suami : Petani

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien dengan keluhan nyeri post operasi terasa cenat-cenut pada bagian kaki
kiri dengan skala nyeri 4 dan hilang timbul.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan bahwa keluhan sudah dirasakan sejak satu minggu yang lalu.
Pasien mengatakan bahwa bermula karena luka saat memasak, namun luka
tersebut melebar. Pasien sempat dirawat ke puskesmas dan dirujuk ke rumah sakit
lalu di bawa ke IGD Rumah Sakit Goeteng Tarunadibrata pada tanggal 19
September 2019. Setelah dicek hasil laboratorium, pasien dijadwalkan untuk
operasi pada tanggal 23 September 2019 pukul 10:00-10.30.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mengatakan tidak ada penyakit dimasa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit.

Genogram Ny.T

Keterangan :
Laki-laki
42 th 40 th Perempuan
25 th 23 th ........ Tinggal bersama
Pasien
Meninggal

C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Persepsi kesehatan & pola manajemen kesehatan
Sebelum sakit : Pasien menganggap bahwa dengan kebiasaan rutin ibu
rumah tangga dan pekerjaan sudah cukup tidak harus
berolahraga seperti jalan santai maupun senam.
Tidak mengkonsumsi alkohol atau tidak merokok
Pada saat sakit : Aktivitas rumah tangga pasien terganggu, pasien
mengatakan lebih sering didalam rumah, pasien tidak
berolahraga, tidak mengkonsumsi alcohol dan tidak
merokok dan pasien mengkonsumsi obat yang telah
diresepkan dokter

2. Pola Nutrisi – Metabolik


Sebelum sakit : Pasien mengatakan kurang mengkonsumsi sayuran, buah-
buahan dan sedikit daging. Pasien mengatakan sering
memakan makanan manis dan dingin. Pasien mengatakan
makan 3 kali sehari dengan porsi nasi setengah piring dan
minum sebanyak 2 botol air mineral sebanyak 250ml

Pada saat sakit : Pada saat sakit hanya minum air putih sebanyak 5 aqua
gelas setiap harinya. Pasien hanya mengkonsumsi makanan
yang diberikan oleh ahli gizi. Pasien tidak mengalami
penurunan nafsu makan sebelum dan sesudah sakit. Pasien
tidak mengalami kesulitan dalam menelan dan tidak
menggunakan gigi palsu.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Sebelum sakit psaien buang air besar sebanyak dua kali
sehari dan tidak keras

Pada saat sakit : Pasien mengatakan belum buang air besar selama satu
minggu. Saat pengkajian pasien terpasang kateter, warna
urin pekat, dan sejumlah 100cc.

4. Pola Aktivitas Latihan


Sebelum sakit : Sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas seperti
mandi, memakai baju, memasak, makan dan membersihkan
rumah mampu mengerjakannya sendiri tanpa memerlukan
bantuan orang lain. Selain itu paien dapat melakukan ibadah
dengan lancar dan mengikuti pengajian di lingkungan
sekitar rumah
Pada saat sakit : setelah post op segala aktivitasnya memerlukan bantuan
oranglain bahkan kesulitan dalam bergerak, ibadah
terganggu, dan tidak mengikuti pengajian di lingkungan
sekitar rumahnya.

5. Pola Istirahat Tidur


Sebelum sakit : Pasien tidak merasa mengalami masalah tidur dan tidur
cukup 6-10 jam setiap harinya dari pukul 22.00-06.00 WIB,
tidak tidur siang, dan tidak mengkonsumsi obat tidur.
Pada saat sakit : pasien tidur siang dari pukul 10.00-12.00 siang, tidur
malam hanya dua jam dan tidak bisa tidur kembali, serta
lampu tetap harus di nyalakan. Ketika pasien mengalami
sulit tidur, hal yang dilakukan adalah duduk sampai merasa
ngantuk. Pasien tidak mengonsumsi obat tidur.

6. Pola Persepsi Kognitif


Sebelum sakit : Sebelum sakit pengambilan keputusan di rumah adalah
suami, dan tidak merasa ada hambatan dalam hubungan
kekeluargaan
Pada saat sakit : pada saat sakit yang mengambil keputusan adalah anak
pertama dengan usia 25 tahun. Pengambilan keputusan
diambil oleh anak pertama karena anaknya sangat
mementingkan kondisi kesehatannya ibunya. Pasien tidak
mendengarkan saran suami karena takut untuk melakukan
cek kesehatan. Pasien tidak mengalami gangguan alat
indera. Pasien mengatakan tidak nyaman karena nyeri post
op pada bagian kaki kiri.
7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
Sebelum sakit : Pasien pertama kali mengalami luka pada awal bulan
Agustus tahun 2018 dan tidak langsung pergi ke klinik
kesehatan, karena pasien menganggap bahwa luka yang
dialaminya adalah luka biasa. Sebelum sakit juga pasien
rutin mengikuti kegiatan sosial di sekitar rumah.
Pada saat sakit : Paien juga menginginkan dapat kembali melakukan
aktivitas dan mengikuti kegiatan yang ada namun, Pasien
mengatakan menerima dengan kondisi yang sedang
dialaminya.

8. Pola Peran Hubungan


Sebelum sakit : Peran sebagai istri dilakukan secara mandiri, pasien rutin
untuk mengikuti pengajian di lingkungan rumahnya
Pada saat sakit : Peran istri dibantu oleh suaminya, pada saat sakit pasien
tidak mengikuti pengajian di lingkungan rumahnya, Pasien
mengatakan tinggal bersama anak beserta suami, pada saat
dilakukan pengkajian terlihat beberapa keluarganya sedang
menunggu pasien. Pasien mengatakan dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga dibicarakan dengan
musyawarah. Pasien juga mengatakan banyak teman,
tetangga dan saudaranya datang mengunjungi. Pada saat
sakit pasien berharap untuk cepat sembuh.

9. Pola Seksualitas Reproduksi


Sebelum sakit : Pasien melakukan aktivitas seksual tanpa adanya kendala.
Pada saat sakit : Setelah sakit pasien tidak lagi melakukan hubungan seksual
karena keadaanya dan merasa sakit pada lukanya.

10. Pola koping-toleransi stress


Sebelum sakit : Pasien tidak pernah melakukan cek kesehatan sebelum sakit
dan tidak pernah mencari informasi terkait penyakit yang
dideritaya.
Pada saat sakit : Setelah pasien mengetahui adanya masalah pada lukanya
pasien melakukan pemeriksaan ke puskesmas dan yang
mencari informasi terkait penyakitnya adalah anak
pertamanya. Pasien mengatakan kesulitan untuk bergerak
dan mendapat dukungan dari suami beserta keluarga. Pasien
tidak merasa bersalah kepada keluarganya akibat sakitnya
tersebut.

11. Pola nilai kepercayaan


Sebelum sakit : Pasien berasal dari suku jawa. Pasien mengatakan bahwa
agama, keluarga dan kesehatan merupakan penting bagi
pasien. Pasien rutin untuk melakukan ibadah dan mengikuti
pengajian di lingkungan rumahnya,
Pada saat sakit : pasien mengatakan bahwa mengalami keterbatasan untuk
melakukan ibadah. Pasien merasa bahwa sakit yang
diberikan merupakan cobaan dan teguran dari yang Maha
Kuasa, sehingga pasien berpasrah diri kepada yang Maha
Kuasa.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
1. GCS : E4M6V5 (Composmentis) 3. Tekanan Darah 130/90
2. BB/TB :70kg/ 155cm mmHg
4. Suhu 36 ⁰C
5. Respirasi 19 x/menit
6. Nadi 80x/menit
Head to toe
1. Kepala
a. Kepala bulat, rambut lepek, berkeringan banyak
b. Kondisi mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, dan tidak nyeri pada saat di tekan
c. Hidung simetris, tidak ada sekret dan polip, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada obstruksi dan inflamasi
d. Telinga simetris, tidak ada serumen dan tidak ada luka maupun nyeri saat
ditekan.
e. Bibir pucat, lidah tidak kotor, tidak menggunakan kawat gigi, dan nafas
tercium bau.
2. Toraks
a. Tidak ada retraksi dinding dada, simetris, tidak ada lesi, tidak ada
krepitasi, tidak ada nyeri tekan, sonor di kedua lapang paru dan pernafasan
vesikuler.
b. Terdapat suspect kardiomegali pulmo, perkusi terdengar pekak dan suara
jantung lub dub tidak ada bunyi tambahan.
3. Abdomen
Tidak ada jejas, suara bising usus normal 12x/menit, saat perkusi timpani,
tidak ada nyeri tekan dan tidak hepatomegali.
4. Ekstermitas
Terdapat luka pada bagian kaki kiri post operasi dengan Diabetes Mellitus
Karakteristik luka :
Luas Dari telapak kaki sampai ke betis
Kedalaman Luka terlihat sampai tulang dan tampak tendon.
Bau Bau khas luka decubitus
Warna
terdapat sedikit nekrosis/ warna hitam di tepi luka. Terdapat
Tanda-tanda jaringan berwana kuning dan ada jaringan yang berwarna
infeksi merah.
Kolor (ekstremitas teraba hangat), dolor (pasien tampak
meringis kesakitan), rubor (terdapat kemerahan pada area
kaki kiri), tumor (sedikit ada pembengkakan), fungsio laesa
(pasien tampak mampu menggeserkan kaki kiri)

tampak pucat, luka berbau, akral teraba hangat, CRT <3 detik.

5. Genitalia
Pasien terpasang kateter dan terdapat keputihan pada saat pelepasan kateter.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : Sinus Takikardi
2. Foto Torax : Pre operasi (Suspek kardiomegali pulmo)
3. Laboratorium : 24 September 2019 pukul 08:18 WIB

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN Metode


Gula Darah 243.0 Mg/dL 100-150 Hexokinase
Sewaktu
F. TERAPI
Injeksi : Indikasi : Infus :
Ceftriaxone 2x1 hari Antibiotik NaCL, Asering
Ondansenton 2x1 hari Mual, muntah 20 tpm
Ketorolac 2x1hari Nyeri Tranfusi :
Novarapid 3x10 unit Obat gula PRC 1 Kantong
Omeprzole 2x1 am Nyeri perut

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Analisis Data
Data Etiologi Problem
DS :
- Pasien mengatakan terdapat luka di kaki sebelah kiri Prosedur bedah Kerusakan
akibat ulkus DM integritas
DO: jaringan
- Terlihat luka bekas debridemant di area kaki sebelah
kiri
Pengkajian Infeksi
Kolor (ekstremitas teraba hangat), dolor (pasien
tampak meringis kesakitan), rubor (terdapat
kemerahan pada area kaki kiri), tumor (sedikit
ada pembengkakan), fungsio laesa (pasien
tampak mampu menggeserkan kaki kiri)
DS:
- Pasien mengatakan belum Buang Air Besar (BAB) Perubahan Konstipasi
selama seminggu kebiasaan makan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak kurang minum
- Bising usus 12x permenit
DS: Agen cidera fisik Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri post operasi
Pengkajian nyeri
P: Post operasi
Q: Nyeri seperti cenat-cenut
R: Nyeri pada kaki sebelah kiri
S: Skala nyeri 4
T: Nyeri yang dirasakan berupa hilang timbul (muncul
jika diberi obat injeksi atau ganti infus)
- Pasien tampak lemas dan pucat
- Terdapat luka di bagian kiri
DS: Pola tidur tidak Gangguan pola
- Pasien mengatakan tidur malam hanya 2 jam menyehatkan tidur
- Pasien mengatakan sulit untuk tidur kembali
- Pasien mengatakan tidur harus drngan lampu menyala
- Pasien mengatakan sulit untuk tidur karena sakitnya
- Pasien mengatakan tidak puas dengan tidurnya dan
tidak merasa puas dengan istirahatnya
DO :
- Pasien tampak pucat, lemas, dan tampak gelap pada
daerah bawah mata

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan berdasarkan hasil pengkajian yaitu:
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah
2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pola tidur yang tidak
menyehatkan.
III. Rencana Asuhan Keperawatan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
1. Kerusakan NOC : Penyembuhan luka (sekunder) Skin surveillance
integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Inspeksi kondisi luka insisi bekas operasi 1. Untuk mengetahui kondisi luka
jaringan 1x24 jam, diharapkan integritas kulit pasien dan luka dekubitus akibat bedrest dan operasi dan luka decubitus akibat
meningkat. Dengan indikator sebagai berikut: imobilitas fisik bedrest dan mobilitas fisik
Indikator awal akhir
Pembentukan 4 3 2. Observasi warna, suhu, edema, dan 2. Untuk mengetahui warna, suhu,
bekas luka tekstur kulit diarea luka edema dan tekstur kulit diarea
Ukuran luka 4 3 luka
berkurang
Tidak terdapat 4 3 3. Monitor tanda-tanda infeksi terutama 3. Untuk mengetahui apakah ada
pus diarea luka diarea luka bekas insisi dan luka dekubitus tanda-tanda infeksi pada daerah
Bau luka busuk 4 2 luka

Keterangan : Wound care


1 : tidak ada 1. Catat karakteristik luka 1. Untuk mengetahui karakteristik
2 : terbatas luka
3 : sedang
4 : besar 2. Bersihkan luka dengan menggunakan 2. Untuk mengurangi bakteri yang
5 : sangat besar NaCl ada di luka

3. Keluarkan pus jika terdapat pus diarea 3. Untuk mempercepat


luka penyembuhan luka

4. Pelihara kesterilan area luka ketika 4. Untuk mengurangi terpaparnya


melakukan perawatan luka mikroorganisme

5. Berikan antiseptik (betadine) pada luka 5. Untuk mempercepat


bekas operasi dan luka dekubitus untuk penyembuhan luka
mencegah infeksi serta berikan obat
topikal pada luka dekubitus untuk
mempercepat pengeringan luka 6. Untuk mengurangi terpaparnya
mikroorganisme
6. Lakukan penutupan luka pada luka bekas
operasi dengan menggunakan kasa steril

2. Konstipasi NOC : fungsi gastrointestinal NIC :


A. Manajemen nutrisi (1100)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan berkurangnya keparahan 1. Menentukan status gizi 1. Untuk mengetahui status gizi
efek gangguan yang diamati atau dilaporkan dari
fungsi gastrointestinal terhadap fungsi sehari- 2. Mengajarkan mengenai kebutuhan 2. Menambahkan pengetahuan
hari. Dengan indikator sebagai berikut: nutrisi terkait kebutuhan nutrisi
Indikator awal akhir
Nafsu makan 2 4 3. Pastikan diet tinggi serat untuk 3. Meningkatkan pengetahuan
Frekueni BAB 3 3 mencegah kontipasi terkait diet tinggi serat
Warna feses 2 3
4. Menganjurkan untuk memantau kalori 4. Untuk mengetahui seberapa
Konsistensi 2 3 dan intake makanan banyak intake makanan yang
feses sudah masuk ke dalam tubuh
Jumlah feses 2 3 B. Manajemen saluran cerna (0430)
Bising usus 2 3
Warna cairan 2 3 1. Memonitor buang air besar termasuk 1. Untuk mengetahui frekuensi,
lambung frekuensi, konsistensi, bentuk, volume konsistensi, bentuk, volume dan
Glukosa darah 1 2 dan warna warna feses

Keterangan : 2. Memonitor bising usus 2. Untuk mengetahui bising usus


1 : sangat terganggu normal/tidak
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu 3. Memasukkan supositoria rektal sesuai 3. Untuk melancaran pengeluaran
4 : sedikit terganggu dengan kebutuhan feses
5 : tidak terganggu
4. Mejelaskan makanan tinggi serat. 4. Menambahkan pengetahuan

3. Nyeri akut NOC: tingkat nyeri NIC : Manajemen nyeri (1400)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan 1. Untuk mengetahui sejauh mana
3x24 jam diharapkan level nyeri pasien karasteristik nyeri. tingkat nyeri dan merupakan
berkurang dengan kriteria hasil sebagai berikut: indiaktor secara dini untuk
Indikator Awal Akhir dapat memberikan tindakan
Melaporkan nyeri 3 4 selanjutnya
Ekspresi nyeri 4 4
2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab 2. Informasi yang tepat dapat
Mengeluarkan 2 4 nyeri. menurunkan tingkat kecemasan
keringat pasien dan menambah
Kehilangan nafsu 3 4 pengetahuan pasien tentang
makan nyeri
Keterangan:
1: sangat berat
2: berat 3. Ajarkan tehnik untuk pernafasan 3. Napas dalam dapat menghirup
3: sedang diafragmatik lambat / napas dalam. O2 secara adequate sehingga
4: ringan otot-otot menjadi relaksasi
5: tidak ada sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri

4. Observasi tanda-tanda vital (tekanan 4. Deteksi dini terhadap


darah). perkembangan kesehatan pasien

5. Ajarkan metode farmakologi untuk 5. Mengurangi nyeri dengan cara


menurunkan nyeri. minum obat.

4. Gangguan NOC : tidur (0004) NIC : peningkatan tidur


pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan gangguan pola tidur yang 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang 1. Memberikan informasi untuk
diamati atau dilaporkan terhadap fungsi sehari- cukup selama sakit meningkatkan pengetahuan
hari. Dengan indikator sebagai berikut: pasien
Indikator awal akhir
Jam tidur 1 4 2. Mencatat pola tidur pasien dan jumlah 2. Untuk mengetahui pola tidur
Pola tidur 2 4 jam tidur pasien dan jam tidur pasien
Kualitas tidur 2 4
Efiiensi tidur 2 4 3. Mencatat kondisi fisik pasien 3. Untuk mengetahui kondisi fisik
Perasaan segar 1 4 (nyeri/ketidaknyamanan dan frekuensi dan frekuensi buang air kecil
setelah tidur buang air kecil) pada saat tidur.
Keterangan :
1 : sangat terganggu 4. Anjurkan pasien untuk menghindari 4. Untuk mengurangi gangguan
2 : banyak terganggu makanan dan minuman sebelum tidur pada saat tidur
3 : cukup terganggu yang dapat mengganggu tidur
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu 5. Menentukan efek dari obat yang 5. Untuk mengetahui apakah obat
dikonsumsi pasien memberikan efek mengganggu
Indikator awal Akhir tidur pasien
Tidur yang 2 4
terputus 6. Mengajarkan relaksasi otot (mengurangi 6. Untuk meningkatkan
ketegangan otot) kenyamanan dan memberikan
Buang air kecil 3 4
ketenangan bagi pasien
dimalam hari
Keterangan :
7. Anjurkan pasien untuk tidur siang 7. Untuk menambahkan frekuensi
1 : berat
tidur supaya terpenuhi
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan 8. Mengatur pencahayaan lingkungan 8. Memberikan kenyamanan pada
5 : tidak ada untuk mempertahankan siklus tidur. pasien saat tidur
IV. Implementasi
No Hari/Tgl Jam Dx Implementasi Respon Paraf
1. Senin, 23 17.00 Konst Mejelaskan kepada pasien agar lebih banyak Subyektif :
September ipasi mengkonsumsi makanan tinggi serat. Pasien mengatakan akan mulai mengkonsumsi
2019 makanan tinggi serat, misalnya sayuran dan
buah-buahan yaitu pepaya.
Obyektif :
Pasien kooperatif saat di berikan penkes
mengenai makanan tinggi serat yang harus di
konsumsi.
17.00 Nyeri Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri. Subyektif :
Akut - P : luka post op
- Q : cenut-cenut
- R : di kaki sebelah kiri
- S:4
- T : kadang-kadang
Obyektif :
Pasien terlihat menahan sakit jika kaki sebelah
kirinya di gerakkan.
2. Selasa, 24 09.00 Kerus Menginspeksi kondisi luka insisi bekas operasi dan luka Subjektif :
September akan dekubitus akibat bedrest dan imobilitas fisik Pasien mengatakan tidak nyaman pada kaki yang
2019 Integr ada lukanya.
itas Obyektif :
Jaring Luka tampak dari telapak kaki sampai ke betis,
an
luka terlihat sampai tulang, bau khas luka
decubitus menyengat, terdapat sedikit nekrosis/
warna hitam di tepi luka. Terdapat jaringan
berwana kuning dan ada jaringan yang berwarna
merah.

09.00 Kerus Memberikan antiseptik (betadine) pada luka bekas Subyektif :


akan operasi dan luka dekubitus untuk mencegah infeksi serta Pasien menahan nyeri saat perawatan luka
Integr berikan obat topikal pada luka dekubitus untuk Obyektif :
itas mempercepat pengeringan luka
Jaring Luka tampak dari telapak kaki sampai ke betis,
an
luka terlihat sampai tulang, bau khas luka
decubitus menyengat, terdapat sedikit nekrosis/
warna hitam di tepi luka. Terdapat jaringan
berwana kuning dan ada jaringan yang berwarna
merah.

14.30 Nyeri Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat / Subyektif :


Akut napas dalam. Pasien mengatakan bahwa dapat melakukan
teknik nafas dalam secara mandiri
Obyektif :
Pasien kooperatif saat di ajarkan teknis nafas
dalam.
14.30 Konst Memonitor bising usus pada pasien Obyektif :
ipasi Bising usus terdengar 12x/menit
3. Rabu, 25 09.00 Kerus Memberikan antiseptik (betadine) pada luka bekas Subyektif :
September akan operasi dan luka dekubitus untuk mencegah infeksi serta Pasien menahan nyeri saat perawatan luka
2019 Integr berikan obat topikal pada luka dekubitus untuk Obyektif :
itas mempercepat pengeringan luka Luka tidak terlalu bau
Jaring Kolor (ekstremitas teraba hangat), dolor
an (pasien tampak meringis kesakitan),
rubor (terdapat kemerahan pada area
kaki kiri), tumor (sedikit ada
pembengkakan), fungsio laesa (pasien
tampak mampu menggeserkan kaki kiri)
V. Evaluasi

No. Waktu Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)


1 Rabu, 25 Kerusakan integritas Subjektif: Pasien mengatakan nyeri luka sudah sedikit berkurang
september Obyektif: Bau luka pada pasien sedikit berkurang
jaringan berhubungan
2019 A:
Pukul 15.00 dengan prosedur bedah Indikator Awal Akhir Tujuan
WIB Pembentukan bekas luka 4 3 2
Ukuran luka berkurang 4 3 2
Tidak terdapat pus diarea luka 4 3 2
Bau luka busuk 4 2 2
P : Lanjutkan intervensi selanjutnya dengan perawatan penggantian balut serta control ke instansi
kesehatan
2 Selasa, 24 Konstipasi berhubungan dengan Subyektif: Pasien mengatakan akan mulai mengkonsumsi makanan tinggi serat, misalnya
September faktor mekanik (prosedur invasif). sayuran dan buah-buahan yaitu pepaya.
2019 Obyektif: Pasien kooperatif saat di berikan penkes mengenai makanan tinggi serat yang harus di
Pukul 14.30 konsumsi.
A:
Indikator Awal Akhir Tujuan
Nafsu makan 3 4 4
Frekueni BAB 3 3 3
Warna feses 2 3 3
Konsistensi feses 2 3 3
Jumlah feses 2 3 3
Bising usus 2 3 3
P : Lanjutkan pemberian asupan makanan yang mengandung tinggi serat
3 Selasa, 24 Nyeri akut berhubungan dengan Subyektif: Pasien mengatakan nyeri berkurang
september agen cidera fisik Obyektif: Pasien kooperatif saat di ajarkan teknis nafas dalam.
2019 A:
Pukul 09.00 Indikator Awal Akhir Tujuan
Melaporkan nyeri 3 4 4
Ekspresi nyeri 4 4 4
Mengeluarkan keringat 2 4 4
Kehilangan nafsu makan 3 4 4
P : Lanjutkan intervensi selanjutnya dengan beristirahat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang kemudian
disertai dengan adanya berbagai kelainan metabolik yang dapat diakibatkan oleh adanya
gangguan hormonal. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga kriteria yaitu jika
keluhan klasik ditemukan maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM, jika keluhan klasik ditemukan, dilakukan
pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL. Diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan pada Ny.T antara lain kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanik (prosedur invasif), konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, gangguan pola tidur
berhubungan dengan gangguan pola tidur yang tidak menyehatkan, defisiensi volume
cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang. Oleh sebab itu, tindakan keperawatan
yang dapat diberikan diantaranya mejelaskan kepada pasien agar lebih banyak
mengkonsumsi makanan tinggi serat, mengkaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri,
menginspeksi kondisi luka insisi bekas operasi dan luka dekubitus akibat bedrest dan
imobilitas fisik, memberikan antiseptik (betadine) pada luka bekas operasi dan luka
dekubitus untuk mencegah infeksi serta berikan obat topikal pada luka dekubitus untuk
mempercepat pengeringan luka, mengajarkan tekhnik untuk pernafasan diafragmatik
lambat / napas dalam, serta memonitor bising usus pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G., Howard, K., Joanne, M., & Cheryl M. (2013). Nursing interventions classification
(NIC) 6th edition. USA: Elsevier.

Herdman, T. Heather. (2015). NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

International Diabetes Federation. 2017. IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2017. Dunia : IDF

Kemenkes RI. 2018. Suara dunia perangi Diabetes. Jakarta.

Mansjoer, Arif dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan keenam. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L., Elizabeth, S. (2013). Nursing outcomes classification
(NOC) 5th edition. USA: Elsevier.

Purnamasari, Dyah. 2009. Diagnosis dan klasifikasi Diabetes Mellitus, dalam Sudoyo, Aru W
Sudoyo dkk (eds) Buku ajar ilmu penyakit dalam, ed: 5. Jilid 3. Jakarta : Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai