Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

A. Latar Belakang

Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang
saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan dari pelayanan. Pelayanan gizi di rumah sakit
adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan fisik
klinis, status gizi, dan status metabolism tubuh.

Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit.


Sebaliknya, proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondis pasien yang semakin buruk disebabkan oleh tidak tercukupinya kebutuhan
gizi untuk perbaikan organ tubuh. Selain itu, masalah gizi dan obesitas erat hubungannya dengan
penyakit degenerative seperti diabetes mellitus, jantung coroner, hipertensi, dan penyakit
kanker, memerlukan terapi gizi untuk proses penyembuhan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pedoman ini dibuat sebagai acuan pelayanan gizi di RSU Aulia.Hal ini karena pelayanan
gizi sebagai salah satu komponen dalam penatalaksanaan gizi pasien yang berpengaruh
pada peningkatan mutu gizi supaya lebih terarah.
2. Tujuan Khusus
a. Penegakan diagnose gizi pasien rawat inap berdasarkan data antropometri, biokimia,
keadaan fisik/klinis yang dialami pasien
b. Proses pemberian diit pasienberdasarkan diagnose penyakit yang diberikan tim medis
berdasarkan kebutuhan giziserta makanan pantangan sesuaidengan keadaan patologisnya.
c. Proses penyelenggaraan makanan berdasarkan data gizi klinik Ahli gizi Klinik pada
pasien rawat inap.

C. RuangLingkup
Pedoman Gizi di RSU Aulia meliputi:
1. Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap
2. Asuhan Gizi Ruang Rawat Jalan
3. Penyelenggaraan makan Rumah Sakit
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien maka perlu dibentuk
Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan, termasuk
pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari Istalansi Rawat Jalan.

D. Batasan Oprasional
1. Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetic
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit.
2. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian
gizi yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam
rangka penyembuhan penyakit pasien.
3. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang teroganisir / terstuktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi da npenyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
4. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/ pasien untuk penyembuhan
penyakit sesuai dengan hasil diagnosis termasuk konseling baik sebelum perwatan dalam
dan sesudah perwatan
5. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi satu atau dua arah
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian sikap dan perilaku sehingga membantu
klien atau pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi yang dilaksanakan oleh
nutrisionis atau dietisien.
6. Nutrisionist seseorang yang di beri tugas, tanggungjawab dan wewenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional dibidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetic baik di
masyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan
dasar akademi gizi.
7. Dietetitian adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan keterampilan
dietetik baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan
masa kerja minimal satu tahun atau yang mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI) dan bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi
dietetik.
8. Teknical Registered Dietesien adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Diploma tiga Gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi yang
telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan perundang-undangan.
9. Klien adalah pengunjung poliklinik rumah sakit dan atau pasien rumah sakit yang sudah
berstatus rawat inap maupun rawat jalan.
10. Nutrition Related Diseasea adalah penyakit, penyakit yang berhubungan dengan masalah
gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.

E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelengggaraan pelayanan gizi di rumah
sakit diperlukan perundang-undangan pendukung. Beberapa ketentuan perindang-undangan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. Undang-undang N0 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. Keputusan Menteri kesehatan RI NO 1333 TAHUN 1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara Nomor 23/Kep/ M. PAN/ 4/2001
tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah
diubah dengan undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang penetapan peraturan
Pemerintah pengganti Undang-undang No 32 Thun 2004 tentang pemerintah daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan
kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/ Per/II/ 1988 tentang Rumah Sakit
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1306/Menkes/SKB/VIII/2001 dan Nomor 35
Tahun 2001 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/xi/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Unit pelayanan gizi
Kepala unit pelanyanan gizi adalah penanggung jawab umum organisasi unit pelayanan
di rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan
peraturankepegawaian yang berlaku.Kepala unit pelayanan gizirumah sakit bertugas memimpin
penyelenggaraan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya bertanggungjawab kepada Direktur
Bidang Penunjang Medis.
Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi:
a. Menyusun Perencanaan Pelayanan Gizi
b. Menyusun Rencana Evaluasi Pelayanan Gizi
c. Melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian
d. Melaksanakan Pengkajian Data Kasus
e. Melaksanakan Penelitian dan pengembangan

Rumah Sakit Umum Aulia berada pada kelas tipe D , untuk melaksanakan tugas-tugas
tersebut maka seorang kepala unit pelayanan gizi rumah sakit harus memnuhi criteria tertentu
sebagai berikut:
a. Lulusan S1 Gizi / Kesehatan dengan pendidikan dasar D3 Gizi
b. Lulusan D4 Gizi dengan pendidikan dasar D 3 Gizi
c. Serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi dengan Pengalaman kerja tertentu

2. Koordinator Unit –Unit


Koordinator unit-unit melaksanakan tugas mengkkordinasikan:
a. Perencaan dan evaluasi pelayanan gizi
b. Pengawasan dan Pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi
c. Pemantauan Proses Pelayanan
d. Pengkajian data kasus

Untuk melaksanakan tugas –tugas tersebut , maka pendidikan koordinator unit di rumah
sakit umum Aulia yang mempunyai kelas tipe D harus mempunyai kriteria tertentu:

a. Lulusan S1 Gizi / Kesehatan dengan pendidikan dasar D3 Gizi


b. Lulusan D4 Gizi dengan pendidikan dasar D 3 Gizi
c. Serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi

3. Pelaksana
Pelaksana yang dimaksud adalah petugas juru masak yang melakukan tugas mulai dari
persiapan bahan makanan hingga pendistribusian makanan pada klien/ pasien. Juru masak
tersebut mempunyai criteria pendidikan SMU/ SLTP.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada unit pelayanan gizi di
rumah sakit. Adapun kegiatan pelayan gizi di rumah sakit adalah sebagai berikut:
- Tenaga untuk penyelenggaraan makanan
- Tenaga untuk asuhan rawat jalan
- Tenaga untuk rawat inap
- Tenaga untuk litbang gizi
1) Uraian Pekerjaan
Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh petugas gizi tiap shiftnya adalah sebagaiberikut :
a. Memasak nasi, nasi tim, bubur sesual jumlah pasien
b. Memasak sayuran, lauk hewani dan nabati sesuai jumlah pasien danmembedakannya
sesuai diet pasien
c. Memotong sayuran sesuai dengan menu
d. Menyiapkan bumbu sesuai dengan menu
e. Mencuci peralatan memasak
f. Merapihkan meja persiapan memasak
g. Operan makanan yang sudah siap ke juru saji
h. Menyiapkan peralatan makan sesuai dengan jumlah pasien
i. Membersihkan trolley makan
j. Menyiapkan snack untuk disajikan ke pasien dan mengantarkannya ke pasien
k. Menyiapkan makan sesuai diet pasien dan mengantarkannya ke pasien
l. Mangambil peralatan makan yang kotor dari ruang perawatan pasien
m. Mencuci peralatan makan yang kotor dari ruang perawatan pasien
n. Mengepel lantai dan membersihkan saluran air
o. Menanyakan menu sarapan ke pasien
p. Mengisi air panas kedalam termos dan mengantarkannya untuk kebutuhan pasien
2) Pengaturan Jaga
Gizi merupakan salah satu penunjang medis terpenting di dalam rumah sakit, sehingga
untuk pembagian dinas, gizi dibuat 3 shift untuk dapat memenuhi kebutuhan makan pasien setiap
harinya:
a. Dinas pagi 7 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 1 orang kepala unit, 1 orang
pelaksana gizi, 2 orang juru masak dan merangkap sebagai juru saji
b. Dinas sore 7 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 1-2 orang juru masak yang
merangkap sebagai juru saji pula.
BAB III
STANDAR FASILITAS
BAB IV
KEBIJAKAN
1. Kebijakan Umum

a. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

b. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.

c. Semua petugas untuk wajib memiliki izin sesuai dengan kekentuan yang berlaku.

d. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3


(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

e. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.

f. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.

g. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.

h. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.

i. Setiap bulan wajib membuat laporan

2. Kebijakan Khusus
a. Kegiatan penyelenggaraan makanan dan nutrisi untuk pasien tersedia secara regular.

b. Persiapan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan dan makanan di


unit Gizi memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan resiko kontaminasi dan
pembusukan.

c. Persiapan dan pengolahan bahan makanan dengan memperhatikan prinsip HACCP untuk
mengurangi resiko kontaminasi dan pembusukan.

d. Produk enteral komersi luntuk penyimpanan disesuaikan dengan rekomendasi pabrik.

e. Pendistribusian makanan menggunakan system yang dipusatkan (sentralisasi) dan system


yang tidak dipusatkan (desentralisasi), dilakukan secara tepat waktu.

f. Pendistribusian makananan di ruangan dibantu oleh Pembantu Perawat (PP) dengan


pengawasan Nutrisionis.
g. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan RSU Aulia sesuai diet pasien dan ketentuan
penggunaan uang lauk-pauk (ULP) pasien dinas.

h. Perhitungan dan pemesanan kebutuhan Bahan Makanan sesuai dengan jumlah pasien
ruangan dan siklus menu 10 hari.

i. Pasien yang memerlukan diet makanan khusus, direncanakan dietnya dan dipesankan
makanan khusus oleh Kepala Ruangan ke Unit Gizi.

j. Pasien masuk perawatan dilakukan skrining gizi untuk mengidentifikasi adanya resiko
nutrisi dilakukan oleh perawat yang pertama menangani pasien.

k. Pasien yang beresiko malnutrisi akan diassesment lebih lanjut dan dibuat perencanaan
terapi gizi.

l. Tingkat kemajuan pasien dan evaluasi serta didokumentasikan dalam rekam medis.

m. Setiap pasien dan keluarga mendapatkan edukasi gizi sesuai dengan diet dan
penyakitnya.

n. Unit gizi bertanggungjawab atas laporan berkala yang telah ditetapkan, baik untuk
kepentingan eksternal maupun internal.

o. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi diupayakan untuk meningkatkan mutu


pelayanan.

p. Seluruh pelayanan gizi wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan.

q. Unit giziRSU Aulia menerima kegiatan magang mahasiswa jurusan gizi.


BAB V

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Produksi dan Distribusi Makanan


1. Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkaian kegiatanmulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanankepada konsumen, dalam rangka
pencapaian status kesehatan yang optimalmelalui pemberian diet yang tepat.Kegiatan yang
dilakukan dalam proses produksi bahan makanan mulai dari pencatatan, pelaporan, sampai
dengan evaluasi bahan makanan yang diberikan pada pasien melalui kuisioner.
2. Tujuan
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit diberikan untuk memenuhi dan mencukupi
kebutuhan pasien secara layak sesuai dengan kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan
pada pasien.
3. Bentuk penyelenggaraan makanan
Penyelenggaran makanan di Rumah Sakit Aulia ini berdasarkan hasil swakelola, dimana
kegiatan pertanggungjawaban yang dilakukan mulai dari perencanaan bahan makanan, pelaksaan
sampai dengan evaluasi
4. Mekanisme kerja penyelenggaran makan di Rumah Sakit
a. Perencanaan Menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk
memenuhi selera konsumen atau pasien dan memiliki ketersediaan zat gizi yang
memenuhi prinsip gizi yang seimbang.Perencanaan menu di RSU Aulia ini berdasarkan
siklus menu 10 hari.
b. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makananberdasarkan menu
atau pedoman menu dan rata- rata jumlah pasien yang dilayani.Tujuannya adalah agar
tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standart atau spesifikasi yang
ditetapkan.
Adapun langkah-langkah Pemesanan dan Pembelian bahan makanan adalah sebagai
berikut:
 Adanya kebijakan dari rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan
 Adanya spesifikasi bahan makanan
 Adanya daftar pesanan bahan makanan
 Tersedianya menu
Untuk melakukan pemesanan bahan makanan harus mempunyai langkah-langkah sebagai
berikut:
 Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari dengan
cara : standar porsi x jumlah pasien
 Hasil perhitungan bahan makanan diberikan kepada rekanan
 Rekanan membelikan jumlah bahan makanan yang diberikan sesuai pesanan

B. Peneriman, Penyimpanan, dan Pengolahan Bahan makanan


1. Penerimaan Bahan Makanan
Penerimaan Bahan Makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan /
penelitian , pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan
yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan yang siap untukdiolah. Peryaratannya
adalah :
a. Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macamdan jumlah bahan
makanan yang akan diterima.
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan
Langkah Penerimaan barang:
1. Rekanan membelikan bahan makanan yang diberikan satu hari sebelum makanan yang
dipesan diolah.
2. Bahan makanan yang dipesan dicek terlebih dahulu untuk memastikan kelengkapan
bahan makanan yang dipesan sesuai jumlah yang dibutuhkan
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Penyimpanan Bahan Makanan adalah suatu tata cara menata ,menyimpan, memelihara
keamanan bahan makanan kering dan basah baikkualitas maupun kuantitas di gudang bahan
makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya. Tujuannya agar tersedianya bahan
makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuaidengan perencanaan.
Bahan makanan yang telah disiapkan pada proses penyiapan bahan makanan di RSU Aulia
langsung di olah pada hari itu juga, sehingga tidak melalui proses penyimpanan bahan makanan
basah. Sedangkan bahan makanan kering disimpan di gudang perbekalan kering. Untuk
memenuhi hal ini maka harus memenuhipersyaratan sebagai berikut :
a. Adanya sistem penyimpanan barang
b. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.
c. Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuk bahan makanan.

3. Persiapan Bahan Makanan


Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan,
yaitu meliputi berbagai proses antara lainmembersihkan, memotong, mengupas, mengupas,
mengocok, merendam.Tujuannya adalah mempersiapkan bahan- bahan makanan, serta bumbu-
bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Sehingga untuk melakukan persiapan bahan
makanan harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
- Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
- Tersedianya peralatan persiapan
- Tersedianya protap persiapan
- Tersedianya aturan proses – proses persiapan

4. Pengolahan Bahan Makanan


Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah( memasak) bahan
makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuannya pengolahan bahan makanan adalah :
 Mengurangi resiko kehilangan zat- zat gizi bahan makanan.
 Meningkatkan nilai cerna
 Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan penampilan makanan.
Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
Untuk dapat memenuhi hal tersebut, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Tersedianya siklus menu.
 Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan (BTP)
 Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
 Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
 Tersedianya aturan penilaian.
 Tersedianya prosedur tetap pengolahan.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimanarumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risik pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistemtersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan olehkesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yangseharusnya dilakukan.

B. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan

C. Tatalaksana Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang dilakukan melalui
assasmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Di Rumah Sakit Aulia, kegiatan ini
dilakukan melalui monitoring indikator mutu pelayanan tiap unit kerja terutama yang terkait
dengan pelaksanaan patient safety, tindakan preventif, tindakan korektif.
1) Monitoring indikator mutu pelayanan
Kegiatan ini merupakan kegiatan assesmen risiko. Indikator mutu pelayanan rumah sakit
dan unit kerja secara rinci dijelaskan pada Pedoman Mutu Pelayanan, Pedoman Mutu Pelayanan
unit gizi secara rinci ada pada BAB VIII Pengendalian Mutu. Indikator mutu pelayanan yang
menyangkut patient safety secara rinci dapat dilihat pada format indikator mutu pelayanan pada
pedoman mutu pelayanan. Indikator tersebut merupakam milik unit kerja, ditentukan periode
pengambilan data dan analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian
yang tidak diinginkan pimpinan unit melaporkan pada pertemuan manajemen
seperti diatur pada tindakan preventif.
2) Tindakan Preventif
Tindakan Preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui
pencegahan kejadian tidak diinginkan.
3) Tindakan Korektif
Tindakan Korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko Tindakan
Korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan dalam pertemuan tertutup oleh kepala
bidang melalui inspeksi dan verifikasi. Hasil inspeksi harus menunjukan telah dilakukannya
tindakan koreksi
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatn Kerja ( K3 ) gizi merupakan bagian dari pengelolaan gizi
secara keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan
dengan penyajian makanan pasien dan alat-alat memasak. Bagi petugas gizi yang selalu kontak
dengan makanan dan pasien, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga
dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk
mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami
keamanan gizi dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan
pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol bahan makanan
secara baik menurut pelayanan gizi yang benar.
1) Petugas / Tim K3 gizi
Pengamanan kerja di gizi pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap petugas terutama
yang berhubungan langsung dengan penyajian makanan. Untuk mengkoordinasikan,
menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan gizi, terutama untuk
gizi yang melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu
Tim fungsional keamanan gizi. Kepala gizi adalah penanggung jawab tertinggi dalam
pelaksanaan K3 gizi. Dalam pelaksanaannya kepala gizi dapat menunjuk seorang petugas atau
membentuk tim K3 gizi. Petugas atau tim K3 gizi mempunyai kewajiban merencanakan dan
memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas gizi, dengan tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Member perlindungan pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. Mencegah terkena aliran listrik
n. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
Setiap tim gizi sebaiknya membuat pokok – pokok K3 gizi yang penting dan
ditempatkan di lokasi yang mudah dibaca oleh setiap petugas gizi.
2) Sarana dan Prasarana K3 gizi umum yang perlu disiapkan di gizi adalah :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang
cukup, sabun, alat pengering dsb
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah dijangkau
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
3) Pengamanan pada keadaan darurat
a. Sistem tanda bahaya
b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K )
d. Alat komunikasi darurat baik didalam atau keluar gizi
e. Sistem informasi darurat
f. Pelatiahan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi yang
mudah dicapaii
B. Penanganan Kecelakaan di gizi
Kecelakaan yang paling sering terjadi di gizi disebabkan oleh lantai yang licin. Untuk
mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib di sediakan informasi mengenai cara bekerja
di ruang persiapan makanan. Agar mudah terbaca, informasi ini hendaknya dibuat dalam bentuk
bagan yang sederhana dan dipasang pada dinding dalam ruang gizi. Selain itu, harus pula di
sediakan peralatan untuk menanganikeadaan tersebut seperti :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang
cukup, sabun, alat pengering dsb
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah dijangkau
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana

C. Penanganan Limbah
Gizi dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang berbahaya
bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah harus dilakukan dengan
semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.
a. Penanganan
Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume. Jenis limbah
harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhan volume limbah
secara kontinue.
b. Penampungan
Harus diperhatikan serana penampungan limbah harus memadai, diletakkan pada tempat
yang pas, aman dan hygienis.
D. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan cara
menggunakan kantong berkode ( umumnya menggunakankode warna ). Namun penggunaan
kode tersebut perlu perhatian secukupnya untuk tidak sampai menimbulkan kebingungan dengan
sistem lain yang mungkin juga menggunakan kode warna, mis: kantong untuk linen biasa, linen
kotor, dan linen terinfeksi di rumah sakit dan tempat – tempat perawatan.

E. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah


Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang
jelas serta keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi kompenen mutu yaitu 1)
Pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman, 2)
Menjamin Kepuasan konsumen, dan 3) Assesment yang berkualitas. Sedangkan Indikator
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit meliputi Ketepatan waktu pemberian makan kepada pasien, sisa
makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien (≤20%), dan tidak ada kesalahan pemberian diet
(100%).
A. Pengawasan
Pengawasan merupakan salha satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan
terlaksana sesuia dengan rencana dan kebijakan yang ditetapkan agar tercapai sasaran yang
dikehendaki. Pengawasan memberikan dampak tersendiri yaitu:
a. Menghentikan pemborosan, penyimpangan, hambatan dan keterlibatan
b. Mencegah terjadinya kesalahan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan
keterlibatan
c. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk mencapai tujuan dan
melaksanakan tugas organisasi
B. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk untuk melakukan perbaikan yang terjadi sesuai dengan
tujuan arah Pengawasan dan Pengendalian yang betujuan agar kegiatan dapat tercapai secara
maksimal sesuai dengan perundang-unadangan yang berlaku.
C. Evaluasi
Evaluasi merupakan satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi bertujuan untuk menilai
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang disusun sehingga dapat
mencapai sasaran yang diinginkan.
Pada dasarnya ada 4 langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan dan pengendalian
mutu pelayanan:
1. Penyusunan stadar baik standar biaya, performance mutu, dan keamanan pangan
2. Penilaian kesesuain dengan membandingkan produk yang dihasilkan dengan pelayanan
yang ditawarkan.
3. Melalui koreksi bila perlu yaitu dengan mengoreksi penyebab dan faktor yang
mempengaruhi kepuasan
4. Perencanaan pengingkatan mutu yaitu membangun upaya yang berkelanjutan untuk
memperbaiki standar yang ada.

D. Indikator keberhasilan mutu di rumah sakit


1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh , laboratorium
2. Terselenggaranya pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkananemnesis diet dan
pola makan
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
4. Terwujudnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan
5. BAB IX
PENUTUP

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidangkesehatan dan


kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik.Pelayanan gizi yang dilaksanakan di
rumah sakit tentunya akan disesuaikan dengan perkembangan jaman.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian integral daripelayanan
kesehatan lainnya di rumah sakit dan cara menyeluruh merupakan salahsatu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Pedoman pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) bertujuan untuk memberikan acuan yang
jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanangizi di rumah sakit yang
tepat bagi klien/ pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, dalam
mengimlementasikan dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan gizi yang holistik

Anda mungkin juga menyukai