Anda di halaman 1dari 16

I.

Landasan Teori

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis mulai


dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Pada daerah kepala dan leher yang
perlu diperhatikan adalah organ – organ yang terdapat di daerah tersebut, yaitu mata,
telinga, hidung, mulut. Pemeriksaan mukosa pada organ – organ tersebut juga penting
dilakukan. Hal yang pertama kali dilakukan dalam pemeriksaan kepala dan leher
adalah melakukan observasi kepala dan leher. Observasi ini bertujuan untuk
mmemberikan gambaran umum kondisi hewan yan diperiksa. Selanjutnya dilakukan
inspeksi pada kepala dan leher.

a. Pemeriksaan Telinga
Secara histoanatomi telinga dibagi dalam tiga bagian, yaitu telinga luar
(eksternus), telinga tengah (medium), dan telinga dalam (internus). Telinga luar
terdiri atas daun telinga (pinna aurikularis), kanal auditorius eksternus, dan
membrane tympanica (gendang telinga). Telinga tengah berisikan air dan
mengandung tiga tulang kecil disebut ossikel yang menghubungkan membarana
tympanica dengan cochlea dan tuba eustachii yang berhubungan dengan faring dan
kerongkongan. Tuba eustachii menghubungkan telinga tengah dengan farings,
tujuannya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi membrane tympanica. Pada
bagian telinga dalam ditemukan ditemukan cochlea dengan cavum cochlea yang
bertulang lunak, berlapis-lapis, mengandung air dan berisi reseptor organ yan
disebut organ corti. Pada telinga dalam ditemukan pula vestibulum dank anal
semisirkuler.
Pemeriksaan telinga bertujuan untuk mengetahui adanya kotoran, serangga kecil,
atau terkena goresan disekitar telinga. Pemeriksaan telinga dimulai dari kulit daun
telinga. Kulit daun telinga bagian dalam dan luar diperiksa terhadap adanya
kerusakan-kerusakan. Kerusakan tersebut terjadi akibat parasite seperti kutu
maupun tunggau. Apabila terasa gatal, biasanya anjing akan menggaruk – garuk
telinganya dengan kaki belakang sehingga terjadi excoratio pada kulit daun
telinganya. Excoratio diperparah jika terdapat infeksi sekunder dan menjadi
dermatitis ulserosa.
Secara normal, dalam meatus acusticus eksternus terdapat sekretu, berupa lilin
yang dinamakan serumen. Pemeriksaan selanjutnya adalah dengan meremas basis
telinga kiri dan kanan menggunakan jari-jari secara perlahan-lahan. Jika serumen
meleleh beraspek cair, maka akan terdengar suara gemericik atau krepitasi sebagai
hasil dari gesekan antara daun telinga bagian dalam dengan serumen yang mencair.
Sampel serumen dapat diambil sedikit dengan cotton swab kemudian diletakkan
pada objek glass dan ditutup cover glass untuk diperiksa di dalam mikroskop
mengenai kemungkinan adanya tungau-tungau Otodectes spp.
Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya
ketulian atau suriditas dapat dilakukan dengan memanggil nama anjing atau bersiul
di dekatnya. Saat memanggil namanya, perhatikan reaksi badan, kepala atau
gerakan telinga. Apabila anjing tersebut tuli, anjing tidak akan memberikan respon.
Anjing tidak akan mengarahkan pandangannya kearah suara panggilan ataupun
siulan dan telinga tidak akan bereaksi dengan gerakan atas panggilan tersebut.
b. Pemeriksaan Mata
Secara fisiologis anatomi mata terdiri atas dua bagian, yaitu organ luar dan organ
dalam. Organ luar terdiri dari alis mata, bulu mata dan kelopak mata. Sedangkan
organ dalam meliputi, kornea, sclera, iris, pupil, lensa mata, retina dan saraf optik.
Pemeriksaan mata dilakukan di tempat yang cukup terang dan dapat menggunakan
senter. Secara inpeksi dapat diperhatikan keseluruhan orbita dan dibandingkan
antara orbita kanan dan kiri. Kelainan-kelainan yang kasat mata pada inspeksi
adalah kebengkakan baik kelopak mata maupun bola mata, epiphora (air mata terus
mengucur), kotoroan mata berlebihan/belekan. Secara palpasi dapat dilakukan
untuk mengetahui adanya rasa sakit, bengkak ataupun tumor disekitar orbita.
Palpasi juga dapat digunakan untuk merasakan tekanan bulbus okuli atau Intra
Ocular Pressure. Palpasi palpebrae dipusatkan pada perhatian posisi, tebal,
keadaan tepi palpebrae. Palpebrae yang dapat melipat ke dalam disebut entropion
yang dapat terjadi karena kebengkakan konjungtiva yang cukup lama atau karena
keturunan. Jika dibiarkan demikian terlalu lama maka akan menyebabkan ulcus
kornea. Sebaliknya, palpebrae yang membuka atau melipat ke luar dinamakan
ektropion. Ektropion terjadi karena trauma robek yang tidak ditangani secara
memadai. Keadaan ektropion memberikan peluang terjadinya infeksi konjungtiva
Konjungtiva diperiksa terhadap kelicinan permukaannya, warnanya, adanya
benda-benda asing seperti serangga, parasite, dan lainnya. Diperhatikan adanya
oedema konjungtiva atau disebut chemosis, pengumpulan darah pada pembuluh
darah atau kongesti dan adanya folikel-folikel. Terhadap kornea diperiksa adanya
kekeruhan, ulcerasi, vascularisasi, benda asing dan terang tembusnya. Untuk
memastikan adanya ulcus dibutuhkan solution fluoresceini 2%. Pemeriksaan reflex
pupil dilakukan menggunakan senter. Pupil akan mengecil ketika disorot cahaya
senter. Pada hewan anjing dan kucing berumur lebih dari 8 tahun, pada lensa
matanya menampakan kekeruhan lensa, dinamakan cataracta lentis senilis. Bila
hal demikian terdapat pada hewan muda dinamakan cataracta lentis praesenilis.
c. Pemeriksaan Muzzel dan Nostril
Pada pemeriksaan hidung, pertama kali, lihat apakah ada cairan yang keluar
dari lubang hidung. Apakah cermin hidungnya tetap dalam keadaan basah. Apakah
batang hidungnya masih tetap berwarna solid. Pada hewan sehat cairan hidungnya
selalu ada dan harus serous. Apabila eksudat keluar dari hanya seisi lubang hidung
saja, hal itu berarti bahwa penyakitnya unilateral dan terletak pada rongga hidung
yang bersangkutan. Apabila eksudat keluar dari kedua sisi lubang hidung maka
dapat berarti bahwa penyakitnya berada di kedua sisi rongga hidung atau dapat pula
berarti bahwa eksudat itu berasal dari system respirasi seperti paru-paru dan
trachea.
d. Pemeriksaan Mulut
Pada pemeriksaan mulut yang perlu diperhatikan adalah salivasi, lidah, gigi, dan
tonsil. Kelenjar air liur sering dikeluarkan dengan limfonodus mandibularis karena
letaknya yang berdekatan. Sekresi air ludah berlebih atau hipersalivatio, hal
tersebut terjadi karena rasa tidak nyaman atau sakit pada rongga mulut, lidah,
farings, dan esophagus. Hipersekresi saliva yang hebat atau disebut ptyalismus
mudah dikenali karena saliva menggantung dari mulutnya (ngeces). Namun, anjing
juga akan meneteskan air liur pada beberapa kondisi, seperti haus, senang dan
melihat makanan. Lidah dapat menunjukkan perubahan warna, oedematous,
kerusakan-kerusakan jaringan, menjadi keras, atau pergerakannya dapat menurun
akibat kelumpuhan saraf-saraf motorisnya. Karang gigi yang sering dijumpai
menempel pada gigi berupa endapan keras dan berwana coklat. Selanjutnya
diperhatikan adalah ada tidaknya gigi yang hilang, caries dentis dan CA yang
menyelip diantara gigi-geliginya serta adanya keausan gigi (Widodo, 2011).
II. Materi dan Metode
2.1 Materi
Alat- alat yang digunakan pada praktikum pemeriksaan kepala dan leher adalah
sebagai berikut:
a. Stetoskop
b. Senter
c. Palu perkusi
d. Pleksimeter
e. Tissue

2.2 Metode
a. Mengadaptasikan anjing dengan lingkungan lab praktikum sehingga anjing
menjadi tenang dan siap diperiksa.
b. Melakukan observasi pada kepala dan leher anjing secara umum. Amati setiap
pergerakan dari kepala dan leher anjing, termasuk organ-organ yang terdapat
pada daerah tersebut. Melakukan inspeksi pada kepala dan leher anjing.
Perhatikan apakah wajah hewan setangkup/simetris. Amati pula tegangan otot
wajah. Melakukan palpasi pada gigi premolar, kelenjar ludah parotis.
Melakukan perkusi terhadap sinus frontalis dan sinus maksilaris.
c. Melakukan pemeriksaan terhadap telinga. Lakukan inspeksi dan palpasi pada
area telinga. Periksa kemungkinan terjadinya cidera pada telinga anjing akibat
ear tag ataupun tattoo, luka koyak, adanya parasite dan benda asing serta
kelainan lainnya.
d. Melakukan pemeriksaan terhadap mata. Pertama melakukan observasi pada
mata, yang meliputi pemeriksaan gerakan nistagmus, vestibular eye drop, dan
kedudukan bola mata dalam orbital, serta tekanan intraokuler. Selanjutnya
melakukan pemeriksaan refleks, meliputi:
- Refleks fiksasi dengan cara menggerakan jari tangan praktikan di depan
mata anjing, amati apakah anjing mengikuti gerak tangan atau tidak.
- Refleks palpebra dengan cara melakukan gerakan seolah-olah akan
memukul atau mengejutkan anjing di depan matanya. Amati kemungkinan
anjing berkedip
- Refleks kornea dengan cara mempersiapkan kapas/tisu yang telah dipilin
kemudian menyentuhkannya pada kornea mata anjing. Amati apakah
terjadi refleks berkedip atau tidak.
- Refleks menace dengan cara yang sama seperti refleks palpebral.
- Refleks pupil terhadap cahaya dengan cara menyinari mata kemudia
memperhatikan reaksi pupil pada mata dan bandingkan jika pupil tidak
disinaro senter.
e. Melakukan inspeksi terhadap mata, meliputi pemeriksaan secara mendetail
pada bagian mata sclera, kornea, konjungtiva, kelopak mata, membrane
niktitans, bola mata, dan air mata.
f. Melakukan pemeriksaan terhadap muzzle dan nostril. Hal pertama adalah
memperhatikan kondisi cermin hidung anjing, selanjutnya membaui udara
napas yang timbul. Memperhatikan kemungkinan adanya leleran hidung dan
erosi selaput lendir hidung.
g. Melakukan pemeriksaan terhadap mulut, amati perilaku anjing dalam
mengambil dan mengunyah makanan. Melakukan inspeksi dan palpasi pada
lidah anjin, memperhatikan tekstur lidah. Menginspeksi gigi dan gusi anjing.
Mempalpasi farings (memperhatikan adakah batuk yang timbul), trachea dan
vena jugularis.
III. Hasil
Konsultasi

PEMERIKSAAN
KEPALA DAN LEHER
LABORATORIUM DIAGNOSIS KLINIK VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
JALAN RAYA SESETAN, GANG MARKISA No 6
BANJAR GADUH, DENPASAR BALI

Nama Hewan MOMO


Bangsa/Ras Anjing/ Lokal
Jenis Kelamis Betina
Pemilik Intan Martinez
Alamat Jalan Raya Sesetan
Warna Dominan Coklat
Bobot (Kg) 9 Kg
Tanda Menciri Bagian ventral tubuh berwarna putih

OBSERVASI KEPALA DAN LEHER


1 Pergerakan kepala dan leher Normal
2 Kedudukan kepala normal
3 Hewan dapat melihat
4 Hewan dapat mendengar
5 Tidak terdapat leleran dari mata
6 Tidak terdapat leleran dari hidung
7 Terdapat salivasi, air liur yang dikeluarkan sedikit
8 Hewan bisa mengambil pakan
9 Hewan bisa mengunyah pakan
10 Pergerakan leher normal

INSPEKSI KEPALA DAN LEHER


1 Gambaran umum kepala dan leher normal
2 Tidak terdapat pembengkakan pada kepala dan jaringan lunak sekitar kepala
3 Wajah hewan setangkup/simetris
4 Tegangan otot wajah sama antara sisi kiri dan kanan, pada titik yang sama
5 Hasil perkusi terhadap sinus frontalis adalah menghasilkan suara nyaring
6 Hasil perkusi terhadap sinus maksilaris adalah menghasilkan suara nyaring
7 Gambaran umum mandibular adalah normal
8 Keadaan simfisis (sambungan) mandibular adalah normal
9 Hasil palpasi terhadap gigi premolar adalah normal
10 Hasil palpasi terhadap kelenjar ludah parotis atau madibulae adalah normal

PEMERIKSAAN TELINGA
1 Hewan dapat mendengar
2 Kedudukan telinga simetris
3 Tegangan otot telimga menguat
4 Tidak terdapat cidera pada telinga
5 Tidak terdapat kerusakan pada telinga akibat ear tag
6 Tidak terdapat kerusakan pada tekinga akibat tattoo
7 Tidak terdapat luka koyak/laserasi pada telinga
8 Tidak terdapat infeksi karena luka akibat pelubangan untuk memasang ear tag
9 Tidak terdapat leleran keluar dari telinga
10 Tidak ditemukan benda asing pada telinga
11 Tidak terdapat hematoma (perdarahan bawah kulit) pada telinga

OBSERVASI MATA
1 Hewan dapat melihat
2 Gerakan mata normal
3 Tidak ditemukan gerakan nistagmus (mata bergerak-gerak tanpa kendali)
4 Tidak ditemukan vestibular eye drop (salah satu/kedua mata memandang ke
bawah)
5 Kedudukan bola mata di dalam rongga mata/orbita normal
6 Tekanan intraokuler normal, antara mata kiri dam kanan sama
7 Pemeriksaan reflex fiksasi, mata hewan bisa mengikuti gerak benda
8 Pemeriksaan reflex palpebra, mata hewan reflek berkedip ketika dibuat
gerakan seakan memukul di depan mata hewan
9 Pemeriksaan reflex kornea, mata hewan reflex berkedip
10 Reflex menace/respons terhadap ancaman, mata hewan reflex berkedip
11 Pemeriksaan reflex pupil
Tidak ada miosis (kontriksi abnormal)
Tidak ada midriasis (dilatasi abnormal)
INSPEKSI TERHADAP MATA
1 Sklera/putih mata
Tidak terdapat benda asing
Tidak terdapat pendarahan petekhie (titik-titik perdarahan)
Sklera tidak berwarna kuning
2 Kornea/bagian bening, berada paling depan pada bola mata
Tidak terdapat benda asing
Tidak terdapat edema/busung air
Tidak terdapat keratitis (radang kornea)
Tidak terdapat pannus (vaskularisasi superficial pada kornea)
Tidak terdapat neovaskularisasi perifer
Tidak terdapat staphyloma (penonjolan pada kornea atau sclera)
Tidak terdapat ulkus (tukak)
3 Konjungtiva (bagian dalam kelopak mata dan putih mata)
Tidak terdapat konjungtivitis
Warna konjungtiva pucat
4 Kelopak Mata/Palpebrae
Tidak ditemukan adanya benda asing
Tidak ditemukan adanya massa jaringan
Tidak ditemukan blepharospasmus (kelopak mat menutup)
Tidak ditemukan adanya ptosis (turunnya kelopak mata atas sehingga
menutup mata
5 Membran Nktitans
Kelopak mata ke III tidak menonjol
Kelopak mata ke III tidak menutupi bola mata
6 Bola Mata
Mata tidak melotot
Mata tidak tenggelam (sunken)
7 Air Mata
Tidak terjadi epifora (air mata yang mengalir berlebihan, melelh di pipi)
Air mata tidak keluar berlebihan

INSPEKSI TERHADAP MUZZLE DAN NOSTRIL


1 Cermin hidung basah
Tidak terdapat lesi papula pada cermin hidung
Cermin hidung tidak terlihat kotor
2 Tidak tercium bau keton dari udara napasnya
Napasnya tidak bau tengik
Aliran napas sama antara yang keluar dari lubang hidung kiri dan kanan
3 Tidak terdapat lelran hidung unilateral atau bilateral
Tidak ada leleran hidung yang keluar baik serous/encer maupun
purulent/nanah
Tidak terjadi haemoptisis (batuk berdarah)
Tidak terdapat leleran hidung yang terwarnai dengan darah
4 Tidak terdapat erosi pada selaput lendir hidung

PEMERIKSAAN TERHADAP MULUT


1 Hewan mampu mengambil pakan
Hewan bisa mengunyah makanan
Hewab bisa menelan makanan
Tidak terjadi disfagia (tidak mampu mengambil makanan)
2 Lidah bisa digerakan
Tekstur dan permukaan lidah normal, yaitu kesat dan berair
Lidah tidak mengalami kelumpuhan
Lidah tidak mengalamai laserasi
Lidah tidak bengkak
Lidah tidak mengeras
Lidah tidak mengalami rasa nyeri
Pada lidah tidak ada lesi vesikel
Pada lidah tidak ada erosi
3 Pada pipi tidak ada penumpukan pakan
Pada pipi tidak ada membra difteritik
4 Pada gusi tidak ada erosi papula, vesikel, atau erosi
5 Pada langit – langit (pallatum durum) tidak teramati adanya celah
6 Berdasarkan gigi yang ada, umur hewan bisa diduga
Tidak ada gigi yang tanggal atau hilang
Tidak ada gigi yang rusak
Tidak ada gigi yang berubah warna
7 Saat mempalpasi farings, tidak ada reaksi batuk yang timbul
Tidak teramati/dirasakan pembengkakan limfonodus retrofaringealis
Tidak teraba adanya benda asing dalam farings
Auskultasi pada farings, terdengar suara
8 Hasil pemeriksaan palpasi terhadap trachea adalah normal
Hasil pemeriksaan auskultasi terhadap trachea adalah normal
9 Vena jugularis tidak teramati membendung
Vena jugularis tidak berdenyut
Vena jugularis pengosonganya tidak lamban
Vena jugularis tidak nyeri saat diraba
10 Leher bisa bergerak secara leluasa

Mahasiswa Pemeriksa
Nama : Ni Putu Sri Ayu Astini
NIM : 1609511034

Tanggal
15 Maret 2018
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi pada kepala dan leher Pasien, diperoleh hasil secara
umum normal dan tidak terjadi kelainan. Pasien dapat melakukan pergerakan kepala
dan leher secara normal serta kedudukan kepala normal tidak terjadi kemiringan.
Ketika dipanggil, Pasien meresponnya dengan menoleh hal tersebut menunjukkan
Pasien dapat mendengar. Pada hasil observasi, pada mata dan hidung Pasien tidak
ditemukan adanya leleran. Hanya ditemukan sedikit air liur Pasien yang keluar.
Perilaku menetestan air liur yang tidak berlebih merupakan perilaku yang normal
karena dipicu beberapa kondisi. Pasien mengeluarkan sedikit air liur dikarenakan
melihat makanan (sosis). Ketika diberikan makanan berupa sosis momo dapat
mengambil dan mengunyah makanan tersebut.
Berdasarkan hasil inspeksi pada kepala dan leher Pasien, diperoleh gambaran
secara umum dari kepala dan leher Pasien adalah normal. Tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada kepala dan jaringan lunak disekitar kepala Pasien. Wajah pasien
setangkup/simetris dan tengangan otot wajah pasien sama antara sisi kiri dan sisi kanan.
Hasil perkusi pada sinus frontalis dan sinus maksilaris menghasilkan suara nyaring, hal
tersebut menunjukkan hasil yang normal. Gambaran umum mandibular dan
sambungan mandibular adalah normal. Hasil palpasi pada gigi premolar, kelenjar ludah
parotis juga menunjukkan hasil yang normal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada telinga pasien secara umum menunjukkan
hasil yang normal. Pasien memberikan respon ketika dipanggil, hal tersebut
menunjukan pendengaran pasien masih normal. Kedudukan telinga pasien yaitu
simetris dan tengangan otot telinga pasien adalah mengendor. Pada telinga bagian luar
pasien tidak ditemukan adanya cidera atau luka akibat ear tag, tattoo, dan luka koyak
(laserasi). Pada telinga pasien tidak teramati adanya parasite seperti kutu. Pasien tidak
terlihat mengaruk-garukkan telinganya, sehingga kemungkinan pasien terbebas dari
parasit. Pada pendarahan bawah kulit telinga pasien tidak ditemukan adanya
hematoma.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap mata diperoleh hasil secara umum
normal. Pasien dapat melihat secara normal dengan gerakan mata yang normal, tidak
ditemukan adanya gerakan mata horizontal maupun vertical secara terus menerus dan
tanpa kendali (nistagmus). Kedudukan bola mata pada rongga mata normal dan tekanan
intraokuler mata kiri dan mata kanan sama. Dalam pemeriksaan refleks fiksasi
menunjukkan hasil yang normal karena ketika penulis menggerakan jari di depan mata
pasien, mata pasien dapat mengikuti gerak jari pasien. Pada pemeriksaan refleks
palpebrae dan refleks menace, ketika penulis melakukan gerakan seolah-olah memukul
di depan mata pasien, pasien refleks melakukan gerakan berkedip, hal tersebut
menunjukkan hasil yang normal. Pemeriksaan refleks kornea mata pasien juga
menunjukkan hasil yang normal, ketika penulis menyentuhkan sedikit ujung pilinan
tisu pada kornea pasien, pasien refleks berkedip. Pada refleks pupil terhadap cahaya,
ketika disoroti cahaya pupil mata pasien terlihat mengecil. Tidak ditemukan adanya
kontriksi abnormal dan dilatasi abnormal.
Pemeriksaan pada sclera mata adalah normal, tidak ditemukan adanya benda
asing, pendarahan petekhie dan tidak ada warna kuning. Pada pemeriksaan kornea
menunjukkan hasil yang normal, tidak ditemukan adanya benda asing, edema, keratitis,
opasitas, pannus, dan neovaskularisasi perifer, staphyloma, dan ulkus (tukak). Pada
konjungtiva mata pasien tidak ditemukan adanya konjungtivitis dan berwarna pucat.
Pada kelopak mata (palpebrae) tidak ditemukan adanya benda asing, massa jaringan,
blepharospasmus (kelopak mata menutup), dan ptosis (turunnya kelopak mata atas
sehingga menutup mata). Pada membrana niktitans, kelopak mata III tidak menonjol
dan tidak menutupi bola mata. Bola mata tidak melotot maupun tenggelam. Tidak
ditemukan air mata yang keluar berlebih.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada muzzle dan nostril secara umum
menunjukkan hasil yang normal. Cermin hidung pasien basah, hal tersebut
menunjukkan kondisi anjing yang sehat. Tidak teramati adanya lesi papula dan hidung
terlihat bersih. Dengan metode penciuman dan membaui, penulis membaui udara napas
yang dihasilkan oleh pasien, hasil yang diperoleh tidak tercium bau keton dan bau
tengik. Pada hidung pasien juga tidak ditemukan adanya leleran hidung unilateral
maupun bilateral serta tidak ada erosi selaput lendir hidung.
Pada pemeriksaan mulut secara umum menunjukkan hasil normal. Hewan mampu
mengambil dan mengunyah serta menelan pakan. Lidah pasien bisa digerakan dengan
tekstur dan permukaan lidah kesat dan berair. Lidah tidak mengalami kelumpuhan,
tidak bengkak, tidak mengeras, tidak mengalami nyeri, tidak ada lesi vesikel dan tidak
ada erosi. Gigi pasien normal, tidak ditemukan adanya gigi tanggal dan tidak ada
perubahan warna pada gigi. Pada saat pasien mempalpasi farings, tidak ada reaksi
batuk yang ditimbulkan, tidak teraba adanya benda asing dalam farings. Pada saat
palpasi vena jugularis tidak terasa adanya denyutan dan tidak teramati terbendung.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan kepala dan leher meliputi, observasi secara
umum, pemeriksaan mata, telinga, hidung dan leher diperoleh kesimpulan bahwa
hasil pemeriksaan pasien yang bernama Momo berjenis kelamin betina dengan berat
9 Kg adalah normal.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Widiyono. 2001. Diktat kuliah diagnosa klinik. Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Widodo, setio. dkk. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bandung: IPB Press
LAPORAN PRAKTIKUM
DIAGNOSIS KLINIK VETERINER

PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER

Oleh :
Nama : Ni Putu Sri Ayu Astini
NIM : 1609511034
Kelas : 2016 D
Kelompok : Cendrawasih

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018

Anda mungkin juga menyukai