FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG, OKTOBER 2019 I. Sejarah, Perkembangan, dan Muatan Materi dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan (civics education) di dunia diperkenalkan untuk
pertama kalinya pada tahun 1790 di Amerika Serikat. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (civics education) agar penduduk Amerika Serikat yang memiliki keragaman suku bangsa yang berasal dari banyak negara di dunia yang datang ke Amerika. Diharapkan dengan “Civics” akan memiliki satu indentitas sebagai bangsa Amerika.
Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan baik istilah dan materi yang diajarkan. Hal tersebut dapat dilihat dalam substansi kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan Negara.
1. Dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 (Pendidikan Kewarganegaraan)
Istilah Civis dan Pendidikan Kewargaan Negara digunakan secara bertukar
pakai (interchangeably). Misalnya dalam Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai sebagai nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan Civics ( diterjemahkan sebagai pengetahuan Kewargaan Negara). Dalam Kurikulum SMP 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negaraan yang berisikan sejarah Indonesia dan Konsititusi termasuk UUD 1945.
3. Dalam Kurikulum tahun 1975 ( Pendidikan Moral Pancasila )
Istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan dengan misi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II / MPR / 1973. Mata pelajaran PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan sekolah Kejuruan.
4. Kurikulum PPKn 1994 (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan )
Nama mata pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada masa Reformasi PPKn diubah menjadi PKn dengan menghilangkan kata Pancasila yang dianggap sebagai produk Orde Baru. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) pada masa ini karakteristiknya didominasi oleh proses value incucation dan knowledge dissemination. Kurikulum ini mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau Spiral of concept development (Taba, 1967). Pendekatan ini mengarkulasikan sila-sila Pancasila dengan jabaran nilainnya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas secara catur wulan dalam setiap kelas.Tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk menanamkan sikap dan prilaku yang beradasarkan nilai-nilai Pancasila serta untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk memahami, menghayati dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam berprilaku sehari-hari (Winataputra dan Budimansyah, 2007:97).
5. Dalam tahun 2004 (Kewarganegaraan)
Dengan berlakunya Undang-undang Sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi Kewarganegaraan.
6. Tahun 2006 ( Pendidikan Kewarganegaraan )
Namanya berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara substansi tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan kurikulum yang diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan
secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai berikut :
a. Kewarganegaraan (1956) b. Civics (1959) c. Kewarganegaraan (1962) d. Pendidikan Kewarganegaraan (1968) e. Pendidikan Moral Pancasila (1975) f. Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994) g. Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003) h. Kewarganegaraan ( Kurikulum 2004) i. Pendidikan Kewarganegaraan (Kurikulum 2006) Dalam penggunaan istilah tersebut, sangat terlihat jelas ketidakpastian dalam mengorganisasi pendidikan kewarganegaraan, yang berakibat krisis operasional seperti tejadinya perubahan isi materi, dan format buku pelajaran serta metode pembelajarannya.
II. Hubungan keterkaitan PKn dalam bidang ilmu sosial
1. PKn dengan bidang politik hubungan civics dengan ilmu politik tidak semata-mata berkaitan dengan asal- usul istilah civic yang berhubungan erat dengan politik. Namun lebih jauh dari itu, hubungan civics dengan ilmu politik dapat ditelaah atau dikaji dari sisi substansi atau pokok dari civics itu sendiri. Dalam hal ini, patut dingat kembali pengertian civics sebagaimana yang dikemukakan olehh checter van good yakni“ elemen atau bagian bagian atau cabang dari ilmu politk yang membahas tentang hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Bagian dari ilmu politik itu yang berkaitan dengan civics bekenaan dengan demokrasi politik, yang didalamnya menyangkut hal-hal yaitu : a. konteks ide demokrasi b. partai politik c. pemilihan umum d. partai politik dan pengambilan keputusan e. presiden sebagai kepala Negara f. lembaga yudikatif g. kesejahteraan umum dan pertahanan Negara h. demokrasi politik. Dilihat dari sisi tujuan civics atau ilmu kewarganegaraan, dimana civics bertujuan untuk membentuk warga Negara yang baik (to be good citizenship). Dengan memahami ilmu politik maka warga negara mempunyai pengetahuan kenegaraan dari pendidikan kewarganegaraan maka warga negara dapat melaksanakan kewajibannya dan mengetahui hak yang harus diterima sebagai warga negara yang baik.
2. PKn dengan bidang hukum
Di dalam ilmu kewarganegaraan diatur hak dan kewajiban kita sebagai warga negara sekaligus hak dan kewajiban negara terhadap warga negara. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama antara satu sama lain tanpa dibedakan sama sekali. Dalam pelaksanaannya hak dan kewajiban tersebut harus seimbang, warga negara harus melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab karena ketika hak dan kewajiban tersebut sudah terlaksana maka warga negara berhak atas hak diri mereka sendiri. Ketika warga telah bertanggung jawab atas kewajibannya maka negara itu sendiri wajib pula bertanggung jawab terhadap terpenuhinya hak-hak warganya. Dan semua hal-hal tersebut telah diatur dalam undang-undang negara tersebut. Untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan antar hak dan kewajiban, negara membuat hukum atau peraturan-peraturan yang mengatur hal tersebut. Hukum yang mengatur hak dan kewajiban warga negara kepada negara dan sebaliknya, sekaligus sanksi-sanksi tegas yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan hukum Indonesia
3. Keterkaitan PKn dengan Sosial Budaya
Pembangunan sosial dan budaya bangsa merupakan komitmen nasional yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Dalam berbagai dokumen sejarah politik dan ketatanegaraan, telah tercatat bahwa pembangunan social dan budaya bangsa merupakan salah satu kehendak para pendiri Negara (founding fathers) yang perlu dilaksanakan secara berkesinambungan, seperti misalnya teks yang terdapat dalam naskah Sumpah Pemuda, naskah Proklamasi, naskah Pembukaan UUD 1945, serta yang tercermin dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan lainnya. Jadi pembangunan soaial dan bangsa merupakan komitmen bersama bangsa Indonesia yang harus dilaksanakan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembangunan budaya dan karakter bangsa akan semakin penting ketika bangsa Indonesia mulai memasuki era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Pengaruh peradaban bangsa asing yang dibawa oleh arus globalisasi secara terus menerus mempengaruhi perilaku dan moralitas bangsa Indonesia. Ketika menjelang proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, hampir semua warga/bangsa Indonesia cenderung mengutamakan kepentingan bersama bangsa Indononesia daripada kepentingan pribadi dan kelompok, golongan, suku, agama, dan daerah. Semangat nasionalisme membara di dada sebagian besar bangsa Indonesia dengan konsentrasi satu tujuan yaitu merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Hal ini berbeda dengan kondisi terkini, dimnana budaya dan karakter bangsa lain banyak mempengaruhi karakter dan moralitas bangsa Indonesia, terutama sebagai dampak dari pengaruh modernisasi dan globalisasi. . Dalam hail ini, PKn memiliki peranan penting dalam mewujudkan integrasi masyarakat, karena didalamnya terdapat nilai-nilai Pancasila yang merupakan wujud kesepaktan nilai yang bersifat fundamental dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.